Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
GEOLOGI
4.1 Umum
Undisturbed Test :
Disturbed Test :
Standard dan pedoman yang digunakan dalam pekerjaan investigasi geologi ini
adalah sebagai berikut:
IV - 1
4.2 Geologi Regional
4.2.1 Fisiografi
Pulau Sulawesi, secara fisiografi terdiri dari empat buah lengan yaitu : Lengan
Utara, Lengan Selatan, Lengan Timur dan Lengan Tenggara yang secara
keseluruhan mempunyai bentuk seperti huruf K. Keempat buah lengan
tersebut dipisahkan oleh teluk-teluk yang dalam seperti teluk Tomini dengan
kedalaman maksimum 4180 m, teluk Bone dengan kedalaman sekitar 2000 m,
serta dikelilingi oleh beberapa cekungan dan palung yang dalam. Sehingga Pulau
Sulawesi terpisah dari pulau-pulau yang berada di sekitarnya (Sukamto, 1982).
Lihat Gambar 5.1 Peta Geologi Regional.
Selain dari itu Pulau Sulawesi adalah juga merupakan wilayah paling banyak
mempunyai pegunungan diantara pulau-pulau sekitarnya, yaitu dengan adanya
rangkaian pegunungan yang mempunyai ketinggian lebih dari 3000 m di atas
permukaan laut.
Daerah study secara administratif termasuk dalam wilayah Sulawesi Selatan dan
secara fisiografis terletak pada zona Lengan Selatan bagian selatan (Van
Bemmelen, 1949), Zona ini rata-rata mempunyai elevasi yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan bagian Utara Lengan Selatan.
Di bagian Utara peta geologi lembar Ujungpandang, Benteng dan Sinjai terdapat
dua daerah yang dicirikan oleh topografi kras yang dibentuk oleh batugamping
Formasi Tonasa, kedua daerah kras ini dipisahkan oleh batuan vulkanik yang
berumur Miosen Pliosen.
Bentuk morfologi yang paling menonjol pada lembar peta ini adalah kerucut
gunung api Lompobattang (2876 m). Kerucut gunung api Lompobattang
tersusun oleh batuan vulkanik berumur Plistosen.
Dua buah kerucut tererosi yang lebih sempit sebarannya terdapat di sebelah
barat dan utara G. Lompobattang. Di sebelah barat terdapat G. Baturape (1124
m) dan di sebelah utara terdapat G. Cindako (1500 m), keduanya tersusun oleh
batuan vulkanik berumur Pliosen. Sebelah barat G. Cindako dan sebelah utara G.
Baturape merupakan daerah berbukit, kasar di bagian timur dan halus di bagian
barat, bagian timur dengan ketinggian sekitar 500 m serta di sebelah barat
dengan ketinggian kurang dari 50 m dan hampir merupakan dataran. Bentuk ini
disusun oleh batuan klastika gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit
memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke G. Cindako dan G.
Baturape yang umumnya berupa retas-retas basal.
Daerah ini pada umumnya tersusun oleh beberapa batuan sedimen laut dan
batuan vulkanik serta beberapa intrusi menengah hingga ultra basa, dan
IV - 2
mempunyai pola aliran sungai dendritik dan radial terhadap pusat erupsi gunung
api.
4.2.2 Stratigrafi
Penelitian geologi secara umum daerah sekitar Sulawesi pernah dilakukan oleh
Sarasin (1901), Van Bemmelen (1949), Sukamto (1975 & 1982), lihat Gambar
4.1. Oleh penulis tersebut diatas disebutkan adanya 3 mendala geologi yang
berbeda dikenal di Sulawesi ini. Masing-masing ialah mendala Sulawesi Barat,
dan mendala Sulawesi Timur yang dipisahkan oleh jalur sesar yang berarah
Utara Selatan dan yang ketiga ialah mendala Banggai kepulauan Sula dan Buton.
Mendala Sulawesi Barat dicirikan oleh kompleks alas batuan metamorfis yang
tertindih oleh berbagai batuan sedimen dan gunung api. Mendala ini secara garis
besar dicirikan oleh endapan kapur hingga paleogen yang kemudian berubah
menjadi endapan gunung api bawah laut dan kemudian gunung api darat pada
akhir tersier. Batuan dasar mendala ini berupa sekis dan batuan ultra basa yang
ditutupi oleh filit dan kwarsit, serpih kelabu, batu pasir dan rijang radiolaria.
Semua batuan tersebut ditutupi oleh batuan karbonat berumur Eosen - Miosen
Awal. Batu pasir dan serpih mengandung detritus berasal dari batuan yang
berumur kapur, batuan metamorfis dan batuan ultra basa.
Dalam urutan endapan batu pasir dan serpih ini ditemui batuan vulkanik dan
andesitik yang berumur Eosen (Obradovich, 1974). Disamping itu ditemukan
pula batuan karbonat dari formasi Tonasa, yang berumur Eosen-Miosen Awal
oleh Gulf Oil Company (1974). Batuan klastik volkanik yang ditemukan sebagai
sisipan didalam batuan karbonat termasuk dalam Formasi Camba. Batuan
vulkanik bawah laut yang berumur tersier Awal tersebar dibeberapa tempat,
dimana batuan ini umumnya berhubungan dengan batuan klastik marin dan
karbonatan.
Mandala Sulawesi Timur sebagian besar terdiri dari batuan ultra basalt dan
batuan basalt serta sekis. Mendala ini dicirikan oleh adanya batuan ofiolit dan
batuan metamorfis. Batuan ofiolit ini tersebar luas di bagian timur mendala ini,
sedangkan batuan metamorfis pada bagian baratnya yang makin ke barat
memperlihatkan kandungan glaukofan yang meningkat jumlahnya hingga
sampai dengan mendala Sulawesi Barat. Batuan yang berumur Mesozoikum di
IV - 3
mendala ini mengalami metamorfis yang lemah dengan struktur yang sangat
rumit.
Bagian selatan lembah Tempe terdiri dari dataran tinggi yang sangat rendah,
kecuali bantaran banjir sepanjang Sungai Cenranae yang tersusun dari batuan
sedimen dari Formasi Walanae.
IV - 4
DANAU
TEMPE
Gambar 4.1
IV - 5
4.2.3 Struktur Regional
Dari hasil analisis penafsiran foto udara oleh Sartono dkk (1984) dan hasil
penelitian geologi oleh Sukamto (1982), maka struktur regional daerah Sulawesi
Selatan berupa struktur lipatan dan sesar. Lihat Gambar 4.1 & 4.2.
1) Struktur lipatan
Struktur ini terdapat di dua tempat yakni bagian barat dan timur, dimana
keduanya dipisahkan oleh suatu depresi lembah Walanae dengan arah sumbu
hampir utara ke selatan. (Sartono, 1984).
Disebelah barat lipatan tak menerus dan muncul kembali dibagian utara dan
selatan dimana kedua bagian tersebut dipisahkan oleh zona sesar yang cukup
kompleks. Daerah lipatan ini ditempati oleh batuan yang berumur Mesozoikum
Tersier yang terdiri dari intrusi batuan beku, kompleks melange dan batuan
sedimen (Sukamto, 1982).
IV - 6
2) Struktur Sesar
Analisis struktur sesar yang dibuat oleh Sartono dkk (1984) dari hasil foto
satelit bumi, memberikan pola pengarahan sebagai berikut : arah utara
Selatan; arah barat laut tenggara; arah timur laut barat daya; arah barat
timur.
Dari hasil analisis diagram frekuensi oleh Sartono dkk (1984), arah-arah
tersebut diatas mempunyai arah utama utara selatan dan barat laut
tenggara. Sesar pertama yang terbentuk mempunyai arah barat timur, yang
kemudian diikuti sesar bongkah utara selatan yang membentuk suatu
terban, termasuk didalamnya lembah Walanae, dengan arah gaya berasal
dari hampir timur barat, Lembah Walanae tersebut kemudian diisi oleh
berbagai endapat yang berumur Miosen atas Pliosen yang kemudian
terlipat.
Fasa tektonik berikutnya adalah pembentukan struktur sesar geser arah barat
laut tenggara dan sebagian lagi mengarah timur laut barat daya, yang
terutama disebabkan oleh adanya gaya yang berasal dari timur laut barat
daya. Kegiatan tektonik rupa-rupanya masih berlangsung terus hingga kini
yang dibuktikan oleh terbentuknya undak-undak sungai serta danau dan
pantai.
Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar atau bor mesin, lihat Gambar
4.3, dapat dilakukan pada semua jenis tanah. Alat bor putar yang digerakan
dengan mesin dapat menembus lapisan tanah keras atau bat sampai kedalaman
lebih dari 50m, alat ini dapat digunakan pada lapisan tanah keras, batu, tanah
lempung dan bahkan tanah pasir.
IV - 7
Pemboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila pada
penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous core
sample). Putaran batang bor menekan ujung mata bor. Tabung inti luar berputar
bersama-sama batang bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya
mata bor dipasang pada ujung alat bornya. Putaran mata bor membentuk
gerusan yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk kebagian mata bor dan
sekaligus masuk kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut berputar.
Selama pengeboran, air disirkulasikan lewat batang bor yang berlubang. Contoh
bentuk mata bor dari type double-tube core barrel, ditunjukan dalam. Gambar
4.4.
1 Mesin bor TONE UD5 Rotary Spindle baik 150 & 100m; NQ (2 Unit)
IV - 8
4.4 Lokasi Titik Penyelidikan Geologi
Sesuai hasil diskusi dengan Direksi Pekerjaan, titik penyelidikan geologi ialah di
lokasi rencana pulau hasil buangan galian sedimen danau, yaitu 2 titik di masing-
masing kabupaten dengan kedalam untuk masing-masing titik ialah 50 m atau
sampai dengan tanah keras. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.2.
Material tanah hasil pengeboran adalah: Berlapis dan berselang seling antara
lempung kepasiran, lanau kelempungan dan pasir kelanauan kelempungan
dengan berbagai macam komposisi.
IV - 9
dari material pasir kelempungan dengan kerikilan / kerakalan, dan perbedaan
perlapisan disebabkan oleh perbedaan warna komposisi.
Tabel 4.3. Korelasi antara (N) SPT dengan kepekatan relative dan kepadatan
relative tanah serta daya dukung tanah yang diperkenankan
Daya
Titik Kerdalama Nilai N Kepadatan
Jenis Tanah Dukung Ijin
Bor n Bor (m) SPT Relatif
(ton / m2)
WAJO
0.0 4.0 Lempung lanau 2-4 Lunak 2 ~ 4.5
4.0 15.0 Lempung lanau 6-8 Sedang 4.5 ~ 9
W-09 Lemp. lanau kepasiran
15.0 - 22 9 - 30 Sangat Kuat 18 ~ 36
22.0 35.0 Lemp. lanau kepasiran 40 - 60 Keras > 36
0.0 8.0 Lempung lanau 2-4 Lunak 2 ~ 4.5
8.0 16.0 Lempung 4-8 Sedang 4.5 ~ 9
W-10 16.0 20.0 Lempung 8 - 10 Kuat 9 ~ 18
20.0 22.0 Lempung 20 - 30 Sangat Kuat 18 ~ 36
22.0 50.0 Lempung Pasir lanau 40 - 60 Keras > 36
SOPPENG
0.0 6.0 Lempung kepasiran 2-4 Lunak 2 ~ 4.5
S-5 6.0 14.0 Lempung kepasiran 6 - 11 Kuat 9 ~ 18
14.0 30.0 Pasir lempung kerakalan > 60 Keras > 36
0.0 10.0 Lemp. lanau kepasiran 5-8 Sedang 4.5 ~ 9
S-6 10.0 14.0 Lemp. lanau kepasiran 8 - 12 Kuat 9 ~ 18
14.0 25.0 Lemp. lanau kepasiran 34 - 60 Keras > 36
SIDRAP
0.0 5.0 Lemp. lanau kepasiran 6 -7 Sedang 4.5 ~ 9
5.0 10.0 Lemp. lanau kepasiran 12 - 14 Kuat 9 ~ 18
D-1 Lemp. lanau kepasiran
10.0 14.0 14 - 25 Sangat Kuat 18 ~ 36
14.0 30.0 Lemp. lanau kepasiran 42 - 60 Keras > 36
0.0 4.0 Lemp. lanau kepasiran 5 Sedang 4.5 ~ 9
4.0 6.0 Lemp. lanau kepasiran 12 - 15 Kuat 9 ~ 18
D-3 Lemp. lanau kepasiran
6.0 10.0 27 - 30 Sangat Kuat 18 ~ 36
10.0 30.0 Lemp. lanau kepasiran 41 - 60 Keras > 36
Penyelidikan geologi berupa pemboran pada titik-titik sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 4.2 telah selesai dilakukan yaitu Titik W10, W9, D1,
D3, S6 dan S5. Foto-foto kegiatan dan hasil penyelidikan disajikan pada
Gambar 4.5 s/d Gambar 4.16 dan bor log disajikan pada Gambar 4.17 s/d
Gambar 4.22 sebagai berikut.
IV - 10
Gambar 4.5 Core Box BH-01, Lokasi W10 Kab. Wajo
IV - 11
Gambar 4.6 Core Box BH-02, Lokasi W9 Kab. Wajo
IV - 12
Gambar 4.8 Core Box BH-04, Lokasi D3 Kab. Sidrap
IV - 13
Gambar 4.10 Core Box BH-06, Lokasi S6 Kab. Soppeng
IV - 14
Gambar 4.11 Bor Log BH-01, Lokasi W10 Kab. Wajo
IV - 15
Gambar 4.12 Bor Log BH-02, Lokasi W9 Kab. Wajo
IV - 16
Gambar 4.13 Bor Log BH-03, Lokasi D1 Kab. Sidrap
IV - 17
Gambar 4.14 Bor Log BH-04, Lokasi D3 Kab. Sidrap
IV - 18
Gambar 4.15 Bor Log BH-05 Lokasi S5 Kab. Soppeng
IV - 19
Gambar 4.16 Bor Log BH-06 Lokasi S6 Kab. Soppeng
IV - 20
4.6 Analisis Laboratorium
e. Uji Kekuatan Triaksial : ASTM D.2850, ASTM D.4767, SNI 03-4813, SNI
03-2455
Pengujian laboratorium mekanika tanah dari sample Tanah diambil dari Lobang
Pemboran Inti (6 tabung UDS) dan dari pengambilan langsung pada kedalaman
tertentu dilokasi yang sudah ditentukan (6 Karung TP).
Dari hasil pengujiaan laboratorium pada Sample UDS dan TP dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
IV - 21
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Analisis Laboratorium Mekanika Tanah
SUMMARY OF LABORATORY TEST DATA FOR PROJECT Soil Investigation Danau Tempe Soppeng
Determination Unit weight of dyr density & Atterberg limits Particle Size Distribution Analisis Consolidation Triaxial UU Unconfined Triaxial CU BP Test
DEPTH USCS GS
moisture content ( ASTM D 422 ) Test Total Stress compression test Total Stress Total Stress
wL wP lP
HOLE WN gm g d void ratio Porosity sr GRAVEL SAND SILT CLAY Cv Cc C f qu qu' sensitivity C f C f
(m) % Mg / m3 Mg / m3 e n % % % % % % % % cm2/sec kg/cm2 deg kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 deg kg/cm2 deg
BH - D.1 3.00 - 3.50 CH 2.5749 61.54 1.529 0.947 1.720 0.63 92.11 105.56 31.81 73.75 0.00 0.96 23.83 75.21 0.00131 0.577 0.388 6.567 0.799 0.400 1.998 0.106 13.47 0.093 19.51
BH - D.1 8.00 - 8.50 CH 2.5857 47.18 1.601 1.088 1.380 0.58 88.62 99.48 29.78 69.70 0.16 3.10 23.52 73.22 0.00163 0.433 0.327 7.233 0.867 0.433 2.002 - - - -
BH - D.3 3.00 - 3.50 CH 2.5940 26.92 1.752 1.381 0.880 0.47 79.47 95.58 28.70 66.88 0.00 5.21 22.75 72.04 0.00378 0.244 0.997 12.734 1.461 0.731 1.999 0.528 19.91 0.472 26.77
BH - D.3 8.00 - 8.50 CH 2.5918 45.02 1.563 1.078 1.400 0.58 83.09 92.41 27.96 64.45 0.00 7.67 27.09 65.24 0.00163 0.411 0.419 8.659 0.895 0.448 1.998 - - - -
BH - S.5 3.00 - 3.50 CL 2.6884 34.39 1.706 1.269 1.120 0.53 82.69 47.89 24.09 23.80 0.00 19.78 36.57 43.65 0.00471 0.304 0.249 5.847 0.645 0.322 2.003 0.449 22.26 0.384 29.16
BH - S.5 8.00 - 8.50 CL 2.7043 23.06 1.578 1.282 1.110 0.53 56.21 41.20 23.28 17.92 0.00 44.37 13.81 41.82 0.00202 0.204 0.165 3.339 0.497 0.249 1.996 - - - -
BH - S.6 3.00 - 3.50 CH 2.5762 36.75 1.599 1.169 1.200 0.55 78.67 114.37 32.83 81.54 0.00 1.03 13.13 85.84 0.00158 0.338 1.032 14.280 2.331 1.166 1.999 0.134 15.73 0.113 20.83
BH - S.6 8.00 - 8.50 CH 2.5696 60.23 1.541 0.961 1.670 0.63 92.54 109.50 31.31 78.19 0.00 0.40 19.48 80.12 0.00105 0.561 0.121 11.661 0.575 0.287 2.003 - - - -
BH - W.9 3.00 - 3.50 CH 2.5826 46.31 1.547 1.058 1.440 0.59 82.94 103.64 30.08 73.56 0.00 0.56 24.84 74.60 0.00125 0.435 0.188 4.841 0.597 0.299 1.997 0.108 15.24 0.089 19.50
BH - W.9 8.00 - 8.50 CH 2.6231 33.59 1.732 1.297 1.020 0.51 86.12 84.90 27.82 57.08 0.00 15.88 25.71 58.41 0.00327 0.323 0.971 12.433 1.939 0.969 2.001 - - - -
BH.1 - W10 3.00 - 3.50 CH 2.5683 68.11 1.517 0.903 1.850 0.65 94.80 106.58 31.78 74.80 0.15 0.65 23.99 75.21 0.00098 0.633 0.098 2.948 0.269 0.135 1.993 0.055 12.68 0.041 17.78
BH.1 - W10 8.00 - 8.50 CH 2.5726 47.57 1.630 1.104 1.330 0.57 92.03 86.92 26.82 60.10 0.00 0.93 40.90 58.17 0.00129 0.442 0.119 3.843 0.415 0.208 1.995 - - - -
SUMMARY OF LABORATORY TEST DATA FOR PROJECT Soil Investigation Danau Tempe Soppeng
BORE Determination Unit weight of dyr density & Atterberg limits Particle Size Distribution Analisis Compaction CBR Unsoaked
DEPTH USCS GS
moisture content ( ASTM D 422 ) Test Test
wL wP lP
HOLE WN gm g d void ratio Porosity sr GRAVEL SAND SILT CLAY Omc Mdd Design Cbr
(m) % Mg / m3 Mg / m3 e n % % % % % % % % % t/m3 %
TP - 01 0.00 - 2.00 CH 2.6175 38.94 - - - - - 90.16 28.90 61.26 0.00 14.14 25.50 60.36 25.732 1.436 11.25
TP - 02 0.00 - 2.00 CH 2.6229 28.38 - - - - - 87.93 27.20 60.73 0.00 18.81 20.22 60.97 24.291 1.462 12.23
TP - 03 0.00 - 2.00 CH 2.6377 19.22 - - - - - 75.28 25.43 49.85 0.47 24.86 22.96 51.71 19.363 1.549 13.53
TP - 04 0.00 - 2.00 CH 2.6297 34.68 - - - - - 77.05 26.18 50.87 0.00 21.52 27.49 50.99 20.522 1.521 12.32
TP - 05 0.00 - 2.00 CH 2.6206 31.27 - - - - - 83.03 27.22 55.81 0.00 18.30 22.32 59.38 22.914 1.486 11.57
TP - 06 0.00 - 2.00 CH 2.6196 38.77 - - - - - 86.32 28.29 58.03 0.00 18.39 20.87 60.74 26.621 1.427 9.63
IV - 22