Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dermatitis Numularis
I. IDENTITAS PASIEN
II. ANAMNESA
Distribusi : Bilateral
Lokasi : Regio dorsopedis dextra dan plantar lateral sinistra
Efloresensi :Makula hiperpigmentasi berbentuk bulat dengan ukuran 1,5- 3 cm,
berskuama, batas tegas dengan tepi tidak aktif , likenifikasi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VI. RESUME
Seorang laki-laki, berusia 26 tahun datang dengan keluhan gatalpadake dua kaki
disertai rasa nyeri 1 minggulalu. Pasien mengatakan awalnya timbul keluhan seperti
ini satu tahun yang lalu saat pertama kali rasa gatal diikuti munculnya bintil bintil kecil
berkelompok dan berisi cairanmasih berukuran kecil dan tidak banyak, karena rasa gatal
yang mengganggu pasien sering menggaruk pada daerah tersebut sehingga bintil
tersebut pecah dan mengeluarkan cairan semakin lama bertambah lebars, setelah
digaruk area tempat bintil semula berada menjadi gelap dan menebal. Setelah diobati
lesi sempat mengering kemudian timbul kembali ketika pasien makan seafood. Lesi
tidak menyebar hanya pada bagian tungkai bawah.Riwayat alergi obat (-), riwayat alergi
makanan (-), riwayat penyakit lain DM (-), hipertensi (-), asma (-).
Status Dermatologi :
Distribusi : Bilateral
Lokasi : Regio dorsopedis dextra dan plantar lateral sinistra
Efloresensi : Makula hiperpigmentasi berbentuk bulat dengan ukuran 1,5- 3 cm,
berskuama, batas tegas dengan tepi tidak aktif , likenifikasi
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Dermatitis numularis
Diagnosis Banding :
Dermatitis kontak alergi
Neurodermatitis sirkumskripta
Dermatomikosis
Terapi topikal
Terapi sistemik
R/ Cetirizine 10 mg no. VI
1 dd tab 1
R/ Amoksisilin 500 mg no. XXX
4 dd tab 1
R/Deksametason 0,5 mg no. V
3 dd tab 1
IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungtionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
4. Ad kosmetikam : dubia ad bonam
X. PEMERIKSAAN SELANJUTNYA
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS NUMULARIS
I. Sinonim
III.Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis
tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu
tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.1
IV. Etiologi
Keluhan penderita dermatitis numularis dapat berupa gatal yang kadang sangat
hebat, sehingga dapat mengganggu. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 -
1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping,
membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit
edematosa, dan berbatas tegas.1,3,4 Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi,
kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat
hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.7
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang terus menerus,
kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada
tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena
Kobner).1
Gambar 1. Dermatitis Numularis pada kaki
VII. Predileksi
Histopatologi
Gambaran Histopatologi Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel
intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh
darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan
hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis,
sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah.1,7
IX. Diagnosis
X. Diagnosis Banding
3. Dermatomikosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku
yang disebabkan oleh dermatofita.
Padadermatosis dapat terlihat dengan pinggir aktif, pada bagian tengah agak tenang.
Pada dermatitis numularis bagian tepilebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas
dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk
menegakkan diagnosis.
XI. Terapi
XII. Prognosis
XIII. Kesimpulan