Vous êtes sur la page 1sur 51

ASKEP ANAK DENGAN

DIARE DAN TEORINYA


December 29, 2013Uncategorized
DIARE

1. DEFENISI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal
yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

Anak usia TODDLER adalah anak usia antara 1 sampai 3 tahun (Donna L. Wong)

1. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi

1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan


penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T.
hominis) dan jamur (C. albicans).

2. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan


yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),


monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

1. Faktor Makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.

1. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi
dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

1. MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa
yang tidak diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.

Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan
darah menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan
cairan, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien
akan tampak pucat, pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).
1. PATOFIIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke
dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

1. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.

1. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

1. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan diare akut pada anak:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Cara menilai derajat dehidrasi

1. Kehilangan berat badan

2,5 % tidak ada dehidrasi

2,5-5% Dehidrasi ringan

5-10 % dehidrasi sedang


> 10% dehidrasi berat

1. Skor Maurice King

Bagian Tubuh N I LAI

Yang Diperiksa 0 1 2

Keadaan Umum Sehat Gelisah cengeng, apatis, Mengigau, koma/syok

ngantuk
Turgor Normal Sangat kurang

Sedikit, kurang
Mata Nomral Sangat cekung

Sedikit cekung
UUB Normal Sangat cekung

Sedikit cekung
Mulut Normal Kering, sianosis

Kering
Denyut Nadi Kuat Lemah

Sedang
< 120 > 140

(120-140)

KETERANGAN :

Skor :

0-2 dehidrasi ringan

3-6 dehidrasi sedang

7-12 Dehidrasi berat


Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup

Untuk kekenyalan kulit :

1 detik : dehidrasi ringan

1-2 detik : dehidrasi sedang

> 2 detik : dehidrasi berat

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:

1. Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah aliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar
kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk
mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

1. Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat
dihitung dengan cara/rumus:

1) Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma 1,025

- x BB x 4 ml
0,001

2) Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

3) Metode Perbandingan BB dan Umur

BB (kg) Umur PWL NWL CWL Total Kehilangan Cairan

<3 < 1 bln 150 125 25 300

3-10 1 bln-2 thn


125 100 25 250

10-15 2-5 thn


100 080 25 205

15-25 5-10 thn


080 025 25 130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah

NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan,


pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus

1. Dietetik

Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan
yang meliputi:

Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)

Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

1. Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)

Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus
> 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang
rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada
nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu
dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan
data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi
(tempat, waktu dan orang)

1. Keluhan utama
yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya

1. Riwayat Keperawatan Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare
dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor
psikologis.

Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari
dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan,
badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .

Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.

Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas
sehari-hari.

Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau
faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare
kronis > 14 hari

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik
desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah.
Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan
meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

1. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi,
status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

1. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama,
penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat
mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.

1. Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan
maturitas organ vital .

1. Post natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat
badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada
usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan
tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.

1. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena


setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga
pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan (Robert Priharjo, 1995)

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan
dengan distribusi penularan.

1. Lingkungan rumah dan komunita

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena
kuma penyebab diare.

1. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak
yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.

1. Persepsi keluarga

Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan
awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang
dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).

1. Pola Fungsi kesehatan

1. Pola Nutrisi

Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya


diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi
hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi.
Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/
susu formula dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan
makananpadat atau makanan cair.

1. Pola eliminasi

BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung
secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK
perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.

1. Pola istirahat

Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi
diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.

1. Pola aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga,
kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

1. Pengkajian Fisik

Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda yang
mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering
dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan,
peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet sekitar anus

1. a. Sistem Neurologi

Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang

Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan
klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit.
KeSadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.

Palpasi, adakah parese, anestesia,

Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

1. b. Sistem Penginderaan

Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,

Inspeksi :Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-),
warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi
ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan
pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih
lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.

Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik
sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan
mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.

Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi


parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)

Palpasi,

Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak
ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun.

Mata, tekanan bola mata dapat menurun,

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis

1. c. Sistem Integumen

Subyektif, kulit kering

Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik =
dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA
FKUI, 1988).

1. d. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin

Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-),
adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart
rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga
cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.

Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus
diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10
cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi


bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.

1. e. Sistem Pernafasan

Subyektif, sesak atau tidak

Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji


frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi,
stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.

Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus
(-).

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler,


intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya
penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.

1. f. Sistem Pencernaan

Subyektif, Kelaparan, haus

Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam
sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi
(-) dankesemitrisan abdomen.

Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),


peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak
membesar suara tymphani.

Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan
lien tidak teraba.

1. g. Sistem Perkemihan

Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya

Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi
labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta
cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam
atau sesuai ketentuan.

Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

1. h. Sistem Muskuloskletal

Subyektif, lemah

Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan


pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.

1. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

1) Faeces lengkap

Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula, Biakan dan
uji resistensi

2) Pemeriksaan Asam Basa


Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.

3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin

Untuk mengetahui faali ginjal

4) Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)

Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi


penuruna kesadaran dan kejang.

1. Pemeriksaan intubasi duodenum

Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif
dan kuantitatif.

1. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti
bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

1. Penatalaksanaan

1. Rehidrasi

i. Jenis cairan

cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oralit,pedyalit setiap kali diare, Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti
LGG, tajin

cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm)
D10%, Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS, Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS, Usia > 3 tahun
D51/2NS, HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3
bulan.
ii. Jalan pemberian

Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta
kesadaran baik)

Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan
dan kesadaran menurun).

IV line bila dehidrasi berat

iii. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :

Defisit (derajat dehidrasi)

Kehilangan sesaat (concurent loss)

Rumatan (maintenance)

iv. Jadwal/kecepatan

Jadwal atau kecepatan pemberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur.
Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.

1. Obat-obatan

Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg,


Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr

Obat antispasmotiliti

Papaverin, opium. Loperamid

Antibiotik

Penyebab jelas, ada penyakit penyerta


1. Dietetik

1. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg

Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah

Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat

1. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg

Makanan padat/ maknan cair/susu

1. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat diberikan
elemental/semi elemental formula.

1. Supportif

Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun

Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun

Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun

Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun

Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun

Vitamin B kompleks, vit C

1. MASALAH KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan


muntah serta intake terbatas (mual).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi


nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


4. Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya

5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.

1. INTERVENSI

1. 1. DX. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan


melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).

Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal

Criteria :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran
urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.

Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam


batas normal.

Blood Gas Analysis dalam batas normal

Intervensi :

1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

Rasional: Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan


pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.

1. Pantau intake dan out put


Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk
mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi
glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.

1. Timbang BB setiap hari

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.

1. Penatalaksanaan rehidrasi :

1. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit
atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret

Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung
elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan
gelombang udara dan mengurangi distensi.

1. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit
penyerta)

Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebai
pengganti cairan yang telah hilang.

1. Kolaborasi :

1. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)

Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN
untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).

1. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)

Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk
keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik
sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.
1. 2. DX.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Criteria :

Nafsu makan baik

BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Intrvensi :

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat


tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)

Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

1. Timbang BB setiap hari

Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan


kebutuhan kalori, protein dan vitamin.

1. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai
dengan kebutuhan.

Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan


kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.

Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme
dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit.
Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan
melaksanakan apa yang diketahuinya.

1. Kolaborasi :

1. Dietetik

anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah
laktosa), makan setengah padat/makanan padat.

Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga
intoleransi laktose.

Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat

Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

1. Rehidrasi parenteral (IV line)

Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebai
pengganti cairan yang telah hilang.

1. Supporatif (pemberian vitamin A)

Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh
terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.

1. 3. DX.Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : nyeri teratasi

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan
non verbal
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

1. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.

Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri.

1. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase


punggung dan kompres hangat abdomen

Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan


kemampuan koping.

1. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit

Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.

1. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi

Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.

1. 4. DX.Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya

Tujuan

kecemasan berkurang

Intervensi

1. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.

Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan


masalah.
1. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua
klien yang anaknya mengalami masalah yang sama.

Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-
satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.

1. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.

Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan


kecamasan.

1. 5. DX.Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi
dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan

Intervensi

1. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan


tentang penyakit dan perawatan anaknya.

Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta
latar belakang pengetahuan sebelumnya.

1. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap


gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi


keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.

1. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian
serta efek samping yang mungkin timbul.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.


1. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.

Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan


perawatan diri anaknya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An N DENGAN DIARE DI RUANG PERAWATAN X


RSU.X

Tanggal pengkajian : 11 desember 2013

Ruangan :

Rekam medic : 094204

1. BIODATA

2. Identitas Klien

Nama : An. A

Tanggal lahir : 3-12-2011 ( 2 tahun )

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : t____

Tanggal masuk : 10-12-2013

Diagnose medic : Diare

1.
1. Ibu

Nama : NY. A

Usia : 25 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :IRT

Agama : Islam

Alamat : T______

Identitas orang tua

1. Ayah

Nama : Tn.K

Usia : 28 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai koperasi

Agama : Islam

Alamat : Tamalate VI

1. KELUHAN UTAMA

2. Keluhan utama
Muntah kurang dari 10 kali dan BAB kurang dari 4 kali

1. Riwayat keluhan utama

Klien masuk di RS dengan keluhan muntah kurang dari 10 kali sejak 1 hari sebelum
masuk rs serta BAB kurang dari 4 kali dengan konsistensi encer sejak 3 hari sebelum
masuk RS

1. RIWAYAT KESEHATAN

2. Riwayat kesehatan sekarang

Saat dikaji, pasien Nampak lemah

1. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Penyakit yang pernah dialami klien yaitu demam

2. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan

1. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram

2thn

Keterangan :

: perempuan : pasien

: laki-laki : meninggal
: garis keturunan

GI : meninggal karena factor yang tidak diketahui

GII :

GIII : klien dengan penyakit diare

IV. RIWAYAT IMUNISASI

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian

1. BCG 1X

2. DPT 3X DEMAM

3. POLIO 4X

4. CAMPAK

5. HEPATITIS B 3X

V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Pertumbuhan fisik

1. Berat bdan saat lahir : 2.500 gr

2. Tinggi badan : 48 cm

3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan

4. Perkembangan tiap tahap

Usia saat anak :


1. Berguling : 3 bulan

2. Duduk : 4 bulan

3. Merangkak : lupa

4. Berdiri : 8 bulan

5. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa

6. Bicara pertama kali : 12 bulan

7. Berpakaian tanpa bantuan : 9 bulan

VI. RIWAYAT NUTRISI

1. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui sejak 2 hari lahir karena asi ibu belum ada

2. Lama pemberian : 1 tahun 8 bulan

3. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian : asi ibu belum keluar

2. Jumlah pemberian : 4 gelas sehari

3. Cara pemberian dengan sendok

4. Pemberian makanan tambahan

1. Pertama kali diberikan , pada usia 6 bulan

2. Jenis : bubur, biskuit

5. Perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini

No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian


1. 0-4 bulan ASI 1 tahun 8 bulan

2. 4-12 bulan ASI, bubur susu, buah-buahan 6 bulan sampai sekarang

3. Sekarang Bubur, sayur, daging, ikan, buah,

susu

1. RIWAYAT PSIKOLOGI

2. Lingkungan rumah berada dikota

3. Tidak ada tetangga yang berbahaya

4. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis

5. Anak diasuh oleh orang tua

1. RIWAYAT SPIRITUAL

2. Hubungan dengan keluarga harmonis

3. Kegiatan keagamaan diselenggarakan dirumah dan dimesjid

1. REAKSI HOSPITALISASI

2. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Ibu membawah anaknya ke RS karena demam

2. Ibu mengatakan bahwa anaknya selalu menangis

3. Orang tua selalu mengunjungi anaknya di RS

4. Yang tinggal bersama anak adalah ayah, ibu,dan nenek

5. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


1. Anak belum mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit

2. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit

3. AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Nutrisi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan Baik Kurang

2. Menu makan Nasi +sayur+lauk Bubur

3 Frekuensi makan 3 x sehari 1x sehari

4 Makanan yang disukai semua Apel

5 Makanan pantangan

6 Pembatasan pola

8 Cara makan Disuapi Disuapi

9 Ritual saat makan

1. Cairan

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Jenis minuman Air putih, susu, teh Air putih, susu

2 Frekuensi minum 6 gelas/hari 4 gelas/hari

3 Kebutuhan cairan 800-1000 cc/hari 800-100 cc/hr

4 Cara pemenuhan Gelas Gelas, cairan infus

1. Eliminasi (BAB/BAK)

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


BAB BAK BAB BAK

1 Tempat pembuangan Wc Wc Wc Wc

2 Frekuensi 1x sehari 3x sehari 1x sehari, 3x sehari

3 Konsistensi Lunak Kuning Lunak Kuning

4 Kesulitan

5 Obat pencahar

1. Istirahat tidur

No Kondisi jam tidur Sebelum sakit Saat sakit

1 Siang Jam 13.00-15.00 Tidak teratur

2 Malam Jam 09.30-05.00 Tidak teratur

1. Olah raga

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Program olahraga

2 Jenis dan frekuensi

3 Kondisi setelah olahraga

1. Personal hygiene

No Kegiatan Sebelum sakit Saat sakit

1 Mandi 2x sehari 2 x sehari


Sabun+air Di lap memakaai waslap
Frekuensi

Cara

Alat mandi

2 Cuci rambut 3x seminggu Belum pernah

Shampoo+air
Frekuensi

Cara

3 Gunting kuku 1x seminggu Belum pernah

Pake gunting kuku


Frekuensi

Cara

4 Gosok gigi 2x sehari Belum pernah

Pasta gigi+sikat gigi,


frekuensi
pagi dan malam sebelum

cara tidur

1. Aktivitas mobilitas fisik

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Kegiatan sehari-hari main, nonton tv

2 Pengaturan jadwal harian


3 Penggunaan alat bantu aktivitas

4 Kesulitan pergerakan tubuh

1. Rekreasi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Perasaan saat sekolah

2 Waktu luang Main, nonton tv,

3 Perasaan setelah rekreasi/bermain Senang

4 Waktu senggang keluarga Nonton tv

5 Kegiatan hari libur Main, nonton tv

1. PEMERIKSAAN FISIK

2. Keadaan umum klien

Lemah

1. Tanda-tanda vital

1. Suhu : 36,5

2. Nadi : 128x/ i

3. Respirasi : 38 x/i

4. Tekanan darah : 90/60 mmhg

5. Antropometri

1. Tinggi badan :
2. Berat badan : 9 kg

3. Lingkar lengan atas :

4. Lingkar kepala :

5. Lingkar dada :

6. Lingkar perut :

7. System pernafasan

1. Hidung

1. Inspeksi

Lubang hidung simetris kiri dan kanan

Tidak tampak polip,epitaksis

Tidak tampak pernafasan cuping hidung

1. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tidak teraba adanya massa

1. Leher

1. Inspeksi

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

1. Palpasi

Tidak teraba adanya massa

Tidak ada nyeri tekan


1. Dada

1. Inspeksi

Bentuk dada normal

Selama insipirasi dada mengembang

Tidak Nampak menggunakan otot bantu pernafasan

Frekuensi nafas 38 x/i

1. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tidak teraba addanya massa

1. Auskultasi

Bunyi nafas bronkovesikuler pada daerah bronkus

Tidak terdapat bunyi nafas tambahan

1. Perkusi

Resonan pada semua lapang paru

1. System kardiovaskuler

1. Konjungtiva tampak pucat

2. Suara jantung I/II murni regular

1. System pencernaan

1. Skelera tidak ikterus

2. Mulut : tidak stomatitis,


3. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas

4. Jumlah gigi

212 212

212 212

1. System indra

1. Mata

1. Inspeksi

Alis dan bulu mata tumbuh merata

Kelopak mata menutup dengan sempurna

Skera tidak ikterus

Lapang pandang baik

Anemis

1. Palpasi

Tidak terdapat massa

1. Hidung

1. Penciuman baik

2. Tampak adanya secret

3. Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa


4. Telinga

1. Inspeksi

Daun telinga simetris kiri dan kanan

Fungsi pendengaran baik

1. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tidak terdapat massa

1. System saraf

1. Fungsi cerebral

1. Status mental :

2. Kesadaran : compos mentis dgn GCS 15 ( E4 M6 V5)

3. Fungsi cranial

1. Nervus I (olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau

2. Nervus II (optikus ) : lapang pandang baik

3. Nervus III( okulomotorius )

Klien dapat menggerakkan bola mata ke atas

Pupil isokor

1. Nervus IV (troclearis )

Klien mampu menggerakkan bola mata ke bawah

1. Nervus V ( trigeminus)
Sensorik

Klien dapat merasakan sensasi pada daerah maksila dan mandibula

Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis dan
mampu mengembangkan pipinya

1. Nervus VI ( abdusen)

Klien mampu menggerakkan bola mata kesamping

Reflex kornea baik

1. Nervus VII ( pasialis )

Sensorik

Klien dapat merasakan rasa asam, manis, asin, dan pahit

Motorik

Klien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat, mengangkat kedua alis,
mengembangkan pipinya.

1. Nervus VIII ( akustikus )

Klien dapat mendengar dengan baik

1. Nervus IX ( glosofaringeus )

Klien dapat merasakan fungsi pengecapan pada 1/3 posterior lidah

1. Nervus X ( vagus )

Fungsi menelan baik


Gerakan ovula simetris dan tertarik ke atas

1. Nervus XI ( aksesorius )

Klien dapat mengangkat bahu

Klien dapat mengalihkan kepala ke samping

1. Nervus XII ( hypoglosus)

Klien dapat menggerakkan lidah

1. Fungsi motorik

Keterangan :

5 : normal

4 : dapat melawan tekanan

3 : dapat menahan berat tapi tidak dapat melawan tekanan

2 : hanya dapat menggerakkan anggota badan

1 : teraba gerakan kontraksi otot, tidak dapat bergerak

0 : tidak ada kontraksi

Tonus otot

3 3

3 3
1. Fungsi sensorik

Dapat merasakan sensasi panas dan dingin

1. Fungsi cerebellum

Tidak ada tremor

1. Reflex

1. Bisep ka/ki : +/+ (normal )

2. Trisep ka/ki : +/+ ( normal)

3. Patella ka/ki :+/+ (normal )

1. System musculoskeletal

1. Inspeksi

Bentuk kepala hormocepal

Tidak Nampak skoliosis, dordosis, maupun kepotis

Tidak Nampak pembengkakan pada lutut dan kaki

Tidak terdapat pembengkakan pada tangan

1. Palpasi

Tidak teraba pembengkakan pada tangan dan kaki

1. System integument

1. Warna rambut hitam merata

2. Warna kulit sawo matang

3. Turgor kulit kering


4. Suhu 37

5. System endokrin

1. Eksresi urine tidak berlebih

2. Tidak ada bekas air seni dikelilingi semut

3. System perkemihan

1. Tidak Nampak udeme palpebral

2. Tidak teraba distensi kandung kemih

3. System imun

1. Tidak ada riwayat alergi

2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca adalah flu

3. Pemeriksaan nyeri

1. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa


nyeri pada perut timbul sejak 3 hari sebelum masuk RS

2. Lama nyeri : hilang timbul

3. Pencetus yang memperburuk nyeri : pada saat


beraktivitas

4. Anak Nampak menangis

5. Intensitas nyeri : sedang

Visual analog scale (VAS)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. TEST DIAGNOSTIK

2. Darah rutin

3. Feses rutin

4. GDS

5. Eletrolit

1. PENGOBATAN

2. Zimpit syrup 11

3. Probit sachet 21

4. Elkana syrup 21

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF:

Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa nyeri pada perut

Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah kurang dari 10 kali sebelum masuk rs

Ibu klien mengatakan bahwa klien BAB kurang dari 4 kali sejak 3 hari sebelum
masuk rs

DATA OBJEKTIF :

BB 9 kg

TTV

TD: 90/60 mmhg

N :128 x/i
P : 38 x/i

S :36,5

Makanan tidak dihabiskan

Anak Nampak menangis

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Malabsorbsi, Makanan, Gangguan cairan dan

Psikologis eletrolit
Ibu klien mengatakan bahwa klien

muntah kurang dari 10 kali sebelum masuk Gangguan sekresi

rs

Rangsangan tertentu
Ibu klien mengatakan bahwa klien
( toksin ) pada dinding
BAB kurang dari 4 kali sejak 3 hari
usus
sebelum masuk rs

Peningkatan sekresi air


DO:
dan elektrolit kedalam

rongga usus
BB: 9 kg

Isi usus berlebihan


TTV

TD: 90/60 mmhg Diare

N :128 x/i Pengeluaran cairan


P : 38 x/i berlebihan

S :36,5 Dehidrasi

Defisit volume cairan

DS: Faktor Infeksi, Nutrisi kurang dari

kebutuhan
Ibu klien mengatakan bahwa klien Mengkontaminasi

muntah kurang dari 10 kali sebelum masuk makanan dan air

rs

Masuk ke dalam saluran


Ibu klien mengatakan bahwa klien
pencernaan
BAB kurang dari 4 kali sejak 3 hari

sebelum masuk rs Nutrisi kurang dari

kebutuhan
DO:

BB: 9 kg

Makanan tidak dihabiskan

TTV

TD: 90/60 mmhg

N :128 x/i

P : 38 x/i
S :36,5

DS : Reaksi peradangan pada Nyeri

usus
Ibu klien mengatakan bahwa

anaknya merasa nyeri pada perut Kerusakan mukosa usus

DO :
Merangsang reseptor nyeri

Skala nyeri (VAS) : 4 ( nyeri


Mengeluarkaan
sedang )
neurotransmitter histamine

ke SSP
TTV

Persepsi nyeri
TD: 90/60 mmhg

N :128 x/i

P : 38 x/i

S :36,5

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1. Devisit Volume Cairan Tidak
Kaji intake dan Membantu
dan elekrolit b/d terjadinya
output klien mendeteksi adanya
Ketidakseimbangan defisit volume
ketidakseimbangan cairan
intake dan output cairan dan
dan elektrolit.
ditandai dengan : elektrolit

DS: Dengan Observasi tanda-


Untuk
kriteria: tanda dehidrasi.
menentukan tingkat
Ibu klien
dehidrasi dan sebagai
mengatakan bahwa klien Klien
acuan untuk
muntah kurang dari 10 tampak segar
mmelanjutkan intervensi
kali sebelum masuk rs
Bibir selanjutnya.
Catat frekuensi
Ibu klien klien tidak
Dapat
BAB,karakteristik, dan
mengatakan bahwa klien kering
menentukan bertanya
konsistensi.
BAB kurang dari 4 kali
status diare klien serta
sejak 3 hari sebelum
untuk menentukan
masuk RS
tindakan selanjutnya.
Observasi tanda-
DO:
tanda vital. Perubahan tanda-

tanda vital merupakan


BB: 9 kg
gambaran keadaan umum

Makanan tidak pasien dan merupakn

dihabiskan dasar intervensi

berikutnya.
Klien tampak

lemah. Penatalaksanaan Mengganti cairan

yang hilang.
Bibir klien Pemberian cairan

tampak kering

Tampak

Terpasang Infus

TTV :

TD : 90/60

S : 36,5 c

P : 38 x/i

N : 128 x/i

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

2. Nutrisi kurang dari Pemenuhan


Kaji pola nutrisi
kebutuhan berhubungan nutrisi
klien mengetahui
dengan terpenuhi,
adanya penurunan atau
DS: dengan kriteria :
kenaikan berat badan.

Ibu klien Nafsu


mengurangi
mengatakan bahwa makan
klien muntah kurang meningkat kerja usus,

dari 10 kali sebelum Kaji makan yang di menghindari


BB
masuk rs sukai dan tidak disukai kebosanan makan.
normal sesuai

Ibu klien usia mengetahui

mengatakan bahwa makanan apa saja yang

klien BAB kurang dari dianjurkan dan

4 kali sejak 3 hari makanan yang tidak


Anjurkan tirah
sebelum masuk rs boleh dikonsumsi.
baring / pembatasan aktivitas

DO: selama fase akut

BB: 9 kg Timbang berat

badan tiap hari


Makanan tidak

dihabiskan

TTV Anjurkan klien

makan sedikit tapi sering


TD: 90/60 mmhg

N :128 x/i
Kolaborasi dengan

P : 38 x/i ahli gizi untuk pemberian

diet
S :36,5

mengetahui

pola makan, kebiasaan

makan, keteraturan waktu


makan.

meningkatk

an status makanan yang

disukai dan menghindari

pemberian makan yang tidak

disukai.

penghemata

n tenaga, mengurangi kerja

tubuh.

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

3. Nyeri berhubungan Nyeri teratasi


Kaji keluhan Mengevaluasi
dengan hiperperistaltik Dengan criteria
nyeri (skala 1-10), perkembangan nyeri untuk
DS :
Anak perubahan menetapkan intervensi

Ibu klien mengatakan karakteristik nyeri, selanjutnya

mengatakan bahwa tidak merasa petunjuk verbal dan

anaknya merasa nyeri nyeri non verbal

pada perut
Skala Atur posisi

DO : yang nyaman bagi


nyeri 0
Menurunkan
klien, misalnya dengan
tegangan permukaan
Skala nyeri Anak lutut fleksi.
abdomen dan mengurangi
(VAS) : 4 ( nyeri sedang ) tidak menangis Lakukan nyeri

aktivitas pengalihan
TTV
untuk memberikan rasa

nyaman seperti masase


TD: 90/60 mmhg Meningkatkan
punggung dan kompres
relaksasi, mengalihkan
N :128 x/i hangat abdomen
fokus perhatian kliendan

meningkatkan kemampuan
P : 38 x/i Bersihkan area
koping.
anorektal dengan

S :36,5 sabun ringan dan

airsetelah defekasi dan


Anak nampak
berikan perawatan
menangis
kulit
Melindungi kulit
Kolaborasi
dari keasaman feses,
pemberian obat
mencegah iritasi.
analgetika dan atau

antikolinergik sesuai

indikasi

Analgetik sebagai

agen anti nyeri dan

antikolinergik untuk

menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan

sesuai indikasi klinis.

Vous aimerez peut-être aussi