Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhai Allah, agama yang sempurna mengatur tata
cara kehidupan manusia. Di dalamnya lengkap diatur hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam
lingkungannya.
Salah satu di antara tata cara kehidupan manusia yang telah diatur dalam
ajaran Islam adalah tentang hak dan kewajiban warga Negara yang merupakan
perwujudan dari akhlak seseorang kepada Negara. Diantara hak-hak warga
Negara tersebut ialah hak memperoleh kemerdekaan, hak kebebasan beragama,
hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran, hak memperoleh keadilan, hak
memperoleh penghidupan yang layak, dan lain sebagainya. Adapun kewajiban
warga Negara dapat meliputi kewajiban membangun Negara, kewajiban
membela Negara, dan lain sebagainya.
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT ditakdirkan menjadi warga Negara
Republik Indonesia. Di Negara kita tercinta ini kita telah merasakan suatu
kehidupan yang aman dan damai meskipun akhir-akhir ini Negara tercinta kita ini
sering dirundung bencana alam seperti bencana banjir bandang Wasior, Tsunami
hingga Tanah longsor yang disusul dengan bencana-bencana kecil lainnya.
Namun dari peristiwa inilah kita dapat melihat bahwa kesatuan di antara warga
Negara Indonesia masihlah kokoh dengan melihat besarnya kepedulian dari
seluruh masyarakat Indonesia kepada saudara-saudaranya yang tertimpa
musibah. Namun bukanlah suatu kehidupan jika tanpa masalah atau problem,
begitupun dengan kehidupan bernegara yang juga senantiasa bergelut dengan
masalah kenegaraan baik yang menyangkut pemerintahan, pendidikan, ekonomi,
politik dan lain sebagainya. Makadari itu penting bagi kita untuk mengetahui

1
bagaimana sebenarnya akhlak setiap warga Negara terhadap negaranya, selain itu
perlu juga adanya pembangunan integritas bangsa seperti menegakan supremasi
hukum, membangun kemandirian ekonomi, menciptakan pendidikan berbasis
etika dan bersifat holistik, membangun demokrasi dan etika politik. Hal ini
dimaksudkan demi terciptanya kehidupan bernegara yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akhlak?
2. Apa pengertian Negara?
3. Bagaimana peranan akhlak terhadap Negara?
4. Apa saja cakupan akhlak terhadap Negara?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan:
1. Mendeskripsikan pengertian akhlak dan Negara.
2. Mendeskripsikan peranan akhlak terhadap Negara.
3. Mendeskripsikan apa saja yang mencangkup di dalam akhlak bernegara.
Manfaat :
1. Khazanah keilmuan.
2. Bahan pengetahuan untuk seluruh warga Negara dalam berakhlak
terhadap Negara.
3. Bahan pengetahuan betapa pentingnya akhlak terhadap Negara.
4. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akhlak

2
Secara bahasa akhlak dapat diartikan dengan budi pekerti, watak,tabiat,1 dan
dalam bahasa sehari-hari ditemukan pula istilah etika ataupun moral, yang diartikan
sama dengan akhlak, walaupun sebenarnya yang sama antara istilah-istilah tersebut
adalah pembahasanya, yaitu tentang baik dan buruk.
Kata akhlak itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak
dari kata khuluk yang mempunyai arti : adat kebiasaan, perangai, tabiat, dan
muruah.
Sedangkan secara definitive, pengertian akhlak dapat dikemukakan antara
lain: Hakikat daripada pengertian budi pekerti (akhlak) itu ialah suatu haiat atau
bentuk dari sesuatu jiwa yang benar-benar telah meresap dan dari situlah timbulnya
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan
tanpa membutuhkan pemikiran atau angan-angan. Selanjutnya, arti kata budi pekerti
menurut kamus dapat diartikan sebagai perbuatan yang mempergunakan
pertimbangan akhlak baik dan buruk. Sebagai benda atau sifat budi pekerti berarti
watak atau akhlak.
Jadi, akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa
yang tersembunyi. Oleh karenanya dapatlah disebutkan bahwa akhlak itu adalah
nafsiah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya
yang kelihatan kita namakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), maka
akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentuknya.
Akhlak menurut para ahli, diantaranya dkemukakan oleh Dr. Akhmad
Muhammad al Hufy bahwa akhlak itu adalah adat yang dengan sengaja dikehendaki
adanya, atau dapatlah disebutkan bahwa: akhlak adalah azimah (kemauan yang kuat)
tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang
mengarah kepada kebaikan ataukeburukan.

1 WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta 1982,
hlm 25.

3
Sedangkan menurut Dr. Ahmad Amin, juga mengemukakan bahwa akhlak
adalah adat kehendak. Yakni apabila kehendak itu membiasakan sesuatu maka
menjadilah adat dan karenanya disebutlah dengan akhlak.
Dengan demikian, jelaslah bahwa kehendak dan adat merupakan dua factor
penentu dari pada akhlak. Dekat dari batas arti (definition), akhlak adalah
menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-
turut.

2. Pengertian Negara
Istilah Negara dapat diartikan dari berbagai bahasa, antara lain, dalam bahasa
belanda destaat, bahas Inggris the state, bahasa perancis Letat, Bahasa latin
Statum. Pengertian staat atau state dapat diartikan menempatkan dalam
keadaan berdiri.
Menurut bahasa Sansekerta Negara atau nagari berarti Kota, wilayah, atau
penguasa.
Berikut beberapa pengertian menurut para ahli kenegaraan:
Kranenberg : Negara adalah organisasi kesusilaan yang timbul karena adanya
kehendak dari suatu golongan atau bangsa.
Logeman : Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan
untuk mengatur dan memelihara masyarakat teretentu.
G.W.E Hegel : Negara organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara
adalah suatu organisasi yang merupakan penjelmaan seluruh individu, untuk itu
Negara memiliki kekuasaan tertinggi yang tidak dimiliki oleh organisasi lain.
3. Peranan Akhlak terhadap Negara
Telah banyak pengertian akhlak dengan gambaran-gambaran positif.
Disamping segi-segi konkrit dan keuniversilan. Tetapi, sampai manakah peranan dan

4
pengaruh akhlak terhadap Negara.2 Akhlak disini perlu adanya tatanan pendidikan
budi pekerti sebagai peranan akhlak terhadap Negara. Dimana budi pekerti dapat
diartikan sebagai tingkah laku nyata yang berdasarkan pertimbangan batin manusia
dan tertuju pada suatu maksud.
Budi pekerti atau yang sering kita maksud dalam Islam yaitu Akhlakul
Karimah adalah menuju menghampiri diri seseorang dan umat kepada Alloh Yang
Maha Karim.
Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai
ideologi, yaitu menciptakan baladtun tayyibatun wa rabbun
ghafur, (negri yang sejahtra dan sentosa). Dengan membangun
kemakmuran di muka bumi, Maka cita-cita kebahagiaan dalam
kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud sesuai dengan janji
Allah, hal tersebut dapat di capai dengan iman dan amal, bermakna
manusia harus mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah saw.
Dan melaksanakan usaha pembangunan material spiritual,
memelihara, mengembangkan ketertiban dan ke amanan bersama
sistem politik islam yang di dasarkan atas tiga prinsip, tauhid,
( kemaha esaan tuhan), Risalah ( kerasulan Muhammad), dan
Khalifah.

4. Wujud Akhlak terhadap Negara


a) Cinta Tanah Air
Tanah air adalah Negara yang telah melahirkan kita. Kita bisa mengambil
manfaat dari tumbuh-tumbuhannya, hewannya, udara, dan airnya. Kita hidup di
muka bumi tanah air dengan segala keistimewaannya yang senantiasa
mengharuskan manusia untuk mengerahkan jiwa dan hartanya didalam mengabdi
kepadanya untukmembangun ekonomi. Kualitas dan kemakmuran Negara.

2 Ashadi Falih. Akhlak Membentuk Pribadi Muslim. Aneka Ilmu. 1973.

5
Cinta tanah air dimasa kita masih kecil ibarat kita taat melaksanakan segala
apa yang diperintahkan orang tua atau orang yang bertanggung jawab terhadap
urusan kita, baik dibidang pendidikan, etika maupun dibidang sarana dan
prasarana belajar dan peningkatan kualitas lainnya agar nantinya kita dapat
mengembangkan beberapa manfaat untuk tanah air dan mengerti segala sesuatu
yang baik dan yang buruk.
Bentuk akhlak maupun pengabdian terhadap tanah air adalah salah satunya
dengan cara kita tekun berusaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang dapat disumbangkan untuk tanah air tercinta dengan
maksimal.3
Diantara usaha lain yang dapat disumbangkan kepada Negara seperti:
memajukan bidang pertanian, industry, perdagangan, produksi alat-alat
percetakan,kemerdekaan pers, penerangan, dan segala sesuatu yang dapat
memperluas kemajuan pembangunan tanah air.
Maka wajib bagi kita untuk mencintai tanah air dan memperjuangkannya
sebatas kemampuan yang kita miliki. Meskipun dengan meninggalkan daerah
asal untuk memperoleh kemanfaatan yang akan dapat disumbangkan pada tanah
air, serta melindunginya dari bahaya yang mengancam.4

b) Menghormati Undang-Undang
Wajib bagi kita menghormati undang-undang dan mentaati, karena undang-
undang-undang itu berguna bagi manusia dan memberi kemerdekaan lebih dari
mengurangi, dan merusak kehormatan undang-undang itu adalah bahaya besar
bagi rakyat.5
Yang mendorong manusia supaya tunduk dan taat kepada undang-undang ialah
dengan memperluas pandangan fikirannya, bukan hanya didalam kejadian-

3 Muhammad Sayyid. Etika Bermasyarakat. Pelita Dunia. 1996. Hlm. 40.


4 Ibid. Hlm. 45.
5 Ahmad amin. Etika Ilmu Akhlak. Bulan Bintang. Jakarta. 1993. Hlm. 166.

6
kejadian yang tertentu, akan tetapi hendaknya mengerti arti undang-undang dan
maksud pemerintah dan mengetahui asal mula dibuat undang-undang.

c) Musyawarah
Musyawarah adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan peraturan
didalam masyarakat.
Abdul Karim Zaidan menyebutkan bahwa musyawarah adalah hak umat dan
kewajiban imam atau pemimpin. Hal ini sesuai dengan Firman Alloh dalam surah
As-Syuara ayat 38:

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan


melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan dengan)
musyawarah antara mereka, dan mereka menginfakkan sebagian rezeki yang
kami berikan kepada mereka. (Q.S. Asy-Syuara:38)

Beberapa sikap musyawarah:


- Lemah-lembut
Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi sebagai pimpinan,harus
menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala.
- Pemaaf
Setiap orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu
bersedia memberi maaf. Karena mungkin saja ketika bermusyawarah
terjadi perbedaan pendapat yang terkadang memicu pertengkaran.
- Mohon Ampunan Alloh SWT
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika bermusyawarah, hubungan
dengan Tuhan pun harus harmonis. Oleh sebab itu, semua anggota
musyawarah harus berusaha selalu membersihkan diri dengan cara

7
memohon ampun kepada Alloh SWT baik untuk diri sendiri maupun
untuk anggota musyawarah yang lainnya.

d) Menegakkan Keadilan
Alloh menyuruh manusia untuk berlaku adil terutama bagi orang-orang yang
beriman. Di Indonesia pernah dianjurkan istilah JurDil yang berarti jujur dan adil.
6

Seorang mukmin harus berlaku adil dalam perkataan dan hukuman yang ia
jatuhkan, sehingga setiap ucapan dan perbuatannya akan melahirkan keadilan.
Pemimpin yang adil akan dilindungi oleh Alloh SWT pada hari yang tidak ada
perlindungan selain perlindunganNya.
Didalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya
manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan.7 Perintah itu ada yang bersifat
umum dan ada yang bersifat khusus. Dalam bidang umum misalnya yang
tertuang dalam Firman Alloh SWT dalam surah An-Nahl ayat 16 :

sesungguhnya Alloh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Alloh melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S. An-Nahl 16: 90)

Sedangkan yang bersifat khusus misalnya:

Keadilan Hukum
Keadilan harus di tegakkan walaupun terhadap diri sendiri, atau terhadap
keluarga dan orang-orang yang dicintai. Terutama untuk seorang pemimpin,
6 Inu Kencana Syafiie. Al-Quran dan Ilmu Politik. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm. 123.
7 Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlak. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. 2012.

8
pemimpin harus mempunyai sikap adil dalam memutuskan sebuah perkara.
Mengingat besar tanggung jawab seorang pemimpin perlu mempunyai
kepribadian, sikap dan karakter yang sesuai dengan kepemimpinannya. Salah
satunya adalah keadilan hukum.

Keadilan dalam Segala Hal


Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat manusia
untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan. Meliputi
Adil terhadap diri sendiri
Adil terhadap istri dan anak-anak
Adil dalam mendamaikan perselisihan
Adil dalam berkata
Adil terhadap musuh sekalipun

e) Amar Maruf Nahi Munkar


Amar maruf nahi munkar yang berarti selalu memiliki kepekaan untuk
mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, serta
menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan
nilai-nilai kehidupan.
Amar maruf nahi munkar adalah kewajiban orang-orang yang beriman, baik
secara individual maupun kolektif. Alloh SWT berfirman:

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, dan menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang
mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran 3:104)

Disamping kewajiban, amar maruf nahi munkar adalah tugas yang


menentukan eksistensinya dan kualitas umat Islam. Melakukan amar maruf nahi
munkar bukanlah tugas yang ringan, tapi termasuk tugas yang berat dan besar

9
yang memerlukan kekuatan dan stamina spiritual yang prima untuk
mengembannya. Maka, apabila umat Islam mengabaikan amar maruf nahi
munkar, maka hal itu tidak hanya akan membuat mereka kehilangan posisi yang
kokoh diatas permukaan bumi ini, tetapi juga mendapat kutukan dari Alloh SWT.

Diantara perbuatan amar maruf kepada Negara.


a. Tanggung jawab terhadap Negara
Satu kenyataan bahwa setiap manusia adalah warga Negara suatu
Negara. Dalam berpikir, berbuat dan bertindak, bertingkah laku, ia terikat
oleh norma-norma atau ukuran yang dibuat oleh Negara. Ia tidak dapat
berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatannya salah ia harus bertanggung
jawab terhadap Negara.8
b. Pengabdian kepada Negara
Manusia pada hakikatnya adalah pengabdian suatu bangsa atau warga
Negara dari suatu Negara. Karena itu, seorang warga akan mencintai
bangsa dan negaranya, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk
pengabdian. 9
c. Pengorbanan kepada Negara
Setiap orang dibumi ini mengaku bahwa manusia merupakan anggota
suatu bangsa dan warga suatu Negara. Karena inilah setiap orang
mempunyai kewajiban, antara lain membela Negara. Pembelaan itulah
yang disebut pengorbanan. Demi Negara, banyak orang tidak takut
kehilangan harta benda, bagian badan, bahkan nyawa. Kapan saja dan
dimana saja berada, mereka berkewajiban membela Negara.10
Selanjutnya, diabndingkan dangan amar maruf, nahi munkar lebih berat
karena beresiko tinggi. Apalagi bila dilakukan terhadap penguasa yang zalim.

8 Ahmad Mustofa. Ilmu Budaya Dasar. Pustaka Setia. Bandung. 1999. Hlm. 136
9 Ibid. Hlm. 138
10 Ibid. Hlm. 142

10
Oleh sebab itu, Rasulullah saw sangat memuliakan orang-orang yang memiliki
keberanian menyatakan di hadapan penguasa zalim.
Nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi
yang mampu melakukan dengan tangan (kekuasaannya) dia harus menggunakan
kekuasaan itu, apalagi tidak bias dengan kata-kata, dan bila dengan kata-kata juga
tidak mampu paling kurang menolak dengan hatinya.

f) Patriotisme
Patriotisme dapat disebut dengan pembinaan rasa cinta tanah air. Dalam
usaha pembinaan kesatuan itu, ada dua unsur yang perlu mendapat perhatian
sepenuhnya yaitu, pertama pembinaan jiwa kesatuan yang mengandung arti
pemupukan keinginan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kesatuan yang
menjadi cirri suatu bangsa. Kedua pembinaan rasa cinta kepada tanah air, dalam
artian bangsa itu harus mendobrak keadaan yang sudah tua dan bobrok untuk
menggantinya dengan keadaan yang menjadi cita-citanya yang dimulai dari suatu
perubahan mental.

g) Nasionalisme
Nasionalisme bagi bangsa Indonesia merupakan jiwa kebangsaan yang
memang mutlak harus ada. Mengingat bangsa Indonesia terdiri atas pelbagai
agama, kebudayaan maupun bahasa.
Perwujudan nasionalisme ada dua hal, yang keduanya merupakan rangkaian
peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia, baik masa jaya maupun derita:
a. Kenangan masa lampau dalam hidup berbangsa,
b. Kehendak untuk bersatu dalam hidup bernegara.
Adapun perilaku yang mencerminkan nasionalisme dalam kehidupan
bernegara antara lain:
a. Melaksanakan kerja bakti atau gotong membersihkan lingkungan.
b. Aktiv menjadi pengurus atau anggota suatu organisasi.
c. Ikut serta siskamling diwilayah tempat tinggal.

11
d. Membayar pajak tepat pada waktunya.
Nasionalisme mempunyai akar-akar yang dalam dimasa lampau, dan
berkembang di suatu saat tertentu sebagai kesatuan. Aspirasi pertama
nasionalisme adalah perjuangan untuk mewujudkan persatuan nasional dalam
bidang politik. Serta tumbuh dan berkembang di suatu saat dlam bentuk Negara
nasional sebagai perwujudan semangat nasionalisme.11

h) Berpolitik dan Bernegara


Seringkali kekuasaan diletakkan sebagai ibadah ritual yang bisa bertentangan
dengan kecenderugan teori social-politik. Padahal tujuan utama kekuasaan dan
kepemimpinan dalam suatu pemerintahan dan Negara adalah menjaga suatu
sistem ketertiban agar masyarakat menjalankan kehidupannya dengan wajar. 12
Begitu juga dengan politik, politik dibangun bukan dari yang ideal, tidak
untuk tunduk pada apa yang seharusnya. Dalam politik, kepentingan dan
negosiasi ditujukan untuk kekuasaan, bahkan ada kalanya menghalalkan segala
cara untuk sampai pada tujuan. Untuk itu, tuntutan dalam berpolitik itu harus
mempunyai etika. Politikus yang baik, apabila ia jujur, santun, memiliki
integritas, menghargai orang lain, menerima pluralitas, memiliki keprihatinan
untuk kesejahteraan umum dan tidak mementingkan golongannya.
Akhlak yang disyariatkan oleh Islam dalam politik dan kenegaraan adalah
sebagaimana Firman Alloh dalam surat An-Nisa ayat 59:

11 Noor Ms Bakhri. Pendidikan Pancasila. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2010. Hlm. 132.
12 Beni Ahmad Saebani. Ilmu Akhlak. Pustaka Setia. Bandung. 2010. Hlm. 297.

12
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Alloh dan Rasul (Muhammad)
serta ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Alloh dan
Hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(Q.S. An-Nisa:59)
Rakyat harus berakhlak baik kepada pemimpinnya, yaitu taat sebagaimana
taatnya umat islam kepada Alloh SWT dan Rasulullah. Akan tetapi pemimpin
yang wajib ditaati adalah pemimpin yang bertaqwa kepada Alloh SWT dan
berpedoman kepada Al-Quran dan As-Sunnah, jujur, dan adil.

i) Hubungan pemimpin dan yang dipimpin


Secara operasional kepemimpinan Alloh SWT itu dilaksanakan oleh
Rasulullah saw, dan sepeninggal beliau kepemimpinan itu dilaksanakan oleh
orang-orang yang beriman. Hal itu dinyatakan dalam Al-Quran:

Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Alloh, Rasul-Nya dan orang-orang


yang beriman, yaitu yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya
mereka tunuduk (kepada Alloh). (QS. Al-Maidah 5: 55)

Kriteria Pemimpin
Pemimpin umat distilahkan dengan waliy atau ulil amri adalah penerus
kepemimpinan Rasulullah setelah beliau meninggal dunia. Sebagai Nabi dan
Rasul, Nabi Muhammad tidak bias digantikan, tetapi sebagai kepala Negara,
pemimpin, ulil amri, tugas beliau dapat digantikan.
Orang-orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin
minimal harus memenuhi empat kriteria sebagaimana yang dijelaskan dalam
surat Al-Maidah ayat 55 diatas.

13
a. Beriman kepada Alloh SWT
b. Mendirikan shalat
c. Membayar zakat
d. Selalu tunduk patuh kepada Alloh SWT

Kepatuhan Kepada Pemimpin


Kepemimpinan Alloh SWT dan Rasul-Nya adalah kepemimpinan yang
mutlak diikuti dan di patuhi. Sedangkan kepemimpinan orang-orang yang
beriman adalah kepemimpinan yang nisbi (relatif), kepatuhan kepadanya
tergantung dengan paling kurang dua factor:
a. Factor kualitas dan integritas pemimpin itu sendiri,
b. Factor arah dan corak kepemimpinannya.
Kemana umat yang dipimpinnya mau dibawa, apakah untuk menegakkan
dinullah atau tidak.
Untuk hal-hal yang sudah diatur dan ditetapkan oleh Al-Quran dan hadits ,
sikap pemimpin dan yang dipimpin sudah jelas, harus sama-sama tunduk pada
hukum Alloh. Tetapi dalam hal-hal bersifat ijtihadi, ditetapkan secara
musyawarah dengan mekanisme yang disepakati bersama. Akan tetapi, apabila
terjadi perbedaan pendapat yang tidak dapat disepakati antara pemimpin dan
yang dipimpin, maka yang diikuti adalah pendapat pemimpin. Yang dipimpin
kemudian tidak boleh menolaknya dengan alas an pendapat-nya tidak dapat
diterima.

Persaudaraan antara Pemimpin dan yang Dipiimpin


Sekalipun dalam struktur bernegara (dan juga pada level di bawahnya) ada
hirarki kepemimpinan yang mengharuskan umat atau rakyat patuh pada
pemimpinnya, tetapi dalam pergaulan sehari-hari hubungan antara pemimpin
dan yang dipimpin tetaplah dilandasi kepada prinsip-prinsip ukhuwah islamiyah,
bukan prinsip atasan bawahan, tetapi prinsip sahabat dengansahabat.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah adat yang dengan sengaja dikehendaki adanya, atau dapatlah
disebutkan bahwa: akhlak adalah azimah (kemauan yang kuat) tentang sesuatu yang
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang mengarah kepada kebaikan
atau keburukan. Sedangkan Negara adalah suatu organisasi yang merupakan
penjelmaan seluruh individu, untuk itu Negara memiliki kekuasaan tertinggi yang
tidak dimiliki oleh organisasi lain.
Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai
ideologi, yaitu menciptakan baladtun tayyibatun wa rabbun
ghafur, (negri yang sejahtra dan sentosa). Dengan membangun

15
kemakmuran di muka bumi, Maka cita-cita kebahagiaan dalam
kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud sesuai dengan janji
Allah, hal tersebut dapat di capai dengan iman dan amal, bermakna
manusia harus mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah saw.
Dan melaksanakan usaha pembangunan material spiritual,
memelihara, mengembangkan ketertiban dan ke amanan bersama
sistem politik islam yang di dasarkan atas tiga prinsip, tauhid,
( kemaha esaan tuhan), Risalah ( kerasulan Muhammad), dan
Khalifah.
Diantara bentuk akhlak terhadap Negara antara lain:
1. Cinta tanah air
2. Menghormati Undang-undang
3. Musyawarah
4. Menegakkan keadilan
5. Amar maruf nahi munkar
6. Patriotism
7. Nasionalisme
8. Berpolitik dan bernegara dengan baik
9. Hubungan pemimpin dan yang di pimpin dengan baik.

B. Saran Penulis
Dari pemaparan isi makalah di atas memberi gambaran kita bahwa Islam adalah
agama yang diridhai Allah, agama yang sempurna dalam mengatur tata cara
kehidupan manusia. Di dalamnya lengkap diatur hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.
Salah satu di antara tata cara kehidupan manusia yang telah diatur dalam ajaran Islam
adalah tentang hak dan kewajiban warga Negara yang merupakan perwujudan dari
akhlak seseorang kepada Negara.
Maka sebagai seorang mahasiswa yang notabennya adalah generasi muda calon-
calon pemimpin masa depan diharapkan untuk belajar dan mengasah diri dengan

16
sungguh-sungguh karena itu merupakan salah satu dari wujud akhlak kita terhadap
Negara kita tercinta yakni kewajiban dalam membangun bangsa melalui generasi
muda pejuang bangsa. Semangatlah para pejuang!

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Zain Yusuf. Akhlak Tasawuf. 2003. Nawa Kartika: Semarang.

Ahmad Amin. Etika atau Ilmu Akhlak. 1993. Bulan Bintang: Jakarta.

Sayyid Muhammad. Etika Bermasyarakat. 1996. Pelita Dunia:

Ki Fudyartanta. Membangun Kepribadian dan Watak Bangsa Indonesia yang

Harmonis dan Integral. 2010. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Ilyas Yunahar. Kuliah Akhlak. 2012. Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam:

Yogyakarta.

Munir M. Abdul. Moral Politik Santri. 2003. Erlangga: Jakarta.

Alfan Muhammad. Filsafat Etika Islam. 2011. Pustaka Setia: Bandung.

17
Saebani B. Akhmad, Hamid Abdul. Ilmu Akhlak. 2010. Pustaka Setia: Bandung.

Kencana S. Inu. Al-Quran dan Ilmu Politik. 1996. Rineka Cipta: Jakarta.

Abd. Jaliel Maman. Akhlak Tasawuf. 2014. Pustaka Setia: Bandung.

Lembaga Pendidikan Maarif NU Jawa Tengah. Ke-Nu-An. 2011. Jawa Tengah.

Noor Ms Bakry. Pendidikan Pancasila. 2010. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

MGMP. Pendidikan Kewarganegaraan. 2011.

Falih Ashadi, Cahyo Yusuf. Akhlak Membentuk Pribadi Muslim. 1973. Aneka Ilmu:

Semarang.

Kansil. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMU Kelas 1. 1995. Erlangga:

Jakarta.

Mustofa Ahmad. Ilmu Budaya Dasar.1999. Pustaka Setia: Bandung.

18

Vous aimerez peut-être aussi