Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
DISUSUN OLEH:
N 111 15 055
1
PEMBIMBING:
RSD MADANI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. N
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ampibabo
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Warga Negara : Indonesia
2
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 27 Febuari 2017
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Salak Rumah Sakit Daerah Madani Palu
Tanggal Masuk RS : 18 Febuari 2017 (kedua kalinya)
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
Autoanamnesis dan Alloanamnesis
A. Keluhan utama
Gelisah
Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)
B. Keadaan Afektif
Mood : Hipertimia
6
Afek : Labil
Keserasian : Serasi (appropriate)
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Daya ingat
o Jangka Pendek : baik
o Segera (immediate memory) : baik
o Jangka Panjang : baik
Pikiran abstrak : tidak ada
Bakat kreatif : tidak ada
Kemampuan menolong diri sendiri: baik
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi : Auditorik, berupa
mendengar suara-suara berbicara
kepadanya menyuruh pasien melempar
rumah tetangganya dan menggigit
kakaknya.
Ilusi : tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
1. Produktivitas: banjir
2. Kontinuitas pikiran: flight of idea
3. Hendaya berbahasa: tidak ada
Isi Pikiran
1. Preokupasi: tidak ada
2. Gangguan isi pikiran : tidak ada
7
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian Realitas : baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya.
o Status neurologis:
GCS: E4M6V5
N /N
Pemeriksaan Motorik dan Sensorik: N /N
9
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan adanya
gejala klinis yang bermakna berupa mengamuk, mudah emosi
dan kesulitan tidur. Keadaaan ini menimbulkan disstress bagi pasien dan
keluarganya, dan menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan
(sekolah) dan dalam menilai realita, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, juga
terdapat hendaya dalam sosial dan pekerjaan, sehingga pasien
didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi
gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta
dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini,sehingga
diagnosa Gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan pada status mental
ditemukan adanya arus pikiran yang flight of idea, selain itu
terdapat gangguan perilaku seperti mengamuk, mudah emosi, dan
bicara kacau dimana gejala khas tersebut telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih, maka dapat di diagnosis sebagai
Skizofrenia. Adapun untuk tipe skizofrenia, Pada pasien ini dapat
ditemukan adanya gejala skizofrenia dan gangguan afektif yang sama-
sama menonjol pada saat bersamaan, maka gangguan skizoafektif
dapat ditegakkan.pada pasien ini terdapat afek yang meningkat dan
terdapat gejala-gejala manik, maka diagnosis axis I ditegakkan
menjadi gangguan skizoafektif tipe manik. (F25.0)
Aksis II
Diagnosis aksis II tertunda (R 46.8)
Aksis III
10
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan
organik.
Aksis IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan masalah
pekerjaan
Aksis V
GAF scale 60-51 (Gejala sedang [moderate], disabilitas sedang).
VII. PROGNOSIS
Dubia ad malam
Faktor pendukung :
a. Adanya dukungan dari keluarga
b. Genetik tidak ada
c. Faktor pencetus jelas
Faktor Penghambat
a. Onset terkena pertama kali masih muda
b. Tilikan 1
c. Ketidak patuhan meminum obat
d. Gejala Berulang
e. Belum menikah
11
Psikoterapi suportif
o Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien
merasa lega
o Persuasi: Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu
kontrol dan minum obat dengan rutin.
o Sugesti: Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia
dapat sembuh (penyakit terkontrol).
o Desensitisasi: Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di
dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan kepercayaan
diri.
o Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan lingkungan
sekitar pasien sehingga tercipta dukungan sosial dengan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya
efek samping obat yang diberikan.
X. PEMBAHASAN
Gejala sasaran sindrom mania terjadi dalam jangka waktu paling
sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood,
suasana perasaan) yang meningkat ekspresi atau iritable. Gejala tersebut
disertai paling sedikit 4 gejala tersebut:
1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja , dalam hubungan sosial atau
seksual) atau ketidak tenangan fisik
12
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk
pikirannya sedang berlomba.
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba.
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf
sampai waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur
6. Muda teralih perhatian , yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik
kepada stimulus luar yang penting atau yang tak berarti.
Keterlibatan berlebih dalam aktivitas aktivitas yang
mengandung kemungkinan resiko tinggi akibat yang merugikan
apabila tidak diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja
berlebihan, tingkah laku seksual secra terbuka, penanaman modal
secara bodoh, mengemudi kendaraan secra ngebut, tidak bertanggung
[1]
jawab atau tanpa perhitungan.
13
episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki
yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif
setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode
diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien
dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
manik atau depresif (F30-F33)
(Maslim, 2013)
-
14
15
DAFTAR PUSTAKA
16