Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.1
Terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%)
diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien
tersebut berada di wilayah Afrika. Terdapat 450.000 orang yang menderita
TBMDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.2
Pada tahun 2015 Indonesia menempati urutan kedua jumlah kasus TB terbanyak
setelah India. Diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 1 juta kasus TB baru di Indonesia
dengan kematian sekitar 100.000 orang. dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia
produktif (15-50 tahun).3 Sebagai salah satu negara dengan beban TB yang tinggi,
Indonesia telah berupaya dan berkomitmen melakukan upaya penanggulangan TB
melalui strategi Direct Observed Treatment, Short Course (DOTS) yang direkomendasi
oleh WHO dan sejak tahun 2000 strategi DOTS telah dilaksanakan secara nasional. 4
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah besar di Indonesia, walaupun
sudah dilakukan pengobatan selama berpuluh tahun tetapi kasus TB tidak ada
habisnya. Hal ini disebabkan antara lain dokter yang mengobati TB hanya
memfokuskan diri pada penderita dengan BTA (+), yang kemungkinan besar telah
menularkan penyakit ini pada orang lain sebelum dia mendapat pengobatan.1
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia produktif secara ekonomis (15-
50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata
waktu kerja 3-4 bulan. Hal tersebut berkibat pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%. Besarnya masalah kesehatan lain juga dapat
berkontribusi terhadap tetap tingginya beban TB seperti gizi buruk, merokok,
diabetes dan HIV/AIDS. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB
terhadap OAT (TB MDR) semakin memperbesar masalah akibat kasus yang sulit
disembuhkan. Keadaaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
epidemik TB yang sulit ditangani.2
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Penyakit ini bila tidak diobati atau pengoabatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada
di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB paru terjadi dalam 2 abad terakhir.5
Klasifikasi penyakit tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang diserang
kuman Mycobacterium tuberculosis terdiri dari tuberkulosis paru dan tuberkulosis
ekstra paru.Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru). Sedangkan tuberkulosis ekstra paru adalah
tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya, pleura,
selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar limfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.5
Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB. Kasus TB pasti
yaitu pasien TB dengan ditemukan Mycobacterium tuberculosis complex yang
diidentifikasi dari spesimen klinik (jaringan, cairan tubuh, usap tenggorok, dll)
dan kultur atau seorang pasien yang telah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
Tb sehingga didiagnosis TB oleh dokter maupun petugas kesehatan dan diobati
dengan panduan dan lama pengobatan yang lengkap.1
Gambar 2.1 Skema perkembangan sarang tuberkulosis post primer dan perjalanan
penyembuhannya5
Atau
2. Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang
belum memiliki fasilitas kultur M. Tuberculosis
3. Memenuhi kriteria dimana hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB
aktif dan disertai salah satu dibawah ini :
a. Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV,
atau
b. Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalensi
HIV rendah), tidak menunjukan perbaikan setelah pemberian
antibiotik spektrum luas (kecuali antibiotik yang mempunyai efek
anti TB seperti flurokuinolon dan aminoglikosida)
4. Kasus bekas TB
a. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukan lesi TB yang tidak aktif, atau
foto serial (dalam 2 bulan) menunjukan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
b. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologi
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. 1). Kalau hasil
rontgen mendukung tuberkulosis, maka penderita didiagnosis sebagai penderita
TB BTA positif. 2). Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan
dahak SPS diulangi.
Bila ketiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya, Kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu.Bila tidak ada
perubahan, namun gejala klinis mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS.
1). Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis BTA
positif. 2). Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
untuk mendukung diagnosis TB.
Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB BTA negatif
rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan
TB.5
Berdasarkan WHO pada tahun 1991 memberikan kriteria pada pasien TB paru
menjadi : a). Pasien dengan sputum BTA positif adalah pasien yang pada
pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang kurangnya
pada 2 kali pemeriksaan/1 sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis
yang sesuai dengan gambaran TB aktif /1 sediaan sputumnya positif disertai
biakan yang positif. b). Pasien dengan sputum BTA negatif adalah pasien yang
-
+
+
Bukan T
Isoniazid (H) Bakterisid Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
Terkuat
berkembang. Mekanisme kerjanya adalah
menghambat cell-wall biosynthesis pathway
1. Pasien baru
Panduan obat yang dianjurkan 2HRZE/4HR dengan pemberian dosis
setiap hari. Bila menggunakan OAT program, maka pemberian dosis
setiap hari pada fase intensif dilanjutkan dengan pemberian dosis tiga
kali seminggu dengan DOT 2HRZE/4H3R3
2. Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji kepekaan secara individual.
Selama menunggu hasil uji kepekaan, diberikan panduan obat
2HRZES/HRZE/5HRE
Tablet OAT-KDT ini adalah kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam 1 tablet.
Dosisnya (jumlah tablet yang diminum) disesuaikan dengan berat badan pasien,
paduan ini dikemas dalam 1 paket untuk 1 pasien dalam 1 masa pengobatan.
Dosis paduan OAT-KDT untuk kategori I, II dan sisipan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
RHZE (150/75/400/275)
30 37 kg 2 tablet 4KDT
38 54 kg 3 tablet 4KDT
55 70 kg 4 tablet 4KDT
71 kg 5 tablet 4KDT
2.1.8.8 Efek Samping Pengobatan
Tabel 2.6 Efek Samping Pengobatan2
Efek samping Kemungkinan Tatalaksana
Penyebab
Minor OAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, Rifampisin Obat diminum malam sebelum
sakit perut tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin /allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar INH Beri vitamin B6 (piridoksin) 1 x
di kaki 100 mg perhari
Warna kemerahan pada air Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu diberi
seni apa-apa
Mayor Hentikanobat
Gatal dan kemerahan pada Semua jenis OAT Beri antihistamin dan dievaluasi
kulit ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan
(vertigo dan nistagmus)
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT sampai
(penyebab lain disingkirkan) ikterik menghilang dan boleh
diberikan hepatoprotektor
Muntah dan confusion Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT dan lakukan
(suspected drug-induced pre- uji fungsi hati
icteric hepatitis)
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik, termasuk Rifampisin Hentikan rifampisin
syok dan purpura
Tabel 2.8. Dosis OAT TB pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
OAT Stadium 1-3 Stadium 4-5
Isoniazid 300 mg/hari Diberikan 3x/minggu
Dosis 300 mg/setiap
pemberian
Rifampisin <50 kg: 450 mg/hari <50 kg: 450 mg/hari
>50 kg: 600 mg/hari >50 kg: 600 mg/hari
Pirasinamid <50 kg: 1,5 g/hari 25-30 mg/kgBB/hari
>50 kg: 2 g/hari Diberikan 3x/minggu
Etambutol 15 mg/kgBB/hari 15-25 mg/kgBB/hari
Diberikan 3x/minggu
2.1.10.7. Pasien TB dengan Diabetes Melitus (DM)
TB merupakan salah satu faktor risiko tersering pada seseorang dengan
Diabetes mellitus. Anjuran pengobatan TB pada pasien dengan Diabetes mellitus
sebagai berikut:4
a) Paduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama dengan paduan OAT bagi
pasien TB tanpa DM dengan syarat kadar gula darah terkontrol
b) Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat
dilanjutkan sampai 9 bulan
c) Hati hati efek samping dengan penggunaan Etambutol karena pasien DM
sering mengalami komplikasi kelainan pada mata
d) Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akan mengurangi efektifitas
obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
e) Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai untuk mendeteksi dini bila
terjadi kekambuhan
Kesimpulan:
1. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex, yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru-paru.
2. Pasien dengan batuk produktif selam 2-3 minggu atau lebih yang tidak
dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk tuberkulosis
3. Pasien yang diduga tenderita TB paru harus menjalani pemeriksaan
sputum secara mikroskopis sekurang-kurangnya 2 kali dan sebaiknya 3
kali.
4. Pasien dengan sputum BTA positif adalah pasien yang pada pemeriksaan
sputumnya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang kurangnya pada
2 kali pemeriksaan/1 sediaan sputumnya positif disertai kelainan
radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif /1 sediaan sputumnya
positif disertai biakan yang positif.
5. Pasien dengan sputum BTA negatif adalah pasien yang pada pemeriksaan
sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi
pada biakannya positif/ radiologi menunjukan lesi aktif.
6. Semua pasien yang belum pernah diobati harus diberikan paduan obat lini
pertama. Fase awal terdiri dari INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol
diberikan selama 2 bulan. Fase lanjutan yang dianjurkan adalah INH dan
rifampisin yang selama 4 bulan. Fixed dose combination sangat dianjurkan
untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
pengobatan.
7. Evaluasi pengobatan meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik,
dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat. Pada pasien TB
paru penilaian terbaik adalah dengan pemeriksaan sputum ulang (2x)
paling kurang pada saat menyelesaikan fase awal (2 bulan), bulan ke lima
dan pada akhir pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA