Vous êtes sur la page 1sur 29

analisis Timbal (Pb)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Polusi lingkungan atau pencemaran air dan udara menurut
Keputusan Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup NO.
02/MENKLH/I/1988 adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energy dan atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam, sehingga kualitas air ataupun udara turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air atau udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Dengan semakin meningkatnya perkembangan industry, baik
industry migas, pertanian, maupun industry non-migas lainnya maka
semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan, udara dan
tanah yang disebabkan oleh hasil buangan industry industry tersebut.
Adapun salah satu penyebab nya adalah timbal yang memiliki rumus
kimia Pb.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Timbal sebagai polutan

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur


merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi
dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk
letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak
yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh
pada 327,5 C dan titik didih 1.740 C pada tekanan atmosfer. Timbal
mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82.
Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga
merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat merusak
sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk
waktu yang lama. Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb
(1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb,
207Pb and 208Pb yang semuanya adalah radiogenic dan merupakan
produk akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan
(tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan
cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat).

2.2 Sumber pencemar Timbal

Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari


aktifitas manusia yang mengekstraksi dan mengeksploitasi logam
tersebut. Timbal digunakan untuk berbagai kegunaan terutama sebagai
bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen dan
amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai
lokasi.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan
makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran
udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan
bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl
lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang
ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk
menurunkan nilai oktan. Gambar dibawah menunjukkan alur perjalanan
timbal terhadap manusia.
Gambar alur perjalanan timbal terhadap manusia (Greenberg, 1992)

2.2.1 Timbal dari lingkungan alam


Secara alamiah timbal terdapat pada bebatuan alam dan tanah
yang ada di dalam kerak bumi. Timbal tidak terdegradasi atau rusak, tapi
senyawanya dapat berubah ketika terkena sinar matahari, udara dan air.

2.2.2 Timbal dalam bahan bakar kendaraan bermotor


Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin untuk
meningkatkan angka oktan secara ekonomi dan merupakan bagian
terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110 C dan 200 C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan
bensin akan cenderung memekatkan kadar Pb-tetraetil dan Pb-
tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya
dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain di udara seperti
senyawa halogen asam atau oksidator.
Emisi Pb masuk ke dalam lapisan atmosfer bumi dan dapat
berbentuk gas dan partikel. Emisi Pb yang masuk dalam bentuk gas
terutama berkaitan sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor.
Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang terjadi
dalam mesin-mesin kendaraan, yang berasal dari senyawa tetrametil-Pb
dan tetril-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan
bermotor yang berfungsi sebagai antiknock pada mesin-mesin
kendaraan. Musnahnya timbal (Pb) dalam peristiwa pembakaran pada
mesin yang menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui
asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan estimasi
skitar 8090% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak
sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada
kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi
kandungan Pb pada bensin.

2.2.3 Timbal dari industri industri kimia


Salah satu sumber penyebab pencemaran timbal adalah
penggunaan timbal pada industry industry, seperti pada proses lead-
acid batteries (proses daur ulang baterai) atau industry yang
memproduksi kawat/pipa timbal, dan industri pengecoran logam.
Masyarakat yang tinggal di dekat industri yang memproses timbal
seperti peleburan timbal (smelter), memiliki kadar timbal dalam darah
sangat tinggi.

2.3 Sampling dan Pemeliharaan Sampel

Sebelum mengumpulkan sampel, menentukan fraksi apa yang


akan dianalisis. Hal ini akan
menentukanapakah sebagian sampel diasamkan dengan atau
tanpa filtrasi.
Kekeliruan yang serius dapat terjadi selama sampling
dan penyimpanan karena kontaminasi dari
perangkat sampling, kegagalan dalam menghilangkan residu dari sampe
l, dan hilangnya logam dengan adsorpsidan /atau pengendapan dalam
wadah sampel yang disebabkan oleh
kegagalan saat mengasamkan sampel.

1. Wadah sampel
Wadah sampel yang paling baik terbuat dari kuarsa
atau TFE. Namun karena wadah ini mahal, wadahsampel yang banyak
digunakan terbuat dari polypropylene. Wadah kaca borosilikat juga dapat
digunakan,tapi hindari wadah kaca yang ringan untuk sampel yang
mengandung logam dalam rentang mikrogram perliter. Gunakan hanya
wadah dan filter yang telah dibilas asam.

2. Penyimpanan
Simpan sampel segera
setelah sampling dengan pengasaman menggunakan asam nitrat
pekat (HNO3)menjadi pH <2. Biasanya 1,5 mL HNO3 pekat / L sampel (a
tau 3 mL 1 + 1 HNO3 sampel / L) sudah
cukupuntuk penyimpanan jangka pendek.
Setelah pengasaman sampel, sebaiknya sampel disimpan dalam
lemari es kira-kira 4 C untuk mencegah perubahan volume karena
penguapan. Dengan kondisi tersebut, sampel
dengan konsentrasilogam miligram per liter dapat stabil
hingga 6 bulan (kecuali merkuri, yang batasnya adalah 5 minggu). Untuk
kadar logam mikrogram per liter (contoh:
Timbal), analisa sampel sesegera mungkin setelah
pengumpulansampel.

2.4 Metode Penentuan Timbal

Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya plumbum


atau timbale meliputi:
AAS (Atomic Absorption Spectrometric Method),
1. Direct Air Acetylene Flame Method
2. Extraction / Air Acetylene Flame Method
3. Electrothermal Atomic Absorption Spectrometric Method
AAS adalah suatu metode analisa untuk penentuan kadar
unsur unsure logam dan metaloid berdasarkan pada penyerapan
(absorbansi) radiasi oleh atom bebas dari unsure tersebut (Miller,D. D
and Rutzke,M.A.,2003). Suatu sample dapat diukur kandungan
logamnya apabila logam logam dalam sample telah di bebaskan dari
bhan organiknya . pembeasan logam dari bahan organik dilaakukan
dengan destruksi. Di dalam bagian kusus alat , sample yang telah
dipreparasi tersebut selanjutnya mengalami atomisasi. Atomisasi suatu
unsure dalam sample dapat dilakukan dengan system nyala api (flame).
Logam logam yang cocok diukur dengan system nyala api antara lain K,
Na Ca, Mg, Pb Cd Cr Cu Zn Fe. Atomisasi Flame menggunakan gas
baker asetilen udara ataupun nitrous oksida udara
(Greenberg,A.E.,et.al,1992)
Pada AAS sebuah cahaya ditembakkan secara langsung
melalui nyala api kedalam monokromator dan sebuah detector yang
mengukur jumlah dari cahaya yang diserap oleh element unsure dalam
nyala api. Untuk beberapa logam penyerapan unsure sangat sensitive
melebihi emisi nyala api. Karena tiap logam mempunyai karakteristik
kemampuan untuk penyerapan panjang gelombang yang berbeda.
Sebuah sumber lampu yang tersusun dari unsure yang digunakan : ini
membuat metode bebas dari spektral atau gangguan radiasi. Jumlah
energy pada karakteristik panjang gelombang yang diserap pada nyala
api sebanding atau berbanding lurus dengan konsentrasi unsure pada
sampel. Hasi bacaan dari metode ini berupa Absorbansi yang dicatat
dan diolah secara komputerisasi. Metode metode yang menggunakan
prinsip kerja AAS antara lain :

(Miller,D.D, 2003)
2.4.1 D

irect Air Acetylene Flame Method

Metode ini digunakan untuk menentukan atau menganalisa


antimony, bismuth, cadmium (Cd), Calcium (Ca), Cesium (Cs),
Chromium (Cr), Cobalt (Co). Copper (Cu), Emas (Au), Iridium, Besi (Fe),
Lithium (Li),Timbal (Pb), Magnesium (Mg), Nikel (Ni), Palladium,
Platinum, Potasium, Rhodium, Tembaga, Sodium, Strontium, Thalium,
Timah, dan Seng.
2.4.1.1 Peralatan

a) Atomic absorption spectrofotometre (AAS)


Terdiri dari sumber cahaya yang memancarkan garis spectrum
dari sebuah unsur (lampu katoda berongga atau edl), sebuah perangkat
untuk mengubah sample (biasanya berupa nyala api) dirubah menjadi
uap, cara untuk mengisolasi garis penyerapan (monokromator orfilter
dan celah dapat disesuaikan ), dan detektor fotolistrik yang berhubungan
dengan peralatan pengukuran dan amplifier elektronik.

b) Burner
Merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen dan
aquades agar tercampur merata dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lubang yang berada pada burner ,merupakan
lubang pemantik api, di mana pada lubang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.

c) Readout
Kebanyakan instrumen dilengkapi baik dengan mekanisme
meter digital atau null rekorder (readout). Instrumen yang paling modern
dilengkapi dengan mikroprosesor yang mampu mengintegrasikan sinyal
penyerapan dari waktu ke waktu dan melinearkan kurva kalibrasi pada
konsentrasi tinggi.

d) Lampu
Menggunakan salah satu lampu katoda berongga
atau discharge electrodeless lamp(EDL).Digunakan satu lampu untuk
setiap elemen yang diukur. Lampu katoda berongga multi elemen
umumnya memberikan sensitivitas lebih rendah dari lampu elemen
tunggal. Discharge electrodeless lamp(EDL) membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk pemanasan dan menstabilkan.
e) Katup pengurang tekanan(pressure reducing valves)
Bagian ini berfungsi untuk menjaga pasokan bahan bakar dan
oksidan pada tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan operasi yang
dikendalikan dari instrumen dengan menggunakan pressure reducing
valves yang cocok untuk setiap gas berbeda.

f) Lubang angin
Tempatkan lubang angin sekitar 15 sampai 30 cm di atas
kompor (burner) untuk menghilangkan asap dan uap dari nyala api.
Tindakan pencegahan ini bertujuan melindungi instrumen dari uap
korosif, dan mencegah stabilitas api yang dipengaruhi oleh kondisi
ruangan. Sebuah peredam atau variable speed blower yang berguna
untuk mengatur aliran udara. Memilih ukuran blower yang tepat untuk
memberikan aliran udara yang direkomendasikan oleh produsen alat.

2.4.1.2 Reagent

a) Udara
Dibersihkan dan dikeringkan melalui filter yang cocok untuk
menghilangkan minyak, air, dan zat asing lainnya

b) Acetylene
Aseton, yang selalu ada dalam silinder asetilena, dapat dicegah
masuk dan dapat merusak burner head. Cara mengatasinya adalah
dengan mengganti silinder ketika tekanannya turun menjadi 689 kPa
(100 psi) asetilena.
c) Air bebas logam
Bertujuan untuk mempersiapkan semua reagen dan standar
kalibrasi serta sebagai pengencer. Menyiapkan air bebas logam dengan
air keran deionizing dan / atau dengan menggunakan salah satu proses
berikut, tergantung dari pada konsentrasi logam dalam sampel: distilasi
tunggal,redistillation, atau sub-boiling. Dan selalu periksa air bebas ion
atau suling untuk menentukan unsure yang dicari. (Pada umumnya air
mengandung Hg(raksa) atau logam logam volatile lain, jadi metode
distilasi tunggal maupun distilasi bertingkat berkemungkinan tidak cocok
utuk analisis, dikarenakan logam disaring melebihai penyaringan air.
Pada kejadian lain menggunakan sub-boiling untuk menyiapkan metal
free water).

d) Larutan Kalsium, dilarutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO 3 )


dalam 5 ml HCl. Jika diperlukan,didihkan secara perlahan lahan untuk
memperoleh larutan yang sempurna. Tahap selanjutnya yaitu
mendinginkan dan mengencerkan dengan 1000 ml air.

e) Hydrocloric acid , HCl 1 %,10%,20%, dengan 1 + 5,1+ 1 and conc

f) Larutan Lanthanum, dilarutkan 58,65ngram lanthanum oksida


(La2O3) di dalam 250 ml cone HCl. Penambahan asam ditambahkan
sedikit demi sedikit sampai bahannya terlarutkan setelah itu di encerkan
dengan 1000 ml air.

g) Hidrogen Peroksida 30%

h) Asam Nitrit, HNO3 2%, dengan perbandingan 1 : 1 dan conc

i) Aqua Regia, ditambahkan 3 volume cone asam klorida (HCl)


terhadap 1 volume kensentrasi HNO3.

j) Larutan Logam Standard , untuk Timbal dilarutkan 0,1598 gram timbal


nitrat (PbNO3)2 dengan jumlah yang sedikit dengan perbandinga 1 : 1
dengan HNO3 yaitu 10ml HNO3, dan dilarutkan dalam 1000ml air,
dimana 1ml = 100g Pb.

2.4.1.3 Prosedure

a) Persiapan sample
Persiapan sample sangat dibutuhkan untuk mengakuratkan
hasil dalam pelarutan logam atau total logam.
b) Instrument operation
Secara umum memaasang lampu katoda berongga untuk
logam yang ingin di analysis dalam instrumen dan setel tombol panjang
gelombang. Mengatur lebar celah sesuai dengan pengaturan dari saran
produsen untuk elemen yang diukur. Menyalakan instrumen, menyetel
arus yang disarankan oleh produsen untuk lampu katoda berongga, dan
membiarkan instrumen hangat sampai sumber energi stabil (10-
20menit). Atur kembali arus setelah pemanasan. Optimalkan panjang
gelombang dengan menyesuaikan tombol panjang gelombang sampai
energi optimum diperoleh. Instal burner head yang cocok dan
sesuaikan posisi burner head. Hidupkan udara dan sesuaikan laju aliran
dengan yang ditentukan oleh produsen untuk memberikan sensitivitas
maksimum untuk logam yang dianalisis. Aktifkan asetilena, sesuaikan
laju aliran yang telah ditentukan, dan nyalakan api. Biarkan api stabil
selama beberapa menit. Hisap larutan standar yang terdiri dari air
deionisasi pada larutan asam yang mengandung konsentrasi asam yang
sama dalam standar dan sampel. Nol kan instrument. Hisap solusi
standar dan sesuaikan hisapan nebulizer untuk mendapatkan
sensitivitas maks. Sesuaikan burner baik secara vertikal dan horizontal
untuk mendapatkan respon max. Hisap larutan standar lagi dan nol kan
instrumen. Hisap larutan standar dekat bagian tengah dari kisaran linier.
Catat absorbansi standar ini saat siap dan dengan lampu katoda
berongga yang baru. Data tersebut mengacu pada penentuan berikutnya
dari unsur yang sama untuk memeriksa konsistensi pengaturan
instrumen dan penuaan lampu katoda berongga dan standar. Instrumen
sekarang siap untuk beroperasi. Ketika analisis selesai, padamkan api
dengan pertama-tama mematikan acetyleneand kemudian udara.

c) Standarisasi
Memilih paling sedikit tiga konsentrasi pada tiap tiap larutan
logam standard, untuk menggolongkan atau mengelompokkan
konsentrasi logam pada sample. Larutan blanko digunakan untuk
mengkalibrasi instrument. Setelah itu menggunakan masing masing
larutan standard lalu menyalakan flame (nyala api) dan mengamati
absorbansinya.

d) Analisis Sampel
Membilas nebulizer dengan menggunakan air sebanyak 1,5
ml konsentrasi HNO3/L. Atomisasi larutan blanko dan mengatur
instrument pada angka nol. Atomisasi sample dari penentuan itulah
merupakan absorbansinya.

2.4.1.4 Calculation

Menghitung konsentrasi pada masing masing ion logam ,


dalam mikro gram per liter untuk sedikit element dan milligram per liter
untuk logam pada biasanya. membaca secara langsung konsentrasi
yang terdapat pada instrument dan bisa menggunakan kurva kalibrasi.
2.4.2 Extraction / Air-Acetylene Flame Method

Metode ini cocok untuk penentuan konsentrasi timbale yang


rendah. Metode terdiri dari kelasi (pengikatan) dengan APDC dan
ekstraksi ke MIBK, diikuti oleh tersedotnya ke dalam nyala air-acetylene
(udara-asetilen).

2.4.2.1 Peralatan

a) Atomic absorption spectrofotometre (AAS)


Terdiri dari sumber cahaya yang memancarkan garis spectrum
dari sebuah unsur (lampu katoda berongga atau edl), sebuah perangkat
untuk mengubah sample (biasanya berupa nyala api) dirubah menjadi
uap, cara untuk mengisolasi garis penyerapan (monokromator orfilter
dan celah dapat disesuaikan), dan detektor fotolistrik yang berhubungan
dengan peralatan pengukuran dan amplifier elektronik.

b) Burner
Merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen dan
aquabides agar tercampur merata dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lubang yang berada pada burner ,merupakan
lubang pemantik api, di mana pada lubang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.

c) Readout
Kebanyakan instrumen dilengkapi baik dengan mekanisme
meter digital atau null rekorder (readout). Instrumen yang paling modern
dilengkapi dengan mikroprosesor yang mampu mengintegrasikan sinyal
penyerapan dari waktu ke waktu dan melinearkan kurva kalibrasi pada
konsentrasi tinggi.

d) Lampu
Menggunakan salah satu lampu katoda berongga
atau discharge electrodeless lamp(EDL).Digunakan satu lampu untuk
setiap elemen yang diukur. Lampu katoda berongga multi elemen
umumnya memberikan sensitivitas lebih rendah dari lampu elemen
tunggal. Discharge electrodeless lamp(EDL) membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk pemanasan dan menstabilkan.

e) Katup pengurang tekanan(pressure reducing valves)


Bagian ini berfungsi untuk menjaga pasokan bahan bakar dan
oksidan pada tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan operasi yang
dikendalikan dari instrumen dengan menggunakan pressure reducing
valves yang cocok untuk setiap gas berbeda.

f) Lubang angin
Menempatkan lubang angin sekitar 15 sampai 30 cm di atas
kompor (burner) untuk menghilangkan asap dan uap dari nyala api.
Tindakan pencegahan ini bertujuan melindungi instrumen dari uap
korosif, dan mencegah stabilitas api yang dipengaruhi oleh kondisi
ruangan. Sebuah peredam atau variable speed blower yang berguna
untuk mengatur aliran udara. Pilih ukuran blower yang tepat untuk
memberikan aliran udara yang direkomendasikan oleh produsen alat.

g) Burner head
konvensional. Konsultasikan untuk burner head yang
disarankan.

2.4.2.2 Reagents

a) Udara
Dibersihkan dan dikeringkan melalui filter yang cocok untuk
menghilangkan minyak, air, dan zat asing lainnya

b) Acetylene
Aseton, yang selalu hadir dalam silinder asetilena, dapat
dicegah masuk dan merusak burner head dengan mengganti silinder
ketika tekanannya turun menjadi 689 kPa (100 psi) asetilena.
c) Air bebas logam
Bertujuan untuk mempersiapkan semua reagen dan standar
kalibrasi serta sebagai pengencer. Siapkan air bebas logam dengan air
keran deionizing dan / atau dengan menggunakan salah satu proses
berikut, tergantung dari pada konsentrasi logam dalam sampel: distilasi
tunggal,redistillation, atau sub-boiling. Selalu periksa air bebas ion atau
suling untuk menentukan unsure yang dicari.

d) Metil isobutil keton (MIBK)


Kadar reagen. Untuk analisis , murnikan MIBK
oleh redistillation atau sub-boiling distillation.

e) Larutan Ammonium pyrrolidine dithiocarbamate (APDC)


Larutkan 4 g APDC dalam 100 mL air. Jika perlu, murnikan
APDC dengan volume yang sama dengan MIBK. Kocok 30 detik dalam
corong pemisah. Biarkan terpisah, dan buang bagian bawah dan lapisan
MIBK.

f) Asam nitrat, , konsentrasi , sangat murni (ultrapure).

g) Larutan logam standard


Siapkan serangkaian larutan logam standar dalam rentang
konsentrasi optimal dengan pengenceran yang tepat dari persediaan
larutan logam berikut dengan air yang mengandung 1,5 mL
konsentrasi L. Secara umum, gunakan reagen dengan kemurnian
tertinggi. Untuk hidrat, gunakan reagen baru. (untuk timbale, Pb:
larutkan 0.1598 g lead nitrate, , dalam jumlah minimal 1 + 1 ,
tambahkan 10 mL konsentrasi ,dan encerkan dengan air 1000 mL ;
1.00 mL = 100 .)

h) Potassium permanganate solution, , 5% aqueous.


i) Sodium sulfate, , anhidrat.
j) Air jenuh Metil isobutil keton (MIBK)
Campurkan MIBK yang telah dimurnikan dengan air dalam
corong pisah. Kocok selama 30 detik dan biarkan terpisah. Buang
lapisan berair. Simpan lapisan MIBK.

k) Larutan hidroksilamin hidroklorida , 10%

2.4.2.3 Prosedur

a) Instrument operation
Secara umum pasang lampu katoda berongga untuk logam
yang ingin di analysis dalam instrumen dan setel tombol panjang
gelombang. Atur lebar celah sesuai dengan pengaturan dari saran
produsen untuk elemen yang diukur. Nyalakan instrumen, setel arus
yang disarankan oleh produsen untuk lampu katoda berongga, dan
membiarkan instrumen hangat sampai sumber energi stabil (10-
20menit). Atur kembali arus setelah pemanasan. Optimalkan panjang
gelombang dengan menyesuaikan tombol panjang gelombang sampai
energi optimum diperoleh. Instal burner head yang cocok dan
sesuaikan posisi burner head. Hidupkan udara dan sesuaikan laju aliran
dengan yang ditentukan oleh produsen untuk memberikan sensitivitas
maksimum untuk logam yang dianalisis. Aktifkan asetilena, sesuaikan
laju aliran yang telah ditentukan, dan nyalakan api. Biarkan api stabil
selama beberapa menit. Hisap larutan standar yang terdiri dari air
deionisasi pada larutan asam yang mengandung konsentrasi asam yang
sama dalam standar dan sampel. Nol kan instrument. Hisap solusi
standar dan sesuaikan hisapan nebulizer untuk mendapatkan
sensitivitas maks. Sesuaikan burner baik secara vertikal dan horizontal
untuk mendapatkan respon max. Hisap larutan standar lagi dan nol kan
instrumen. Hisap larutan standar dekat bagian tengah dari kisaran linier.
Catat absorbansi standar ini saat siap dan dengan lampu katoda
berongga yang baru. Data tersebut mengacu pada penentuan berikutnya
dari unsur yang sama untuk memeriksa konsistensi pengaturan
instrumen dan penuaan lampu katoda berongga dan standar. Instrumen
sekarang siap untuk beroperasi. Ketika analisis selesai, padamkan api
dengan pertama-tama mematikan acetyleneand kemudian udara.

b) Standarisasi
Pilih setidaknya tiga konsentrasi larutan logam standar untuk
konsentrasi sampel golongan logam yang akan dianalisis dan
mengoptimalkan konsentrasi (setelah ekstraksi) Sesuaikan 100 mL
kosong logam air gratis untuk pH 3 dengan menambahkan 1N atau 1N
NaOH. Untuk ekstraksi elemen tunggal, gunakan kisaran pH berikut
untuk mendapatkan efisiensi ekstraksi yang optimal.
Element pH range for optimum
extraction
Ag 2-5 (complex unstable)
Cd 1-6
Co 2-10
Cr 3-9
Cu 0.1-8
Fe 2-5
Mn 2-4 (complex unstable)
Ni 2-4
Pb 0.1-6
Zn 2-6

(sumber:Greenberg,A.E.,Clesceri,L.S.,Eaton.1992 )
CATATAN: untuk ekstraksi Ag dan Pb nilai pH optimum adalah 2,3
0,2. Kekompleksan Mn memburuk dengan cepat pada suhu kamar,
sehingga respon instrument menurun. Dengan mendinginkan ekstrak ke
0 C dapat mempertahankan kompleks selama beberapa jam. Jika ini
tidak memungkin dan Mn tidak dapat dianalisis segera setelah ekstraksi,
gunakan prosedur analitis lain.
Transfer setiap solusi blanko ke dalam masing masing 200
mL labu , tambahkan 1 mL larutan APDC dan kocok selama 30 detik.
Biarkan isi flask terpisah menjadi lapisan encer dan organik, dengan
hati-hati tambahkan air (disesuaikan dengan pH sampel di mana
ekstraksi dilakukan) di sisi tabung masing-masing pindahkan lapisan
organic ke leher flask dan dapat diakses oleh aspirating tube.
Aspirasi ekstrak organic langsung menuju nyala api(nol kan
instrument (di air jenuh MIBK (blanko)) dan catat absorbansi. Siapkan
kurva kalibrasi dan plot pada kertas grafik dengan absorbansi ekstrak
terhadap konsentrasi sebelum ekstraksi.

c) Analisa sampel
Siapkan sampel dengan cara yang sama seperti standar. Bilas
atomizer dengan mengaspirasi MIBK jenuh air. Aspirasi
ekstrak diperlakukan dan merekam absorbansi.
2.4.3 Electrothermal Atomic Absorption Spectrometric Method

Metode ini digunakan untuk menentukan jumlah yang sedikit


dari aluminium, antimony, arsen, barium, berilium, cadmium, kromium,
kobalt, tembaga, besi, timbal, mangan, molybdenum, nikel, selenium,
perak, dan timah.

2.4.3.1 Peralatan

a) Atomic Absorption Spectrometer


Terdiri dari sumber cahaya yang memancarkan garis
spektrum dari sebuah unsur (lampu katoda berongga atau edl), sebuah
perangkat untuk mengubah sample (biasanya berupa nyala api), sarana
mengisolasi sebuah garis penyerapan, dan detektor fotolistrik yang
berhubungan dengan peralatan pengukur dan amplifier elektronik.

b) Sumber lampu
Menggunakan lampu katoda berongga atau discharge
electrodeless lamp (EDL). Digunakan satu lampu untuk setiap elemen
yang diukur. Lampu katoda berongga multi-unsur umumnya memberikan
sensitivitas yang lebih rendah dari lampu unsur tunggal. Discharge
electrodeless lamp (EDL) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pemanasan dan penstabilan.

c) Tungku grafit
Menggunakan sebuah peralatan pemanas elektrik dengan
pengontrol sirkuit elektronik untuk membawa selang grafit menuju
program pemanas yang menyediakan energi termal yang cukup untuk
mengatomisasi unsur yang dicari. Pengatur tungku pemanas dengan
tiga langkah pemanasan dikatakan layak khusus untuk air dengan
kandungan padatan terlarut yang rendah. Untuk air asin dan
pengganggu kompleks lainnya, menggunakan pengontrol tungku lebih
dari tujuh langkah pemanasan. Menggunakan argon sebagai pembersih
untuk meminimalkan oksidasi terhadap selang tungku dan untuk
mencegah pembetukan logam oksida. Menggunakan selang grafit
dengan platform untuk meminimalkan gangguan dan
untuk meningkatkan sensitivitas.

d) Readout
Kebanyakan instrumen dilengkapi dengan mekanisme digital
meter atau null rekorder (readout). Instrumen yang paling modern
dilengkapi dengan mikroprosesor yang mampu mengintegrasikan sinyal
penyerapan dari waktu ke waktu dan melinearkan kurva kalibrasi pada
konsentrasi tinggi.

e) Sampel dispenser
Menggunakan pipet mikroliter (5 sampai 100 l) atau
perangkat sampling otomatis yang dirancang untuk instrumen tertentu.

f) Lubang angin
Menempatkan lubang angin sekitar 15 sampai 30 cm di
atas burner untuk menghilangkan asap dan uap dari nyala api. Tindakan
pencegahan ini bertujuan melindungi instrumen dari uap korosif, dan
mencegah stabilitas api yang dipengaruhi oleh kondisi ruangan. Sebuah
peredam atau variable speed blower berguna untuk mengatur aliran
udara. Pilih ukuran blower yang tepat untuk memberikan aliran udara
yang direkomendasikan oleh produsen alat.

g. Cooling water supply


Pendinginan dengan air keran yang mengalir pada 1 sampai
4 L/menit atau menggunakanperangkat sirkulasi pendingin.

h. Peralatan penyaring membrane


Menggunakan sebuah peralatan penyaring kaca dan penyaring
membran 0.45 m.
2.4.3.2 Bahan

a) Air bebas logam


Menggunakan air bebas logam untuk mempersiapkan semua
bahan dan standar kalibrasi, serta sebagai air pengencer. Siapkan air
bebas logam dengan deionisasi air keran dan/atau dengan
menggunakan salah satu proses berikut, tergantung dari konsentrasi
logam dalam sampel: distilasi tunggal, redistillation, atau sub-boiling.
Selalu periksa air bebas ion atau air suling untuk menentukan apakah
unsur yang dicari hadir dalam jumlah yang dapat dihitung.

b) Asam klorida, HCl 1 + 1 dan conc.

c) Asam nitrat, HNO3 1 + 1 dan conc.

d) Matrix modifiers:
1. Amonium nitrat, 10% (w/v): Larutkan 100 gram NH 4NO3 ke dalam
air. Encerkan hingga 1000 mL dengan air.
2. Amonium fosfat, 40%: Larutkan 40 gram (NH 4)2HPO4 dalam air.
Encerkan hingga 100 mL dengan air.
3. Kalsium nitrat, 20 000 mg Ca/L: Larutkan 11,8 gram
Ca(NO3)2.4H2O dalam air. Encerkan hingga 100 mL dengan air.
4. Nikel nitrat, 10 000 mg Ni/L: Larutkan 49,56 gram Ni(NO 3)2.6H2O
dalam air. Encerkan hingga 1000 mL dengan air.
5. Asam fosfat, 10% (v/v): Larutkan 10 mL konsentrasi H 3PO4 ke
dalam 100 mL dengan air.

e) Larutan stok logam


Untuk unsur timbal, larutkan 0.1598 gram timbal nitrat
Pb(NO3)2 dalam sejumlah kecil 1 + 1 HNO3, tambahkan 10 mL
HNO3 terkonsentrasi, dan encerkan hingga 1000 mL dengan air.
f) Resin pengikat
100 hingga 200 mesh. Dimurnikan dengan pemanasan
pada 60 C dalam 10N NaOH selama 24 jam. Dinginkan resin dan bilas
10 kali, masing-masing pencucian menggunakan HCl 1N, air bebas
logam, NaOH 1N, air bebas logam.

g) Air laut bebas logam (air garam)


Isi air garam ke dalam sebuah tabung kaca borosilikat
dengan ukuran diameter dalam 1,4 cm dan panjang 20 cm di atas
permukaan lapisan resin pengikat setinggi 2 cm. Elusi resinberturut-turut
dengan 50 mL HCl 1N, air bebas logam, NaOH 1N, dan air bebas logam
dengan lajusebesar 5 mL/menit sebelum digunakan. Pindahkan air
garam melalui kolom dengan laju 5mL/menit untuk
mengekstrak logam yang ada. Buang 300 mL elusi pertama.

2.4.3.3 Prosedur

a) Sample pretreatment
Sebelum menganalisa, perlakuan awal dari semua
sampel ditunjukkan seperti berikut.Bilas semua
peralatan kaca dengan 1 + 1 HNO3 dan air. Lakukan prosedur di tempat
yang bersih. Laboratorium bebas dari debu untuk menghindari
kontaminasi sampel.
1. Pelarutan metal
Bagi sampel yang membutuhkan analisis arsen atau
selenium, tambahkan 3 mL hidrogen peroksida 30% dan nikel dengan
konsentrasi yang sesuai sebelum menganalisa. Untuk logam-logam
lainnya tidak membutuhkan pretreatment kecuali penambahan matrix
modifier.
2. Total recoverable metals
(Al, Sb, Ba, Be, Cd, Cr, Co, Cu, Fe, Pb, Mn, Mo, Ni, Ag, dan
Sn). Secara kuantitatif, pindahkan sampel ke tabung volumetric 100 mL,
tambahkan sejumlah matrix modifier dan encerkan dengan air sejumlah
volume tabung. Matrix modifiers untuk timbal adalah: NH4H2PO4,
(NH4)2HPO4, Mg(NO3)2, NH4NO3, asam askorbat, asam oksalat, asam
fosfat, HNO3, LaCl, (NH4)2EDTA.

b) Pengoperasian alat
Pasang dan selaraskan perangkat tungku berdasarkan
petunjuk dari produsen alat. Nyalakan peralatan dan alat pencatat data.
Tentukan sumber lampu yang sesuai dan sesuaikan dengan setelan
listrik yang disarankan. Pilih panjang gelombang yang tepat dan atur
semua kondisi berdasarkan petunjuk pabrik, termasuk background
correction. Bacground correctionpenting saat penentuan unsur pada
panjang gelombang yang pendek, atau pada saat sampel memiliki
padatan terlarut yang tinggi. Pada umumnya, background
correction tidak diperlukan pada panjang gelombang lebih dari 350
nm. Dalam beberapa kasus, disarankan untuk
memecah aliran gas inert pada saat atomisasi. Hasil dari pemecahan itu
meningkatkan sensitivitas dengan meningkatkan waktu
tinggal uap atom di jalur optik. Pemecahan gas jugameningkatkan
penyerapan background dan mengintensifkan efek
interferensi. Pertimbangkankeuntungan dan kerugian dari pilihan
ini untuk setiap matrix ketika mengoptimalkan kondisianalitis.
Untuk mengoptimalkan kondisi tungku grafit, sesuaikan
pengaturan suhu tungku denganhati-hati untuk
memaksimalkan sensitivitas dan presisi dan untuk
meminimalkan berbagaigangguan. Ikuti petunjuk pabrik.
Gunakan suhu pengeringan sedikit di atas titik
didih pelarut dan sediakan cukup waktu dan temperatur untuk
penguapan sempurna tanpa mendidih atau terjadi percikan.
Suhu penghangusan harus cukup tinggi
untuk memaksimalkan penguapan darikomponen matrix pengganggu. D
engan suhu pengeringan dan atomisasi yang diatur ke
nilaioptimumnya, analisa larutan standar pada serangkaian suhu pengha
ngusan secara bertahap dari50 sampai 100 C. Bila
suhu optimum penghangusan terlampaui, akan ada penurunan
sensitivitas yang signifikan. Plot temperatur penghangusan
versus absorbansi sampel: suhu optimumpenghangusan adalah suhu
tertinggi tanpa mengurangi sensitivitas.
Pilih suhu atomisasi dengan menentukan suhu yang
menyediakan sensitivitas maksimum tanpa secara
signifikan mengurangi ketelitiannya. Optimalkan dengan
serangkaianpenentuan pada berbagai
suhu atomisasi menggunakan larutan
standar yang memberikanabsorbansi 0,2 sampai 0,5.

c) Kalibrasi peralatan
Siapkan larutan standar untuk mengkalibrasi peralatan
dengan mengencerkan larutan stok logam. Siapkan larutan larutan
standar setiap hari.
Siapkan sebuah larutan blanko dan sedikitnya tiga larutan
standar kalibrasi pada rentang konsentrasi yang tepat
untuk menghubungkan konsentrasi unsur dan
respon instrumen.Pada banyak
kasus, hanya diperlukan pencocokan kondisi asam dari sampel. Air
laut atau airgaram menggunakan matrix bebas logam
sebagai pengencer larutan standar. Selain itu,tambahkan konsentrasi
yang sama dari matrix modifier (jika diperlukan untuk
analisis sampel) kelarutan standar.
Injeksi jumlah yang sesuai dari masing-
masing larutan standar berdasarkan urutanpeningkatan
konsentrasi. Analisis tiap larutan standar dalam rangkap tiga untuk
memastikanketelitian metode.

d) Analisis sample
Analisis semua sampel agar terbebas dari gangguan
matriks dengan menggunakan
metode penambahan larutan standar. Analisis
semua sampel sedikitnya dua kali atau
sampaihasil perbanyakan diperoleh. Sebuah
variasi yang <10% dianggap dapat diterima.

1. Penentuan secara langsung (Direct determination)


Injeksi jumlah yang sesuai dari sampel ke
dalam tungku grafit. Gunakan volume yang sama seperti
yang digunakan untuk
menyiapkan kurva kalibrasi. Keringkan, hanguskan, danatomisasi sesuai
dengan program yang telah ditetapkan. Ulangi sampai hasil diperoleh.
Bandingkan nilai absorbansi rata-rata atau area puncak pada
kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi dari unsur. Cara lainnya
adalah dengan membaca hasil yang nampak pada alat yang memiliki
kemampuan ini. Jika absorbansi (atau konsentrasi) dari area puncak
sampel lebih besar daripada absorbansi (konsentrasi) atau area puncak
dari larutan standar, encerkan sampel dan analisa kembali. Jika
dibutuhkan pengenceran yang lebih banyak, suatu teknik lainnya lebih
cocok bagi sampel ini. Faktor pengenceran yang besar akan
memperbesar kesalahan-kesalahan kecil pada perhitungan akhir. Jaga
kondisi dan konsentrasi asam dari matrix modifier tetap konstan. Jika
sampel diencerkan dengan air, tambahkan asam dan matrix
modifier untuk mengembalikan konsentrasinya menjadi semula. Cara
lainnya adalah dengan mengencerkan sampel pada larutan blangko dari
asam danmatrix modifier.

2. Metode penambahan larutan standard (Method of standard


additions)
Metode penambahan larutan standar berlaku hanya ketika
sampel jatuh di bagian linear dari kurva
kalibrasi. Begitu sensitivitas alat telah dioptimalkan untuk unsur yang
akan dicaridan rentang linier untuk unsur telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan analisis sampel.
Injeksi sejumlah volume yang telah diukur dari sampel ke
perangkat tungku. Keringkan dan atomisasi sampel berdasarkan
program yang telah tersedia. Ulangi hingga hasil perbanyakan diperoleh.
Catat respon dari alat pada absorbansi atau konsentrasi yang sesuai.
Tambahkan sejumlah konsentrasi yang telah diketahui dari unsur yang
dicari untuk memisahkan bagian sampel sehingga tidak terjadi
perubahan secara signifikan dari volume sampel.
Tambahkan sejumlah konsentrasi yang telah diketahui
(disarankan dua kali dari konsentrasi awal) untuk memisahkan bagian
sampel. Campurkan dan ulang kembali penentuan sampel.
Plot absorbansi rata-rata atau respon instrument pada sumbu
vertikal, dan konsentrasi unsur yang ditambahkan pada sumbu
horizontal pada kertas grafik linear. Gambarkan garis lurus yang
menghubungkan tiga titik dan ekstrapolasikan ke absorbansi nol.
Intersep pada sumbu horizontal adalah konsentrasi sampel.

4.3.4. Perhitungan

a) Penentuan secara langsung:


g metal/L = C x F
dimana:
C = konsentrasi logam yang dibaca langsung dari alat atau dari kurva
kalibrasi
F = faktor pengenceran

b) Metode penambahan
g metal/L = C x F
dimana:
C = konsentrasi logam yang dibaca dari plot metode penambahan
F = faktor pengenceran
2.5 Keuntungan dan Kelemahan Metode AAS

Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer


biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama
bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung
terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis,
dapatdiaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas
(dari ppm sampai %).Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia
dimana AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya
pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom
tereksitasi(tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada
panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya
pelarut.

2.6 Gangguan-gangguan dalam metode AAS

a) Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianailsis mengalami
reaksi kimia dengan anion ataukation tertentu dengan senyawa
yang refraktori, sehingga tidak semua analiti dapat teratomisasi.Untuk
mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
penggunaan suhu nyalayang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain
yang dapatmelepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya
dengan analit. Zat kimia lai yang ditambahkan disebut zat
pembebas(Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent ).

b) Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam
atau asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut
zat standar, atau bila suhu nyala untuk larutansampel dan standar
berbeda. Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu
bermasalah,tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk
mengatasi gangguan ini dalamanalisis kuantitatif dapat digunakan cara
analisis penambahan standar (Standar Adisi).

c) Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi
sehingga mampu melepaskan electrondari atom netral dan
membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi jumlah
atomnetral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk
mengatasi masalah ini dapatdilakukan dengan penambahan larutan
unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom
yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. penambahan ini
dapatmencapai 100-2000 ppm.

d) Absorpsi Background
Absorbsi latar belakang (background) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari
absorpsi oleh nyala api, absorpsi molecular, dan penghamburan cahaya.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

COPELAND, T.R. & J.P. MANEY. 1986. EPA Method Study 31: Trace Metals
by Atomic Absorption (Furnace Techniques). EPA-600/S4-85-070, U.S.
Environmental Protection Agency, Environmental Monitoring and
Support Lab., Cincinnati, Ohio.

Greenberg,A.E, Lenore,S.C., and Andrew, D.E. 1992. Metals by Hydride


Generation Atomic Absorption Spectrometry in Standard Methods for
Examination of Water and Waste Water.18 th Edition.American Public
Health Assiciation,Washington.p:3-28

Greenberg,A.E.,Clesceri,L.S.,Eaton,A.D. 1992. Standard Methods:for the


Examination of water and wastewater
18 edition.Washington,DC:American Public Health Association
th

Miller,D.D.,and Rutzke,M.A. 2003. Atomic Absorption and Emission


Spectroscopy in Food Analysis 13th Edition.Purdue University West
Lafayette,Indiana.Springer,New York.

Vous aimerez peut-être aussi