Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman atau di era globalisasi
tekhnologi dibidang industry semakin canggih dan berkembang, hal
ini diakibatkan oleh karena kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat. Manusia membutuhkan industry untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan
dengan berkembangnya teknologi dan sistem produksi yang mendukung
industri ini. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan produk
dari tahun ke tahun merupakan salah satu pemicu percepatan tumbuhnya
industri di Indonesia.
Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi,
penggunaan bahan serta peralatan yang lebih komplek, namun sering kali
berakibat buruk baik terhadap manusia maupun lingkungan. Pada tempat
kerja terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan kerja
seperti faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi serta psikologi.
Kebisingan dan radiasi merupakan sumber bahaya dari faktor fisika
di lingkungan, yang sumber bahaya tersebut perlu dikendalikan agar
tercipta lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif. Oleh karena
itu perlu adanya pemahaman mengenai kebisingan dan radiasi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang membatasi penulisan makalah ini adalah
1. Apa pengertian kebisingan dan radiasi?
2. Bagaimana syarat kebisingan dan radiasi?
3. Apa sumber kebisingan dan radiasi?
4. Bagaimana dampak kebisingan dan radiasi bagi kesehatan?
5. Bagaimana perlindungan zona kebisingan dan radiasi?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian kebisingan dan radiasi
2. Untuk mengetahui syarat kebisingan dan radiasi
3. Untuk mengetahui sumber kebisingan dan radiasi
4. Untuk mengetahui dampak kebisingan dan radiasi bagi kesehatan

1
5. Untuk mengetahui perlindungan zona kebisingan dan radiasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebisingan

2
2.1.1 Pengertian Kebisingan
Berdasarkan Permenkes No. 78/Men.Kes/Per/XI/1987, yang disebut
dengan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga menggangu dan atau membahayakan kesehatan
(Mukono.2000). Kebisingan menurut Keputusan Menteri Lingkungan hidup
RI No. 48/1996 adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan adalah
suara yang tidak diinginkan yang durasi, intensitas dan kualitasnya
menyebabkan berbagai dampak terhadap fisiologi atau psikologis
manusia serta makhluk lainnya (Hediyono dalam Feidihal, 2007). Bising
adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun
yang merusak kesehatan (Slamet.1996)
Dalam menentukan efek kebisingan terhadap kesehatan maka
dibedakan beberapa zona dimana kebisingan akan memberikan efek
pada kesehatan manusia sesuai dengan lokasi kebisingan. Permenkes
tersebut menyebutkan ada 4 zona, yaitu
a) Zona A, adalah zona bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat
perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.
b) Zona B, adalah zona bagi tempat perumahan, tempat pendidikan,
rekreasi dan sejenisnya.
c) Zona C, adalah zona bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan,
pasar dan sejenisnya
d) Zona D, adalah zona bagi industri, pabrik, stasiun kereta api,
terminal bis dan sejenisnya.

2.1.2 Syarat Kebisingan


Untuk menjamin bahwa tingkat kebisingan tidak berpotensi
mengakibatkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan maka dibuat suatu standar acuan yang di sebut baku tingkat
kebisingan. Dimana baku tigkat kebisingan adalah batas maksimal.
Tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang

3
diperbolekan dibuang kelingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (KepMenLH No. 48 Tahun 1996).
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan yaitu

a) Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi


tempat penelitian, Rumah Sakit, tempat perawatan
kesehatan/sosial & sejenisnya.

b) Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi


perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi

c) Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi


perkantoran, Perdagangan dan pasar.

d) Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi


industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

2.1.3 Sumber Kebisingan


Menurut Prasetyo dalam Feidihal, 2007, kebisingan dapat
bersumber dari:
a. Bising dalam
Bising dalam yaitu sumber bising yang berasal dari manusia,
bengkel mesin dan alat-alat rumah tangga.
b. Bising luar
Bising luar yaitu sumber bising yang berasal dari lalu lintas,
industri, tempat pembangunan gedung dan lain sebagainya.
Sumber bising dapat dibagi dua kategori yaitu sumber bergerak
seperti kendaraan bermotor yang sedang bergerak, kereta api
yang sedang melaju, pesawat terbang jenis jet maupun jenis

4
balingbaling. Sumber bising yang tidak bergerak adalah
perkantoran, diskotik, pabrik tenun, gula pembangkit listrik tenaga
diesel dan perusahaan kayu.
Selain itu menurut mukono tahun 2006, Sumber kebisingan di
lingkungan industri berupa Peralatan pemakai energi pada industri
(furnace dan heater), Sistem kontrol benda cair (pompa air dan
generator), Proses industri (mesin dan segala sistemnya), Menara
pendingin (cooling tower), Cerobong pembakaran (flare stack), suara
mesin, Alat/mesin bertekanan tinggi, pengelolaan material ( Crane dan
fork-lift), Kendaraan bermotor dan pengaturan arsitek bangunan yang
tidak memenuhi syarat.
2.1.4 Dampak Kebisingan
Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indera
pendengaran. Menurut Mukono dalam bukunya yang berjudul prinsip
dasar kesehatan lingkungan tahun 2000, efek kebisingan terbagi atas dua
yaitu efek terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran.
1. efek terhadap pendengaran, terdiri dari :
a. Pergeseran nilai ambang batas sementara (Temporary
Treshold Shift). Bersifat sementara dan non patologis
b. Pergeseran nilai ambang batas menetap (Permanent
Treshold Shift). Bersifat patologis dan menetap. Terjadi
ditempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan.
2. efek terhadap bukan pendengaran, gangguannya berupa :
a. penyakit akibat stress
b. kelelahan
c. perubahan penampilan
d. gangguan komunikasi
Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian.
Disamping itu, kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi
(Notoatmodjo.2011).
2.1.5 Perlindungan Zona Kebisingan
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan bila tidak ditangani
dengan baik. sumber kebisingan yang berasal dari kegiatan industri,

5
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkutan
dan kegiatan rumah tangga yang diredam atau tidak, tidak boleh
menimbulkan kebisingan. Menurut mukono, pencegahan terjadinya efek
kebisingan dapat dilakukan dengan melaksanakan beberapa kegiatan
sebagai berikut; melakukan pemantulan paparan bising, melakukan
control terhadap aspek teknis, mengealuasi efek kebisingan dengan
audiometer, menggunakan alat proteksi diri, memberikan motivasi dan
pendidikan kesehatan serta melakukan evaluasi dan audit program.

2.2 radiasi
2.2.1 Pengertian Radiasi
Radiasi merupakan salah satu aspek dari pencemaran fisik yang
dapat mengganggu kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Radiasi pada dasanya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber
energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Radiasi adalah
fenomena / peristiwa penyebaran energi gelombang elektromagnetik atau
partikel subatom melalui vakum atau media material. Gelombang
Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada
medium, yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam
rentang frekuensi yang luas.
Radiasi adalah proses hantaran energi yang luas pengertiannya.
Berdasarkan watak penghantarnya ada dua jenis radiasi, yaitu radiasi
gelombang elektromagnektik dan radiasi partikel. Beda kedua jenis radiasi
itu sudah jelas, radiasi gelombang elektromagnektik adalah pancaran
energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik, termasuk didalamnya
radiasi energi matahari yang kita terima sehari-hari di permukaan bumi.
Sedangkan radiasi partikel adalah pancaran energi dalam bentuk energi
kinetik yang dibawa oleh partikel bermassa seperti elektron yang disebut
sebagai sinarX (Akhadi dalam Mayerni dkk.2013).
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara
perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa

6
membutuhkan medium, misalnya perambatan panas, perambatan
cahaya, dan perambatan gelombang radio. Dikenal dua jenis radiasi, yaitu
radiasi pengion (ionizing radiation) dan radiasi nonpengion (nonionizing
radiation).
Radiasi pengion atau ionizing radiation merupakan radiasi
elektromagnetik yang mempunyai cukup energi untuk memecah ikatan
kimia untuk suatu proses non termal. Radiasi nonpengion atau non
ionizing radiation didefinisikan sebagai radiasi elektromagnetik yang tidak
cukup energi untuk memecah ikatan kimia untuk suatu proses non termal
seperti ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang mikro,
gelombang radio, juga berbagai peralatan elektronik (Mukono.2000). Alat-
alat dan proses yang menghasilkan radiasi nonpengion banyak
dimanfaatkan dalam bidang industri, kedokteran, telekomunikasi, hiburan,
laboratorium, transportasi, bahkan rumah tangga.

2.2.2 Syarat Radiasi


Dua jenis radiasi yaitu radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel
merupakan radiasi yang berbeda sifat fisik dan akibat yang dapat
ditimbulkan bagi kesehatan manusia. Radiasi elektromagnetik berupa
sinar gamma dan sinar x sedangkan radiasi partikular berupa sinar alpha
dan sinar beta.
Untuk menghindari efek paparan radiasi maka harus dilakukan
pembatasan paparan terhadap alat-alat yang menimbulkan radiasi. Batas
pajanan medan listrik dan medan magnet yang direkomendasikan oleh
WHO dan IRPA, serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) (Anies.2007), adalah
sebagai berikut:
Keterangan Medan Listrik Medan Magnet(mT)
(kv/m)
1.Lingkungan Kerja
a. sepanjang hari kerja 10 <0,5
b. waktu singkat 30 (s/d 2 jam/hari) 5,0 (s/d 2 jam/hari)
2.lingkungan umum

7
a. sampai 24 jam/hari 5 0,1
b. beberapa jam/hari 10 1

Radiasi dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan ionisasi pada


selsel tubuh manusia. Sifat dan tingkat kegawatan pengaruh radiasi ini
tergantung pada dosis yang diterima sel jaringan tersebut. Ukuran satuan
dosis untuk manusia disebut Rem (1 Rem = 1000 mRem).
Nilai Batas Dosis (NBD) adalah nilai ambang batas yang tidak
dilampaui diharapkan tidak akan menimbulkan dampak pada pekerja. Nilai
batas dosis radiasi ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala BAPETEN
No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 adalah penerimaan dosis yang tidak boleh
dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama
jangka waktu satu tahun, tidak tergantung pada laju dosis radiasi eksterna
maupun interna.selain itu Untuk memonitor besarnya Frekuensi Radio dan
Gelembong Mikro, Radiasi Sinar UltraUngu , dan Batas Pemaparan
Medan Magnit Statis di lingkungan kerja, dan bilamana melibihi standar
yang telah ditetapkan Permennakertrans No.13/MEN/X/2011, tentang NAB
(Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja seperti
tertera dibawah ini

2.2.3 Sumber Radiasi


Menurut Mukono tahun 2000, sumber paparan radiasi
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu radiasi alami dan radiasi
lingkungan.
1. radiasi alami
suatu individu menerima radiasi alami dapat berasal dari
sumber eksternal berupa radiasi kosmik dan radiasi gama.

8
Radiasi dari alam merupakan bagian terbesar yang diterima
oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang menggunakan
radioaktif atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan
kedokteran atau kesehatan. Radiasi alami yang diterima oleh
seseorang dapat berasal dari tiga sumber utama berikut:
sumber radiasi kosmik yang berasal dari benda langit di
dalam dan luar tata surya kita,
sumber radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi,
sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh
manusia sendiri.
2. radiasi lingkungan
Radiasi lingkungan biasanya berasal dari lingkungan buatan
manusia seperti nuklir, alat elektronik seperti televisi dan
pemakaian alat elektronik bertegangan tinggi.

2.2.4 Dampak Radiasi


Secara umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi
elektromagnetik pada manusia, berupa:
(1) efek jangka panjang, berupa potensi proses degeneratif dan
keganasan (kanker)
(2) efek hipersensitivitas, dengan berbagai manifestasinya.
Dalam prakteknya radiasi ditempat kerja dapat bersifat kronis oleh
karena dosis kecil juga bisa bersifat akut karena dosis yang besar. Efek
somatik akibat paparan akut dapat nampak secara dini dan kadang lanjut
serta bisa nampak efek sekundernya. Efek dini dapat berupa mual atau
muntahpada paparan dengan sinar x sebesar 75-125 rads. Efek lanjut
dapat terjadi apabila efek dini terus berlangsung dan dapat berupa rambut
rontok.
Menurut Mukono, efek lethal atau mematikan akibat ionizing radiasi
dapat diakibatkan dengan gejala seperti
1. radiasi lokal, menyebabkan nekrosis atau kematian sel
2. sindroma hematopoitik, merusak sumsum tulang
3. sindroma saluran pencernaan
4. sindroma serebrovaskuler

9
selain itu terdapat efek lambat sub lethal atau tidak mematikan
dengan bentuk gejala seperti :
1. eriterna / kulit memerah
2. mual dan muntah
3. rambut rontok
4. sel darah putih berkurang
5. rasa capai (fatique)
6. katarak
7. dermatitis
8. pertumbuhan embrio tidak normal

2.2.5 Perlindungan Zona Radiasi


Pegendalian bahaya resiko, Radiasi elektromagnetik( gelombang
radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar
gamma dan sinar kosmik) dan Radiasi partikel ( partikel beta (), partikel
alfa (), sinar gamma (), sinar-X, partikel neutron) berupa :
1. Pengendalian Secara Administratif
Suatu metode administrasi untuk mencegah atau meminimalkan pajanan
terhadap hazard radiasi Meliputi:
a. Klasifikasi daerah kerja.
b. Pemasangan tanda-tanda secara jelas.
c. Pelatihan PR untuk pekerja dan manajer.
d. Prosedur kerja yang mengintegrasikan faktor waktu, jarak dan
penahan.
e. Local rules (misalnya pembatsan akses, persyaratan untuk
memakai dosimeter alarm.
f. Inventaris sumber.
g. Sistem audit keselamatan radiasi.
h. Penerapan tingkat investigasi.
2. Pengendalian Secara Teknik
Berupa pembatas fisik yang diterapkan/diintegrasikan dalam teknik
proteksi radiasi elektromagnitik,adalah
a. Penggunaan system interlocks.
b. Pemakaian shielding tetap dalam disain fasilitas dan peralatan.
c. Penggunaan remote manipulators.
d. Penggunaan preset timer dalam peralatan radiografi untuk
mengendalikan waktu pajanan.

10
Menurut Arif tahun 2013 berbagai cara dilakukan untuk melindungi
seseorang terhadap efek negative radiasi pengion diantaranya :
1. Pembatasan dosis
Pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan
wanita menyusui tidak diijinkan bekerja di daerah yang berkontaminasi
tinggi. Misalkan, Nilai Batas Dosis (NBD) untuk penyinaran seluruh tubuh
adalah 5000 mrem per tahun. NBD untuk masyarakat umum (seluruh
tubuh) adalah 500 mrem dalam setahun.
2. Pembagian daerah kerja
Daerah kerja dibedakan menjadi:
a. Daerah pengawasan, yaitu daerah yang memungkinkan seseorang
menerima dosis radiasi kurang dari 1500 mrem dalam satu tahun
dan bebas kontaminasi
b. Daerah pengendalian, yaitu daerah yang memungkinkan
seseorang menerima dosis radiasi 1500 mrem atau lebih dalam
setahun.
3. Klasifikasi pekerja radiasi
Untuk pembatasan penyinaran dan monitoring, maka pekerja
radiasi di golongkan menjadi dua, yaitu: kategori A, untuk mereka yang
dapat menerima dosis sama dengan atau lebih dari 1500 mrem per tahun,
dan kategori B, yaitu mereka yang mungkin menerima dosis lebih kecil
dari 1500 mrem per tahun.
4. Pemeriksaan dan pengujian perlengakapan
Pemeriksaan dan pengujian perlengakapan proteksi radiasi dan
alat ukur radiasi.
5. Pengendalian bahaya radiasi
a. Pembatasan waktu kerja (bekerja sesingkat mungkin: Dosis =
laju dosis x waktu) sedapat mungkin diupayakan utk tdk terlalu lama
berada didekat sumber radiasi utk mencegah terjadinya paparan
radiasi yang besar, utk itu pekerja radiasi diberlakukan pengaturan wkt
berkerja didaerah radiasi.

11
b. Pengendalian jarak kerja (bekerja sejauh mungkin, laju dosis x
jarak2 = konstan) dari sumber radiasi,utk mencegah terjadi paparan
tersebut maka harus menjaga jarak yang jauh dari tingkat yang aman
dari sumber radiasi. Penggunaan penahan radiasi (sehelai kertas
untuk radiasi alfa, aluminium atau plexiglass untuk radiasi beta, dan
timbale untuk radiasi gamma dan sinar X).
c. Tempatkan sumber radiasi secara benar, mis: ruang isolasi
d. Lindungi petugas operator dengan APD

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Berdasarkan Permenkes No. 78/Men.Kes/Per/XI/1987, yang disebut


dengan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga menggangu dan atau membahayakan kesehatan. Radiasi
adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium.
2. Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan zona A
dengan syarat Intensitas 35 45 Db, Zona B Intensitas 45 55 Db, Zona
C Intensitas 50 60 Db dan zona D Intensitas 60 70 dB. Sedangkan
syarat Nilai Batas Dosis (NBD) adalah nilai ambang batas radiasi yang

12
tidak dilampaui diharapkan tidak akan menimbulkan dampak pada
pekerja. Nilai batas dosis radiasi ditetapkan dalam Surat Keputusan
Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99.
3. Menurut Prasetyo dalam Feidihal, 2007, kebisingan dapat bersumber
dari: Bising dalamBising dalam dan Bising luar sedangkan Menurut
Mukono tahun 2000, sumber paparan radiasi dikategorikan menjadi dua
bagian yaitu radiasi alami dan radiasi lingkungan.
4. Menurut Mukono dalam bukunya yang berjudul prinsip dasar kesehatan
lingkungan tahun 2000, efek kebisingan terbagi atas dua yaitu efek
terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran. Secara
umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik pada
manusia, berupa efek lethal dan efek sub lethal.
5.Pencegahan terjadinya efek kebisingan dapat dilakukan dengan
melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut; melakukan pemantulan
paparan bising, melakukan control terhadap aspek teknis, mengealuasi
efek kebisingan dengan audiometer, menggunakan alat proteksi diri,
memberikan motivasi dan pendidikan kesehatan serta melakukan evaluasi
dan audit program sedangkan Pegendalian bahaya resiko, Radiasi
elektromagnetik( gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik) dan Radiasi partikel
( partikel beta (), partikel alfa (), sinar gamma (), sinar-X, partikel
neutron) berupa Pengendalian Secara Administratif dan pengendalian
secara teknis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmojo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka


Cipta
Mukono.2000.Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan.Surabaya:Airlangga
University Press
Slamet. 1996.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press
Arif, Latar.2013. Pengendalian Bahaya Radiasi Elektromagnitik Ditempat
Kerja.Universitas Esa Unggul
Anis.2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi
Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis
Lingkungan.Semarang. Universitas Diponegoro.

14
Mayerni, Ahmad, A.,Abidin, Z 2013. Dampak Radiasi Terhadap Kesehatan
Pekerja Radiasi Di Rsud Arifin Achmad, Rs Santa Maria
Dan Rs Awal Bros Pekanbaru. Riau: Universitas Riau
Feidihal.2007. Tingkat Kebisingan Dan Pengaruhnya Terhadap
Mahasiswa Di Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri
Padang. Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, Juni 2007

15

Vous aimerez peut-être aussi