Vous êtes sur la page 1sur 10

PAPER

Efektivitas Tax Amnesty Pada Periode Pertama

Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan

Dosen Pengampu : Eko Suwardi, Dr., M.Sc., Ak., CA

Oleh:
Muhammad Fahmi R (363178)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
Efektivitas Tax Amnesty Pada Periode Pertama

Oleh: Muhammad Fahmi R

Abstrak

Pembangunan nasional saat ini sedikit terhambat, sedangkan tujan dari


pembangunan nasional itu sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Terhambatnya pembangunan nasional dikarenakan anggaran pembangunan yang
dibutuhkan cukup besar. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan
penerimaan untuk pembangunan adalah dengan pajak.

Melihat rendahnya kesadaran untuk membayar pajak hal ini dapat dari tidak
tercapainya target APBN tahun 2015 dengan capaian hanya 84,7% atau terkumpul
seberas Rp. 1.491,5 triliun dari target Rp. 1.739,6 triliun.

Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty. Tax amnesty ini dibagi menjadi tiga
periode. Periode pertama 1 Juli 2016 30 September 2016, periode kedua 1 Oktober
2016 31 Desember 2016, dan periode ketiga 1 Januari 2017 31 Maret 2017. Tax
amnesty merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk menambah sumber
pendapatan negara yang selama ini masih kurang dari target. Tax amnesty ini dapat
dipercaya mampu memberikan kepatuhan kepada para Wajib Pajak untuk membayar
pajaknya. Kemudian, tax amnesty ini dapat dijadikan alat deteksi dalam mengetahui
Wajib Pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak.

Pada Jumat 30 September 2016 pukul 17.10 WIB terpantau dalam dashboard
amnesti pajak bahwa jumlah penerimaan uang tebusan tax amnesty mencapai Rp 96,
7 triliun atau 58,6% dari target penerimaan uang tebusan sebesar Rp 165 triliun.
Repatriasi harta terpantau mencapai Rp 134 triliun atau sekitar 13% dari target yang
ditentukan sebesar Rp. 1.000 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam repatriasi
harta masih belum efektif.
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pembangunan nasional saat ini sedikit terhambat, sedangkan tujan dari


pembangunan nasional itu sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Terhambatnya pembangunan nasional dikarenakan anggaran pembangunan yang
dibutuhkan cukup besar. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan
penerimaan untuk pembangunan adalah dengan pajak. Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU no
16 tahun 2009). Sektor pajak merupakan sektor pendapatan yang terbesar.
Penggunaan pajak juga untuk kepentingan seluruh warga negara guna membangun
fasilitas publik.

Melihat rendahnya kesadaran untuk membayar pajak hal ini dapat dari tidak
tercapainya target APBN tahun 2015 dengan capaian hanya 84,7% atau terkumpul
seberas Rp. 1.491,5 triliun dari target Rp. 1.739,6 triliun. Sedangkan untuk tahun
2016 target pendapatan sebesar Rp. 1.822,5 triliun dari penerimaan perpajakan
sebesar Rp. 1.546,7 triliun dan bukan pajak sebesar Rp. 273,8 triliun. Dengan adanya
UU tax amnesty diharapkan target penerimaan dari sektor pajak meningkat. Wajib
pajak diberikan tarif tebusan sebesar 2% hingga 5% untuk aset yang dipindahkan dari
luar negeri, sedangkan tarif 4% hingga 10% untuk wajib pajak yang mendeklarasikan
asetnya diluar negeri tanpa memindahkan asetnya,

Indonesia sebelumnya telah melaksanakan amnesti pajak pada 1984 namun


respons yang diberikan wajib pajak saat itu tidak baik dan reformas sistem
administrasi perpajakan yang tida menyeluruh. Saat ini, sebagai bentuk
reformasi perpajakan salah satu agendanya adalah menerapkan Pengampunan
Pajak atau Tax Amnesty. Tax amnesty ini dibagi menjadi tiga periode. Periode
pertama 1 Juli 2016 30 September 2016, periode kedua 1 Oktober 2016 31
Desember 2016, dan periode ketiga 1 Januari 2017 31 Maret 2017. Untuk periode
pertama sudah berlalu mari kita melihat seberapa efektifkah penerapan tax amnesty
ini.
Rumusan Masalah

1. Apa tujuan pemerintah memberlakukan tax amnesty di Indonesia?


2. Berapa tingkat efektivitas pelaksanaan tax amnesty pada periode pertama ini?

Tujuan penelitian

1. Mengetahui tujuan pemerintah memberlakukan tax amnesty di Indonesia


2. Mengetahui tingkat keefektifan dalam pelaksanaan tax amnesty periode pertama.
BAB II
PEMBAHASAN

Tujuan Pemerintah Memberlakukan Kebijakan Tax Amnesty Di Indonesia

Permasalahan mengenai perpajakan di Indonesia ini beragam mulai dari


penyelundupan pajak hingga rendahnya penerimaan dan kepatuhan pajak. Pemerintah
pun mulai melakukan suatu perubahan dengan kondisi saat ini. Permasalahan
perpajakan tersebut dapat diatasi dengan kebijakan-kebijakan yang diantaranya
dengan pengampunan pajak (tax amnesty). Tax amnesty merupakan program
pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi
penghapusan pajak yang seharunya terutang, penghapusan sanksi administrasi
perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang
diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT,
dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang
tebusan.
Tax amnesty merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk menambah
sumber pendapatan negara yang selama ini masih kurang dari target. Tax amnesty ini
dapat dipercaya mampu memberikan kepatuhan kepada para Wajib Pajak untuk
membayar pajaknya. Kemudian, tax amnesty ini dapat dijadikan alat deteksi dalam
mengetahui Wajib Pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak.
Tingkat kepatuhan yang rendah yang ingin ditingkatkan oleh pemerintah
menjadi tujuan utama dari kebijakan-kebijakan perpajakan jangka menengah.
Sedangkan, tujuan pelaksanaan tax amnesty ini yaitu meningkatkan penerimaan pajak
dalam jangka pendek. Permasalahan stagnannya penerimaan pajak menjadi alasan
utama pembenaran tax amnesty. Hal ini mengakibatkan pemerintah mengharapkan
penerimaan lebih dari sektor pajak namun hal ini mungkin saja terjadi hanya selama
program tax amnesty. Setelah program tax amnesty ini selesai maka memungkinkan
Wajib Pajak berprilaku tidak patuh seperti dahulu.
Selain bertujuan meningkatkan penerimaan pajak, tax amnesty merupakan
upaya untuk memperkecil kemungkinan untuk menyembunyikan kekayaan di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena adanya transparansi
dalam sektor keuangan global dan meningkatnya intensitas pertukaran informasi
antarnegara.
Kebijakan Amnesti Pajak, dalam penjelasan umum Undang-Undang
Pengampunan Pajak, hendak diikuti dengan kebijakan lain seperti penegakan hukum
yang lebih tegas dan penyempurnaan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, serta kebijakan strategis lain di bidang perpajakan dan perbankan sehingga
membuat ketidakpatuhan Wajib Pajak akan tergerus di kemudian hari melalui basis
data kuat yang dihasilkan oleh pelaksanaan Undang-Undang ini.
Dalam jangka panjang kebijakan tax amnesty ini akan memberikan dampak
yang permanen jika dilengkapi dengan program penyempurnaan seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Dampak dalam jangka panjang antara lain meningkatkan
kepatuhan pajak dimasa yang akan datang, tingkat kepatuhan menjadi sorotan dalam
pelaksanaan tax amnesty, tax amnesty ini diharapan mampu menarik Wajib Pajak
yang belum menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan akan menjadi bagian
dari sistem tersebut sehingga Wajib Pajak tidak mampu menghidar dari kewajiban
perpajakannya; mendorong repatriasi modal atau aset, modal yang ada di luar negeri
diharapkan akan kembali ke dalam negeri sehingga informasi mengenai kekayaan
dapat mudah ditelusuri oleh otoritas pajak; transisi ke sistem perpajakan yang baru,
reformasi perpajakan yang terjadi akan membuat kaget wajib pajak sehingga dengan
adanya tax amnesty ini mampu memfasilitasi transsi sistem perpajakan tersebut.

Efektivitas Tax Amnesty Pada Periode 1 Juli 2016 30 September 2016

Pemerintah dalam menjalankan program tax amnesty ini terbagi menjadi tiga
periode dengan menargetkan penerimaan uang tebusan sebesar Rp 165 triliun hingga
periode ketiga yang berakhir di Maret 2017. Periode pertama dimulai bulan Juli
hingga 30 September 2016 ditawarkan tarif tebusan termurah sebesar 2% untuk
repatriasi. Selanjutnya untuk repatriasi dikenakan tarif masing-masing 3% dan 5%
untuk periode 1 Oktober-31 Desember 2016 dan 1 Januari-31 Maret 2017.

Tarif tersebut juga berlaku bagi wajib pajak yang hendak melaporkan harta
(deklarasi) di dalam negeri. Sedangkan wajib pajak yang hendak mendeklarasi harta
di luar negeri, dikenakan tarif masing-masing 4%, 6% dan 10% untuk ketiga periode
tersebut.
Khusus bagi UMKM, dikenakan tarif seragam mulai 1 Juli 2016 hingga 31
Maret 2017, yakni 0,5% untuk aset di bawah Rp10 miliar dan 2% untuk aset di atas
Rp10 miliar.

Pada periode pertama program tax amnesty yang dilaksanakan pada 1 Juli
2016 hingga 30 September 2016 telah dilalui. Pada Jumat 30 September 2016 pukul
17.10 WIB terpantau dalam dashboard amnesti pajak bahwa jumlah penerimaan uang
tebusan tax amnesty mencapai Rp 96, 7 triliun atau 58,6% dari target penerimaan
uang tebusan sebesar Rp 165 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam satu
periode pemerintah mampu melampaui setengah dari target yang diberikan.
Harapannya target tersebut mampu dilewati hingga batas tax amnesty ini berlaku.
Jumlah uang yang diterima naik sebesar Rp 3,2 triliun dari hari sebelumnya yang
mencapai Rp 93,5 triliun.

Nilai tersebut didapatkan dari surat setoran pajak (SSP) yang mencakup
pembayaran tebusan amnesti pajak, pembayaran tunggakan pajak, dan pembayaran
penghentian pemeriksaan bukti permulaan. Hingga akhir periode pertama pada 30
September, telah diterima total 333.867 surat pernyataan harta dengan jumlah 311.740
surat yang tercatat sepanjang bulan ini.

Pemerintah menargetkan dapat melakukan repatriasi hingga Rp 1.000 triliun


dalam sembilan bulan program tax amnesty. Pada akhir periode pertama ini nilai
pernyataan harta yang disampaikan dalam program amnesti pajak menembus Rp
3.441 triliun naik sekitar Rp283 triliun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai
Rp. 3.158 triliun. Dari hasil tersebut repatriasi harta terpantau mencapai Rp 134 triliun
atau sekitar 13% dari target yang ditentukan. Jelas ini masih jauh dari harapan
mengingat program tax amnesty ini tinggal enam bulan lagi.
Komposisi uang tebusan berdasarkan SPH yang disampaikan hingga 30 September
2016:

Orang Pribadi Non UMKM: Rp73,6 triliun

Badan Non UMKM: Rp9,05 triliun

Orang Pribadi UMKM: Rp2,50 triliun

Badan UMKM: Rp170 miliar

Adapun komposisi pernyataan harta terdiri dari:

Deklarasi Dalam Negeri: Rp2.378 triliun

Deklarasi Luar Negeri: Rp929 triliun

Repatriasi: Rp134 triliun


BAB III

SIMPULAN

Tax amnesty merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk menambah sumber
pendapatan negara yang selama ini masih kurang dari target. Tax amnesty ini dapat dipercaya
mampu memberikan kepatuhan kepada para Wajib Pajak untuk membayar pajaknya.
Kemudian, tax amnesty ini dapat dijadikan alat deteksi dalam mengetahui Wajib Pajak yang
tidak patuh dalam membayar pajak.

Pada periode pertama program tax amnesty yang dilaksanakan pada 1 Juli 2016
hingga 30 September 2016 telah dilalui. Pada Jumat 30 September 2016 pukul 17.10 WIB
terpantau dalam dashboard amnesti pajak bahwa jumlah penerimaan uang tebusan tax
amnesty mencapai Rp 96, 7 triliun atau 58,6% dari target penerimaan uang tebusan sebesar
Rp 165 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam satu periode pemerintah mampu
melampaui setengah dari target yang diberikan.

Sedangkan, repatriasi harta terpantau mencapai Rp 134 triliun atau sekitar 13% dari
target yang ditentukan sebesar Rp 1.000 triliun. Jelas ini masih jauh dari harapan mengingat
program tax amnesty ini tinggal enam bulan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pajak.(2016). Amnesti Pajak, diakses pada 7 Desember 2016, dari
http://www.pajak.go.id/amnestipajak

Lestari, Daurina, dkk. (1 Oktober 2016). Akhir Manis Tax Amnesty Periode Pertama,dari
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/828878-akhir-manis-tax-amnesty-periode-pertama

Nugroho, Aprianto Cahyo. (30 September 2016). Hari Terakhir Periode I Amnesti Pajak,
Komposisi Harta Tembus Rp3.441 Triliun, dari
http://finansial.bisnis.com/read/20160930/10/588510/hari-terakhir-periode-i-amnesti-pajak-
komposisi-harta-tembus-rp3.441-triliun

Vous aimerez peut-être aussi