Vous êtes sur la page 1sur 14

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

PUZZLE

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM (PKRS)


RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
2017
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)
PUZZLE

Disusun Oleh:
PRODI PROFESI NERS STIKES MATARAM
1. Hulatun nisa
2. M.Julianto R
3. Lalu Mashar

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM (PKRS)


RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)


PUZZLE

Disusun Oleh:
PRODI PROFESI NERS STIKES MATARAM

1. Hulatun nisa
2. M.Julianto R
3. Lalu Mashar

Mengetahui,

CI Institusi CI Lahan

( ............) (.............)

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)
PUZZLE

Disusun Oleh:
PRODI PROFESI NERS STIKES MATARAM

1. Hulatun nisa
2. M.Julianto R
3. Lalu Mashar

Mengetahui,

CI Institusi Kepala Ruangan

( ............) (.............)

BAB 1
SATUAN ACARA BERMAIN
1.1 Pelaksanaan Kegiatan
Waktu & Tempat
a. Waktu permainan :
1. Lama bermain : 60 menit
2. Hari / Tanggal : Kamis, 25 Februari 2017
3. Jam : 10.00 11.00 WIB
b. Tempat bermain : Ruang 7B (Ruang Anak)
c. Jenis Permainan : Puzzle
d. Sasaran : Usia Pra-Sekolah

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengurangi hospitalisasi pada anak selama dalam perawatan di Rumah Sakit,
sehingga anak menjadi lebih kooperatif dan nyaman selama masa perawatan di
Rumah Sakit.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Anak bisa merasa senang dan nyaman terhadap kehadiran dokter atau perawat.
2. Anak mampu berlatih tentang problem solving
3. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit.
4. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan.
5. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah.
6. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Anak
a. Dapat mengurangi stress hospitalisasi pada anak.
b. Anak dapat bersosialisasi dengan pasien lainnya dan perawat.
c. Memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap perkembangan anak dapat tetap terpenuhi.
1.3.2 Bagi Orang tua
Mengurangi tingkat kecemasan orang tua
1.3.3 Bagi Perawat
a. Meningkatkan kepercayaan anak terhadap perawat dan mahasiswa
b. Mempermudah dalam melakukan tindakan keperawatan
1.4 Sasaran
Anak usia preschool yang dirawat di ruang 7B RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang masih
mampu beraktifitas.
1.5 Pengorganisasian
Keterangan:
= Anak/ orang tua
= Leader
= Fasilitator
= Observer

Leader : Lessy Kristiani


Fasilitator : Agus Faisyal
Observer : Putri Ayu Mayang sari
Pembimbing :

1.6 Mekanisme Kegiatan Terapi Bermain


Fase Kegiatan Respon Waktu
Persiapan 1. Kontrak waktu dengan anak/ 1. O 10
orang tua rang tua & anak menit
menyetujui akan
dilaksankan terapi
2. Kontrak waktu dengan bermain
perawat 2. P
erawat menyetujui akan
dilakukan terapi bermain
Orientasi 1. Persiapan alat dan ruangan 1. Ruangan sudah tersedia 10
dan peralatan sudah menit
lengkap ditempatnya
2. Anak dikumpulkan di tempat 2. Anak datang pada tempat
yang sudah disediakan bila terapi bermain tepat pada
memungkinkan waktunya
3. Perkenalan dengan sesama 3. Anak memperhatikan dari
anak, dan petugas perkenalan petugas
4. Menjelaskan maksud dan 4. Anak memperhatikan saat
tujuan kepada anak mengenai petugas menjelaskan
permainan yang akan maksud dan tujuan kepada
dilaksanakan anak mengenai permainan
Kerja 1. Mengatur posisi anak di 1. Anak duduk dengan 30
tempat masing-masing tenang menit
2. Membagi alat permainan 2. Anak menerima mainan
3. Anak terpantau dengan
3. Perawat mengawasi saat anak baik
bermain 4. Anak mampu
4. Memberikan reward pada membongkar dan
anak yang dapat memasang memasang puzzle.
puzzle secara benar
5. Mulai membongkar dan
memasang puzzle yang telah
diberikan
Terminasi 1. Ucapan terima kasih kepada Anak tampak senang 10
anak menit
2. Penutup

1.7 Media
Puzzle (bongkar pasang)

1.8 Metode
Bermain bersama

1.9 Evaluasi
1. Menyelesaikan puzzle dengan bentuk yang benar
2. Melatih memecahkan masalah
3. Membedakan warna dan bentuk
4. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi

BAB 2
MATERI KONSEP BERMAIN

2.1. Latar Belakang


Menjalani perawatan di rumah sakit bagi anak merupakan peristiwa yang sering
menimbulkan pengalaman traumatik, yakni ketakutan atau stress hospitalisasi. Stress ini
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan
kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibat
perpisahan pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menolak makan,
menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta
menolak tindakan keperawatan yang diberikan. Bermain di RS merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan yang sangat berguna untuk
merangsang perkembangan anak dan untuk menurunkan stres akibat hospitalisasi.
Untuk memfasilitasi keadaan diatas diperlukan peran perawat dalam memberikan
aktifitas bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, tentunya
dengan memperhatikan prinsip-prinsip bermain di rumah sakit.
Anak-anak dengan penyakit yang memerlukan perawatan yang lama mengalami
stresor yang tinggi terutama anak usia sekolah karena harus meninggalkan kelompoknya
dan teman-teman sekolahnya. Untuk itu penting dilakukan suatu aktifitas bermain
cooperatif play untuk mengekpresikan perasaan mereka dalam upaya peningkatan
kesadaran diri.
Perawat bermaksud memfasilitasi terapi bermain diatas pada anak diruang 7B
RSSA Malang dengan berbagai penyakit yang harus menjalani pengobatan lama, sehingga
anak dapat menyelesaikan tugas perkembangannya sekaligus mencari kesembuhan bagi
penyakitnya.
Manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit adalah
salah satunya memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat
permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah sakit, anak dapat berkumpul dengan
teman sebayanya di rumah sakit sehingga tidak merasa terisolir, anak mudah diajak bekerja
sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit.
Aktifitas bermain pada anak usia toodler dan pra sekolah antara lain bermain puzzle
sederhana, menggambar, mengenal bentuk mobil-mobilan, hewan-hewanan, boneka atau
bermain bola, membentuk kertas origami (kertas lipat). Aktivitas bermain tetap diberikan
selama anak dirawat di RS agar proses perkembangan tidak terhambat meskipun sedang
sakit. Bentuk permainan di RS disesuaikan dengan kondisi anak dan penyakit yang dialami
anak.
Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak sakit, perawat
harus mampu melaksanakan hal ini maka rencana penerapan terapi bermain terhadap anak
yang dirawat di ruang 7B ini perlu dilaksanakan. Dalam hal ini jenis permainan yang akan
diberikan di ruang7B adalah bermain puzzle.
2.2. Metode
Pembagian Tugas :
Leader :
Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
Mengarahkan permainan.
Memandu proses permainan.
Co Leader :
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas peserta
Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
Fasilitator :
Memfasilitasi anak untuk bermain.
Membimbing anak bermain.
Memperhatikan respon anak saat bermain.
Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
Observer, tugasnya:
Mengawasi jalannya permainan.
Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
Menyusun laporan dan menilai hasil permainan deibantu dengan Leader dan
fasilitator.

2.3. Pengertian
1. Menurut Hurlock (1999) bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan
secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
2. Menurut Depkes RI (1993) bermain merupakan kesibukan anak, layaknya seperti
bekerja bagi orang dewasa , dilakukans ecara sukarela untuk memperoleh kesenangan.
3. Menurut Foster (1999) bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
4. Jadi bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan.

2.4. Fungsi Bermain


Menurut Journal of Music Therapy bahwa terapi aktivitas bermain pada anak-anak
didesain untuk membantu seorang anak memverbalisasikan pengalaman di rumah sakit
sehingga mereka dapat mengatasi trauma saat di rumah sakit (Froehlich, 1984).
Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) bermain secara umum berfungsi untuk
menstimulus perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah perkembangan sensori dan
motoric, intelektual, meningkatkan kemampuan sosialisasi, meningkatkan kreatifitas,
membentuk kesadaran diri, sebagai terapi dan untuk perkembangan moral (Hockenberry
dan Wilson, 2009).
Kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit bukan alasan bahwa anak harus dipisahkan
dan aktivitas bermainnya. Aktivitas bermain merupakan bagian yang terintegrasi dalam
kehidupan anak dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Hockenberry dan Wilson (2009)
aktivitas bermain di rumah sakit sangat penting bagi anak karena bermain mempunyai
peranan yang sangat penting yaitu sebagai upaya untuk:
a. Memfasilitasi penyesuain diri terhadap situasi yang tidak dikenal.
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri.
c. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh, fungsinya dan
penyakit atau kecacatan tubuhnya.
d. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis.
e. Membantu mengurangi stress akibat perpisahan.
f. Memberi hiburan dan relaksasi.
g. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan yang aman.
h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan.
i. Untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif terhadap orang lain.
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat serta memberi cara
untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik.
(Hockenberry dan Wilson, 2009).

2.5. Klasifikasi Bermain


1. Menurut isi permainan
a. Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan
orang lain. Contoh ; orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak memberi
respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll.
b. Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh : Obyek seperti
wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.
c. Skill Play, bermain yang sifatnya membina ketrampilan Misalnya berulangkali
melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat, menimbulkan nyeri dan
frustasi pada anak. Contoh naik sepeda.
d. Dramatik Role Play / bermain Dramati/ Simbolik, dimulai pada akhir masa bayi
11-13 bulan. Contoh ; berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan,
minum dan tidur. Usia Toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya Usia
Prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.
e. Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Onlooker Play / mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi
tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contoh ; menonton televisi
b. Solitary / mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tap tidak
ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/
permainanya sendiri.
c. Paralel Play, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi kelompok.
Ciri bermain anak Toddler.
d. Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling
meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah
e. Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang
ditetapkan dan ingin dicapai.

2.6. Faktor faktor yang Mempengaruhi Bermain


1. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan
dan olah raga.Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
2. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang
dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motorik anak.
3. Intelegensi
Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai dan
permainan mereka lebih menunjukkan kecerdasan. Anak yang pandai menunjukkan
keseimbangan perhatian bermain yang besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor
fisik dan intelektual yang nyata.
4. Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai
jenis permainan yang lebih banyak ketimbang perempuan, tetapi sebaliknya terjadi
pada akhir masa kanak-kanak.
5. Status sosisal ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang libih tinggi lebih menyukai kegiatan yang
mahal sedangkan dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal.Kelas
sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok
rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
6. Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya karena kesehatah
yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan
desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini
kurangnya peralatan dan waktu bebas.

7. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.Misalnya,
dominasi boneka dan binatang buatan yang mendukung permainan pura-pura.

2.7. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Anak


1. Tradisi
a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
c. Tergantung dari perubahan musim
2. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia bertambah,
penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.
3. Waktu dan usia
a. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia
b. Waktu berkurang sesuai usia
c. Aktifitas fisik berkurang
d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama
f. Jumlah dan usia teman ( lebih sedikit dan spesifik )

2.8 Jenis Permainan Anak Prasekolah


Jenis permainan pada anak usia prasekolah sesuai dengan karakteristik aktivitas
bermain yang imitative, imaginative dan dramatic. Jenis permaianan yang sesuai adalah
permainan pakaian boneka, mainan rumah tangga, telepon, binatang dan peralatan
peternakan, kereta api, truk, pesawat terbang, boneka tangan, kit dokter dan perawat,
sangat membantu dalam mengekspresikan diri pada anak (Hockenberry dan Wilson, 2009).

2.9 Permainan Puzzle


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya serta
berguna untuk:
a. Pengembangan aspek fisik kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak terdiri dari motoric kasar dan motoric halus.
b. Pengembangan bahasa dengan melatih berbicara, menggunkan kalimat yang benar.
Contoh alat permainan: buku,bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV.
c. Pengembangan aspek kognitif yaitu dengan penjelasan suara, ukuran, bentuk, warna.
Contoh alat permainan yaitu buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil
warna, radio.
d. Pengembangan aspek sosial khususnya dalam hubungan dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga, dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat permainan yang dapat
dipakai bersama, misalkan kotak pasir, bola, dan tali.
Puzzle sangat baik diberikan pada anak terutama pada usia 2-5 tahun. Hal ini
untuk melatih kecerdasan dalam merangkai gambar juga kecermatan dalam memungut
dan menepatkan puzzle pada tempatnya. Bermain puzzle dapat melatih motorik halus
anak .
DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.E., Wilson,D., Winkelstein, M.L., Schwartz,P. (2009). Wongs Essential of


Pediatric Nursing (8th Edition St.Louis: Mosby Elsevier.
Wong, Donna L, (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC, Jakarta
Nursalam (2007).Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional,
Jakarta: Salemba Medika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran Universitas Indonesia. (2013). Ilmu
Kesehatan Anak 3. Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi