Vous êtes sur la page 1sur 18

TUGAS MAKALAH

METODE PEMISAHAN SENYAWA BAHAN ALAM


KODE MK FA5121

EKSTRAKSI FLUIDA SUPERKRITIS (SFE)

DISUSUN OLEH :
Nia Kurnia Sari 20715005
Dian Ayu Eka Pitaloka 20715051
Arini Aprilliani 20716001
Franky Sangande 30716001

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
SEPTEMBER 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya, dengan judul Fluida Superkritis (SFE). Makalah ini berisikan tentang Fluida
Superkritis beserta aplikasinya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Metode Pemisahan Senyawa Bahan Alam. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Fluida Superkritis.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Bandung, 27 September 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Fluida superkritis..............................................................................3
2.2 Ekstraksi Fluida superkritis..............................................................5
2.3 Aplikasi Ekstraksi Fluida superkritis...............................................10
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

3
DAFTAR GAMBAR

4
DAFTAR TABEL

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan pencemaran lingkungan akibat limbah kimia menimbulkan
pengenalan konsep green chemistry. Para ilmuwan kimia sekarang menjadi lebih berhati-
hati tentang penggunaan bahan kimia dan pelarut, dan menempatkan upaya yang signifikan
dalam merancang prokotol penelitian yang ramah lingkungan. Ekstraksi dan isolasi produk
alami dari berbagai sumber konvensional menghasilkan sejumlah besar limbah pelarut
organik. Sebuah alternatif yang ramah lingkungan untuk penggunaan pelarut organik pada
ekstraksi produk alami dan proses isolasi adalah penggunaan ekstraksi fluida superkritis
(SFE).
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat terlarut (solute) dalam campuran dengan
menggunakan pelarut (solvent) yang sesuai. Tujuan ekstraksi adalah untuk mengeluarkan
zat yang diinginkan dari suatu campuran dan memisahkan zat yang tidak diinginkan dari
campuran tersebut.Secara umum, proses ekstraksi terdiri dari 2 macam yaitu ekstraksi
padat- cair dan ekstraksi cair cair.
Prinsip dasar dari ekstraksi ini meliputi pengontakan dari sebuah larutan atau
padatan dengan pelarut lain dimana tidak saling melarut. Pelarut juga memiliki
kemampuan melarut dengan spesifik zat terlarut yang terdapat pada larutan atau padatan.
Dua fasa terbentuk setelah penambahan pelarut, menyebabkan perbedaan densitas atau
berat jenis. Pelarut dipilih sehingga zat terlarut dalam larutan memiliki afinitas terhadap
pelarut. Oleh karena itu, perpindahan massa zat terlarut pada larutan menuju pelarut
terjadi. Terdapat berbagai macam metode ekstraksi yang saat ini digunakan, salah satunya
adalah metode ekstraksi fluida superkritik.
Pada beberapa dekade ini, fluida superkritis (SFE) telah menerima perhatian khusus
di bidang ekstraksi bahan padat dan fraksinasi dari campuran cair. Ekstraksi fluida
superkritis merupakan suatu teknik ekstraksi yang menggunakan CO 2 sebagai pelarut.
Superkritis CO2 (SC-CO2) menjadi sangat menarik karena difusivitas tinggi dan kekuatan
pelarut yang mudah tunable.Selain itu, SC-CO2 memiliki tegangan permukaan yang nol
membuat pelarut tersebut dapat berpenetrasi dengan mudah ke sebagian besar matriks.Sifat
CO2 yang sangat sensitif terhadap perubahan kecil panas dan tekanan membuat senyawa
hasil ekstraksi dapat dipisahkan dari pelarut dengan mudah dengan mengatur suhu dan
tekanan pada kondisi tertentu.

1
Teknik ini dapat digunakan sebagai cara analisis yang efisien untuk mengekstrak
kandungan senyawa yang ada pada tumbuhan. Keuntungan dari penggunaan metode ini
yaitu bebas dari adanya perubahan kimia yang disebabkan oleh panas dan air, tidak adanya
residu pelarut dan artefak lainnya yang dapat terjadi ketika menggunakan metode lain.
Selain itu, metode konvensional biasanya dilakukan pada suhu tinggi yang kemungkinan
besar dapat merusak senyawa-senyawa penting dalam tumbuhan.

2.1 Tujuan
1. Memberikan pemahaman mengenai prinsip kerja dari ekstraksi fluida superkritis
2. Memberikan informasi mengenai instrumentasi yang digunakan dalam ekstraksi fluida
superkritis
3. Memberikan contoh mengenai aplikasi ekstraksi fluida superkritis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fluida Superkritis

Fluida Superkritis adalah keadaan fluida ketika pada temperatur dan tekanan
superkritis yaitu pada keadaan keseimbangan kondisi uap dan cair. Fluida superkritis
dibuat dengan cara melakukan variasi pada suhu dan tekanan hingga diatas critical point
(CP). Ketika suatu senyawa mencapai temperatur kritisnya, karakteristik dari fase gas dan
temperaturnya akan memusat dan menghasilkan satu fase pada titik kritis yang disebut
fluisa superkritis. Titik kritis adalah suatu titik pertemuan antara temperatur kritis dan
tekanan kritis. Ketika suhu terus dinaikkan diatas temperatur kritis, liquid tidak akan
terbentuk dengan cara menaikkan tekanan walaupun padatan kemungkinan akan terbentuk
oleh tekanan yang sesuai. Tekanan kritis adalah tekanan uap pada temperatur kritis. Ketika
suatu senyawa berada pada titik kritis, kenaikan tekanan sedikit saja akan menyebabkan
kenaikan densitas yang besar pada fase superkritis.

Gambar 1. Diagram fase tekanan-temperatur yang memperlihatkan area fluida superkritis


dan hubungannya dengan area fase liquid serta fase gas (Sairam et al., 2012)

2.1.1 Sejarah
Sejarah mengenai ekstraksi fluida superkritis dilaporkan pertama kali oleh Baron
Cagniard de la Tour pada tahun 1822 ketika melihat kejadian fase superkritis. Baron
mencatat secara visual bahwa batas gas-cair menghilang ketika suhu dari bahan tertentu
meningkat dengan cara memanaskan masing-masing bahan dalam wadah gelas tertutup.

3
Dari percobaan awal ini, titik kritis zat pertama kali ditemukan. Penelitian pertama yang
telah dilakukan ini menunjukkan kekuatan melarutkan dan penetrasi dari cairan superkritis
pada sampel di tahun 1879. Pada tahun 1970 perkembangan yang signifikan terjadi pada
ekstraksi fluida superkritis dimana menyediakan suatu metode baru untuk ekstraksi. Secara
garis besar sejarah dari fluida superkritis terangkum dalam tabel 1.

Tabel 1. Sejarah fluida superkritis


Tahun Keterangan
Fluida superkritis ditemukan oleh Baron Cagniard de la
1822
Tour
Hannay dan Hoggart mendemonstrasikan kekuatan
1879
pelarutan (solving power) dari etanol superkritis
Zosel mematenkan dekafeinasi pada kopi dengan teknik
1964-1976
SFE
Dekafeinasi tanaman diusahakan oleh Maxwell House
1978 Cofee Division dan mulailah penerapan SFE di dunia
industri
Penggunaan fluida superkritis pada analisis dimulai
1981 pada kromatografi fluida superkritis (SFC) kapiler oleh
Novotny dkk
1980 SFE mulai dikomersialisasikan
Environmental Protection Agency (EPA) menyetujui dua
metode SFE yaitu ekstraksi total Petroleum
1996
Hidrokarbon dan untuk Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs)
EPA mengumumkan metode SFE untuk ekstraksi
1988 Polychlorinated biphenyl (PCBs) dan Pestisida
Organoklorin (OCPs)

2.1.1. Karakterisitik Fluida Superkritis


Karakteristik fisik dari fluida superkritis berada diantara karakteristik gas dan liquid
seperti yang tertera pada tabel 2. Secara umum, densitas dari fluida superkritis mendekati
liquid, sedangkan viskositasnya mendekati fase gas. Difusivitas fluida superkritis berada
diantara gas dan liquid.Konduktivitas termal dari fluida ini cukup tinggi mendekati titik
kritis. Perbedaan karakteristik fisik dari fluida superkritis dengan fase gas atau liquid
seperti yang terpapar dalam tabel 2.

4
Tabel 2. Perbedaan karakteristik fisik dari fluida suprkritis CO2 dan fase gas serta liquid
normal (Jose et al., 2013)
Fase Gas CO2 superkritis liquid
Densitas
0.6-2 200-900 600-1000
(kg.m-3)
Viskositas (mPa
0.01-0.3 0.1-0.3 0.2-3
s)
Koefisien difusi
10-40 0.07 0.0002-0.002
(106 m2 s-1)
Konduktivitas
0.01-0.25 Maks. 0.1-0.2
termal (W/mK)
Tegangan
permukaan (dyn - - 20-40
cm-2)

2.2 Ekstraksi Fluida Superkritis

Ekstraksi Fluida Superkritis (SFE) merupakan suatu proses pemisahan senyawa


tertentu dari tumbuhan menggunakan pelarut berupa fluida superkritis. Dalam proses ini,
fluida superkritis yang bertindak sebagai pelarut memiliki tekanan dan suhu di dekat atau
diatas titik kritis dengan tujuan untuk meningkatkan penetrasi ke dalam sel tumbuhan.
Proses ini dimulai dari CO2 dalam bentuk uap yang akan diberikan tekanan hingga menjadi
cairan sebelum menjadi fluida superkritis sehingga ekstraksi dapat terjadi (Steytler, et al.,
1996). Kondisi kritis yang digunakan pada saat ekstraksi fluida superkritis seperti yang
tertera pada tabel 4.

Tabel 3. Kondisi kritis pada saat ekstraksi fluida superkritik (Zekovic et al., 2000)

Parameter Keterangan nilai


Suhu 30.9oC
Tekanan 73.8 bar
Densitas 0.467gm/ml

Prinsip dasar dari ekstraksi ini adalah adanya perbedaan distribusi komponen-
komponen diantara dua fase dengan menggunakan fluida superkritis sebagai fase gerak.
Cairan superkirits (misal CO2) yang digunakan dalam ekstraksi akan mengalami proses
berantai dari bentuk cair menjadi cairan superkritis dan kembali menjadi gas kembali
dengan adanya manipulasi suhu dan tekanan pada prosesnya.

2.2.1 Pelarut Superkritis

5
Sangat penting untuk mempertimbangkan rentang suhu dan tekanan saat
melakukan ekstraksi menggunakan fluida superkritis. Tabel di bawah ini menunjukkan
daftar fluida superkritis yang paling umum digunakan dalam ekstraksi dan kromatografi
dengan informasi data mengenai suhu, tekanan, densitas, dan momen dipol. Pelarut
tersebut dipilih karena kemudahan dalam penggunaan temperatur kritis dan tekanan kritis
dengan suhu dan tekanan yang cukup rendah untuk digunakan dengan instrumen. Berikut
merupakan contoh pelarut yang digunakan sebagai fluida superkritis seperti yang
tercantum dalam tabel 3.

Tabel 4. Beberapa pelarut yang digunakan sebagai fluida superkritis


Pelarut Temperature kritis Tc (K) Tekanan kritis Pc (bar)
CO2 304 74
Air 647 221
Etanol 305 49
Etana 282 50
propana 370 43
xenon 290 58
amonia 406 114
Nitrit oksida 310 72

Dari berbagai pelarut organik yang digunakan, CO 2 (kondisi kritis : 31.2oC dan 7.38
Mpa) merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam ekstraksi fluida superkritis.
Kelebihan dari senyawa ini adalah murah, ramah lingkungan, dan aman. CO 2 juga
memiliki difusivitas yang tinggi dengan kemampuan melarutkan yang baik. Kelebihan lain
dari CO2 adalah berfase gas pada temperatur dan tekanan ruang membuat pemisahan hasil
ekstraksi dengan pelarutnya setelah proses ekstraksi lebih mudah.
Gas ini memiliki polaritas yang rendah dengan parameter kelarutan yang rendah
pula yaitu 15Mpa1/2 sehingga membuat metode ekstraksi fluida superkritis menggunakan
pelarut ini terbatas untuk penggunaan senyawa-senyawa polar. Untuk menangani masalah
tersebut, kosolven polar seperti metanol, etanol, dan air biasanya ditambahkan dalam
campuran sehingga dapat meningkatkan kelarutan senyawa polar.

2.2.2 Instrumentasi dari Ekstraksi Fluida superkritis

6
Ekstraksi Fluida Superkritis (SFE) secara umum terbagi dalam dua tahapan dasar
yaitu ekstraksi senyawa terlarut dari matriks menggunakan pelarut superkritis dan
pemisahan dari senyawa hasil ekstrak dengan pelarut superkritis setelah ekstraksi.
Instrumen yang digunakan dalam SFE seharusnya terbuat dari material yang dapat
bertahan pada tekanan tinggi biasanya sebesar 50 Mpa. Instrumen yang digunakan
berbeda-beda tergantung dari fase sampel yang akan diekstraksi, cair atau padat. Kedua
sistem terdiri dari tank untuk tempat pelarut (biasanya CO2), sebuah pompa untuk
memompa gas hingga mencapai tekanan tertentu, restriktor atau katup untuk
mempertahankan tekanan tinggi di dalam sistem dan trapping cell (sebuah kompartemen
terpisah yang disebut kompartemen fraksinasi) untuk penampungan hasil ekstraksi.
Beberapa faktor perlu di optimasi untuk mencegah kehilangan senyawa hasil ekstraksi.
Salah satu faktor tersebut adalah metode trapping, dimana penentuan metode tersebut
diseleksi berdasarkan volatilitas (agen pengekstraksi dan kosolven) dan kepolaran serta
laju alir pelarut.

Gambar 2. Skema dasar instrumentasi yang digunakan dalam SFE (Sairam et al., 2012)

Berdasarkan metode ekstraksi, sampel padat dapat diekstraksi menggunakan dua


cara yaitu statis dan dinamis atau gabungan keduanya. Bila menggunakan kondisi statis,
fluida superkritis dimasukkan langsung dalam kompartemen ekstraksi dan dipertahankan
untuk kontak dengan sampel untuk terjadinya ekstraksi. Ketika telah mencapai waktu
tertentu, ekstrak akan dilanjutkan untuk dialirkan melalui katup tekanan untuk dipisahkan
dengan pelarut dan menuju kompartemen hasil ekstrak. Sedangkan pada kondisi dinamis,
fluida superkritis secara kontinyu dialirkan ke dalam kompartemen ekstraksi dan hasil
ekstraksi juga secara terus menerus dialirkan ke dalam kompartemen hasil ekstraksi. Jika
menggunakan kombinasi dari keduanya, kondisi statis akan digunakan hingga mencapai
waktu tertentu dan dilanjutkan dengan kondisi dinamis. Ekstraksi skala kecil biasanya
menggunakan kondisi statis sedangakn ekstraksi skala menengah dan besar menggunakan

7
kondisi dinamis. Untuk sampel berbentuk liquid atau cair biasanya diekstraksi
menggunakan kondisi dinamis.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi Superkritis


Kinetika dari proses ekstraksi dapat diikuti dengan penentuan jumlah ekstrak
(rendemen). Jumlah rendemen ini bergantung pada keberhasilan dari proses ekstraksi itu
sendiri. Terdapat beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan selama penggunaan
SFE untuk ekstraksi agar proses dapat berjalan optimum sehingga menghasilkan rendemen
yang maksimal. Beberapa faktor penting tersebut seperti ukuran partikel, porositas,
kelarutan, penggunaan modifier, dan laju alir pelarut.

a. Sampel yang akan diekstraksi


Ukuran partikel, bentuk, dan porositas dari partikel sampel merupakan faktor yang
penting karena memiliki pengaruh langsung dalam laju transfer masa pada proses
ekstraksi. Agar laju ekstraksi meningkat, partikel sampel harus memiliki luas permukaan
yang besar namunjuga dihindari dari ukuran partikel yang terlalu kecil karena dapat
merusak senyawa yang terkandung. Partikel yang terlalu kecil akan sangat sulit dipisahkan
dari pelarut dan meningkatkan resistensi transfer masa sehingga terjadi penurunan laju
ekstraksi.
b. Kelarutan (tekanan dan temperatur)
Peningkatan tekanan pada umumnya dapat meningkatkan kemampuan pelarut yang
digunakan untuk menarik senyawa yang diinginkan sehingga dapat meningkatkan
rendemen ekstrak yang didapat. Peningkatan tekanan juga menyebabkan densitas CO 2
meningkat sehingga kemampuan CO2 untuk melarutkan sampel juga akan meningkat.
Peningkatan temperatur akan mempercepat kerusakan dinding sel sampel sehingga
meningkatkan laju perpindahan cairan superkritis ke dalam sel partikel sampel. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan rendemen ekstrak. Namun, ketika suhu dinaikkan secara
terus-menerus makan akan mempengaruhi kestabilan senyawa sehingga rendeman akan
turun karena adanya penguapan komponen. Selain itu, suhu yang terlalu tinggi juga dapat
menurunkan kerapatan CO2 sehingga daya melarutnya dapat menurun.
c. Penggunaan modifier
CO2 sebagai pelarut pada SFE bersifat non polar sehingga ditambahkan modifier.
Penambahan modifier dapat meningkatkam efisiensi ekstraksi dengan cara meningkatkan
kelarutan solut yang bersifat polar. Penggunaan modifier biasanya dibawah 10-15% dari

8
total pelarut yang digunakan. Modifier yang digunakan biasanya etanol, metanol, dan air.
Modifier dapat mempengaruhi ekstraksi melalui tiga cara yang berbeda yaitu
meningkatkan kelarutan analit dalam cairan superkritis, memfasilitasi desorpsi analit, dan
mengganggu kestabilan matriks.
Poin utama dalam penggunaan modifier adalah titik kritis dari campuran CO2-
modifier berbeda dari hanya menggunakan CO2 saja dan sangat bergantung dari
perbandingan campuran yang digunakan. Modifier juga tidak berbentuk fase gas ketika
dalam temperatur ruang sehingga ada kemungkinan residu pelarut yang masih ada dalam
hasil ekstraksi. Hal inilah yang mendasari agar tidak digunakannya metanol sebagai
modifier karena sifatnya yang toksik terutama ketika SFE diaplikasikan dalam produk
makanan.
d. Laju alir pelarut (Solvent to Feed Ratio)
Solvent to feed ratio (S/F) merupakan parameter penting dalam SFE. Laju alir pelarut harus
cukup besar untuk menyediakan hasil ekstraksi yang banyak dengan waktu yang singkat,
namun juga dapat menyediakan waktu kontak yang tepat dari pelarut dan solut. Secara
umum, biasanya digunakan rasio S/F yaitu 25-100:1 untuk analisis dan 5-15:1 untuk skala
produksi. S/F juga sangat penting dalam penggunaan kolom dalam ekstraksi. Secara
umum, efisiensi kolom akan menurun ketika laju alir CO 2 meningkat karena Height of
Transfer Unit (HTU) akan meningkat dengan peningkatan loading CO2.

2.2.4 Kelebihan dan kekurangan SFE


Secara garis besar kelebihan dan kekurangan dari SFE seperti yang dijabarkan
dalam tabel 5.
Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan SFE
Kelebihan Kekurangan
Pelarut dapat digunakan kembali SFE tidak cocok untuk sampel
Tidak ada residu pelarut organik, tidak berbentuk cair karena sulit dalam
toksik, dan inert penanganan dua fase dibawah
Dioperasikan dengan suhu rendah
tekanan yang digunakan.
sehingga cocok untuk senyawa Memerlukan validasi metode,
termolabil dan volatil meliputi : tekanan, suhu, laju alir
Memungkinkan dirangkai langsung
(setiap ekstrak memiliki kondisi
dengan sistem kromatografinya
optimum yang berbeda-beda)
Sifat CO2 yang non polar akan sulit

9
untuk mengekstraksi senyawa polar
dan membutuhkan bantuan modifier.
Harga alat mahal

2.3 Aplikasi Ekstraksi Fluida Superkritis

a. SFE untuk ekstraksi produk alami komersial

SFE telah lama digunakan dalam industri untuk ekstraksi berbagai produk alami
komersial. Produk yang paling banyak adalah dekafeinasi kopi, rempah-rempah, dan
minyak nabati. SFE juga telah digunakan dalam ekstraksi skala kecil berbagai jenis produk
alami di laboratorium. Namun, penggunaan SFE dalam ekstraksi produk alami terbatas
hanya untuk tanaman. Hanya beberapa penelitian yang dilakukan pada penggunaan SFE di
ekstraksi produk alami mikroba.

Tabel 4. Aplikasi dari SFE untuk ekstraksi produk alami komersial (L.Nahar dan S.D.
Sarker)

Bahan alami Lokasi Tahun Perusahaan


Kopi Jerman, USA 1979, 1988 HAG
Rempah-rempah England, Jerman 1982,1983 SKW Chemicals
Teh Jerman 1986 SKW Chemicals

b. SFE untuk ekstraksi senyawa senyawa bahan alam

SFE banyak digunakan dalam mengektraksi senyawa-senyawa bahan alam. Salah satu
contohnya adalah ekstraksi minyak essensial. Aroma ekstrak produk alami muncul karena
adanya minyak esensial dari campuran kompleks sejumlah monoterpen thermolabil dan
seskuiterpen dan senyawa volatil aromatik lainnya. Reproduksi yang benar dari aroma
alami dalam ekstrak terkonsentrasi adalah hal yang kompleks karena sifat thermolabile dari
senyawa, dan kemungkinan hidrolisis dan hidro-solubilisasi. SFE, karena cocok untuk
mengekstraksi senyawa sensitif panas telah menjadi metode pilihan untuk ekstraksi minyak
esensial alami selama beberapa dekade terakhir. Selain itu SFE juga dapat digunakan untuk
mengekstraksi senyawa seperti capsaisinoid, polifenol, resveratrol dan Astaxanthin Red
Yeast serta mengekstraksi senyawa antioksidan dari mikroalga.

c. Aplikasi di bidang forensik

10
Di bidang forensik SFE digunakan dalam analisis obat-obatan terlarang seperti opiat,
stimulant, halusinogen (ex: marijuana), depresan dan obat-obat terlarang lainnya. Obat
golongan opiat yang paling sering disalahgunakan adalah morfin, codein dan heroin. Obat
golongan stimulant yang dapat di analisis menggunakan SFE adalah amfetamin dan
cocain. sedangkan untuk obat golongan depresan ialah barbiturate, benzodiazepine dan
temazepam. Selain digunakan untuk analisis obat-obat terlarang SFE dibidang forensic
juga digunakan untuk analisis puing-puing kebakaran, analisis bahan peledak dan analisis
sidik jari.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

11
- Ekstraksi fluida superkritis merupakan suatu teknik ekstraksi yang memanfaatkan
keadaan fluida yang berada pada temperature dan tekanan superkritis. Umumnya
pelarut yang digunakan adalah CO2 .
- Prinsip dasar SFE adalah adanya perbedaan distribusi komponen-komponen
diantara dua fase dengan menggunakan fluida superkritis sebagai fase gerak.
- Instrumen yang digunakan dalam SFE terdiri dari tank untuk tempat pelarut,
sebuah pompa, restriktor atau katup dan trapping cell.
- Aplikasi SFE adalah untuk ekstraksi produk alami komersial, ekstraksi senyawa
senyawa bahan alam dan analisis dibidang forensik.
3.2 Saran
- Perlu dilakukan perbandingan yang lebih detail dengan metode ekstraksi lainnya.
- Perlunya penambahan contoh aplikasi dibidang lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Sairam, Somsubhra, Satyabrata, Rao, Banji. 2012. Supercritical Fluid Extraction


(SFE)-An Overview. Asian J.Res.Pharm. 2(3):112-120.
Mendiola, Herrero, Puyana, Ibanez. 2013. Natural Product Extraction : Principles
and Applications. London : RSC Publising. Page 196-230.

12
Clifford, Anthony,Williams. 2000. "Introduction to supercritical fluids and their
applications." Supercritical fluid methods and Protocols. 1-16.
Andrews AT .1990. Supercritical carbondioxide extraction of polycyclic aromatic
hydrocarbons from contaminated soil. PhD thesis.Rutgers. The State University of
Brunswick. New Jersey.
Steytler, Grandison, Lewis. 1996.Separation Processes in the Food and
Biotechnology Industries: Principles and Applications. England : Wood head
Publishing Ltd.

13

Vous aimerez peut-être aussi