Vous êtes sur la page 1sur 6

TEHNIK INSTRUMENTASI

APPENDICTOMY PADA Ny.H DENGAN INDIKASI APPENDICITIS ACUT

A. Definisi
Appendicitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks).
Appendicitis kronis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Brunner and Sudarth, 2010).
Appendicitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen (Brunner and Sudarth, 2010).
Apendictomy adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk
mengangkat apendiks.
B. Klasifikasi Appendicitis
Adapun appendicitis diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi,
yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva
yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
C. Etiologi
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis, yaitu :
1. Sumbatan pada lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis
akut
2. Hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid
3. Timbuan tinja/feces yang keras (fekalit)
4. Tumor apendiks
5. Cacing ascaris
6. Benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat
menyebabkan sumbatan.
D. Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di
lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi
pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi.
Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi
dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu
menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering
ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan
medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan
drainase.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang taktertangani yakni:
1. Perforasi denganpembentukan abses.
1. Peritonitis generalisata
2. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
1. LAPORAN KASUS
A. Persiapn Lingkungan ( Ruangan dan Elektronik/Elektromedik )
1. Ruangan sudah bersih dan siap pakai
2. Meja operasi siap pakai
3. Lampu operasi siap pakai
4. Suction siap pakai
5. Meja instrumen disiapkan
6. Meja mayo disiapkan
7. Suhu ruangan diatur
8. Tempat sampah medis dan non medis
B. Persiapan Alat ( basic set dan ekstra set)
1 Scalp blade & handle (hand fat mess) no. 3 : 1
:1
2 Metzenboum scissor (gunting metzenboum) : 1
3 Surgical scissors (gunting kasar) : 1
4 Tissue forceps (pinset chirurgis) : 2
5 Dissecting forceps (pinset anatomis ) : 2
6 Dissecting forceps long (pinset anatomis panjang) : 1
7 Washing and dressing forcep (desinfeksi klem) : 1
8 Towel clamp (duk klem) : 5
9 Delicate hemostatic forceps pean (mosquito klem : 1
pean bengkok )
1 Hemostatic forceps pean (klem pean manis) : 1
0
11 Delicate haemostatic forceps pean(Klem pean : 4
bengkok sedang)
1 Haemostatic forceps kocher curved (Klem kocher : 4
2 bengkok sedang)
1 Hemostatic forceps koeher straight (koeher sedang : 2
3 lurus)
1 Needle holder (nald voeder) : 2
4
1 Retractor us army (langenbeck) : 2
5
1 Bebcok (klem apendik) : 1
6

Persiapan di meja instrument :


a. Instrument
1. Couter monopolar :1
2. Bengkok (kidney tray) :2
3. Kom/ cuching :2
b. Linen
1. Scort steril :6
2. Doek besar/doek sedang :4
3. Doek kecil :6
4. Sarung meja mayo :1
5. Handuk kecil :6
C. Persiapan Bahan Habis Pakai
1. Mess no. 10 :1
2. Handscoen steril : secukupnya
3. Iodine Povidone 10% : secukupnya
4. Cairan NS : 1 flash
5. Kassa : 10 buah
6. Deppers : 5 buah
7. stell deper : secukupnya
8. Foley catether no.16 : 1 buah
9. Urobag : 1 buah
10. Jelly : secukupnya
11. Spuit 10 cc : 1 buah
12. Underpad on sterile/sterile : 1/1 buah
13. Benang mersilk 2-0 :1
14. Benang vicryl 2-0 :1
15. Benang monosin 3-0 :1
16. Supratule : 1 lembar
17. Hypafix : secukupnya
D. Persiapan Pasien
1. Persetujuan operasi (informed consent)
2. Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi
3. Vital sign dalam batas normal
4. Marking area operasi
5. Posisi pasien supine
6. Pastikan pasien tidak memakai perhiasan ( yang berhubungan dengan
logam ) dan gigi palsu.
E. Pelaksanaan ( Teknik Instrumentasi )
1. Sign in dilakukan di ruang premidikasi,dihadiri oleh semua tim operasi,
yang meliputi:
- Apakah pasien telah dikonfirmasikan identitas,area operasi, tindakan
operasi, dan lembar persetujuan?
- Apakah area operasi telah ditandai?
- Apakah mesin anestesi dan obat-obatan telah diperiksa kesiapannya?
- Apakah pulse oksimeter pada pasien telah berfungsi baik?
- Apakah pasien mempunyai riwayat alergi?
- Apakah ada penyulit airway atau resiko aspirasi?
- Apakah ada resiko kehilangan darah >500ml atau 7cc/kgBB ( anak )
2. Bantu memindahkan pasien ke ruang operasi dan langsung ke meja
operasi,
3. Pasien di lakukan pembiusan SAB oleh petugas anesthesia, kemudian
pasien diposisikan supine, lalu perawat sirkuler memasang folley catether
No. 16
4. Instrumentator melakukan surgical scrubing, gowning dan gloving, serta
membantu memakaikan baju operasi dan handscoen kepada operator dan
asisten.
5. Perawat sirkuler mencuci area operasi dengan larutan klorheksidine,
kemudian berikan duk kecil untuk lap kering.
6. Instrumentator memberikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi
bethadine dan deppers kepada operator untuk dilakukan desinfeksi area
operasi
7. Melakukan drapping:
- Berikan 1 duk tebal untuk drapping ekstrimitas bawah
- Berikan 1 duk tebal lagi untuk ekstrimitas atas
- Berikan 2 duk besar untuk samping kiri dan kana lalu difiksasi setiap
sudut dengan duk klem.
8. Dekatkan meja instrumen dan meja mayo dengan daerah operasi,
kemudian pasang couter dan fiksasi dengan duk klem.
9. Time out, dibacakan oleh perawat sirkuler yang meliputi :
- Konfirmasi bahwa semua tim operasi telah memperkenalkan nama
dan tugas masing-masing.
- Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan dioperasi.
- Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit
sebelum operasi.
- Antisipasi kejadian kritis bagi operator, anestesi dan instrumen
- Mengingatkan operator untuk memimpin doa sebelum dimulai incisi.
10. Instrumentator : Berikan mess no.10 yang sudah terpasang dan pincet
cirurgis pada operator untuk dilakukan incisi kulit.
11. Berikan muskuito dan kassa kering kepada asisten, jika ada perdarahan,
rawat perdarahan dengan couter.
12. Berikan doubel langenback untuk memperluas lapang operasi, kemudian
operator memperdalam incisi menggunakan couter sampai tanpak fascia.
13. Setelah tampak fascia, berikan mess no. 10 untuk membuka fascia
terlebih dahulu kemudian berikan doubel kocher untuk memegang sisi
kiri dan kanan fascia, setelah itu berikan gunting kasar untuk membuka
fascia secara memanjang.
14. Berikan klem pean manis untuk dilakukan spleet pada otot
15. Setelah muskulus oblikus internus dibuka dan peritonium kelihatan,
berikan doubel pincet anatomis, 1 buat operator dan 1 buat asisten untuk
memegang peritonium, lalu berikan mentzembaum untuk membuka
peritonium. Setelah peritonium dibuka, berikan 2 klem kockher untuk
memegang peritonium.
16. Berikan pinset anatomis panjang untuk mencari sekum, setelah sekum
ketemu lalu dikeluarkan.
17. Berikan babckok (klem apendik) untuk memegang mesinterium pada
ujung apendik
18. Berikan klem bengkok untuk memegang meso apendik,lalu berikan
gunting metzenboum untuk memotong meso apendik sampai pada basis
apendik, kemudian berikan nalvoeder dan benang mersilk no. 2-0 untuk
diligasi
19. Berikan 1 klem lagi untuk krus atau klem pangkal apendik, kemudian
berikan nalvoeder dan benang mersik 2-0 lagi untuk ligasi pangkal
apendik
20. Setelah pangkal apendik terikat kuat,berikan mess yang sudah dicelupkan
bethadin untuk memotong pangkal apendik,kemudian berikan pinset
anatomis dan stell deper batadine untuk desinfeksi irisan pangkal
apendik.
21. Setelah dipastikan tidak ada perdarahan dengan menggunakan kassa
basah, berikan 2 kocher lagi untuk memegang peritonium.
22. Sign out, dibacakan oleh perawat sirkuler yang meliputi :
- Jenis tindakan
- Kecocokan jumlah instrumen,kassa jarum sebelum dan sesudah
operasi
- Label pada spesimen ( membacakan identitas pasien, jenis spesimen,
register, ruangan yang tertera pada label).
- Apakah ada permasalahan pada alat-alat yang digunakan.
- Instumen,anestesi dan operator : apa yang menjadi perhatian husus
pada masa pemulihan ( recovery ).
23. Berikan nalvoeder dan benang vicryl 2-0 untuk menjahit lapis demi lapis,
dari lapisan peritonium, otot, fascia, dan lemak
24. Berikan benang Monosin 3-0 untuk menjahit kulit hingga tertutup rapat
25. Bersihkan area operasi dari bekas darah menggunakan kasa basah dan
kassa kering.
26. Setelah bersih semua, tutup luka operasi dengan sufratul dan kassa kering
lalu dplester dengan hypavix.
27. Operasi selesai, rapikan pasien kembali
28. Merapikan alat-alat, dekontaminasi alat :
- Rendam alat pada larutan presept selama 10-15 menit
- Bersihkan menggunakan larutan cidezyme dengan menggunakan
sikat
- Bilas pada air mengalir kemudian dikeringkan dan packing kembali
29. Inventarisasi bahan habis pakai pada depo farmasi.

Pembimbing lahan

( ......................................)
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer. C. Suzanne (2010), Brunner and Suddarths textbook of


Medical-Surgical Nursing, (dr. H. Y. Kuncara. dkk: penerjemah), volume
2,edisi VIII, Jakarta: EGC.
2. Muttaqin, 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Banjar Masin :
Salemba Medika
3. Kumpulan Materi Pelatihan Perawat Instrumen, 2015. Instalasi Bedah
Sentral, Malang

Vous aimerez peut-être aussi