Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Identitas Klien
Nama : Tn Iko............................ No. RM : Lihat rekam medis
Usia :55........ tahun Tgl. Masuk : Lihat rekam medis
Jenis kelamin :Laki-laki Tgl. Operasi : Lihat rekam medis
Alamat :....................................... Tgl. Pengkajian : .....................................
No. telepon :....................................... Sumber informasi
:Pasien
Status pernikahan..................................: Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:
Agama : Lihat rekam medis Status :
Suku : & Pastikan dg klien Alamat : Lihat askep pre-
post
Pendidikan :....................................... No. telepon : & Pastikan dg
klien
Pekerjaan :....................................... Pendidikan :
Lama berkerja........................................: Pekerjaan :
2. Kebiasaan:
3. Obat-obatan yg digunakan:
E. Riwayat Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama
seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.
Beberapa masalah pada sistem pencernaan apendisitis merupakan penyakit yang terjadi
akibat makan makanan yang tidak mengandung serat dan banyak mengandung biji-bijian
dan dapat mempengaruh apendik dan tidak menular baik pada keluarga maupun pada
orang lain. (Sueparman, 1990)
F. Riwayat Lingkungan
Kaji Kondisi Lingkungan di rumah dan pekerjaan untuk persiapan Pemulangan dan
Perawatan di Rumah. Kondisi Lingkungan mempengaruhi penyembuhan/penutupan luka
post operatif
Kaji Kebersihan, Bahaya Kecelakaan, Polusi, Ventilasi dan Pencahayaan di Rumah dan
lingkungan kerja
G. Pola Aktifitas-Latihan
Kaji jenis diit/makanan post operasi, frekuensi/pola, jumlah porsi makanan yang
dihabiskan, BB, jenis minuman, frekuensi minum
Biasanya pasien tidak ada nafsu makan karena dipengaruhi oleh adanya nyeri di daerah
abdomen yang disertai pengaruh anastesi. (Cameron, 1997)
Biasanya pola minum pasien tidak mengalami gangguan (Barbara C. Long, 1996)
I. Pola Eliminasi
Kaji pola BAB dan BAK (Frekuensi, konsistensi,warna & bau), kesulitan, dan upaya
mengatasi kesulitan
Biasanya pada pasien post apendiktomy pola BAB dan BAK mengalami gangguan karena
pengaruh anastesi. (Cameron, 1997)
Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke
dalam rentang normalnya. Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan
konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat
mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien
juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya pembatasan masukan
oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral.
J. Pola Tidur-Istirahat
Kaji Pola Tidur dan Istirahat (Tidur siang dan Tidur Malam Jumlah jam dan kenyamanan
tidur)
Pada umumnya pola istirahat pasien mengalami gangguan disebabkan nyeri pada luka
insisi. (Robert Priharjo, 1993)
Umumnya pada pasien operasi apendiktomy pola aktivitas mengalami gangguan karena
disebabkan nyeri pada daerah bekas insisi. (Linda Juall Carpenito, 1996)
Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien
terhadap nyeri yang dirasakan
Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri ( mandi, gosok gigi, keramas dan
gunting kuku ), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan
O. Pola Seksualitas : Perlu dikaji karena seksualitas merupakan salah satu kebutuhan biologis
1. Kaji Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (ada/tidak)
2. Kaji Upaya yang dilakukan pasangan: (perhatian,sentuhan,dll)
Q. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Compos mentis
Keadaan Umum klien post apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa
jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai
berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali
akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.
2. Tanda Tanda Vital
TD : 120/80 mmHG, N : 90 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : ? C (Kaji suhu)
Tinggi badan pre operasi : 175 cm. Berat Badan: 55kg
Tinggi badan post operasi: 175 cm Berat Badan: ??? kg (Timbang dan catat)
3. Pemeriksaan per sistem
- Sistem Pernapasan : RR klien menurun namun masih dalam rentang normal.
Biasanya klien post apendiktomi lainnya akan mengalai penurunan atau peningkatan
frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat
ditoleransi oleh klien. Jadi perlu dikaji jumlah,jenis,sumbatan jalan nafas sekarang (3
hari post operasi)
- Sistem Kardiovaskuler : TD klien naik setelah post operasi namun masih dalam
rentang normal. Pada umumnya klien lainnya biasanya mengalami takikardi ( sebagai
respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon
terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya
normal. Jadi dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan,dan auskultasi
bunyi jantung.
- Sistem Pencernaan : Klien mengeluh nyeri pada area operasi di abdomen kanan
bawah saat dipalpasi. Ketika balutan dengan darah merembes dibuka, luka sayatan
operasi pun juga tampak terbuka berwarna kemerahan. Biasanya pada kasus post
apendiktomi terdapat keluhan mual muntah, konstipasi pada awal post operasi dan
penurunan bising usus, jadi kaji lebih lanjut.
- Sistem Perkemihan : awal post operasi pada umumnya akan mengalami penurunan
jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama
periode awal post apendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan
peningkatan intake oral. Kaji dan catat input, output,dan gangguan eliminasi.
- Sistem Muskuloskeletal : Secara umum, dapat mengalami kelemahan karena tirah
baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan
peningkatan toleransi aktifitas, namun tetap kaji lebih lanjut kemampuan otot klien
- Sistem Integumen : tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena
insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal), darah merembes ke
balutan. Kaji luka lebih lanjyt. Biasanya turgor kulit akan membaik seiring dengan
peningkatan intake oral.
- Sistem Persarafan : umumnya klien dengan post apendiktomi tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat
kesadaran, saraf kranial dan refleks.
- Sistem Pendengaran : pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan
telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
- Sistem Endokrin : umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi
endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain
lain).
4. Data post operasi
- Inspeksi : Pada pasien apendisitis biasanya keadaan umum lemah, disebabkan nyeri
pada luka operasi dan juga terlihat perut kembung. (Oswari E., 1993)
- Palpasi : Pada pasien apendisitis terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah
dimulai dari sisi yang tidak sakit untuk menyesuaikan tangan pemeriksa pada perut
penderita. (Cameron, 1997)
- Perkusi : Pada pasien apendisitis terdapat nyeri ketok, pekak hati (jika terjadi
peritonitas, pekak ini hilang oleh karena bocoran usus, maka udara bocor)
- Auskultasi : Pada pasien apendisitis biasanya bising usus tidak ada, (oleh karena
peritonitis) sedangkan jika nyeri ketok tersebut di satu tempat (titik Mc. Burney) maka
tidak ada peritonitis lokal, jika nyeri di seluruh abdomen, maka terjadi peritonitis umum
(bila terjadi perforasi apendik). (Jones DJ., 1997)
14. Terapi ( Kaji penatalaksanaan medis, Rehabmedik, dan pola nutrisi post operasi)
(Aldered Score)
0
Warna : (tidak ada penjelasan di
trigger)
Warna dan penampilan kulit
2
normal
Warna kulit berubah : pucat,
agak kehitaman, keputihan, 1
ikterik
0
Sianosis jelas
Aktivitas otot :
Bergerak spontan / atas perintah :
Mampu menggerakkan semua
ekstremitas
Mampu menggerakkan 2
ekstremitas
Tidak mampu untuk mengontrol
setiap ekstremitas 2
0
Waktu keluar :
Tanda tangan Jumlah point :
perawat :
PENGKAJIAN LUKA POST OPERASI
1. Ukuran luka : gunakan penggaris untuk mengukur panjang dan lebar permukaan
luka; kalikan antara panjang dan lebar.
2. Kedalaman : tentukan kedalaman, ketebalan, yang paling sesuai dengan luka dengan
menggunakan deskripsi dibawah ini
1. = Terdapat kerusakan jaringan tapi kulit sekitar luka utuh
2. = Terdapat lubang superficial, abrasi, blister atau dangkal. Dengan dan/
ataupeningkatan permukaan kulit (seperti : Hiperplasia)
3. = kawah luka yang dalam dengan atau tanpa terowongan
4. = Adanya lapisan jaringan bukan karena nekrosis
5. = Tampak jaringan penyokong termasuk tendon dan sendi
3. Tepi Luka : Gunakan petunjuk di bawah ini
Kabur, Tidak Jelas = Tepi luka tidak dapat dibedakan dengan jelas
Berdekatan = Menyatu dengan tepi luka, tidak terdapat sisi atau pembatas, datar
Tidak Berdekatan = Terdapat sisi atau dinding yang jelas, dasar luka lebih dalam dari
tepi luka
Berlekuk, menebal = lembut sampai agak kenyal dan fleksibel bila disentuh
Hiperkeratosis = terbentuknya jaringan kalus pada sekitar luka dan tepi luka
Fibrotik, parut = Keras, kaku bila disentuh
4. Terowongan : Kaji dengan memasukkan lidi cotton dibawah tepi luka,
masukkan lidi sejauh terowongan dan jangan memberikan tekanan, angkat lidi sehingga
dapat teramati atau dirasakan pada permukaan kulit, beri tanda dengan pena, ukur
antara tanda dengan tepi luka; lanjutkan pada semua tepi luka; gunakan metric
tranparan untuk mengukur jumlah terowongan dengan lingkaran dibagi dalam 4 kuadran
(25%) untuk membantu menentukan prosentase luka yang terbentuk terowongan.
5. Jenis jaringan Nekrotik : tentukan tipe jaringan nekrotik yang dominant pada luka
disesuaikan dengan warna, konsistensi dan perlengketan, menggunakan petunjuk
berikut :
Putih atau abu-abu tidak terdapat jaringan nekrotik = penampakan luka saat di buka,
pemukaan kulit tampak putih atau abu-abu
Tidak ada perlengketan, lembek kekuningan = berupa subatansi lendir dan tipis,
tersebar pada permukaan luka, mudah dipisahkan dari luka
Lengket dan mudah dilepas, lembek kekuningan = agak tebal, berserat, kumpulan
debris, lengket pada jaringan luka
Lengket, lembut, eskar hitam = jaringan basah, perlengketan yang kuat
dengan luka, terdapat pada dasar tengah luka
Lengket kuat, eskar hitam/keras = kuat, jaringan mengeras; melekat dengan kuat pada
dasar dan tepi luka
6. Jumlah Jaringan Nekrotik : Gunakan metric tranparan untuk mengukur jumlah
jaringan nekrotik dengan lingkaran dibagi dalam 4 kuadran (25%) untuk membantu
menentukan prosentase jaringan nekrotik.
7. Tipe Eksudat : beberapa balutan bereaksi dengan drainase membentuk gel atau
menyerap liquid. Sebelum mengkaji jenis exudates, bersihkan luka dengan normal
saline. Tentukan jenis exudates yang paling dominan pada luka sesuai dengan
konsistensi dan warna, dengan menggunakan petunjuk dibawah ini :
Berdarah = encer, merah terang
Serosanguineous = encer, merah pucat sampai merah muda
Serosa = encer, seperti air, jernih
Purulen = encer atau kental, kecoklatan sampai kuning
Purulen kotor = kental, kekuningan sampai kehijauan dengan bau yang menyebar
8. Jumlah Eksudat : Gunakan metrik tranparan untuk mengukur jumlah eksudat dengan
lingkaran dibagi dalam 4 kuadran (25%) untuk membantu menentukan prosentase
jumlah exudat, dengan menggunakan petunjuk di bawah ini :
Tidak ada = jaringan luka kering
Sangat sedikit = jaringan luka lembab, exudate tidak dapat diukur
Sedikit = jaringan luka basah, seluruh bagian luka lembab, drainase mengenai 25%
balutan.
Moderat = jaringan luka basah kuyub; drainase tersebar seluruh atau sebagian luka;
drainase mengenai > 25% samapai < 75% balutan
Banyak = luka terendam cairan exudates; drainase keluar lancer; drainase tersebar di
seluruh atau sebagian luka; drainase mengenai > 75 % balutan.
9. Warna Kulit Sekitar Luka : kaji jaringan 4 cm dari tepi luka. Orang yang berkulit hitam
memperlihatkan warna merah terang dan merah gelap sesuai warna kulit pada setiap
etnis. Sebagaimana penyembuhan pada orang kulit gelap , kulit baru berwarna pink dan
bisa tidak akan berwarna.
10. Edema Perifer Jaringan dan indurasi : Kaji jaringan 4 cm dari tepi luka. Tidak ada
edema bila kulit tampak mengkilat dan tegang. Mengidentifikasi pitting edema dengan
menggunakan jari tekan kuat jaringan dan tunggu kembalinya cekungan sampai 5 detik,
jaringan yang edema tidak kembali normal dan terdapat lekukan. Indurasi adalah
jaringan teraba keras abnormal dengan batas yang tegas. Kaji dengan mencubit dengan
pelan pada jaringan. Indurasi terjadi bila jaringan tidak dapat dicubit. Gunakan
transparan metrik untuk mengukur sejauh mana edema atau indurasi berkembang di
sekitar luka
11. Granulasi Jaringan : granulasi jaringan adalah tumbuhnya pembuluh darah kecil dan
jaringan ikat untuk mengisi luka yang dalam. Jaringan sehat terlihat terang, merah
seperti daging, mengkilat dan bergranul dan tampak seperti beludru. Vaskularisasi yang
buruk tampak seperti merah pink pucat atau putih pucat sampai putih, warna merah
kehitaman.
12. Epitelisasi : adalah proses pembentukan permukaan epidermis dan kulit tampak pink
atau merah. Pada luka yang dangkal epitelisasi terjadi melalui permukaan luka mulai
dari tepi luka. Pada luka yang dalam epitelisasi berlangsung dari tepi luka saja.
Gunakan metric tranparan untuk mengukur luas epitelisasi dengan lingkaran dibagi
dalam 4 kuadran (25%) untuk membantu menentukan prosentase epitelisasi yang
terbentuk dan mengukur sejauh mana jaringan epitel meluas pada luka.
Lengkapi Lembar isian untuk mengkaji status luka. Evaluasi setiap item dengan memilih reson
yang paling sesuai dengan luka dan masukkan skor pada kolom skor pada tanggal yang
sesuai.
Lokasi : bagian tubuh yang mengalami luka, Identifikasi (R) pada bagian tubuh kanan atau (L)
pada bagian tubuh kiri dan gunakan Tanda (X) untuk memberi tanda pada gambar tubuh.
------------------Sakrum dan koksigis ------------------------- Ankle lateral
------------------Paha ------------------------- Ankle Medial
------------------Ischial tuberosity -------------------------Tumit
------------------Bagian tubuh lain
Ukuran : Pola luka secara keseluruhan; kaji sesuai perimeter dan kedalaman
Lingkari dan beri tanggal yang sesuai :
------------------tidak reguler -------------------Lurus/ memanjang
------------------melingkar/ oval -------------------Membentuk seperti mangkuk/
perahu
------------------kotak/ seperti kupu-kupu ------------------------- Bentuk lain
Format Pengkajian Luka Post Operasi
4. Terowongan
1 = tidak ada terowongan
2 = terowongan < 2 cm dimana saja 3
3 = terowongan 2-4 cm seluas < 50 % area
luka
4 = terowongan 2-4 cm seluas > 50 % area
luka
5 = terowongan >4 cm dimana saja
5. Tipe
Jaringan 1 = tidak ada jaringan nekrotik
Nekrotik 2 = putih / abu-abu jaringan tidak dapat
teramati dan atau jaringan nekrotik
kekuningan yang mudah lepas 1
3 = jaringan nekrotik kekuningan yang
melekat taoi mudah dilepas
4 = melekat, lembut, eskar hitam
5 = melekat kuat, keras, eskar hitam
6. Jumlah
Jaringan 1 = tidak ada jaringan nekrotik
Nekrotik 2 = <25 % permukaan luka tertutup 1
3 = 25 % permukaan luka tertutup
4 = > 50 % dan <75% luka tertutup
5 = 75% s. d 100% jaringan luka terutup
Jaringan Sehat
Regenarasi Luka Degenerasi Luka
Plot multiple scores with their dates to see-at-a-glance regeneration or degeneration of the
wound.
Plotkan total skor pada rentang status luka dan beri tanda X pada garis dan beri tanggal di
bawah garis. Plotkan
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa:
1. Resiko Infeksi
2. Nyeri Akut
ANALISA DATA
N ANALISA DATA ETIOLOGI ASUHAN
O KEPERAWATAN
1 DS : - Post appendiktomi Resiko Infeksi
DO : Berhubungan dengan
Pada hari ke 3 post Teputusnya kontinuitas pertahanan tubuh
operasi didapatkan jaringan akibat insisi primer yang tidak
kondisi balutan luka adequate (kerusakan
operasi merembes, Resiko pemajanan mikro integritas kulit dan
warna merah, dan organism jaringan)
didapatkan data
gambaran luka sebagai Resiko infeksi
berikut:
2 DS: Post Appendiktomi Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri
pada area operasi Teputusnya kontinuitas
DO: jaringan akibat insisi
- Klien batuk-batuk
disertai mengejan Berkurangnya efek anastesi
Balutan luka merembes,
warna merah Pengiriman impuls nyeri ke
medulla spinalis oleh
serabut saraf sekitar
Nyeri akut
3 Ds : Post operasi Kerusakan integritas
- Pasien batuk disertai jaringan berhubungan
mengejan Teputusnya kontinuitas dengan faktor mekanik
Do : jaringan akibat insisi (robekan)
- Kondisi balutan luka
operasi merembes, Klien batuk disertai
warna merah mengedan
- Gambaran luka
jahitan terbuka
Tekanan area insis
bertambah tinggi
Luka robek
Kerusakan integritas
jaringan
INTERVENSI
- Pigmen warna kulit yang luka merah segar dan tak ada tanda-tanda necrosis
Intervensi (NIC)
a. Infection Control
Lakukan teknik aseptic pada setiap prosedur tindakan invasive yang ditujukan pada
pasien (seperti saat penggantian balutan menggunakan sarung tangan steril)
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan pada pasien
Ajari pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
b. Infection Protection
Observasi kulit, jaringan, dan mucous membrane pada luka dan sekitar luka
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan untuk menunjang penyembuhan luka pasien
menjadi cepat
Ajari pasien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala infeksi serta bagaimana
cara untuk menghindari resiko infeksi (misalnya : modifikasi lingkungan untuk
mencegah timbulnya sarang kuman, bakteri atau virus)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera (post operasi)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam, nyeri klien berkurang dengan
Criteria hasil:
NOC Kriteria 1 2 3 4 5
Pain Level Reported Pain
Facial expression of pain
Uses analgesic as
recomended
Pain control Uses non-analgesic relief
measures
Reports pain Controled
Intervensi
NIC:
Pain Management
Kaji keluhan nyeri klien secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,
onset/durasi,frekuensi, kualitas, intensitas dan besarnya keluhan nyeri yang dirasakan
klien.
Kaji faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan persepsi nyeri klien, seperti lingkungan,
suhu, suara dan lain-lain
Gunakan strategi komunikasi terapeutik dan teknik relaksasi (pemberian music, nafas
dalam, dll) untuk membantu klien untuk meringankan nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam, nyeri klien berkurang dengan
Criteria hasil (NOC):
a. Tissue integrity : Skin and mucous membranes
- Jaringan bekas luka dapat menutup
Intervensi (NIC) :
a. Wound care
Monitor karakteristik dari luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau
Jelaskan pada pasien tentang tanda-tanda infeksi (rubor, calor, dolor, fungsiolesa)
DAFTAR PUSTAKA
1. Nanda Internasional.2010. Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:EGC
2. Barbara C, Long.1996. Perawatan Medical Bedah. Yayasan Ikatan Alumni
KeperawatanPejajaran:Bandung.
3. Cameron.1997. Ilmu Bedah Muthakhir.EGC:Jakarta
4. Darma Adji.1993. Ilmu Bedah Edisi 7.EGC:Jakarta
5. Jones DJ dan Irving, MH.1997. Petunjuk Penting Penyakit Kolorektal.EGC: Jakarta
6. Oswari E.1993.Bedah dan Perawatannya.Gramedi:Jakarta
7. Priharjo R.1993.Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. EGC: Jakarta
8. Soeparman.1990. Ilmu penyakit Dalam Jilid II.Balai Penerbit FKUI:Jakarta