Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KRITISI JURNAL
Oleh:
KELOMPOK 8B
Lusia Prihatini Ekasari 150070300011105
Asti Setya Sawitri 150070300011087
Kartika Rahmawati 150070300011111
Wita Oktaviana 150070300011140
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Departemen Maternitas dengan judul The Effect of Probiotic
Yogurt on Constipation in Pregnant Women: A Randomized Controlled Clinical Trial .
Ketertarikan penulis akan topik ini didasari pada kejadian konstipasi yang dialami ibu hamil
khsusnya usia kehamilan diatas 24 minggu. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Luluk Ernawati, SST, selaku Clinical Instructur departemen Maternitas di Poli KIA
PKM Kedungkandang
2. Ns. Muladefi, S.Kep, M.Kep., selaku dosen pembimbing Departemen Maternitas
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
3. Pihak-pihak yang secara tidak langsung membantu proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Departemen Maternitas ini masih
kurang sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
membangun bagi penulis, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan
masyarakat secara umum.
Malang, 24 Februari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konstipasi
1. Definisi Konstipasi
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja)
dalam usus besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam
pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya gerakan peristaltik pada usus besar
sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul perasaan tidak
nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang
atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal
dengan istilah sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang
air besar, feses (tinja) yang keras, rasa buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin
buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya), atau jarang buang air besar.
Seringkali orang berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi apabila mereka
tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga kali
sehari hingga tiga kali seminggu (Herawati, 2012).
2. Klasifikasi Konstipasi
Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu konstipasi akut
dan konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang
dari 4 minggu. Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu
disebut konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kronik biasanya lebih sulit
disembuhkan (Kasdu , 2010).
3. Patofisiologi Konstipasi
Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan
yang tidak dapat dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus
besar (kolon) sebagai massa yang tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air
dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap oleh tubuh. Kemudian, massa tersebut
bergerak ke rektum (dubur), yang dalam keadaan normal mendorong terjadinya
gerakan peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi sekali
atau dua kali setiap 24 jam (Akmal, dkk, 2010).
Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan efek samping yang
tidak nyaman dari kehamilan. Sembelit terjadi karena hormon-hormon kehamilan
memperlambat transit makanan melalui saluran pencenaan dan rahim yang
membesar menekan poros usus (rektum). Suplemen zat besi prenatal juga dapat
memperburuk sembelit. Berolahraga secara teratur, menyantap makanan yang
kaya serat serta minum banyak air dapat membantu meredakan masalah tersebut
(Kasdu, 2010).
5. Pengobatan Konstipasi
Menurut Herawati (2012), pengobatan konstipasi pada ibu hamil dapat dibagi
menjadi dua cara, yaitu terapi non obat dan terapi obat.
a. Terapi non abat
Pada umumnya, konstipasi pada masa kehamilan dapat diatasi
dengan melakukan penyesuaian pola makan dan perubahan gaya hidup.
Makanan kaya serat (30-35%), misalnya gandum, buah-buahanan dan
sayuran dapat meringankan konstipasi.
Namun , mengkomsumsi makanan kaya serat dalam jumlah besar
secara tiba-tiba dapat menyebabkan perut terasa tidak enak dan kembung.
Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi makanan secara teratur dan minum air
dalam jumlah cukup (6-8 gelas/hari). Perubahan gaya hidup, misalnya:
olahraga teratur dapat memperbaiki saluran cerna.
b. Terapi obat
Obat pencahar digunakan apabila konstipasi tidak dapat diatasi dengan
penyesuaian jenis makanan dan perubahan gaya hidup saja. Kriteria obat
pencahar yang boleh diberikan kepada ibu hamil adalah:
1) Efektif,
2) Tidak diserap oleh saluran cerna,
3) Tidak teratogenik (tidak menyebabkan cacat pada janin),
4) Dapat ditoleransi dengan baik (tidak menimbulkan efek samping pada
ibu dan janin).
Terdapat beberapa golongan obat pencahar, antara lain: obat pencahar
osmotik, pembentuk massa, dan stimulan. Obat pencahar pilihan untuk ibu
hamil adalah hanya digunakan secara terbatas hanya jika konstipasi tidak
dapat diatasi dengan obat pencahar osmotik.
B. Yoghurt
1. Pengertian
Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri.
Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi
produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)
menghasilkan asam laktat, yang berperan dalam protein susu untuk menghasilkan
tekstur seperti gel dan bau yang unik pada yoghurt. Yoghurt sering dijual apa adanya,
bagaimanapun juga rasa buah, vanilla atau coklat juga populer.
Ditambahkan Sugiono dan Mahenda (2014), yoghurt adalah produk susu yang
dikulturkan, dibuat dengan menambahkan kultur bakteri baik pada bahan baku susu.
Kultur baik ini dapat memberikan properti atau sifat khas dari yoghurt. Organisme ini
akan memfermentasi dan mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam laktat dan
menciptakan flavour tertentu pada yoghurt.
Kata yoghurt berasal dari bahasa Turki yaitu jugurt atau yogurut yang artinya
susu asam. Secara definisi yoghurt adalah produk yang diperoleh dari susu yang telah
dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan bakteri tertentu sampai diperoleh
keasaman, bau dan rasa yang khas dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang
diizinkan (Surayudin, 2015).
Yoghurt dapat dibuat dari susu segar atau produk susu dengan atau tanpa
menambahkan susu bubuk atau susu skim bubuk. Sumber susu segar dapat berasal
dari susu sapi, kerbau, kambing atau onta. Namun dari semua itu susu sapi paling
umum digunakan. Yoghurt umumnya dibuat dari susu skim. Susu skim adalah bagian
susu yang tertinggal setelah krim diambil sebagian atau seluruhnya dalam proses
separasi. Susu skim mengandung semua komponen gizi dari susu yang tidak
dipisahkan, kecuali lemak dan vitamin yang larut dalam lemak (Surayudin, 2015).
Tabel 2. Kandungan Beberapa Vitamin Penyusun Susu dan Yoghurt
Vitamin Susu Yoghurt
(Unit/ 100 gram) Kadar Lemak Kadar Lemak
Murni Skim
Tinggi Rendah
Vitamin A (IU) 148 - 140 70
Thiamin (B1) 37 40 30 42
Riboflavin (B2) (g) 160 180 190 200
Piridoksin (B6) (g) 46 42 46 46
Sianokobalamin (B12) (g) 0,39 0,4 - 0,23
Vitamin C (mg) 1,5 1,0 - 0,7
Vitamin D (IU) 1,2 - - -
Vitamin E (IU) 0,13 - - Trace
Asam folat (g) 0,25 - - 4,1
Asam Nikotinat (g) 480 - - 125
Asam Pantotenat (g) 371 370 - 381
Biotin (g) 3,4 1,6 1,2 2,6
Kolin (mg) 121 4,8 - 0,6
2. Manfaat
Wirakusumah (2007) menjelaskan bahwa mengonsumsi yoghurt sangat bermanfaat
bagi kecukupan dan peningkatan gizi masyarakat. Yoghurt mengandung gizi yang
cukup tinggi dengan komposisi nutrisi yang lengkap, seperti disajikan pada table di
bawah ini:
Kandungan Gizi Proporsi (Banyaknya)
Kalori 52,00 kal
Protein 3,30 g
Lemak 2,50 g
Karbohidrat 4,00 g
Kalsium 120,00 mg
Fosfor 90,00 mg
Zat besi 0,10 mg
Vitamin A 73,00 SI
Vitamin B1 0,05 mg
Air 88,00 g
Yoghurt mengandung bakteri asam laktat yang berperan untuk mengubah bentuk
laktosa (gula yang terdapat dalam susu) ke dalam bentuk yang lebih sederhana.
Penguraian laktosa sangat berperan penting karena ada sebagian orang yang tidak
dapat mencerna laktosa dalam susu. Kasus ini disebut sebagai lactose intolerance,
dimana tubuh kurang mempunyai lactase, enzim pencermaan yang merubah laktosa
menjadi gula sederhana yang dapat diserap oleh saluran pencernaan. Orang yang
kekurangan enzim tersebut setelah mengonsumsi susu biasanya akan mengalami
gejala-gejala seperti mual, sakit perut, kembung, dan diare. Gejala-gejala tersebut
dapat diatasi dengan mengonsumsi yoghurt. Karena dengan adanya aktivitas bakteri
asam laktat, laktosa dalam susu telah didegradasi. Selain itu, mengonsumsi yoghut
dapat meningkatkan kesehatan tubuh karena bakteri-bakteri yoghurt yang masuk ke
dalam usus akan menyelimuti dinding usu, sehinga dinding usus menjadi basa. Pada
konsisi dinding usus asam, maka mikroba-mikroba pathogen menjadi tertekan atau
tidak dapat menyerang (Wirakusumah, 2007).
3. Jenis Yoghurt
a. Firm Yoghurt
Hasaruddin dan Pratiwi (2015) menjelaskan bahwa yoghurt dengan konsistensi gel
padat yang dikemas sehingga untuk mengonsumsinya harus menggunakan
sendok. Menurut Wirakusumah (2007), yoghurt ini biasanya berbentuk jelly yang
padat. Difermentasi dan didinginkan dalam wadah yang padat. Rasanya bersifat
alami atau seperti bahan penyusunnya yaitu susu.
b. Stirred Yoghurt
Pada saat proses dilakukan pengadukan menyebabkan gel pecah kemudian
didinginkan dan dikemas setelah terjadi penggumpalan kembali. Selama dalam
kemasan akan terjadi peningkatan viskositas dan produk yang mempunyai tekstur
cukup padat dan biasanya ditambahkan pengental (Hasruddin dan Pratiwi, 2015).
c. Drinking Yoghurt
Hamper sama dengan stirred yoghurt tetapi produk telah dihomogenisasi sehingga
konsistensi menjadi encer, selanjutnya dikemas. Pada yoghurt jenis ini tidak
ditambahkan bahan pengental tetapi ditambahkan stabilizer (Hasruddin dan
Pratiwi, 2015).
4. Probiotik
Probiotik adalah suplemen diet yang mengandung bakteri berguna dengan asam
laktat bakteri (lactic acid bacteria LAB) sebagai mikroba yang paling umum
dipakai. LAB telah dipakai dalam industri makanan bertahun-tahun karena mereka
mampu untuk mengubah gula (termasuk laktosa) dan karbohidrat lain menjadi asam
laktat. Ini tidak hanya menyediakan rasa asam yang unik dari dairy food fermentasi
seperti susu fermentasi, tapi juga berperan sebagai penyedia, dengan cara
mengurangi pH dan membuat kesempatan organisme merugikan untuk tumbuh lebih
sedikit (Anonymous, 2007 2).
Menurut Lestiani (2004), Probiotik merupakan mikroorganisma hidup yang secara
aktif meningkatkan kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroflora
usus, jika dikonsumsi dalam keadaan hidup dan dalam jumlah yang memadai.
Namun demikian, mikroorganisma baru bisa disebut probotik jika memiliki tiga sifat,
yaitu bakteri-bakteri ini hidup di dalam pencernaan manusia, dan mencapai usus
dalam keadaan hidup.
Ditambahkan Pusponegoro (2007), Istilah probiotik berarti for life dengan
definisi: mikroorganisme hidup yang bermanfaat bagi tubuh dengan cara
menyeimbangkan bakteri dan mikroflora lain di usus. Probiotik adalah bakteri baik
yang harus ada di dalam usus manusia untuk mempertahankan sistem kekebalan
yang sehat.
Probiotik berasal dari kata probios, yang dalam ilmu biologi berarti untuk
kehidupan. Probiotik adalah pangan mengandung mikroorganisme hidup yang
secara aktif meningkatkan kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan flora
usus jika dikonsumsi dalam keadaan hidup dalam jumlah yang memadai (Fuller,
1989). Oleh karena itu untuk dapat disebut probiotik, bakteri harus mempunyai
persyaratan sbb:
1. Terbukti aman bagi manusia.
2. Dapat mencapai usus dalam keadaan hidup
3. Terbukti bermanfaat
Probiotik seringkali direkomendasikan oleh dokter, dan, lebih sering lagi, oleh ahli
nutrisi, setelah pengkonsumsian antibiotik, atau sebagai bagian dari pengobatan
candidiasis. Banyak probiotik disediakan dalam sumber alaminya seperti
Lactobacillus pada yoghurt dan sauerkraut. Beberapa mengklaim probiotik mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Anonymous 2, 2007). Usus manusia
sebenarnya penuh dengan mikroorganisme, jumlahnya mencapai 400 macam.
Mikroorganisme ini terdiri dari virus, jamur, parasit dan bakteri. Jumlahnya mencapai
100 triliun, lebih banyak dari jumlah manusia di dunia. Untungnya tidak semua
mikroorganisme tersebut jahat bagi tubuh.
Sumber probiotik
Probiotik tidak diproduksi oleh tubuh sehingga harus selalu ada asupan dari luar
agar jumlah bakteri baik dalam tubuh tetap seimbang. Untuk memperolehnya, kita
dapat mengonsumsi makanan dan minuman sumber probiotik. Probiotik dapat
diperoleh dari makanan dan sediaan murni. Produk makanan probiotik misalnya
susu fermentasi (yogurt), keju, dan susu sapi yang diperkaya dengan bakteri
probiotik. Sedangkan sediaan murni probiotik dapat berupa tablet, kapsul, dan
granul. Telah ada minuman susu berfermentasi yang dijual bebas dalam kemasan
siap diminum. Tidak ada batasan usia untuk mengonsumsi minuman susu
fermentasi. Untuk memelihara bakteri menguntungkan di dalam tubuh kita
disarannkan untuk mengonsumsi pula makanan yang mengandung prebiotik.
Bakteri Asam Laktat (BAL)
Kelompok bakteri ini mempunyai morfologi yang beragam atau heterogen dan
memiliki bentuk batang pendek atau panjang, serta bulat (coccus), yang menjadi
karakeristik fisiknya. Semua anggota Lactobacteriaceae adalah gram positif dan
tidak membentuk spora dan umumnya non-motile. Keberadaannya tergantung pada
karboohidrat yang menjadi suplai energinya dan menghasilkan asam laktat (Sugiono
dan Mahenda, 2014).
Tidak berlebihan bila bakteri dalam genus ini disebut sebagai salah satu bakteri
terpenting (yang sudah diketahui tentunya) dalam kehidupan manusia. Lactic acid
bacteria termasuk bakteri gram positif fakultatif dan secara umum tidak berbahaya,
bahkan dibutuhkan oleh manusia dan hewan. BAL banyak ditemukan di sekeliling
kita, sebagai contoh, BAL banyak ditemukan di sekitar vagina dan di dalam usus
halus. BAL sangat berperan dalam membantu proses pencernaan kita. Kalau anda
ingat minuman kesehatan Yakult, BAL inilah yang juga berperan dalam aspek
kesehatan dari minuman tersebut selain kandungan mineral dan nutrisi lainnya. BAL
mampu memproses karbohidrat dalam susu yang disebut laktosa menjadi asam
laktat. Mereka secara natural ada didalam susu (murni) dan secara luas digunakan
sebagai kultur starter dalam produksi berbagai macam produk olahan fermentasi
susu.
5. Prebiotik
Prebiotik adalah bakteri baik yang bermanfaat bagi tempat hidupnya. Sebagai
bakteri yang hidup, probiotik memerlukan makanan. Nutrisi yang sesuai bagi
bakteri baik namun tidak cocok dengan bakteri jahat disebut prebiotik. Prebiotik
mendukung probiotik dan menekan bakteri jahat, banyak produsen makanan dan
minuman yang menyertakan kedua unsur ini dalam makanan atau minuman yang
mereka pasarkan.
Minuman dan suplemen kesehatan yang dijual di pasaran banyak diklaim
mengandung prebiotik, probiotik atau kombinasi antara keduanya. Sepintas hanya
berbeda pada awalan pre dan pro namun ternyata banyak hal yang membedakan
keduanya. Perbedaan mendasar adalah probiotik terdiri dari mikroorganisme
hidup. Sedangkan prebiotik merupakan serat yang menjadi makanan bagi
mikroorganisme. Contoh probiotik misalnya bakteri Bifidobacterium, Eubacterium,
dan Lactobacillus. Sementara contoh prebiotik adalah inulin dan
fructooligosaccharide (prebiotik FOS).
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode randomized controlled study. Peserta secara
acak dipilih untuk menjadi dua kelompok (kelompok yang mengkonsumsi yoghurt
prebiotik dan kelompok yang mengkonsumsi yoghurt konvensional). Penelitian
dilakukan dari bulan desember 2014 sampai juli 2015
B. Partisipan
Partisipan yang mengikutri penelitian memiliki kriteria inklusi yaitu :
a) Wanita hamil sedang mengalami konstipasi
b) Usia lebih dari 18 tahun
c) Usia Kehamilan 24 28 minggu
Kriteria eksklusi
a) Ibu hamil sedang dalam pengobatan dalam 1 minggu sebelum penelitian
b) Mengalami retardasi mental
c) Menderita Hisprung, Hipotiroidisme, anomali tulang belakang, anorektal
patologi, penyakit inflamasi usus, bedah gastrointestinal sebelumnya dan
Penggunaan produk susu fermentasi yang mengandung probiotik dua
minggu sebelum penelitian.
C. Prosedur Penelitian
Dalam studi ini, 114 wanita hamil sembelit dipilih melalui metode convenience
sampling berdasarkan kriteria diagnostik Roma III. Pada akhirnya, 60 perempuan
berpartisipasi dalam penelitian ini dan sebelum dilakukannya penelitian peneliti
menjelaskan maksud tujuan dari penelitian ini dan menyetujui informed concent.
Sejumlah 60 orang dibagi menjadi dua kelompok (30 wanita dengan yogurt probiotik
dan 30 wanita mendapatkan yogurt konvensional).
Setelah terpilih sampel dalam penelitian ini kemudaian peneliti memberikan
kuesioner konstipasi kepada masing-masing responden. Selanjutnya peneliti
memberikan yogurt probiotik pada kelompok perlakuan dan yogurt konvensional pada
kelompok lainnya. Setiap responden mengkonsumsi yogurt 300 gram, diminum 3 kali
perhari selama 4 minggu. Setelah itu kembali diberikan kuesioner tentang konstipasi
untuk menilai kejadian konstipasi yang dialami partisipan sesudah penelitian.
Yoghurt konvensional maupun probiotik di sediakan oleh peneliti dan diharapkan
responden menyimpan dalam almari es dengan suhu 4 OC. Terlebih dahulu minum
segelas air dan kemudian makan yogurt satu jam sebelum makanan. Setiap peserta
juga disarankan untuk melanjutkan diet normal mereka, tetapi untuk menghindari
produk probiotik lain dan obat pencahar suplemen berharap MOM (Susu magnesium).
Follow up dilakukan selama empat minggu intervensi dan dua minggu setelah
intervensi oleh sesuai penulis penelitian ini.
D. Program Intervensi
1. Penelitian ini dilakukan pada 60 wanita hamil dengan usia kehamilan 24-28
minggu. Di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mengkonsumsi yoghurt
konvensional dan yoghurt probiotik
2. Para wanita diberikan penjelasan mengenai penelitian dan diminta untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini
3. Kedua kelompok diberikan 300 g perhari baik itu yoghurt konvensinal maupun
yoghurt probiotik.
4. Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu dan selama penelitian responden tidak
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan fermentasi dan produk probiotik
lainnya
E. Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan studi terkontrol triple-blind randomized, dengan lamanya
peelitian dari bulan desember 2015 sampai juli 2016. Kriteria inklusi adalah usia
gestasi 24 28 minggu.
Setelah mengkonsumsi yoghurt selama 4 minggu, responden diberi kuesioner
untuk menilai konstipasi yang dialami. Follow up dilakukan tiap minggu dan juga
diberikan 2 minggu setelah intervensi. Kuesioner berisi tentang pertanyaan tentang
frekuensi buang air besar, status buang air besar, mengejan saat
buang air besar, perasaan saatn pengeluaran yang tidak lengkap setelah
buang air besar, sensasi obstruksi anorektal, keperluan memanipulasi rektum untuk
memperlancar buang air besar, jumlah tinja dan warna tinja.
Setelah data terkumpul maka dilakukan uji statistik menggunakan Penelitian ini
menggunakan software SPSS 21. Untuk menggambarkan karakteristik sosio-
demografis peserta, statistik deskriptif (frekuensi, persentase, mean dan standar
deviasi) yang digunakan. Dalam rangka untuk menyelidiki homogenitas kelompok
dalam hal karakteristik kualitatif, chi-square dan chi-square untuk uji tren yang
dimanfaatkan dan independen t-test digunakan untuk karakteristik kuantitatif. Untuk
membandingkan frekuensi rata-rata buang air besar antara dua kelompok, independen
t-test dan ukuran diulang tes ANOVA digunakan masing-masing sebelum dan sesudah
intervensi dengan penyesuaian nilai-nilai dasar. uji Friedman dan uji Mann-Whitney
digunakan masing-masing untuk intra-kelompok perbandingan jumlah tinja, konsistensi
tinja, mengejan saat buang air besar, perasaan evakuasi yang tidak lengkap setelah
buang air besar, sensasi obstruksi anorektal, kebutuhan untuk memanipulasi rektum
untuk memperlancar buang air besar dan warna tinja dan untuk antar-kelompok
pembanding dari hasil ini. Untuk membandingkan kualitas hidup antara kelompok-
kelompok studi, tes ANCOVA dipekerjakan dengan mengontrol skor dasar. Sebuah
tingkat signifikansi P <0,05 diasumsikan. Semua analisis dilakukan dengan
pendekatan.
F. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini 60 wanita hamil yang berpartisipasi dalam penelitian ini secara
acak dialokasikan ke dalam dua kelompok 30-peserta intervensi (probiotik yoghurt) dan
kontrol (yogurt konvensional). Ada satu peserta yang putus dalam kelompok probiotik
pada minggu ketiga penelitian karena perjalanan dan kurangnya berikutnya akses. Ada
juga dua putus sekolah pada kelompok kontrol (yogurt konvensional) di minggu kedua
dan keempat dari penelitian karena keengganan untuk menerima yoghurt (Gambar 1).
kelompok yang diteliti adalah serupa dalam hal karakteristik sosiodemografi termasuk
usia, pekerjaan, status ekonomi, pendidikan, pendidikan suami, dan indeks massa
tubuh (BMI) (Tabel 1). Mean standar deviasi (SD) usia peserta adalah 28,6 tahun.
pendapatan mereka relatif tinggi di 76,6% dari peserta. Sekitar 90% dari wanita hamil
yang ibu rumah tangga, 45% memiliki tinggi pendidikan sekolah dan 40% memiliki BMI
normal (18,5-24,9) di kedua kelompok. Empat puluh persen dari peserta primigravida.
Pada awal, peserta di kedua kelompok hampir identik dalam hal kriteria sembelit (P =
0,637).
Respon klinis terhadap pengobatan dievaluasi selama periode penelitian. Setiap
peserta terus checklist untuk catatan harian diri melaporkan intensitas sembelit.
Peserta ditindaklanjuti mingguan oleh peneliti untuk menyediakan yoghurt dan
menanggapi isu mengenai pencatatan data dan untuk menilai efek samping. Selama 4
minggu intervensi, frekuensi buang air besar meningkat dari 2,1 (0,8) pada awal
menjadi 8,3 (4,4) pada kelompok yogurt probiotik vs 2,3 (0,7) pada awal menjadi 8,1
(4,3) pada kelompok yogurt konvensional di akhir minggu ke-4 yang didasarkan pada
ukuran diulang tes ANOVA, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara
kedua kelompok (berarti perbedaan: 0,1; Confidence Interval 95%: -1,4 ke 1,7; P =
0,872) (Tabel 2, Gambar 2 ).
Gejala sembelit termasuk tegang, obstruksi anorektal, manipulasi untuk
memperlancar buang air besar, konsistensi feses dan warna tinja yang meningkat
secara signifikan (P <0,05) pada kedua kelompok. Selain itu, jumlah buang air besar
meningkat secara signifikan pada kedua kelompok (P <0,05), sementara evakuasi tidak
lengkap berkurang secara signifikan pada kelompok perlakuan (P = 0,01) (Tabel 3).
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok dalam nilai rata-
rata dari fisik (berarti perbedaan: 0,7; Confidence Interval 95%: -1,7 sampai 1,2; P =
0,726) dan mental (berarti perbedaan: 1.2; Confidence Interval 95%: -4,6 Ke 7,0; P =
0,678) aspek kualitas hidup setelah intervensi dengan penyesuaian nilai awal (Tabel 4).
Frekuensi buang air besar meningkat dari 2,1 di dasar menjadi 7,6 dalam
kelompok probiotik yoghurt, dari 2.3 menjadi 7,3 pada kelompok yogurt konvensional di
akhir dari minggu ke-6. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok di
antara kriteria lain kecuali tinja konsistensi, yang merupakan perbaikan dalam probiotik.
Kelompok yoghurt (P = 0,003). Beberapa peserta dalam kedua kelompok melaporkan
mual, kembung dan diare selama menelan baik probiotik yoghurt atau yogurt
konvensional.
G. Diskusi
Sebuah peningkatan yang signifikan ditemukan dalam penelitian ini dalam
frekuensi buang air besar dalam dua kelompok yogurt probiotik dan yogurt
konvensional. Selain itu, jumlah bangku, mengejan, sensasi obstruksi anorectal dan
perlu untuk manipulasi untuk memperlancar buang air besar secara signifikan
meningkat pada kedua kelompok perlakuan dan kontrol.
Namun, sensasi evakuasi tidak lengkap setelah buang air besar hanya menurun pada
kelompok probiotik. Beberapa penelitian melaporkan perbaikan klinis dan pengurangan
gejala sembelit pada orang yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
frekuensi buang air besar, mengurangi mengejan saat buang air besar dan sensasi
evakuasi tidak lengkap setelah buang air besar. Selain itu, dalam percobaan klinis di
Korea mengenai pria tua dan wanita dengan usia rata-rata 77,1 tahun yang tinggal di
sebuah panti jompo dan suplemen menerima mengandung Lactobacillus acidophilus,
Bifidobacterium longum dan Pediococcus entosaceus memiliki gejala sembelit yang
dikurangi dengan meningkatkan frekuensi dan jumlah pengeluaran feses.
Dalam percobaan klinis terkontrol pada 135 wanita Cina antara usia 25 dan 65
tahun, peningkatan buang air besar dan perbaikan dalam konsistensi dan buang air
besar statusnya dilaporkan setelah menerima susu fermentasi yang mengandung B.
lactis DN-173010 dengan dua fermentasi yogurt klasik, S. thermophilus dan L.
bulgaricus. Dalam percobaan klinis terkontrol dengan peserta dari usia 6 bulan, 44 bayi
yang menerima L. reuteri selama 8 minggu memiliki peningkatan frekuensi buang air
besar. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian kami dalam hal jumlah
peserta, jenis kelamin, jenis probiotik dan gerakan dan perbaikan dalam konsistensi
dan buang air besar statusnya dilaporkan setelah menerima susu fermentasi yang
mengandung B. lactis DN-173010 dengan dua fermentasi yogurt klasik, S. thermophilus
dan L. Bulgaricus. Dalam percobaan klinis terkontrol dengan peserta dari usia 6 bulan,
44 bayi yang menerima L. reuteri selama 8 minggu memiliki peningkatan frekuensi
buang air besar.
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian kami dalam hal jumlah
peserta, jenis kelamin, jenis probiotik dan durasi pengobatan yang berbeda. Karena
perubahan mekanis dan hormonal pada kehamilan, hasil penelitian ini dapat
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dikecualikan wanita hamil. Dalam
studi tersebut di atas, telah dijelaskan bahwa intervensi jangka pendek dengan
probiotik meningkatkan gejala sembelit kronis. Namun, mungkin penting untuk
mengevaluasi hasil setelah durasi yang lebih lama dari konsumsi probiotik dan apakah
atau tidak efek menguntungkan dan khusus akan dipertahankan setelah penghentian
asupan probiotik.
Dalam studi, baik bukan efek samping yang dilaporkan atau efek samping yang
dilaporkan adalah rendah dan ringan, termasuk kembung, diare dan kejengkelan
sembelit, mual, nyeri epigastrium dan eksim. Efek samping dari penelitian kami juga
mual, kembung dan diare pada kedua kelompok. Mengingat efek sembelit kronis pada
kualitas hidup, dampak robiotics pada kualitas hidup juga dinilai dalam studi ini dan
tidak ada perbedaan antara kelompok dalam aspek fisik dan mental kualitas hidup.
Namun, sebuah studi klinis melaporkan efek menguntungkan dari probiotik
mengandung makanan pada kualitas hidup pada orang dewasa antara usia 18 sampai
65 tahun. Dalam penelitian lain, setelah konsumsi yogurt mengandung oleh orang-
orang dengan usia rata-rata 61,8 tahun perasaan mereka meningkat dan peningkatan
ini disebabkan peningkatan fungsi usus.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari jurnal tersebut, peneliti menemukan suatu bukti yang
menunjukkan bahwa kerja usus halus ditingkatkan setelah konsumsi yogurt probiotik
dan yogurt konvensional dan todak ada perbedaan yang signifikan yang terjadi antara
grup intervensi dan grup kontrol. Mengingat bahwa konstipasi disebabkan oleh
kombinasi mekanikal dan faktor hormonal selama kehamilan, oleh karena itu
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung probiotik secara rutin
sebagai suplemen diet.
K. Aplikasi di Indonesia