Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Blood pressure
Heart disease
Tobacco
Stroke
Dyslipidemia
Hypertension
Improper food
Dementia
Glucose
Diabetes M.
Personality/ stress
Cancer
Physical inactivity CORE
Osteoporosis
Alcohol
Liver disease
Environment
Renal failure
Oral hygiene
Respiratory disease
2.9. Kardiomiopati
Kardiomiopati ialah suatu kelompok kelainan otot jantung yang tak diketahui
penyebabnya. Ditinjau dari kelainan patofisiologik, kardiomiopati dapat dibagi
menjadi kardiomiopati kongestif/ dilated, kardiomiopati hipertropik, dan
kardiomiopati restriktif. Riwayat alamiah kardiomiopati dilated menunjukkan
kelainan ini mempunyai prognosis buruk. Kardiomiopati dilated merupakan
kelainan jantung yang ditandai dengan menurunnya fungsi sistolik ventrikel kiri
dan biasanya disertai dilatasi ventrikel kiri. Hubungan miokarditis dengan
terjadinya kardiomiopati dilated dengan cara biopsi endomiokardial penting untuk
menentukan penyebabnya.
Kardiomiopati hipertrofi merupakan kelainan otot jantung yang ditandai
dengan ruang jantung yang normal/ kecil, dinding ventrikel tebal disertai
hiperfungsi sistolik dan gangguan diastolik. Pada waktu ini banyak ditemukan
pada penderita diatas 65 tahun dengan frekuensi yang meningkat.
Pengobatan kardiomiopati hipertrofik usia lanjut berhasil baik dengan
pemberian obat betabloker atau antagonis kalsium. Apabila dengan pengobatan
medikamentosa tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operatif.
Kardiomiopati restriktif merupakan kelainan otot jantung yang ditandai
dengan kekakuan ventrikel kiri dan gangguan diastolik dengan berbagai derajat
disfungsi sistolik terutama pada stadium lanjut. Abnormalitas hemodinamik yang
khas ialah pengisian ventrikel pada fase awal diastole yang sangat cepat sehingga
pengisian lengkap terjadi pada permulaan diastole. Kelainan kardiomiopati
restriktif dihubungkan dengan amiloidosis.
Para dokter harus mencari korelasi antara aritmia dan keluhan, serta
menentukan ada tidaknya kelainan struktural jantung untuk mengadakan
pengobatan. Pada penderita usia lanjut pengobatan aritmia lebih rumit
dibandingkan penderita usia muda.
Perlu diketahui aritmia dapat disebabkan oleh obat-obat yang diminum,
biasanya dalam jangka waktu lama oleh penderita lansia. Intoksikasi digitalis
perlu mendapatkan perhatian khusus karena masih sering digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongestif. Tanda-tanda intoksikasi dapat diduga
sebelumnya bila ada frekuensi denyut jantung lebih lambat dari 60 kali/ menit,
VES multifokal, bigemini, dan aritmia yang lain sampai tanda-tanda heart block.
Tabel 5 Rekomendasi terapi farmakologis untuk semua pasien gagal jantung sistolik
simtomatik (NYHA fc II-IV)
6. Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti
penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi
ejeksi ventrikel kiri 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi
gejala, menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap angkakelangsungan hidup (kelas
rekomendasi IIa, tingkatan bukti B).
a. Cara pemberian digoksin pada gagal jantung
Inisiasi pemberian digoksin
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan
menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari
Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi kronik. Kadar
terapi digoksin harus antara 0,6 - 1,2 ng/mL
Beberapa obat dapat menaikan kadar digoksin dalam darah (amiodaron,
diltiazem, verapamil, kuinidin)
b. Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian digoksin:
Blok sinoatrial dan blok AV
Aritmia atrial dan ventrikular, terutama pada pasien hipokalemia
Tanda keracunan digoksin: mual, muntah, anoreksia dan gangguan melihat
warna
Tabel 8 Indikasi dan kontra indikasi pemberian digoxin
7. Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis
atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari
pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat)
dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien,
untuk menghindari dehidrasi atau reistensi.
a. Cara pemberian diuretik pada gagal jantung
Pada saat inisiasi pemberian diuretik periksa fungsi ginjal dan serum
elektrolit
Dianjurkan untuk memberikan diuretik pada saat perut kosong
Sebagain besar pasien mendapat terapi diuretik loop dibandingkan tiazid
karena efisiensi diuresis dan natriuresis lebih tinggi pada diuretik loop.
Kombinasi keduanya dapat diberikan untuk mengatasi keadaan edema
yang resisten
Tabel 9 Dosis diuretik yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung
Tabel 11 Rekomendasi terapi farmakologis angina pectoris stabil pada pasien gagal
jantung
2.13.4 Gagal Jantung Akut
Tatalaksana Awal Pada Pasien Gagal Jantung Akut
Terdapat 3 tatalaksana yang harus dikerjaan pada evaluasi awal pasien sesak
nafas mendadak yang dicurigai gagal jantung akut, lihat pada gambar.