Vous êtes sur la page 1sur 50

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny.S.

R DENGAN
MASALAH HIPERTENSI DI DESA PENDALAMAN BARU RT.06
KECAMATAN BARAMBAI KAB. BARITO KUALA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik
Pada Praktek Kesehatan Masyarakat Desa
( PKMD )

Disusun Oleh :
AKHMAD RIZAL, S.Kep
NIM: 15149011219

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAM DAN ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS A
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Laporan : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.S.R Dengan Masalah


Hipertensi Di Desa Pendalaman Baru RT.06 Kecamatan
Barambai Kabupaten Barito Kuala
Nama Mahasiswa : Akhmad Rizal, S.Kep
NPM : 15149011219
Institusi : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Fakultas : Ilmu Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan

Banjarmasin, Oktober 2016


Mahasiswa

Akhmad Rizal, S.Kep

Menyetujui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Hasbi Assarari, AMK Evy Noorhasanah,Ns.,M.Imun Era Widiastuti, S.Kep.,Ns


BAB I
PENDAHULUAN

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta kulawarga. Kata kula berarti ras dan
warga yang berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan
antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara


maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertensi masih rendah
presentasinya. Walaupun demikian bukan berarti ancaman penyakit hipertensi
diabaikan begitu saja. Bagi masyarakat golongan atas hipertensi benar-benar menjadi
momok yang menakutkan (Sri Rahayu : 2000).

Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata 20%.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di negara
Indonesia rata-rata 6-15%.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena jumlah anak di
bawah 15 tahun di negara Indonesia lebih kurang 15% dari populasi (Rahayu : 2000).

Hipertensi merupakan faktor risiko, primer yang menyebabkan penyakit jantung dan
stroke. Hipertensi disebut juga sebagai The Silent Disease karena tidak ditemukan
tanda tanda fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin: 1991).

Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai Heterogenus
Group of Disease dari pada singledisease. Hipertensi yang tidak terkontrol akan
menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta
kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal
jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati: 2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering
ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun ke atas (Sri Rahayu: 2000).

Untuk mencegah komplikasi diatasi sangat diperlukan perawatan dan pengawasan


yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskular
dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam
mengonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga
secara teratur serta merubah kebiasaan hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya
penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman beralkohol. Adapun faktor
dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan darah yang meliputi, cara
mempertahankan berat badan ideal, Natrium klorida, Kalium, Kalsium, Magnesium,
lemak dan Alcohol. (Dr. Wendra Ali. 1996).

Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti:
1. Ketidak patuthan diet rendaah garam dan rendah
lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita.
3. Sumber daya keluarga kurang.
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan
tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan
berkurangnya pendapatan. Keluarga).

Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana
manifestasinya, dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini
masih memerlukan kajian yang lebih mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KELUARGA
2.1.1 Pengartian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya 1989).

2.1.2 Tipe Keluarga


2.1.2.1 Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak.
2.1.2.2 Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
2.1.2.3 Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti
2.1.2.4 Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
2.1.2.5 Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
2.1.2.6 Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2.1.3 Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:


Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya , ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak
melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.

2.2 TUGAS KELUARGA


Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
2.2.1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.2.2 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
2.2.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
2.2.4 Sosialisasi antar anggota keluarga.
2.2.5 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
2.2.6 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
2.2.7 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
2.2.8 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.3 FUNGSI KELUARGA


Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
2.3.1 Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
2.3.2 Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam keluarga
dan sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan
perilaku.
2.3.3 Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal fakta-
fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :
sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami,
takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative
terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi
yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga mengetahui
keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada
dalamn keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,
fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana mengetahui
sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
2.3.4 Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
2.3.5 Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.

2.4 BENTUK KELUARGA


Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
2.4.1 Berdasarkan lokasi
2.4.1.1 Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada sepasang
suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar
kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediaman kaum
kerabat istri.
2.4.1.2 Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat
suami.
2.4.1.3 Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
2.4.1.4 Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada
masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri
pada masa tertentu pola (bergantian).
2.4.1.5 Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak
berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri.
2.4.1.6 Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami
istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki
ibu (avunculus) dari pihak suami.
2.4.1.7 Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri
masing-masing hidup terpisah dan masing-masing dari mereka
juag tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.

2.4.2 Berdasarkan pola otoritas


2.4.2.1 Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki
(laki-laki tertua, umumnya ayah).
2.4.2.2 Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
2.4.2.3 Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.

2.5 SUBSISTEM SOSIAL


Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri,
subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-
istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan
tujuan eksplisit membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan
mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi
subsistem tersebut dari yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan
dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak
kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan
pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab terkait dengan relasi orang tua
dan anak.

2.6 DESKRIPSI PENYAKIT


2.6.1 Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan
diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakitt
kardiovaskuler (Soekarsohardi, 1999).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar
dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin, 1993). Dari definisi-definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa:
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu factor
resiko terjadinya kompilkasi penyakit kardiovaskuler.
2.6.2 Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori:
2.6.2.1 Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab
hipertensi seperti berrtambahnya usia , factor psikologis , dan
keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya.
2.6.2.2 Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis
arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta.
Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral
kontrasepsi. Adapun factor pencetus hipertensi seperti,
keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan,
pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi Purwati,
2000 : 25)

2.6.3 Patofisiologi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan darah
keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output
dan tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan
kardiak output dan tekanan perifer menurun.

Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan


meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan kardiak
ouput. Dalam sistem Renin Angiotensien aldosterone pada
pathogenesis hipertensi, glandula supra renal juga menjadi faktor
penyebab oleh karena faktor hormon. Sistem Renin mengubah angiotensin
menjadi angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi angiotensin II oleh
Angitensi Convertion Ensym (ACE).Angiotensin II mempengaruhi
Control Nervus Sistim dan nervus pereifer yang mengaktifkan sistem
simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat. Disamping
itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot
untuk vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk
mengeluarkan aldosteron yang akan meningkatkan extra Fluid volume
melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan meningkatkan tekanan
darah melalui peningkatan kardiak output. (Jurnlistik international
cardiovaskuler,1999).

2.6.4 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Edward K Chung, 1995 adalah
sebagai berikut:
2.6.4.1 Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan artei tidak terukur.
2.6.4.2 Gejala yang lazim
Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini
meruapakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan. Peninggian tekanan darah kadang-
kadang merupakan satu-satunya gejala . Bila demikian gejala baru
muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau
jantung,. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, berat di tengkuk, sukar
tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan
mata, dan kerusakan pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 200).
Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a) Pengaturan diit
b) Berolah raga
c) Obat-obatan penurun takanan darah antara lain : ga secara
teratur
d) Menghilangkaan rasa takut
1) Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
2) Betabloker :Proparnolol, dll.
3) Alfabloker : Prazosin dll.
4) Penghambat ACE : Kaptopril dll.
5) Antagonis Kalsium : Diltiasem dll
2.6.5 Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian
nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan pengetahuan tentang jumlah
kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (untuk orang
sehat rata-rata mengandung 2800 - 6000 mg per hari). Sebagian besar
natrium berasal dari garam dapur.Untuk mengatasi tekanan darah tinggi
harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan
makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk
menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu:
2.6.5.1 Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan
mengkonsumsi Makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai
kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain
makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium
bensoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet
pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut:
a) Jangan menggunakan garam dapur
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega,
keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-
lain.
c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan
bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang
mengandung sodium. Batasi minuman yang bersoda seperti
cocacola, fanta, sprite.

2.6.5.2 Diet rendah kolesterol / lemak.


Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol,
trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 50 % kolesterol berasal
dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang
lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero
tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal,
kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila
gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi
pada hypertensi adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan
mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per
minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-
kacang lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis
seperti sirup, dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah
buahan.
2.6.5.3 Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang.
Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko
tinggi terkena hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya
dengan melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya
menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu
diperhatikan hal berikut :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi
atau 500 kalori untuk penurunan 0,5kg berat badab per
minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan
zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

2.6.6 Dampak masalah.


2.6.6.1 Terhadap individu.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan klien
terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa
gejala yang khas.
b) Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala
pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-mual dan
muntah.
c) Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan
tersinggung.
d) Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering
terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher
bagian belakang.
e) Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur
pengobatan yang lama ,diet, olah raga, merokok, minuman
beralkohol.
f) Pada pola tata nilai dan kepercayaan.
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan
merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.

2.6.6.2 Terhadap keluarga


a) Merepotkan dalam memberikan perawatan, pengaturan
diet, mengantar kontrol dan manambah beban biaya hidup
yang terus - menerus.
b) Produktifitas menurun.
Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan
sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, maka akan
menghambat kegiatannya sehari-hari untuk kegiatan seperti
semula.
c) Psikologi
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.

2.6.6.3 Terhadap masyarakat


Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan
terjadi perubahan peran dalam masyarakat Selain itu akan
menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya.

2.6.6.4 Pelayanan kesehatan


Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin
meningkat,maka akan terjadi beban pelayanan kesehatan di masa
yang akan datang.

2.7 PENGKAJIAN
Anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Metode
pengkajian yang digunakan untuk mengoptimalkan hasil yang diperoleh meliputi
beberapa cara di antaranya head to toe, teknik persistem, maupun berdasarkan
atas Pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan berbagai metode
pengkajian seperti kebutuhan dasar manusia.
2.7.1 Identitas klien dan penanggung jawab
Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan
penanggungjawabnya.
2.7.2 Keluhan utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasa nya sering mengalami
sakit kepala, mengeluh sakit pada tengkuk kepala, mata berkunang-
kunang. Biasanya dibawa kepelayanan kesehatan atau puskesmas.

2.7.3 Riwayat penyakit


Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena riwayat kesehatan terutama
berhubungan dengan hipertensi sangat membantu dalam menentukan
diagnosa.

2.7.4 Data Bio-Psiko-Sosial-Spritual


Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan berbagai
metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara umum menjadi data
subjektif dan objektif.

2.7.5 Data subjektif


Adanya keluhan tentang penyakit hipertensi. Seperti mengeluh pusing,
sakit kepala, sakit pada tengkuk kepala dll.
2.7.6 Data objektif: factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis
kelamin, umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan
social ekonomi, tampak gelisah, terlihat lemah, penurunan kesadaran.

2.8 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien
hipertensi adalah:
2.8.1 Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
cara pengaturaan diet yang benar.
2.8.2 Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam
pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
2.8.3 Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
2.8.4 Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan
sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
garam
2.8.5 Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.

2.9 PERENCANAAN
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. (Nasrul Effendi,1998).
Rencana tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan khusus diet pada
klien hipertensi adalah:
2.9.1 Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
cara pengaturan diet yang benar.
2.9.1.1 Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
2.9.1.2 Kriteria hasil
a.Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas
pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
b. Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan
sesuai anjuran.
2.9.1.3 Rencana tindakan
a.Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar
bagi penderita hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya
menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi.
2.9.1.4 Rasional
a.Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan
peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi
untuk mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh
hiperetensi.
b. Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan
makanan yang rendah garam.

2.9.2 Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet


terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet.
2.9.2.1 Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk
klien hipertensi.
2.9.2.2 Kriteria hasil
a. Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet
bagi klien hiperetensi
b. Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien
hipertensi.
2.9.2.3 Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang
manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada keluarga jenis
untuk klien hipertensi.
2.9.2.4 Rasionalisasi
a. Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu
melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi.
b. Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk
penderita hipertensi.

2.9.3 Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita


hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang benar.
2.9.3.1 Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
2.9.3.2 Kriteria hasil
a. Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus
untuk penderita hipertensi.
b. Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah
yang tepat bagi klien hipertensi.
2.9.3.3 Rencana tindakan
a. Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara
pengolahan makanan untuki klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.
c. Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk
memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.
2.1.1.1 Rasionalisasi.
a. Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara pengolahan
makanan untuk klien hipertensi.
b. Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
c. Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah yang
tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.

2.9.4 Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita


hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-
hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
2.9.4.1 Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari
mengkonsumsi makanan yang rendah garam.
2.9.4.2 Kriteria hasil
a. Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang
rendah garam.
b. Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang
banyak mengandung garam.
c. Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam.
2.9.4.3 Rencana tindakan.
a. Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang pengaruh garan terhadap klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga jenis makana yang banyak mengandung garam.
c. Beri motivasi kepada klien dan
keluarga bahwamereka mampu untuk merubah kebiasaan yang
kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan
untuk merubah.
2.9.4.4 Rasional
a. Diharapkan klien dan keluarga
memahami dan mengerti tentang pengaruh garam terhadap
klien hipertensi.
b. Diharapkan klien dan keluarga dapat
menghindari makanan yang banyak mengandung garam.
c. Dengan diberi motivasi diharapkan
klien dan kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak sehat
menjadi sehat.

2.9.5 Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat


keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman
obat keluarga.
2.9.5.1 Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber
tanaman obat keluarga.
2.9.5.2 Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat
membantu untuk pengobatan hipertensi.
2.9.5.3 Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat
Toga.
b. Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis
tumbuhan/tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
c. Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar
berusaha memiliki tanaman obat keluarga.
2.9.5.4 Rasional
a. Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b. Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
c. Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi
tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan.

2.10 EVALUASI
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put) dan
penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi
penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi:
2.10.1 Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari
tindakan keperawatan.
2.10.2 Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka
dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
2.10.3 Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
2.10.4 Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt
Care, 1989: 97).
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan terapi. Edisi IV: FKUI. 1995. Jakarta

Ir.Sri Rahayu dkk.2000. Nutrisi untuk klien hipertensi. Jakarta

Jurnalistik Guedilines for the management hipertention:1997

Jurnalistik International of Cardiovasculer Medicine,Surgery and pathology: 1997

Marcia Stanhope dan Ruth N. Knollmueler. 1997. Keperawatan Komunitas dan


kesehatan rumah ,pengkajian intervensi dan penyuluhan:buku kedokteran
EGC. Jakarta

Nasrul Effendi editor Yasmin Asih. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas
edisi II: buku kedokteran EGC. Jakarta

Patologi hipertensi Lab. SMF. Penyakit jantung. RSUD. Dr. Soetomo: 1997. Surbaya

Prof. Dr. Moerdono. 1994. Masalah hipertensi: Penerbit Bhrata Karya Aksara.
Jakarta.

Proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistim kardiovasculer. Editor Ni


Luh Gede Yasmin S.Kp: Penerbit buku kedokteran EGC I: 1993 Jakarta.
BAB III
PENGKAJIAN KELUARGA

3.1 IDENTITAS KELUARGA


3.1.1 Kepala Keluarga
3.1.1.1 Nama : Tn.Y.H
3.1.1.2 Umur : 46 thn
3.1.1.3 Pendidikan : SMP
3.1.1.4 Pekerjaan : Karyawan
3.1.1.5 Agama : Islam
3.1.1.6 Suku : Banjar
3.1.1.7 Alamat : Desa Pendalaman Baru RT.06

3.1.2 Klien
3.1.2.1 Nama : Ny.S.R
3.1.2.2 Umur : 32 thn
3.1.2.3 Pendidikan : SMA
3.1.2.4 Pekerjaan : IRT
3.1.2.5 Agama : Islam
3.1.2.6 Suku : Banjar
3.1.2.7 Alamat : Desa Pendalaman Baru RT.06

3.1.3 Daftar Anggota Keluarga

No Pendidika
Nama Umur L/P Agama Pekerjaan Hub.Keluarga
. n
Suami (kepala
1. Tn. Y.H 46 thn L Islam SMP Karyawan
keluarga)
2. Ny. S.R 32 thn P Islam SMA IRT Istri
3. An. S.K 11 thn P Islam SD Siswi Anak 1
4. An. B 8 thn L Islam SD Siswi Anak 2
Belum Belum
5. An. A.M 4 thn P Islam Anak 3
Sekolah Bekerja

3.1.4 Tipe Keluarga


Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.

3.1.5 Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki : Klien sakit

: Perempuan X : Meninggal

: Hubungan : Cerai

: Serumah

3.1.6 Data Kesehatan Keluarga.

Penyakit Yang
No Nama Kesehatan Sekarang
Pernah Diderita
1 Tn. Y.H Sehat Tidak ada
2 Ny. S.R Pusing dan sering tegang Hipertensi
dibelakang leher
3 An. S.K Sehat Tidak ada
4 An. B Sehat Tidak ada
5 An. A.M Sehat Tidak ada

3.2 SIFAT KELUARGA


3.2.1 Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan didalam keluarga dilakukan secara musyawarah
antara suami dan istri.
3.2.2 Sosial Ekonomi Keluarga
Pendapatan keluarga dalam satu bulan Rp. >2.000.000, penghasilan
tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak.

3.2.3 Sosial
Keluarga Ny.S.R aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat, seperti
pengajian dan yasinan, hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar
berjalan dengan baik.

3.2.4 Suku
Klien bersuku banjar.
3.2.5 Agama
Klien beragama islam.

3.3 POLA KEBIASAAN KELUARGA


3.3.1 Pola Makan Keluarga.
Frekuensi makan 3x sehari, dengan makanan pokok nasi, kebiasaan
mengkonsumsi protein dalam makanan sehari-hari tidak menentu, dan
mengkonsumsi sayuran dalam makanan sehari-hari yaitu setiap hari.

3.3.2 Pola Istirahat Keluarga.


Lamanya tidur malam dalam sehari yaitu 7 jam mulai dari jam 21.00
05.00 WITA namun kadang kadang malam terbangun karena sakit kepala,
tidur siang kadang-kadang, tidak terdapat kamar tidur, seluruh keluarga
tidur diruang tengah rumah.

3.3.3 Pola Rekreasi dan Hiburan


Yang dilakukan keluarga dalam waktu senggang adalah berkumpul dan
nonton TV bersama anggota keluarga. Rekreasi bersama dilakukan oleh
keluarga yaitu sebulan 1 x.

3.3.4 Pola Komunikasi Keluarga


Waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari, pola komunikasi keluarga
adalah demokratis.
3.4 LINGKUNGAN
3.4.1 Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Status dalam kepemilikan rumah adalah milik sendiri, ukuran 4 x 6 meter,
bentuk bangunan rumahnya adalah tidak permanen, dimana komposisi
ruangan hanya terdiri dari 1 ruangan dan teras belakang, lantai terbuat dari
papan, terdapat ventilasi pintu dan jendela.

3.4.2 Ventilasi dan penerangan


Penerangan rumah dari listrik, pintu dan jendela dibuka pada siang hari.

3.4.3 Persediaan air bersih


Sumber air minum berasal dari sungai dan air hujan yang di tawas dan
diendapkan hingga jernih, sumber air untuk mencuci juga berasal dari air
sungai. kebiasaan pengelolaan air minum dimasak sampai mendidih.

3.4.4 Pembuangan sampah


Kebiasaan keluarga ini membuang sampah dengan cara dikumpulkan
dalam bak sampah rumah yang kemudian dibakar.

3.4.5 Pembuangan air limbah


Pembuangan air limbah rumah tangga di belakang rumah.

3.4.6 Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)


Jenis yang digunakan adalah jamban cemplung terbuka yang berada diatas
sungai yang menjadi tempat sumber air.

3.4.7 Denah rumah

5
1 1
3
4m
6

6m
Keterangan:
1 : Pintu
2 : Jendela
3 : Ruang Tamu
4 : Ruang Tidur
5 : Ruang Dapur
6 : Teras belakang
3.4.8 Lingkungan sekitar rumah
Keluarga Ny.S.R tidak mempunyai kandang ternak dan hewan peliharaan,
pekarangan rumah pun dimanfaatkan dengan menanam bunga.

3.4.9 Sarana komunikasi dan transportasi


Sarana komunikasi keluarga dengan handphone dan transportasi dengan
motor dan sepeda.

3.4.10 Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)


Fasilitas hiburan keluarga adalah TV.

3.4.11 Fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga meminta pertolongan kesehatan disaat sakit adalah dengan
datang kepuskesmas, jarak fasilitas kesehatan dengan rumah tempat
tinggal keluarga sekitar +2 km. Sebelum berobat Ny.S.R beli obat bebas di
warung, jika obat yang di belinya tidak kunjung sembuh Ny.S.R berobat
ke puskesmas.

3.5 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


3.5.1 Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
3.5.1.1 Ayah
Tn.Y.H tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelum nya namun
pernah mengalami sakit flu dan batuk.

3.5.1.2 Ibu
Ny.S.R tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelum nya namun
pernah mengalami sakit flu dan batuk.

3.5.1.3 Anak
Semua anak tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelum nya
namun pernah mengalami sakit flu, batuk dan juga sakit gigi.

3.5.2 Keluarga berencana


Ny.S.R tidak menggunakan KB dan sekarang telah mengandung dengan
usia kehamilan 5 bulan.

3.6 RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


3.6.1 Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Ny.S.R sedang berada pada tahap perkembangan
keluarga inti yaitu pada tahap keluarga dengan Ayah, ibu dan anak anak.

3.6.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Dari ketiga tugas perkembangan keluarga menurut Duvalla and Miller,
pada keluarga Ny.S.R semua tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi yaitu:
3.6.2.1 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar (belum
terpenuhi)
3.6.2.2 Mempertahankan keintiman pasangan
3.6.2.3 Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
3.6.2.4 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat (belum terpenuhi)
3.6.2.5 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

3.6.3 Tahap Perkembangan Keluarga inti


Ny.S.R tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius, selama ini
penyakit yang diderita adalah hipertensi yang dirasakan sejak lama dan
sering merasa pusing, dan nyeri di kepala dan, sedangkan suami dan anak
anaknya tidak pernah menderita penyakit yang berat/kronis, biasanya
hanya mengalami batuk, pilek.

3.6.4 Tahap Perkembangan Keluarga sebelumnya


Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa Ny.S.R memiliki riwayat
penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), dan keluarganya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit menular atau penyakit kronis yang berat.

3.7 FUNGSI KELUARGA


3.7.1 Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah
tangga. Menurut Ny..S.R senang memiliki keluarga yang lengkap 3 orang
anak. Keluarga tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang
lain serta saling menghargai satu dengan yang lain, apabila ada anggota
keluarga lain yang membutuhkan maka anggota keluarga akan membantu
sesuai dengan kemampuan.

3.7.2 Fungsi Sosialisasi


Hubungan antar anggota keluarga baik, di dalam keluarga ini tampak
kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam
melaksanakan tugas di dalam keluarga ini. Keluarga ini juga membina
hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya terbukti dengan
seringnya tetangga main ke rumahnya untuk berbincang bincang dengan
anggota keluarga keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan
mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.

3.7.3 Fungsi Reproduksi


Keluarga Ny.S.R memiliki 3 orang anak, 2 orang anak perempuan, yaitu
An.S.H, An.A.M dan 1 orang anak laki-laki An.B.

3.7.4 Fungsi Ekonomi


Ny.S.R seorang ibu rumah tangga dan petani, klien ikut arisan yasinan dan
mengharap ekonomi dari suami. Jika ada sisa keuangan, maka disimpan
untuk anak sekolah dan keadaan yang mendadak bagi keluarga.

3.7.5 Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga tidak mampu mengenali masalah kesehatan tentang penyakit
hipertensi hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak
masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi. Kemampuan keluarga
dalam mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak
mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi pada penyakit
hipertensi. Keluarga kurang menyadari kesadaran tentang terciptanya
lingkungan yang sehat, hal ini di buktikan dengan aktivitas keluarga yang
kurang membersihkan halaman depan rumah, daun daun kering
berserakan, pembakaran sampah di halaman rumah, wc keluarga jamban
cemplung. Selama ini keluarga jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, karena keluarga lebih cenderung membeli obat bebas di toko
dan mengkonsumsi obat herbal dan kalau tidak sembuh baru keluarga ke
puskemas.

3.8 PEMERIKSAAN FISIK


3.8.1 Tn.Y.H
3.8.1.1 Pemeriksaan fisik :
Keadaan Tn.Y.H baik, penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan
diri baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah : 130/90 mmHg.
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 88 x/menit
TB : 170 cm
BB : 65 Kg
3.8.1.2 Pemeriksaan fisik khusus :
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal. Pada leher tidak nampak adanya peningkatan
tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat
edema, fungsi penglihatan baik.
c. Telinga
Fungsi pendengaran baik
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada telinga, fungsi
penciuman baik
e. Mulut
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut, fungsi
pengecapan baik
f. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2
tunggal, suara mur mur () , ronchi (), wheezing (), nafas
cuping hidung ().
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan
persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.

3.8.2 Ny.S.R
3.8.2.1 Pemeriksaan fisik :
Keadaan Ny.S.R baik, penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan
diri baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah : 160/100 mmHg.
Respirasi : 23 x/menit
Nadi : 84 x/menit
TB : 162 cm
BB : 85 kg
3.8.2.2 Pemeriksaan fisik khusus :
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal. Pada leher tidak nampak adanya peningkatan
tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat
edema, fungsi penglihatan baik.
c. Telinga
Fungsi pendengaran baik
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada telinga, fungsi
pendengaran baik
e. Mulut
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut, fungsi
pengecapan baik
f. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2
tunggal, suara mur mur () , ronchi (), wheezing (), nafas
cuping hidung ().
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan
persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.

3.8.3 An.S.K
3.8.3.1 Pemeriksaan fisik An.S.K
Keadaan An.S.K baik, penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan
diri baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah : mmHg.
Respirasi : 25 x/menit
Nadi : 88 x/menit
TB : 120 cm
BB : 36 Kg.
3.8.3.2 Pemeriksaan fisik khusus :
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal. Pada leher tidak nampak adanya peningkatan
tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat
edema, fungsi penglihatan baik.
c. Telinga
Fungsi pendengaran baik
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada telinga, fungsi
penciuman baik
e. Mulut
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut, gigi tampak
berlubang, fungsi pengecapan baik
f. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2
tunggal, suara mur mur () , ronchi (), wheezing (), nafas
cuping hidung ().
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan
persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.

3.8.4 An.B
3.8.4.1 Pemeriksaan fisik An.B :
Keadaan An.B baik, penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan
diri baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah : mmHg.
Respirasi : 26 x/menit
Nadi : 86 x/menit
TB : 118 cm
BB : 38 Kg.
3.8.4.2 Pemeriksaan fisik khusus :
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal. Pada leher tidak nampak adanya peningkatan
tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat
edema, fungsi penglihatan baik.
c. Telinga
Fungsi pendengaran baik
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada telinga, fungsi
penciuman baik
e. Mulut
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut, gigi tampak
berlubang.

f. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2
tunggal, suara mur mur () , ronchi (), wheezing (), nafas
cuping hidung ().
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan
persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.

3.8.5 An.A.M
3.8.5.1 Pemeriksaan fisik An.A.M :
Keadaan An.A.M baik, penampilan terlihat cukup rapi, kebersihan
diri baik.
Tanda tanda vital:
Tekanan darah : mmHg.
Respirasi : 25 x/menit
Nadi : 85 x/menit
TB : 108 cm
BB : 32 Kg
3.8.5.2 Pemeriksaan fisik khusus :
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal. Pada leher tidak nampak adanya peningkatan
tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat
edema, fungsi penglihatan baik.
c. Telinga
Fungsi pendengaran baik
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada telinga, fungsi
penciuman baik
e. Mulut
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut, gigi tampak
goyang dan berlubang.
f. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2
tunggal, suara mur mur () , ronchi (), wheezing (), nafas
cuping hidung ().
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan
persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.

3.9 HARAPAN KELUARGA


Ny.S.R berharap agar sembuh dari penyakit hipertensinya. Sehingga dapat
melakukan aktivitas sehari hari dengan nyaman dan tidak terjadi apa-apa
dengan kehamilan nya sekarang.

3.10 ANALISA DATA

Masalah Masalah
No Data
Kesehatan Keperawatan
1 Ny.S.R mengeluh leher bagian belakang Penyakit Ketidak
terasa kencang dan terasa berat hipertensi pada mampuan
Tampak lelah dan kurang waktu istirahat Ny.S.R keluarga merawat
TD: 160/100 mmhg. anggota keluarga
Ny.S.R tidak membiarkan saja
nya yang sakit
penyakitnya, Ny.S.R dan keluarga
B.D kurang
mengusahakan untuk kesembuhannya
pengetahuan
tentang penyakit
dan faktor-faktor
penyebab
penyakit tersebut
2 Keadaan rumah tampak kurang bersih Sanitasi Ketidak

Jendela tidak buka pada siang hari, hanya lingkungan yang mampuan

satu yang dibuka. jelek keluarga

Pendapatan perbulan Rp >2.000.000 memelihara


lingkungan rumah
Pembuangan air limbah rumah tangga
dan sekitarnya
disembarang tempat
yang dapat
Pembakaran sampah dekat dengan rumah
mempengaruhi
(didepan rumah)
kesehatan B.D
WC keluarga yaitu jamban cemplung
ketidak tahuan
terbuka
pentingnya
sanitasi
lingkungan
3.11 PENAPISAN MASALAH

Diagnosa Kriteria Skor Pembenaran Total


Ketidak mampuan keluarga sifat masalah (skala : ancaman Masalah merupakan tidak / kurang
2/3
merawat anggota keluarga nya yang kesehatan) sehat
sakit B.D kurang pengetahuan kemungkinan masalah dapat di Kurangnya pengetahuan keluarga

tentang penyakit dan faktor-faktor ubah (skala : dengan mudah) 1 yang cukup tentang penyebab, cara

penyebab penyakit tersebut pengobatan dan penanganan


potensi masalah dapat di ubah Kurangnya pengetahuan keluarga
10/3
(skala : tinggi) 2/3 yang cukup tentang cara pencegahan
hipertensi
menonjolnya masalah (masalah Keluarga menyadari masalah, tidak
berat) mengetahui cara pengobatan penyakit
1
Ketidak mampuan keluarga sifat masalah (skala : ancaman Merupakan ancaman terhadap
2/3
memelihara lingkungan rumah dan kesehatan) kesehatan
sekitarnya yang dapat kemungkinan masalah dapat di Masalah yang dapat diubah sebagian

mempengaruhi kesehatan B.D ubah (skala : hanya sebagian) karena keluarga kurang menyadari
1
ketidak tahuan pentingnya sanitasi pentingnya sanitasi lingkungan yang

lingkungan baik
potensi masalah dapat di ubah Masalah cukup dapat dicegah apabila 7/3
(skala : rendah) adanya kesadaran keluarga untuk
2/3
merubah prilaku kebiasaan yang
kurang sehat
menonjolnya masalah (ada Keluarga tidak menyadari bahwa
masalah) 0 sanitasi lingkungan rumah dan
sekitarnya kurang sehat
3.12 PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keparawan keluarga
di desa pendalaman baru adalah sebagai berikut,

No Diagnosa Keperawatan Jumlah


1 Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
nya yang sakit B.D kurang pengetahuan tentang penyakit
10/3
dan faktor-faktor penyebab penyakit tersebut

2 Ketidak mampuan keluarga memelihara lingkungan


rumah dan sekitarnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan B.D ketidak tahuan pentingnya sanitasi 7/3
lingkungan
3.13 RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

Masalah Sasaran Sasaran Evaluasi


No Masalah Kesehatan Intervensi
Keperawatan Tu-Pan Tu-Pen Kriteria Standar
1 Resiko penyakit Ketidak mampuan Setelah 5x Setelah 5x Respon Keluarga Kaji
hipertensi kambuh keluarga merawat kunjungan instruksi verbal dapat pengetah
kembali pada Ny.S.R anggota keluarga yang rumah, keluarga keluarga dapat mengerti uan
sakit hipertensi B.D dapat merawat menyebutkan apa itu keluarga
kurang pengetahuan anggota tentang : penyakit tentang
tentang penyakit dan keluarga yang Pengertian hipertensi penyakit
faktor penyebabnya sakit penyakit Keluarga hipertensi
hipertensi, dapat Ukur
faktor-faktor menyebut tekanan
yang kan darah
menyebab faktor- setiap kali
kannya faktor kunjunga
Akibat / yang n
komplikasi menyeba Pantau
nya bkan keluhan
Cara timbulnya yang
penanganan penyakit dirasakan
penyakit hipertensi klien
hipertensi Keluarga setiap kali
dapat kunjunga
menyebut n
kan cara Jelaskan
penanga apa itu
nan penyakit
penyakit hipertensi
hipertensi kepada
keluarga
dengan
meng
gunakan
bahasa
yang
mudah
dipahami
Jelaskan
faktor-
faktor
penyebab
dan tanda
gejala
penyakit
hipertensi
serta
komplika
sinya
Jelaskan
cara
pencegah
an /diet
hipertensi
2 Sanitasi lingkungan Ketidak mampuan Setelah 2x Setelah 2x Respon Keluarga Kaji
yang kurang sehat keluarga mengenal kunjungan intervensi verbal mengerti pengetah
masalah-masalah rumah, keluarga keluarga dapat akibat uan
kesehatan lingkungan dapat menyebutkan sanitasi keluarga
B.D kurang informasi memelihara tentang : yang tentang
tentang lingkungan kesehatan Pengertian buruk sanitasi
yang baik atau buruk lingkungan sanitasi Keluarga lingkunga
serta akibat yang lingkungan dapat n
ditimbulkannya Akibat menyebut Berikan
sanitasi kan keluarga
lingkungan akibat pengetah
yang jelek dari uan
Cara sanitasi tentang
pemeliharaa yang cara
n lingkungan buruk memeliha
Keluarga ra
mengerti lingkunga
cara n yang
memeliha sehat
ra Berikan
kesehatan keluarga
lingkunga pengetah
n yang uan
baik tentang
akibat
dari
sanitasi
lingkunga
n yang
jelek
Anjurkan
keluarga
untuk
membuan
g
sampahpa
da
tempatny
a
Sediakan
tempat
pembuan
gan
sampah di
rumah
3.14 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1 12 Ketidak Mengkaji Jam 16.50


Oktober mampuan pengetahuan S :
2016 keluarga keluarga tentang Keluarga Ny.S.R
Jam 16.30 merawat penyakit mengatakan
anggota hipertensi bahwa tidak
keluarga yang Mengukur mengetahui
sakit hipertensi tekanan darah tentang penyakit
B.D kurang setiap kali hipertensi,
pengetahuan kunjungan Ny.S.R
tentang penyakit Memantau mengatakan
dan faktor keluhan yang leher belakang
penyebabnya dirasakan klien terasa kaku.

setiap kali O :

kunjungan Klien belum


dapat
menyebutkan
tentang penyakit
hipertensi
TD : 160/100
A :
Masalah belum
teratasi
P :
Intervensi
dilanjutkan

2 12 Ketidak Mengkaji Jam 17.20


Oktober mampuan pengetahuan S :
2016 keluarga keluarga tentang Keluarga Ny.S.R
Jam 17.00 mengenal sanitasi mengatakan
masalah lingkungan belum mengerti
kesehatan Memberikan cara
lingkungan B.D keluarga peneliharaan
kurang pengetahuan lingkungan dan
informasi tentang cara akibat yang di
tentang memelihara timbulkan dari
lingkungan yang lingkungan yang lingkungan yang
baik atau buruk sehat tidak sehat.
serta akibat Keluarga
Memberikan
yang mengatakan
keluarga
ditimbulkannya sampah di buang
pengetahuan
di tempat
tentang akibat dari
sampah, kadang-
sanitasi
kadang
lingkungan yang
sembarangan
jelek
tempat dan ada
Menganjurkan
yang di bakar.
keluarga untuk
O :
membuang
Keluarga
sampahpada
tampak cukup
tempatnya
mengerti dengan
apa yang
dijelaskan
A :
Masalah belum
teratasi
P :
Intervensi
dilanjutkan
1 13 Ketidak Mengukur Jam 16.50
Oktober mampuan tekanan darah S:
2016 keluarga setiap kali Klien
Jam 16.30 merawat kunjungan mengatakan
anggota Memantau kaku pada leher
keluarga yang keluhan yang belakang
sakit hipertensi dirasakan klien berkurang
B.D kurang Keluarga
setiap kali
pengetahuan mengatakan
kunjungan
tentang penyakit sudah mulai
Jelaskan apa itu
dan faktor mengetahui
penyakit apa itu
penyebabnya hipertensi kepada hipertensi
keluarga dengan (Darah Tinggi)
meng gunakan O:
bahasa yang TD : 160/110
mudah dipahami
mmHg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan

2 13 Ketidak Mengkaji Jam 17.20


Oktober mampuan pengetahuan S :
2016 keluarga keluarga tentang Keluarga Ny.S.R
Jam 17.00 merawat sanitasi mengatakan
anggota lingkungan sudah cukup
keluarga yang Memberikan mengerti dengan
sakit hipertensi keluarga yang sudah di
B.D kurang pengetahuan jelaskan
pengetahuan tentang cara kemaren dan
tentang penyakit memelihara hari ini, dan
dan faktor lingkungan yang klien mau
penyebabnya sehat mencoba untuk
Memberikan melakukan
keluarga pemeliharaan
pengetahuan lingkungan dan
tentang akibat dari membuang
sanitasi sampah pada
lingkungan yang tempatnya.
jelek O :
Menganjurkan Keluarga tampak
keluarga untuk sudah cukup
membuang menjaga
sampahpada kebersihan pada
tempatnya lingkungannya.
Menyediakan A :

tempat Masalah teratasi


pembuangan P :
sampah di rumah Intervensi
dihentikan

1 14 Ketidak Mengukur tekanan Jam 17.30


Oktober mampuan darah setiap kali S:
2016 keluarga kunjungan Klien
Jam 16.30 merawat Memantau mengatakan
anggota keluhan yang masih terasa
keluarga yang dirasakan klien tegang pada
sakit hipertensi setiap kali lehernya.
B.D kurang Keluarga
kunjungan
pengetahuan mengatakan
Menjelaskan
tentang penyakit mulai
faktor-faktor
dan faktor penyebab dan mengetahui
penyebabnya tanda gejala faktor penyebab
penyakit hipertensi.
hipertensi serta O:
komplikasinya TD : 150/90
mmHg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi di
lanjutkan

1 15 Ketidak Mengukur tekanan Jam 17.30


Oktober mampuan darah setiap kali S:
2016 keluarga kunjungan Klien
Jam 16.30 merawat Memantau mengatakan
anggota keluhan yang tegang pada
keluarga yang dirasakan klien leher berkurang.
sakit hipertensi Klien mulai
setiap kali
B.D kurang mengetahui
kunjungan
pengetahuan tanda gejala dari
Menjelaskan cara
tentang penyakit hipertensi.
pencegahan /diet
dan faktor O:
hipertensi
penyebabnya TD : 140/90
mmHg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1 16 Ketidak Mengkaji Jam 17.30
Oktober mampuan pengetahuan S:
2016 keluarga keluarga tentang Klien
Jam 16.30 merawat penyakit mengatakan
anggota hipertensi merasa sakit
keluarga yang Mengukur tekanan pada leher
sakit hipertensi darah setiap kali bagian belakang
B.D kurang Keluarga klien
kunjungan
pengetahuan mulai
Memantau
tentang penyakit mengetahui diet
keluhan yang
dan faktor hipertensi.
dirasakan klien
penyebabnya O:
setiap kali
TD :140/90
kunjungan
mmHg
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi di
lanjutkan

Vous aimerez peut-être aussi