Vous êtes sur la page 1sur 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Interaksinya dengan sesama
mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang
aman dan menguntungkan maupun merugikan.
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan
untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga
mikroorganisme yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan
terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang
dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalah Mycobacterium
tuberculosis.
Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada manusia.
Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan
berbahaya di dunia.
Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan
kematian didunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat
ini tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang
yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang
menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita
tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak
menular. Hal ini menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta
penderita tuberkulosis paru,dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit ini.
Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga
kesehatan. Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati
perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya dan

1
tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara
tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat
secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu
diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk
mengawal perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri
biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani
terapi untuk mencapai hasilterapi yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dianggap perlu untuk mengetahui
apa itu Tuberkulosis dan apa penyebabnya. Menyangkut dengan penyebabnya
sendiri (M. Tuberkulosis) kita juga harus mengetahui hal-hal yang
bersangkutan dengan bakteri tersebut agar pencegahan ataupun pengobatan
serta asuhan keperawatan terhadap penyakit yang di hasilkan oleh bakteri
tersebut dapat di tangani secara cepat dan tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa anatomi fisiologi system pernapasan?
2. Apa definisi TB paru?
3. Apa saja klasifikasi TB paru?
4. Bagaimana epidemiologi TB paru ?
5. Apa saja etiologi TB paru?
6. Bagaimanakah patofisiologi TB paru?
7. Apa saja manifestasi klinis TB paru?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang TB paru?
9. Apa saja penatalaksanaan dari TB paru?
10. Apa saja komplikasi TB paru itu apa?
11. Bagaimana cara pencegahan TB paru?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan TB paru?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan TB paru.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi system pernapasan
b. Memahami definisi TB paru
c. Memahami klasifikasi TB paru
d. Mengetahui epidemiologi TB paru
e. Mengetahui etiologi TB paru

2
f. Memahami patofisiologi TB paru
g. Mengetahui manifestasi klinis TB paru
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang TB paru
i. Mengetahui penatalaksanaan TB paru
j. Mengetahui komplikasi TB paru
k. Mengetahui cara pencegahan TB paru
l. Menguasai konsep asuhan keperawatan TB paru.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan
seputar asuhan keperawatan klien dengan TB paru.

BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

(Anatomi sistem pernafasan; Wikipedia)

3
Anatomi saluran pernapasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
1. Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari:
a) Lubang hidung (cavum nasalis)
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan
(kartilago) serta jaringan ikat. Bagian dalam hidung merupakan
suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh
sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae)
yang berfungsi sebagai penyaring (filter) terhadap benda asing
yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel
bersilia yang mengandung sel goblet. Sel ini mengeluarkan lendir
sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk pada saluran
pernapasan.
Di dalam lubang hidung terdapat reseptor yang dapat
membuat kita dapat membau yang di kendalikan oleh nervous
olfaktorius. Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara,
pengatur kelembaban udara, pelindung dan penyaring udara, indra
penciuman dan resonator suara.
b) Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu:
Sinus frontalis
Sinus spenoidalis
Sinus maxilaris
Sinus lakrimalis
Sinus berfungsi untuk:
Membantu menghangatkan dan melembabkan udara
(humidifikasi)
Meringankan berat tulang tengkorak
Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi
c) Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esophagus. faring digunakan pada saat digestion
(menelan) seperti pada saat bernapas.
Faring dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Nasofaring

4
Nasofaring terdapat pada superior di area yang terdapat
epitel bersilis dan tonsil (adenoid), seta merupakan muara tube
eustachhius. Aadenoid atau faringeal tonsil berada di langit-
langit nasofaring.
Orofaring
Orofaring berfungsi untuk menampung udara dari
nasofaring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat
tonsili palatina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).

Laringofaring
Merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan
dengan esophagus dan pita suara (vocal cord) yang berada
dalam trachea. Laringofaring berfungsi pada saat menelan dan
respirasi. Laringofaring terletak dibagian depan pada laring,
sedangkan trachea terdapat di belakang.
d) Laring
Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh
struktur epitelium lined yang berhubungan dengan faring (di atas)
dan trakkhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang
belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esophagus
berada di posterior laring.
Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai
proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk
memfasilitasi proses terjadinya batuk.
Laring terdiri atas:
Epiglottis: katup kartilago yang menutup dan membuka selama
menelan
Glottis: lubang antara pita suara dan laring
Kartilago thyroid: kartilago yang terbesar pada trakea, terdapat
bagian yang membentuk jakun (adams apple)
Kartilago krikoid: cincin kartilago yang utuh di laring (terletak
di bawah kartilago thyroid)
Kartilago aritenoid: digunakan pada pergerakan pita suara
bersama dengan kartilago thyroid
Pita suara: sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot
yang menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.

5
2. Sedangkan saluran pernapasan bagian bawah adalah sebagai berikut:
a) Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian
tulang vertebrae torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua
bronchus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat
sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan
cincin kartilago berbentuk C. Pada cincin tersebut terdapat epitel
bersilis tegak yang banyak mengandung sel goblet yang
mensekresikan lendir (mucus).
b) Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan
cenderung lebih vertical daripada yang kiri. Hal tersebut
menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang
sebelah kanan daripada cabang bronkhus sebelah kiri.
Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan
berbentuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus di
susun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang
berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago.
Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu
menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak
kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus atau lubang kecil yang
terletak antar alveoli kohn pores yang berfungsi untuk mencegah
kolaps alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus
terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area
yang dinamakan Anatomical Dead Space. Banyaknya udara yang
berada dalam area tersebut adalah sebesar 150 mL. Awal dari
proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
c) Alveoli
Alveoli merupakan kantung udara yang berukuran sangat kecil,
dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida di antara kapiler pulmoner dan alveoli.

6
d) Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasrnya berada
pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus (superior,
medial, inferior) sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus
(superior dan inferior). Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh
ruang yang disebut mediastinum (Irman somantri, 2008).
Paru-paru manusia terbungkus oleh dua selaput, yaitu pleura
dalam (pleura visceralis) dan pleura luar (pleura parietalis). Pleura
dalam langsung menyelimuti paru-paru, sedangkan pleura luar
bersebelahan dengan tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut
terdapat rongga tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut terdapat
rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
paru-paru.

B. DEFINIS
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ
tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang,
persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC (Hidayati, R. 2009)
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar
kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lainnya (Depkes, 2007).
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru - paru dan kadang
pada struktur-struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium
tuberculosis (Hiswani, 2009).

C. KLASIFIKASI
Menurut Hidayati, R. (2009) penyakit tuberculosis memiliki beberapa
variasi jenisnya. Adapun jenis-jenis dari penyakit tuberculosis tersebut
adalah:

7
Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan
histologis
Tuberculosis pada sistem saraf
Tuberculosis pada organ-organ lainnya
Tuberculosis millier

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, menurut Depkes RI (2007),


TBC paru dibagi dalam :

Tuberkulosis Paru BTA Positif


Sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif danfoto rontgen dada
menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. Satu spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif dan biakan kuman TBCpositif. Satu atau lebih
spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberianantibiotika non OAT
Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimendahak SPS hasilnya BTA negatif. Foto rontgen
dada menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif
rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambar foto rontgen
dadamemperlihatkan gambar kerusakanparu yang luas dan/atau
keadaan umum penderita buruk (Depkes RI, 2008).Tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.Ditentukan
(dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Menurut Hiswani. (2009) dalam kasus TBC terdapat beberapa tipe


penderita yang ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Adapun beberapa tipe penderita tersebut yaitu:
Kasus baru adalah dimana penderita tersebut belum pernah diobati
dengan OAT (Obat Anti Tuberculosis) atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis harian.
Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah
mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan

8
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif.
Pindahan (transfer in) adalah penderita TB yang sedang mendapatkan
pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat
rujukan/pindahan.
Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)
adalah penderitaTB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih atau penderita
BTA negative, rontgen positif yangmenjadi BTA positif pada akhir
bulan ke-2 pengobatan. Semua penderita lain yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut diatas merupakan tipe yang lain. Termasuk dalam
kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA
positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2).

D. EPIDEMIOLOGI
TBC umumnya menyerang orang dewasa muda dan banyak terjadi di
negara berkembang. Setengahnya terdapat di Asia. Pada tahun 2008, WHO
memprediksi adasekitar 9,4 juta orang yang menjadi penderita TBC aktif.
Dari 15 negara dengan tingkat TBC paling tinggi, 13 diantaranya ada di
Afrika. Sementara itu setengahnya ada di Negara Asia, diantaranya
Bangladesh, China, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina.
Apabila penyakit tuberculosis ini tidak diobati, maka setelah lima
tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri
dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap
menular (WHO 1996). Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun
terjadi 583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis
positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar
1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberculosis diperkirakan
105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini
paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosiol ekonomi
lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya

9
tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian
lingkungan tempat tinggal (Rekawati, 2011).

E. ETIOLOGI
Menurut Wildani (2013) penyebab utama TB paru yaitu
mycobacterium tuberculosis, dimana mycobacterium tuberculosis
merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 3-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M. Tuberkulosis
adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam
serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberkulosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis :
1. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
2. Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
4. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak
adekuat.
5. Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
6. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
7. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi
lebih mudah.
8. Nutrisi ; status nutrisi kurang
9. Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
10. Tidak mematuhi aturan pengobatan (Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari.
2011).

F. PATOFISIOLOGI
Menurut Wildani (2013), infeksi diawali karena seseorang
menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar

10
melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan
terlihatbertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru(lobus atas).
Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain
dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan
sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk
materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini
akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan
kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Nugroho, A. Y. (2011), setelah infeksi awal jika respons
sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih
parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang
atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif,
Pada kasus ini, ghontubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus. Tuberkel
yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk

11
jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk
tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan
10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

12
Nugroho, A. Y. (2011) dan Wildani (2013)

13
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala
umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa
TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang
tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru (Hiswani, 2009).
1. Gejala umum (Sistemik)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malamhari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam sepertiinfluenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafasmelemah yang disertai
sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Hidayati, R. (2009), pemeriksaan penunjang pada pasien
tuberkulosis adalah:
Kultur sputum
Positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
Ziehl Nelsons

14
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan dalaqm
darah, positif untuk basil asam.
Test kulit ( PPD, Mantoux, potongan volmel)
Reaksi positif ( area indurasi 10 mm / lebih besar terjadi 48 72 jam
setelah injeksi intra dermal antigen)
Elisa (Western)
Dapat menyatakan adanya HIV.
Foto thorak
Dapat menunjukkkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer. Perubahan menunjukkkan lebih luas TB
dapat termasuk ronggga, area fibrosa.
Histologi / kultur jaringan
Termasuk pembersihan gaster, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit.
Positip untuk mycobacterium tuberkulosis
Biopsi jarum pada jaringan paru
Positip untuk granuloma TB, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
Leukosit
Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
GDA
Dapat norma tergantung pada lokasi dan beratnya kerusakan ruang
mati.
Pemeriksaaan fugsi paru
Penurunan kapasitas vital, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleura ( TB paru kronis paru luas )

I. PENATALAKSANAAN
1 Farmakologi
Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara
tidak langsung akan mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah
beberapa obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan penyakit
TBC:
a) Isoniazid (INH)
Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan
bakteri) ini merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan
enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja dengan
menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri.
b) Rifampisin / Rifampin

15
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan
mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding
sel bakteri
c) Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat
pembentukan asamlemak yang diperlukan dalam pertumbuhan
bakteri.
d) Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat
membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein.
e) Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu
pembentukan dinding sel bakteri dengan meningkatkan
permeabilitas dinding.
f) Fluoroquinolone
Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi
bakteri M.tuberculosis. Replikasi dihambat melalui interaksi
dengan enzim gyrase, salah enzim yang mutlak diperlukan dalam
proses replikasi bakteri M. Tuberculosis. Enzim ini tepatnya
bekerja pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu
perubahan dari struktur double helix menjadi super coil. Dengan
struktur super coil ini DNA lebih mudah dan praktis disimpan di
dalam sel. Pada proses tersebut enzim gyrase berikatan dengan
DNA, dan memotong salah satu rantai DNA dan kemudian
menyambung kembali. Dalam proses ini terbentuk produk
sementara (intermediate product) berupa ikatan antara enzim
gyrase dan DNA (kompleks gyrase-DNA).
Fluoroquinolone mamiliki kemampuan untuk berikatan dengan
kompleks gyrase-DNA ini, dan membuat gyrase tetap bisa
memotong DNA, tetapi tidak bias menyambungnya kembali.
Akibatnya, DNA bakteri tidak akan berfungsi sehingga akhirnya
bakteri akan mati. Selain itu, ikatan fluoroquinolone dengan
kompleks gyrase-DNA merupakan ikatan reversible, artinya bisa
lepas kembali sehingga bisa didaur ulang. Akibatnya, dengan

16
jumlah yang sedikit fluoroquinolone bisa bekerja secara efektif
(Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011)

Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk


kombinasi dari 3-4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari terjadinya resistensi bakteri terhadap obat. Dosis yang
diberikan berbeda untuk tiap penderita, bergantung tingkat keparahan
infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya,
maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu
untuk membunuh seluruh bakteri secara tuntas.
Pengobatan harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus,
walaupun pasien telah merasa lebih baik/sehat. Pengobatan yang
terhenti di tengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten.
Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk disembuhkan
dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk membantu
memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan benar,
keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu
mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi.
Oleh karena itu, perlunya dukungan terutama dari keluarga penderita
untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan.
Obat diminum pada waktu yang sama setiap harinya untuk
memudahkan penderita dalam mengkonsumsi obat. Lebih baik obat
diminum saat perut kosong sekitar setengah jam sebelum makan atau
menjelang tidur (Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011)

2 Non Farmakologi
Selain dengan menggunakan obat-obatan tersebut, pengobatan
penyakit akibat infeksi bakteri mycobacterium ini dapat dilakukan
dengan menggunakan jahe dan mengkudu. Jahedan mengkudu dapat
menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri berbentuk batang
tersebut karena kedua bahan itu kaya akan senyawa antibakteri.
Misalnya jahe mempunyai gingerol yang bersifat antibakteri.
Demikian juga mengkudu yang mengandung senyawa aktif
antrakuinon, acubin, asperuloside, dan alizarin. Keempat senyawa itu
juga berkhasiat untuk membunuh bakteri tuberculosis.

17
Kedua bahan itu mempunyai sifat antibakteri lebih kuat ketika
disatukan. Sebaliknya bila dipisah, kekuatannya berkurang. Jahe dan
mengkudu juga bersifat imunostimulan alias meningkatkan daya tahan
tubuh. Duet mengkudu dan jahe menyusul meniran yang lebih dulu
diuji klinis sebagai penyembuh tuberkulosis. Phyllanthus niruri itu
terbukti sebagai anti tuberkulosis. Pemberian 50 mg kapsul meniran
selama 3 kali sehari menyembuhkan TB pada pekan ke-6 atau lebih
cepat 8 minggu dibandingkan pasien yang tidak mengkonsumsi
meniran. Meniran juga bersifat sebagai imunomodulator alias penguat
sistem kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh meningkat, bibit-bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh dapat dilemahkan. Jika sel-sel
imun seseorang diganggu, maka orang tersebut akan rentan sakit.
Perpaduan ekstrak jahe dan mengkudu itu mampu
menyempurnakan obat standar resep dokter seperti rifampisin serta
pirazinamid yang selama ini digunakan untuk mengatasi TB. Untuk
yang tidak cocok mengkonsumsi obat-obatan dokter
tersebut,menyebabkan gangguan hati. Namun, apabila penggunaannya
disertai dengan konsumsi jahe dan mengkudu, hal tersebut tidak akan
terjadi. Ekstrak jahe dan mengkudu juga mencegah resistensi
(Hidayati, R. (2009).

J. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI,
2007) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yangdapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

18
K. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini
merupakan langkah yang paling efektif dan efisien. Adapun yang dapat
kita lakukan sebagai upaya pencegahanadalah sebagai berikut:
Konsumsi makanan bergizi
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan
meningkat. Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan,
hingga siap melawan bakteri TBC yang kemungkinan terhirup. Selain
itu, konsumsi makanan bergizi juga menghindarkan terjadinya
komplikasi berat akibat TBC.

Vaksinasi
Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel
darah putih menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan
bakteri TBC. Meski begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita
bebas sama sekali dari penyakit TBC, khususnya TBC paru. Hanya
saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan berkembang dan
menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa menembus aliran
darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan kata lain, karena
sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan.
Lingkungan
Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC
berlangsung cepat. Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan
kebersihan makanan dan minuman sangat perlu untuk dijaga (Depkes
RI, 2007)

L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
1) Nama : Tn. M F
2) Umur : 20 tahun
3) Jenis kelamin : laki-laki
4) Pendidikan : SD
5) Pekerjaan : Tidak bekerja
6) Agama : Islam
7) Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
8) Alamat : Jln. Kalayan A
9) Ruangan dirawat : Jamrud kamar B1
10) Tanggal masuk RS : 16 Desember 2016

19
11) No. register : 267163
12) Diagnose medis : TB Paru
13) Dokter yang merawat : dr. p
b) Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan nafas sesak, batuk berdahak dan
ekstremitas bawah bengkak
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan 2 bulan setengah menggunakan
oksigen sejak di rumah karena nafas terus-menerus sesak, 2
hari yang lalu nafas sesak tidak tertahankan di bawa ke dr.A di
Pekauman dan diakatakan Hb kuraang dan disarankan langsung
di bawa ke rumah sakit, oleh karena itu langsuang di bawa ke
rumah sakit Ansari Saleh dan di diagnose TB Paru serta di
rawat di ruang Jamrud kamar B2. Pasien baru menjalani
pengobatan TB paru 4 bulan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan 1tahun terakhir ini 8 kali keluar
masuk rumah sakit, 3 kali di rumah sakit Ulin dan 5 kali di
rumah sakit Ansari Saleh dengan keluhan yang sama yaitu
sesak nafas, memiliki riwayat penyakit jantung kongenital dan
TB paru
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ibunya memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus dan kakak kandungnya mempunyai riwayat
TB paru tetapi sudah tuntas pengobatan 6 bulan sedangkan
untuk keluarga lain tidak memiliki riwayat penyakit seperti TB
paru, hipertensi, asma, jantung, stroke dan lainnya

Genogram keluarga :

20
Keterangan :

laki-laki :

laki-laki meninggal :

pasien laki-laki :

perempuan :

perempuan meninggal :

tinggal satu rumah :

5) Riwayat social
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu
bersosialisasi dan beriinteraksi dengan sesama, namun setelah
sakit pasien kurang mampu berintaraksi dan bersosialisasi

21
dengan sesame dan mengurangi untu berkomunikasi bicara
agar tidak terlalu sesak

c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesedaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6, TTV : T : 36,5 0C, P : 68 x/menit, R : 28
x/menit, BP : 110/80 mmHg, spO2 : 97 %, infus RL 20 tetes per
menit terpasang di vena radialis dextra dan O2 terpasang 2 liter
per menit per nasal kanul.

2) Pemeriksaan sistemik

No Pengkajian Hasil
1. Kepala - Inspeksi :
Bentuk kepala simetris
Rambut rata hitam dan tipis
Kulit kepala tampak bersih
Tidak ada ketombe
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Krepitasi (-)
2. Mata
- Inspeksi :
Bentuk mata simetris
Konjungtiva anemis (+)
Sclera ikterik (-)
Edema palpebral (-)
Tanda perdarahan (-)
Popil isokor sinistra 2 dextra 2
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
3. Hidung

- Inspeksi :
Bentuk hidung simetris
Perdarahan (-)
Polip (-)
Secret (-)
Cuping idung (+)
Nasal kanul terpasang
- Palpasi :

22
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
4. Mulut
- Inspeksi :
Warna bibir coklat kehitaman
Mukosa bibir lembab
Mukosa mulut merah muda
Gusi normal/perdarahan (-)
Lidah merah muda
Pembengkakan tonsil (-)
Gangguan bicara (-)
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
5. Telinga Massa (-)

- Inspeksi :
Bentuk telinga simetris
Sejajar dengan sudut mata
Pendarahan (-)
Kemerahan (-)
Serumen (+) berwarna kuning dan

6. Leher tidak berbau


- Palpasi :
Nyeri tekan (-)

- Inspeksi :
Bentuk leher simetris
Kaku kudauk (-)
Deviasi trakea (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pembesaran kelenjar limfa (-)
- Palpasi :
7. Thorak/dada
Nyeri tekan (-)
Pembesaran/pembengkakan (-)

- Paru-paru
Inspeksi :
Bentuk dada barrel chest
Kelainan bentuk dada (+)
Ekspansi dinding dada asimetris
Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercostal
Perdarahan (-)

23
Batuk (+)
Sputum kental dan berwarna
kekuningan
Palpasi :
Massa (-)
Krepitasi (-)
Nyeri tekan (-)
Fremitus vocal : paru sinistra
getaran teraba lebih jauh
Perkusi :
Redup di paru sinistra
Auskultasi :
Suara nafas tambahan (+) ronchi
ditemukan di paru sinistra.

- Jantung
Inspeksi :
Bentuk dada simetris
Pembesaran/benjolan (+)
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
Perkusi :
8. Payudara Pekak
Auskultasi :
Bunyi jantung S1 S2 LUP DUP
tunggal teratur
Aorta : LUP
Pulmo : LUP
Tricuspit : DUP
Mitral : DUP
9. Abdomen
- Inspeksi :
Ukuran dan bentuk payudara
simetris
Putting susu menonjol
Kondisi kulit lembab
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Edema (-)

24
10. Genetalia - Inspeksi :
Bentuk abdomen normal
11. Rectum Asites (-)
Kondisi kulit lembab
- Auskultasi :
12. Ekstremitas
Bising usus (+) 20x/menit
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Distensi abdomen (-)
- Perkusi :
Timpani

- Tidak terkaji

- Tidak terkaji

- Inspeksi :
Kontraktur (-)
Eformitas (-)
Edema
13. Kulit/kuku
- -
+ +
Kekuatan otot
5 5
5 5
Skala aktivitas 0 (mandiri)
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Piting edema (+) derajat 1
Akral teraba dingin
Nyeri sendi
- -
- -

- Inspeksi :
Warna kulit normal
Mukosa kulit kering
Warna kuku sianosis
CRT > 3 detik
Bentuk kuku clubbing finger

25
Jari tabung (-)
- Palpasi
Teraba dingin

3) Pengkajian 11 pola Gordon


a. Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan
Bagi pasien kesehatan sangat penting, namun pasien masih
belum bisa menghentikan merokok.
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelumsakit pasien mampu melakukan aktivitas dengan
mandiri seperti mandi, makan, berpakaian, dan lalin-
lain,namun semenjak 2 bulan setengan terakhir pasien
sudah ketergantungan dalam penggunaan oksigen dan
selalu merasa sesak terutama jika melakukan aktivitas.
Pasien kategori II, di bantu orang lain.

c. Pola istirahat dan tidur


Sebelum masuk rumah sakit pola tidur pasien teratur 8
jam per hari, namun saat masuk rumah sakit pasien
kesulitan untuk tidur terutama di malam hari karena sesak
nafas, sehingga biasa tidur hanya 6 jam per hari.
d. Pola nutrisi
Sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 kali sehari
tanpa pantangan dan ammpu menghabiskan satu porsi
lebih. Namun semenjak di rumah sakit pasien hanya

mampu menghabiskan porsi makanan yang disediakan,
dan harus membatasi minum.
e. Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit dan saat di rumah sakit
frekuensi BAB 1 kali sehari, lambek dan berwarna kuning
dan BAK normal (sering) berwarna kekuningan dan berbau
pesing serta tidak ada kesulitan.
f. Pola kognitif dan perseptual
Pasien baru mengetahui memiliki penyakit TB paru kurang
lebih 1 tahun yang laludan sempat berobat ke rumah sakit
namun tidak ada perbaikan pasien lantas hanya

26
memeriksakan kondisinya ketika merasa sesak nafas dan
batuk berdahak.
g. Pola konsep diri
Pasien tampak merasa bersalah karena sudah merepotkan
keluarga.
h. Pola koping
Dalam pengambilan keputusan tergantung dari keluarga
terlebihnya orang tua
i. Pola seksualitas reproduksi
Tidak terkaji

j. Pola peran hubungan


Pasien tinggal dengan orangtua dan keenam saudaranya
pasien sebagai anak ke enam sering melakukan kenakalan
seperti merokok dan minum minuman keras, pasien kadang
ditegur oleh keluarga namun tidak pernah menghiraukan.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama muslim dan jarang sekali sholat karena
sering pergi ke luar rumah bersama teman-temannya.

d) Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tanggal 22 Desember 2016

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Analisa


Aspertat Transminase 34 U/L 10-37 U/L Normal
(GOT)

Alarin Transminase 13 U/L 12-40 U/L Normal


(GPT)

Bilirubin Tootal 2.43 mg/dl Up to 1.00 mg/dl Meningkat

Bilirubin Direct 0.94 mg/dl Up to 0.25 mg/dl Meningkat

Bilirubin Indirect 1.49 mg/dl Up to 0.75 mg/dl Meningkat

e) Analisa Data

27
Data Etiologi Problem
DS: pasien mengatakan nafas Obstruksi jalan Ketidakefektifan
sesak dan batuk berdahak. napas; mukus dalam bersihan jalan
DO: jumlah berlebih napas
Pasien tampak sesak dan
batuk produktif, sputum
kental dan berwarna
kekuningan.
Pernafasan cuping hidung
Bentuk dada barrel chest
Ekspansi dinding dada
asimetris
Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercosta
Batuk (+)
Perkusi redup diparu sinistra
Auskultasi ronchi diparu
sinistra
Fremitus vocal : paru sinistra
getaran teraba lebih jauh

DS: Pasien mengatakan tidak Ketidakseimbangan Intoleransi


dapat beraktivitas secara mandiri antara suplei oksigen aktivitas
karena harus ketergantungan dan kebutuhan.
dengan oksigen.
DO:
Pasien tampak dibantu oeh
keluarga dalam melakukan
aktivitasnya
Pasien tampak menggunakan
oksigen/nasal canul 4
liter/menit
Pasien kategori II (di bantu
orang lain)

Data Risiko Droplet nuklei, Risiko

28
Pasien kadang melepas penurunan penyebaran
masker yang diberikan oleh pertahanan dan infeksi
perawat penekanan proses
Pasien sering batuk tanpa inflamasi.
menutup mulutnya
Keluarga pasien yang datang
jarang ada yang
menggunakan masker

29
f) Drug Study

g) Na h) Indikasi i) Kontraindika j) Efek k) Peran


ma si Samping Perawat
Oba
t
l) Ran m) Mengobati ulkus lambung n) Lansia Ibu Muntah- o) Kaji
itidi dan hamil Ibu muntah, Sakit pola
n duodenumkerongkongan, co menyusui kepala, Sakit perut, eliminas
2x1 ntohnya pada GERD Kanker Sulit menelan, Urin i dan
Mencegah tukak lambung lambung yang keruh mual
agar tidak berdarah Penyakit muntah
digunakan sebelum operasi ginjalMengo pasien.
bedah, supaya asam datang nsumsi obat
tidak tinggi selama pasien non-steroid
tidak sadar. Mengobati anti-
Sindrom Zollinger-Ellison inflamasi
(Tingginya kadar hormon Sakit paru
gastrin yang menyebabkan paru
lambung memproduksi Diabetes
terlalu banyak asam). Masalah
Mengobati sakit maag dengan
beserta gejala-gejala yang sistem
ditimbulkannya kekebalan
tubuh

30
Porfiria akut
(gangguan
metabolisme
langka)

p) Las q) Terapi ajukan pada edema r) Gagal hinjal t) Ganggua v) Kaji


ix paru-paru dan otak akut. akut, n keadaan
1x1
Untuk digunakan dimana hipokalemia, gastroent system
/2
onset diuresis yang hipovolemia, estinal, pencern
diinginkan cepat. atau tanpa depresi aan
hipotensi. kalsium, pasien
s) kalium, dan
natrium, apakah
reaksi pasien
alergi. ada
u) alergi
obat.
w)

31
x) Cef Infeksi saluran Wanita hamil, Sariawan, y) Kaji
ope pernapasan, Meningitis, Infeksi ibu menyusui dan bagi Infeksi jamur pola
raz eliminas
Kolesistitis dan kolangitis, pasien yang alergi pada vagina,
one i pasien
Septikemia, Gonore. terhadap penisilin Diare,
2x1 seperti
atau sefalosporin Menurunnya
BAB
sebaiknya tidak kadar protein dan
mengonsumsi pembeku darah BAK,
cefoperazone. atau protrombin, serta
Muntah, anemia, tanda-
gangguan ginjal, tanda
pendarahan. pendara
han.
z) Co aa) untuk ab) Hipertrofi ob Pusing ac) Kaji
mbi pengobatan bronkospasme y struksi kardi Berdebar keadaan
ven ang disebabkan karena omiopati, Mual system
t penyakit paru obstruktif takiaritmia. pencern
Radang
(Pul kronik pada pasien yang Hipersensitif aan dan
atau iritasi pada
mic menjalani pengobatan terhadap apakah
ord) dengan Ipratropium dan salah satu tenggorokan ada
3x1 Salbutamol. komponen Serak mual.
obat baik
atropin
ataupun
derivatnya.

32
ad) Fort ae) Terapi penunjang untuk af) Pada pasien ag) Biasanya ai) Kaji
ibi menstimulasi sistem yang jarang tanda
2x1 imun & terapi penunjang hipersensitif jarang alergi,
alami untuk TB. terhadap terjadi kaji
komponen berupa apakah
fortibi. mual, ada
gatal, mual
sakit dan
kepala nyeri
dan nyeri sendi.
sendi.
ah)
aj) Les ak) Suplemen untuk menunjang al) - am) - ao) -
ich fungsi hati an)
ole
2x1
ap) Lev bm) Mengobati infeksi bx) Bagi wanita Gangguan cw) Kaji
oflo akibat bakteri, yang sedang tidur, Pusing, pola
xaci seperti:infeksi saluran hamil atau eliminas
Sakit kepala
n kemih, Infeksi sistem menyusui,pe i pasien
Diare,
aq) pernapasan seperti bronkitis nderita diabe terlebihn
Mual
ar) dan pneumonia tes, ya BAB,
as) gangguan ch) dan pola
Sinusitis, Infeksi kulit, Infeksi
at) ginjal, ci) tidur
prostat
au) gangguan cj) pasien.

33
av) bn) mental, epile ck) cx)
aw) bo) psi cl) cy)
ax) by) atau kondisi cz)
bp) cm)
ay) lainnya yang da)
bq) cn)
az) menyebabka db)
br) co)
ba) n dc)
bb) bs) bz) kejang, cp) dd)
bc) bt) gangguan cq) de)
bd) bu) jantung, cr) df)
be) bv) myasthenia cs) dg)
bf) bw) Untuk mengobati TB gravis atau ct) dh)
bg) paru . kondisi yang cu) di)
bh) menyebabka cv) Sakit dj)
bi) n otot perut, dk)
bj) menjadi mual, dl)
bk) lemas, dan dm)
tidak
bl) HR defisiensi dn)
mau
ZE ca) glucose 6- do)
phosphate makan, dp) Lakukan
dehydrogena demam, tindakan
se. Harap gatal- 12 benar
berhati-hati gatal. dalam
juga bagi pemberi
mereka yang an obat,
pernah jelaskan

34
mengalami efek
cb) tendonitis ata samping
u masalah yang
pada tendon. akan
cc) terjadi
cd) _ dalam
ce) pemakai
cf) an obat.
cg)

35
dq)NURSING CARE PLAN

dr) Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas; mukus dalam jumlah berlebih

ds) Patient Out Come dt) Intervention du) Rationale dv) Implementation dw) Evaluation
dx) Setelah dilakuakan 1. Kaji tanda-tanda 1. Hasil tanda-tanda 1. Mengkaji tanda- eb) S: Pasien
tindakan keperawatan 7 vital. vital menentukan tanda vital (09.00 mengatakan napas masih
jam masalah 2. Auskultasi bunyi tindakan selanjutnya. wita) sesak dan kadang batuk
Ketidakefektifan bersihan nafas catat adanya 2. Beberapa derajat 2. Mengauskultasi disertai dahak.
jalan napas teratasi dengan bunyi nafas spasme bronkus bunyi napas ec) O:
kriteria hasil; abnormal. terjadi dengan ( Didapatkan bunyi Pasien tampak sesak
Secara verbal pasien 3. Lakukan postural obstruksi jalan nafas ronchi di paru dan batuk produktif,
mengatakan sesak drainase dengan & dimanifestasikan sinistra pukul 09.00 sputum kental dan
berkurang cara clapping dan dengan adanya bunyi wita) berwarna kekuningan.
Menunjukkan jalan napas vibrasi. nafas abnormal. 3. Melakukan postural Pernafasan cuping
yang paten (irama nafas, 4. Ajarkan pasien 3. Menggunakan gaya drainase dengan
hidung
frekuensi pernafasan teknik batuk efektif gravitasi untuk cara clapping dan Bentuk dada barrel
dalam rentang normal, dan nafas dalam. membantu vibrasi (pukul
5. Kolaborasi dalam membangkitkan 09.30 wita) chest
tidak ada suara nafas
pemberian sekresi sehingga lebih 4. Mengajarkan Ekspansi dinding dada
tambahan.
nebuliser & inheler mudah dibatukkan/ pasien teknik batuk asimetris
Mendemonstrasikan
sesuai indikasi. diuap efektif dan nafas Bantuan otot bantu
batuk eefektif dan suara
6. Kolaborasi 4. Membantu dalam (pukul 09.30
napas yang bersih, tidak nafas (+) retraksi
pemberian memperbaiki ventilasi wita)
ada sianosis dipsnue. intercosta
antibiotik sesuai dan untuk 5. Memberikan
Tanda-tanda vital dalam
indikasi menghasilkan sekresi Nebulisasi Batuk produktif (+)
batas normal: Perkusi redup diparu
dy) T:36oC-37oC tanpa menyebabkan combivent (pukul
dz) P:80-100x/menit sesak nafas dan 10.00 wita) sinistra.

36
ea) R:16-24x/menit keletihan. 6. Memberikan obat Auskultasi ronchi
Bp:120/80mmHg 5. Menurunkan antibiotik
diparu sinistra
kekentalan secret cefoperazone dan
sehingga mudah combivent (pukul ed) A: Masalah
untuk evakuasi 10.30 wita) ketidakefektifa
sekresi. n bersihan
6. Untuk mencegah jalan napas
terjadinya infeksi belum teratasi
ee) P: Lanjutkan
Intervensi
ef)

eg) Diagnosa II : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplei oksigen dan kebutuhan.

eh) Patient Out Come ei) Intervention ej) Rationale ek) Implementation el) Evaluation
em) Setelah dilakuakan 1. Kaji skala 1. Sebagai dasar untuk 1. Mengkaji skala en) S: Pasien
tindakan keperawatan selama kemampuan pasien memberikan latihan kemampuan pasien mengatakan dalam
masa perawatan, masalah dalam melakukan gerak yang sesuai dalam melakukan melakukan aktivitas masih
intoleransi aktivitas dapat aktivitas. dengan kemampuan aktivitas (pukul memerlukan oksigen dan
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Bantu pasien pasien. 09.00 wita. bantuan dari keluarga.
Klien mampu melakukan melakukan aktivitas 2. Meminimalkan 2. Membantu pasien eo) O:
aktivitas secara perlahan. sesuai dengan kelelahan dan melakukan aktivitas Pasien tampak dibantu
Mendemonstarsikan kemampuannya. membantu sesuai dengan oeh keluarga dalam
kemampuan beraktivitas. 3. Libatkan keluarga keseimbangan suplei kemampuannya
dalam memenuhi melakukan aktivitasnya
& oksigen. (pukul 09.30 wita).
kebutuhan aktivitas 3. Memberikan 3. Meibatkan keluarga Pasien tampak
pasien. motivasi kepada dalam memenuhi menggunakan
4. Rencanakan pasien. kebutuhan aktivitas

37
tentangpemberian 4. Untuk pasien (pukul 09.30). oksigen/nasal canul
program sesuai mengembangkan Pasien kategori II
kebutuhan/kemamp program latihan (dibantu orang lain)
uan pasien. individual dan
ep) A: Masalah
mengidentifikasi
intoleransi
kebutuhan alat &
aktivitas belum
untuk mencegah
teratasi
spasme & atrofi otot.
eq) P: Lanjutkan
Intervensi
er)

es) Diagnosa III: Risiko penularan infeksi berhubungan dengan droplet nuklei, penurunan pertahanan dan penekanan proses
inflamasi.

et) Patient Out Come eu) Intervention ev) Rationale ew) Implementation ex) Evaluation
ey) Setelah dilakuakan 1. Kaji patologi 1. Membantu pasien 1. Kaji patologi fa) Data Resiko
tindakan keperawatan penyakit. untuk menerima penyakit. Pasien kadang melepas
selama masa perawatan, 2. Identifikasi orang perlunya mematuhi 2. Identifikasi orang
masker yang diberikan
masalah resiko infeksi tidak lain yang beresiko. program pengobatan lain yang beresiko.
oleh perawat
terjadi, dengan kriteria 3. Anjurkan pasien untuk mencegah 3. Anjurkan pasien
untuk batuk/bersin untuk batuk/bersin Pasien sering batuk
hasil: pengaktifan berulang
Mengidentifikasi dan mengeluarkan atau komplikasi. dan mengeluarkan tanpa menutup
intervensi untuk pada tisu dan 2. orang terpajan ini pada tisu dan
mulutnya
mencegah resiko menghindari perlu program terapi menghindari
Keluarga pasien yang
penyebaran infeksi. meludah. Kaji obat untuk mencegah meludah.
pembuangan tisu 4. Kaji pembuangan datang jarang ada yang
Menunjukkan perubahan penyebaran/terjadiny
pola hidup. sekali pakai dan a infeksi. tisu sekali pakai dan menggunakan masker

38
teknik mencuci 3. perilaku yang teknik mencuci fb) A: Risiko
tangan yang tepat. diperlukan untuk tangan yang tepat. infeksi
4. Kaji tindakan mencegah 5. Kaji tindakan berhubungan
kontrol infeksi penyebaran infeksi. kontrol infeksi dengan droplet
sementara. 4. dapat membantu, sementara. nuklei,
5. Awasi suhu sesuai menurunkan rasa 6. Awasi suhu sesuai penurunan
tindakan. terisolasi pasien dan tindakan. pertahanan dan
6. Tekankan membuang stigma 7. Tekankan
penekanan
pentingnya tidak sosial berhubungan pentingnya tidak
proses
menghentikan dengan penyakit menghentikan terapi
inflamasi.
terapi obat. menular. obat.
fc)
7. Kaji pentingnya 5. reaksi demam 8. Kaji pentingnya
fd) P: Lanjutkan
mengikuti kultur indikator adanya mengikuti kultur
Intervensi
ulang secara infeksi lanjut. ulang secara
periodik terhadap 6. resiko penyebaran periodik terhadap
sputum untuk infeksi dapat sputum untuk
lamanya terapi. berlanjut sampai 3 lamanya terapi.
8. Berikan agen bulan. 9. Berikan agen
antiinfeksi sesuai 7. alat dalam antiinfeksi sesuai
indikasi. pengawasan efek dan indikasi.
9. Awasi pemeriksaan keefektifan obat dan 10. Awasi pemeriksaan
sputum. respon pasien sputum.
10. Awasi pemeriksaan ez) Awasi
terhadap terapi.
SGOT/SGPT 8. untuk mengurang pemeriksaan
(Serum Glutamic resiko infeksi. SGOT/SGPT (Serum
Oxaloacetic 9. pasien yang Glutamic
Transaminase/Seru mengalami 3 usapan Oxaloacetic

39
m Glutamic Piruvic negatif perlu 3-5 Transaminase/Serum
Transaminase). bulan. Perlu mentaati Glutamic Piruvic
program pengobatan. Transaminase).
10. Efek merugikan
terapi obat termasuk
hepatitis.

40
fe) BAB III
ff) PENUTUP
fg)

A. KESIMPULAN
fh) Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang
menyebabkan kematian didunia setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan
penyakit infeksi. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.
Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat
menyerang organ tubuh lainnya.
fi) Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar
untuk para tenaga kesehatan, namun pada dasarnya penyakit TBC bisa
disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga
kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis
yang dianjurkan. Selain itu diperlukan juga kepedulian dan pengawasan
dari tenaga kesehatan untuk mengawasi perkembangan terapi pasien dalam
suatu proses asuhan keperawatan dan diperlukan juga konsistensi dan
kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasil terapi yang
optimal.
fj) Dari kasus asuhan keperawatan yang telah kami ambil,
kami mengambil diagnose keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas, intoleransi aktivitas, dan risiko infeksi sebagai acuan kami
memberikan asuhan keperawatan dalam mengurangi atau meminimalkan
keluhan pasien TB paru dan mencegah komplikasi seperti emoptosis berat
(perdarahan dari saluran nafas bawah) yangdapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas, kolaps dari lobus
akibat retraksi bronkial, bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru, pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke
orang atau organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan insufisiensi Kardio
Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

41
B. SARAN
1. Perawat /tenaga kesehatan
fk) Diharapkan tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan
angka penularan TB paru dikarenakan lebih sering terpapar langsung
dengan penderita dalam memberikan asuhan perawatan sehingga
diharapkan tenaga kesehatan menggunaan APD lengkap seperti
penggunaan masker N95.
2. Keluarga pasien
fl) Diharapkan keluarga juga lebih memperhatikan
kesehatannya sendiri baik itu dalam perawatan di rumah atau pun ikut
serta di dalam rumah sakit, seperti menggunakan masker atau pun
melakukan vaksinasi BCG terlebihnya pada anak/balita.
3. Pasien sendiri
fm) Diharapkan pasien mampu meminimalkan angka penularan
TB paru dengan cara tidak batuk atau bersin dengan cara yang salah
dan diharapkan senantiasa menggunakan masker biasa atau pun
masker N95 untuk mengurangi atau mencegah dropplet kepada
keluarga atau tenaga keseahatn dan orang sekitarnya serta senantiasa
mematuhi pengobatan yang telah ditentukan tenaga kesehatan yaitu
pengobatan 6 bulan secara rutin agar penyakit TB paru teratasi secara
optimal tanpa ada terjadinya kegagalan dan menjadi resisten.
fn)
fo)
fp)
fq)
fr)
fs)
ft)
fu)
fv)
fw)
fx)
fy) DAFTAR PUSTAKA
fz)

ga) Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman nasional penanggulangan


tuberculosis. (edisi 2). Jakarta: Depkes RI.

gb) Heather, Herdman T. (2012) Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

42
gc)
gd) Hidayati, R. (2009). Asuhan keperawatan pada tuberkulosis. Jakarta:
Salemba Medika.
ge)
gf) Hiswani. (2009). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
gg) Http://librarv.usu.ac.id/download/fkmhiswani6.pdf 2009).

gh) Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Sistem Respirasi
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

gi) NANDA, 2011 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima
Medika.
gj)
gk) Nugroho, A. Y. (2011). Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada pasien
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di instalasi rehabilitasi medik
Rumah sakit Baptis kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri. Volume 4.
No. 2 Desember 2011.
gl)
gm) Rekawati. (2011). Bahan ajar kuliah epidemiologi. Depok: FIK UI.
gn)
go) Wildani, (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas pada Tuberkulosis Paru Lansia di RT 06/ RW 01
Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
gp)
gq) World Health Organization. (2008). Indonesian Strategic Plan to Stop TB
2006-2010. Jakarta: Depkes RI.

43

Vous aimerez peut-être aussi