Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kehamilan, terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimia yang
nyata. Banyak dari perubahan ini jertadi segera setelah pembuahan dan
berlanjut sepanjang gestasi, dan sebagai besar dari adaptasi yang luar biasa ini
terjadi sebagai respons terhadap rangsangan fisiologis yang diberikan oleh
janin. Hal yang juga menakjubkan adalah bahwa wanita hamil akan pulih
hampir sempurna keadaan sebelum hamil setelah persalinan dan laktasi.
Akibat adaptasi fisiologis ini, pada sebagian kasus, terjadi penyimpangan
yang sedemikian nyata yang akan dianggap abnormal pada keadaan tidak
hamil. Oleh karena itu, adaptasi fisiologis pada kehamilan normal dapat
disalah artikan sebagai penyakit, tetapi adaptasi tersebut juga dapat
menyebabkan munculnya penyakit yang selama ini tersebunyi atau
memperburuk penyakit yang sudah ada (Leveno,2009)
Selama 279 hari kehamilan rata-rata, fisiologi ibu mengalami perubahan
nyata untuk menunjang perkembangan janin dan untuk mempersiapkan ibu
menjalani persalinan dan laktasi. Perubahan dimulai pada fase luteal siklus
haid, sebelum pembuahan dan implantasi, seiring dengan dimulainya sekresi
progresteron dari korpus luteum. Apabila pembuahan berhasil, kadar
progresteron dan estrogen meningkat secara progresif. Bersama-sama mereka
mengendalikan banyak perubahan pada fisiologi ibu selama kehamilan
(Coad,Jane, 2006).
Semenjak awal konsepsi, banyak perubahan yang mulai terjadi pada
tubuh wanita hamil. Sistem reproduksi mengalami perubahan paling ekstrem
untuk mengakomodasi pertumbuhan janin, semua sistem tubuh lain juga
harus beradaptasi. Sebagian besar perubahan tersebut kembeli ke keadaan
semula selama periode pascapartum (Reeder,2011).
Adaptasi fisiologi ibu merupakan efek dari horman kehamilan serta
tekanan mekanis dari uterus dan jaringan lain yang membesar. Adaptasi ini
melindungi fungsi fisiologi normal wanita, mencukupi kebutuhan metabolik
yang disebabkan kehamilan, serta menyediakan lingkungan yang nyaman

1
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus. Meskipun kehamilan adalah
fenomena normal, masalah tetap dapat terjadi (Lowdermilk, 2013).

2.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Kehamilan?

3.1 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini diharapkan mahasiswi dan mahasiwa mampu
memahami dan mengetahui tentang:
1. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan.

BAB 11
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi fisiologi kehamilan


1. Adaptasi fisiologi terhadap kehamilan
A. Perubahan Sistem Reproduksi dan Payudara

2
a. Uterus
Pertumbuhan Uterus yang fenomenal pada Trimester
pertama distimulasi oleh kadar estrogen dan progesteron yang
tinggi. Pembesaran uterus di awal menyebabkan peningkatan
vaskularitas dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia (produksi
serat otot baru dan jaringan fibroelastik) serta hipertrofi
(pembesaran serat otot dan jaringan fibroelastik yang ada) dan
pembentukan desidua. Pada minggu ke-7 kehamilan, uterus akan
berukuran sebesar telur ayam yang besar, pada minggu ke-10,
ukurannya akan sebesar jeruk (dua kali ukuran saat tidak hamil),
dan pada minggu ke-12, akan berukuran sebesar jeruk bali.
Setelah bulan ke-3, perbesaran uterus yang masih berlanjut
terutama disebabkan oleh tekanan mekanis fetus yang sedang
berkembang.
Trimester kedua uterus membesar, uterus juga mengubah
bentuk dan posisinya. Pada saat konsepsi uterus berbentuk
seperti buah pir terbalik. Dinding otot menguat dan jadi lebih
elastik, uterus menjadi lebih sferis atau globular. Selanjutnya,
karena fetus memanjang, uterus menjadi lebih besar dan oval
serta keluar dari panggul ke dalam rongga abdomen. Kehamilan
mungkin terlihat setelah 14 minggu, meskipun bergantung
pada tinggi dan berat badan wanita. Pembesaran abdomen
mungin kurang terlihat pada nulipara dengan tonus otot
abdomen yang bagus. Postur juga memengaruhi tipe dan derajat
pembesaran abdomen yang terjadi. Pada kehamilan normal, laju
pembesaran uterus dapat diprediksi. Saat uterus membesar,
mungkin dapat dipalpasi di atas simfisis pubis di antara minggu
ke- 12 dan 14 kehamilan. Uterus akan membesar secara
bertahap sampai setinggi umbilikus pada 22 sampai 24 minggu
dan hampir mencapai prosesus xifoideus pada saat aterm.
Trimester ketiga antara minggu ke-38 dan 40, tinggi fundus
akan berkurang karena fetus mulai turun dan masuk ke panggul
(lightening). Secara umum, lightening terjadi pada nulipara

3
sekitar 2 minggu sebelum persalinan, dan pada awal persalinan
pada multipara. Pembesaran uterus ditentukan dengan mengukur
tinggi fundus, pengukuran yang dipakai untuk memperkirakan
usia kehamilan. Meski demikian, variasi posisi fundus dan fetus,
ibu dan variasi teknik pemeriksa dapat mengurangi akurasi
perkiraan usia kehamilan.
Uterus normalnya berputar ke kanan saat terangkat,
mungkin karena adanya kolon rektosimoid di sisi kiri, namun
hipertrofi ekstensif ligamen rotundum menjaga uterus tetap di
garis tengah. Pada akhirnya uterus yang membesar akan
menyentuh dinding anterior abdomen dan menggeser usus ke
sisi-sisi abdomen. Bila wanita hamil terlentang, sebagian besar
uterus akan mendorong dinding anterior abdomen, berkontribusi
dalam perubahan pusat gravitasi wanita tersebut.
Selama kehamilan, uterus tidak pernah benar-benar
tenang dan selalu memperlihatkan aktvitas frekuensi rendah.
Kontraksi Braxton-Hicks adalah kontraksi pertama kehamilan.
Kontraksi ini tidak menyebabkan dilatasi serviks, tetapi
membantu sirkulasi darah ke plasenta. Kontrasi biasanya
ireguler dan lemah, tidak tersinkronisasi, dan memiliki fokus
multipel. Ligamentum uterus melunak dan menebal di bawah
pengaruh estrogen, yang menyebabkan mobilitas dan kapasitas
panggul meningkat (Lowdermilk, 2013).

Perbandingan Ukuran Uterus Wanita Hamil dan Tidak Hamil Pada


Minggu Ke-40
Ukuran Tidak Hamil Hamil (Minggu Ke-40)
Panjang 6,5 cm 32 cm
Lebar 4 cm 24 cm
Kedalaman 2,5 cm 22 cm
Berat 60-70 g 1100-1200 g
Volume 10 ml 5000 ml

b. Pembuluh darah

4
Pembuluh darah uterus mengalami sejumlah perubahan
yang mencolok dan khas selama kehamilan. Aliran darah uterus
meningkat, garis tengah pembuluh membesar dan resistensi
vaskular turun. Perubahan ini mengakomodasi peningkatan
aliran darah ke plasenta, yang dipertahankan di bawah kondisi
tekanan darah yang rendah. Perjalanan darah melalui arteri
yang melebar dan berkelok-kelok menyebabkan uterine
souffle, yang dapat didengar melalui stetoskop atau dengan
bantuan sonicaid (Coad,Jane, 2006).
c. Serviks
Serviks melebar selama kehamilan. Esterogen
meningkatkan pasokan darah ke serviks yang menyebabkan
warna ungu pucat dan tekstur jaringan yang lebih lunak.
Mukosa serviks berpoliferasi dan kelenjar menjadi lebih
kompleks dan mengeluarkan mukus kental, yang membentuk
suatu sumbatan atau operkulum untuk melindungi serviks dari
infeksi asendens. Sumbatan menempel secara lateral oleh
proyeksi mukus yang menebal di mulut kelenjar penyekresi
mukus. Sumbat inilah yang keluar sebagai show (bloody
show) saat permulaan persalinan ketika serviks mulai tertarik
ke atas untuk membentuk segmen bawah uterus (Coad,Jane,
2006).
d. Vagina
Hormon kehamilan akan mempersiapkan vagina untuk
merangsang saat persalinan dengan membuat mukosa vagina
menebal, jaringan ikat menjadi longgar, hipertrofi otot polos,
dan rongga vagina memanjang. Peningkatan vaskularitas
membuat warna ungu-kebiruan di mukosa vagina dan serviks.
Warna yang menjadi gelap ini, disebut tanda chadwick, seperti
dilihat paling awal pada minggu ke-6 kehamilan namun lebih
mudah dilihat pada minggu ke-8.
Saat kehamilan, PH sekret vagina lebih asam dari biasa
(berkisar antara 3,5 sampai 6 [normalnya 4 sampai 7]) karena
peningkatan asam laktat. Meskipun lingkungan asam ini

5
memberikan proteksi lebih terhadap beberapa organisme,
wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi lain, terutama infeksi
jamur karena lingkungan kaya glikogen lebih rentan terhadap
candida albicans.
Peningkatan vaskularitas vagina dan organ panggul lainnya
membuat peningkatan pada sensitivitas, peningkatan sensivitas
dapat menyebabkan ketertarikan dan rangsangan seksual yang
lebih, terutama pada trimester kedua kehamilan. Peningkatan
kongesti ditambah dinding pembuluh darah yang lebih relaks
dan uterus yang berat dapat menyebabkan edema dan vrikositas
di vulva. Edema dan varikosa biasanya akan menghilang
setelah melahirkan (Lowdermilk, 2013).
e. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang
relative minimal (Prawirohardjo, 2008).

f. Payudara
Rasa penuh, sensivitas yang meningkat, rasa geli, dan berat
di payudara muncul pada minggu-minggu awal kehamilan
sebagai respons peningkatan kadar estrogen dan progesteron.
Sensivitas payudara bervariasi mulai dari rasa geli sampai nyeri
tajam. Puting dan areola menjadi lebih gelap, areola sekunder
berwarna merah mudah muncul, meluas melebihi areola primer,
dan puting menjadi lebih erektil. Kelenjar sebasea di areola
primer yang mengalami hipertrofi, disebut tuberkel
Montgomery dapat dilihat di sekitar puting. Kelenjar sebasea
ini mungkin mempunyai peran proteksi dengan menjaga puting
tetap terlubrikasi untuk menyusui.
Suplai darah yang lebih banyak dapat menyebabkan
pembuluh darah di bawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah
yang tadinya hampir tidak terlihat, menjadi terlihat, sering

6
muncul di jaringan biru yang saling terjalin di bawah permukan
kulit. Kongesti vena di payudara tampak lebih jelas pada
primigravida. Striae gravidarum dapat muncul pada bagian luar
payudara.
Selama trimester kedua dan ketiga, pertumbuhan kelenjar
mamae bertanggung jawab pada pembesaran payudara. Kadar
hormon luteal dan plasenta yang tinggi dalam kehamilan akan
meningkatkan proliferasi duktus laktiferus dan jaringan lobular-
alveolar sehingga palpasi payudara akan terasa bernodul-nodul.
Jaringan kelenjar akan menggantikan jaringan ikat, sehingga
jaringan menjadi lebih longgar dan lunak (Lowdermilk, 2013).

B. Perubahan Sistem Kardiovaskular


Penyesuaian ibu terhadap kehamilan termasuk perubahan besar
pada sistem kardiovaskular, baik secara anatomis ataupun fisiologi.
Adaptasi kardiovaskular akan melindungi fungsi fisiologi normal
wanita, memenuhi kebutuhan metabolik kehamilan, dan
menyediakan kebutuhan fetus untuk tumbuh dan berkembang.
Hipertrofi ringan jantung (pembesaran) mungkin disebabkan
oleh peningkatan volume darah dan curah jantung yang terjadi.
Jantung akan kembali ke ukuran normalnya setelah melahirkan.
Saat diafragma terangkat ke atas dan berputar ke kiri depan.
Aspeks jantung, titik intensitas maksimal (point of maximal
intensity [PMI]), bergeser ke atas dan lateral sebesar 1 sampai
1,5cm. Derajat pergeseran bergantung pada usia kehamilan serta
ukuran dan posisi uterus.
Perubahan ukuran dan posisi jantung menyebabkan perubahan
pada auskultasi yang umum ditemukan saat kehamilan. Terdapat
jeda yang lebih jelas antara bunyi jantung pertama (S1) dan kedua
(S2), bunyi tambahan (S3) mungkin dapat didengar di area
pulmonal. Bunyi ini bersifat sementara dan menghilang setelah
melahirhan.
Antara kehamilan 14 dan 20 minggu, denyut nadi meningkat
sekitar 10 sampai 15 kali/menit, yang kemudian menetap sampai
kehamilan atrem. Palpitasi mungkin terjadi. Pada kehamilan

7
kembar mendekati aterm, frekuensi denyut jantung ibu dapat
meningkat sampai 40% frekuensi saat tidak hamil.
Irama jantung mungkin terganggu, wanita hamil akan
mengalami sinus aritmia, kontraksi atrial prematur, dan kontraksi
ventrikel prematur. Pada wanita sehat tanpa penyakit jantung, tidak
diperlukan terapi, meski demikian, wanita dengan penyakit jantung
yang sudah ada sebelumnya akan membutuhkan observasi dan
perawatan medis dan obstetrik yang ketat.
a. Tekanan darah
Tekanan darah arterial (ateri brakhial) dipengaruhi usia,
tingkat aktivitas, adanya masalah kesehatan, dan irama
sirkadian. Faktor lainnya termasuk konsumsi alkohol, rokok,
dan rasa nyeri. Faktor tambahan haus dipertimbangkan pada
kehamilan. Faktor tersebut termasuk kecemasan, posisi, dan
ukuran dan jenis alat pemeriksaan tekanan darah.
Tekanan darah sistolik biasanya tetap sama seperti sebeum
hamil namun dapat turun perlahan selama kehamilan. Tekanan
darah diastolik akan mulai turun pada trimester pertama,
berlanjut sampai minggu ke-24 sampai 32, kemudian naik
perlahan dan kembali ke tekanan sebelum hamil saat aterm.
Kompresi vena iliaka dan vena kava inferior oleh uterus
disebabkan oleh peningkatan tekanan vena dan berkurangnya
aliran darah ke kaki (kecuali pada posisi). Perubahan ini
berkontribusi pada edema, vena varikosa di vulva dan kaki,
dan hemoroid yang terjadi pada akhir kehamilan.
b. Volume dan komposisi darah
Derajat ekspansi volume darah bervariasi. Volume darah
meningkat sekitar 1.500 ml atau sekitar 40-45% di atas volume
sebelum hamil. Peningkatan ini terdiri dari 1.000 ml plasma
dan 450 ml sel darah merah (SDM). Volume darah mulai
meningkat saat usia 10 sampai 12 minggu, mencapai puncak
pada usia 32 sampai 34 minggu kemudian menurun sedikit
pada usia 40 minggu. Selama kehamilan, produksi SDM
ditingkatkan (normalnya 4,2 sampai 5,5 juta sel/mm3).

8
Persentase kenaikan bergantung jumlah zat besi yang tersedia.
SDM meningkat sekitar 20 sampai 30%.
Karena plasma yang meningkat melebihi peningkatan
produksi SDM, sehingga terjadi penurunan nilai hemoglobin
(12-16 g/dl darah [tidak hamil]) dan hematokrit (37-47% [tidak
hamil]). Keadaan hemodilusi ini disebut anemia fisiologis.
Penurunan ini lebih terlihat saat trimester kedua dibandingkan
saat lain, ketika ekspansi volume lebih cepat dari peningkatan
produksi SDM. Nilai hemoglobin di bawah 11g/dl harus
dianggap tidak normal dan sering kali disebabkan karena
defisiensi zat besi. Hitung sel darah putih meningkat selama
trimester kedua dan meningkat pada trimester ketiga.
Peningkatan terutama terjadi pada granulosit, hitung limfosit
menetap sama selama kehamilan.
c. Curah jantung
Curah jantung meningkat dari 30 sampai 50% dari kadar
tidak hamil saat minggu ke-32 kehamilan kemudian menurun
sampai 20% pada minggu ke-40. Peningkatan curah jantung
terutama disebabkan peningkatan isi sekuncup dan denyut
jantung dan terjadi sebagai respons peningkatan kebutuhan
oksegen pada jaringan. Curah jantung pada kehamilan lanjut
lebih besar pada posisi lateral dibandingkan saat terlentang.
Pada posisi terlentang, uterus yang besar dan berat akan
menghambat arus balik vena ke jantung dan memengaruhi
tekanan darah.
d. Waktu sirkulasi dan pembekuan
Waktu sirkulasi sedikit berkurang pada minggu ke-32.
Waktu tersebut akan kembali normal menjelang aterm. Darah
cenderung berkoagulasi (membeku) saat kehamilan karena
peningkatan berbagai faktor pembekuan (faktor VII, VIII, IX,
X, dan fibrinogen). Perubahan ini, bersama dengan fakta
bahwa aktivitas fibrinolitik (pemecahan bekuan darah) ditekan
selama kehamilan dan periode pascamelahirkan, memberikan
fungsi protektif untuk menurunkan kemungkinan perdarahan,

9
namun juga membuat wanita rentan mengalami trombosis,
terutama setelah operasi sesar (Lowdermilk, 2013).

C. Perubahan Sistem Respirasi


Perubahan utama sistem respirasi dalam kehamilan disebabkan
oleh pengaruh mekanis pembesaran uterus, peningkatan total
konsumsi oksegen tubuh, dan efek stimulan pernapasan dari
progesteron. Meningkatnya usia kehamilan menyebabkan uterus
yang membesar menekan dan mendorong organ paru ke atas dan
meningkatkan posisi diafragma. Keadaan ini menyebabkan
penurunan tekanan intratoraks dan penurunan volume residu paru
sehingga menghasilkan penurunan kapasitas residual fungsional
paru (functional residual capacity, FRC). Penurunan volume
cadangan ekspirasi dan volume residu paru menghasilkan
pengurangan FRC. Pergerakan diafragma dan otot toraks tidak
terganggu oleh uterus yang membesar dengan demikian kapasitas
vital paru tidak berubah (Reeder,2011).
a. Ventilasi dan konsumsi oksigen
Selama kehamilan, total konsumsi oksigen tubuh
meningkatan sekitar 15% sampai 20%, terutama karena
peningkatan kebutuhan uterus beserta isinya. Dibutuhkan lebih
banyak oksegen untuk peningkatan kerja ginjal dan jantung,
dengan sedikit peningkatan dibutuhkan untuk kebutuhan kerja
otot pernapasan dan payudara. Selama kehamilan, peningkatan
curah jantung dan ventilasi alveolar lebih besar dibandingkan
yang dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
konsumsi oksigen. Oleh karena itu walaupun terjadi
peningkatan total konsumsi oksigen, oksigen arteriovena
berbeda dan tekanan PCO2 menurun, mengindikasikan
terjadinya hiperventilasi. Progesteron meningkatkan ventilasi,
membuat pusat pernapasan menjadi lebih sensitif terhadap CO2.
Hiperventilasi yang terjadi pada masa hamil menyebabkan
tekanan PCO2 menurun sampai pada level 27 sampai 32
mmHg, menghasilkan alkalosis respirasi. Terdapat peningkatan

10
yang sesuaidalam PO2 arterial sampai sekitar 106 sampai 108
mmHg di trimester pertama kehamilan, dengan kecenderungan
mengalami sedikit penurunan seiring dengan pertambahan
kehamilan. Untuk mengompensasi alkalosis, terjadi
peningkatan ekskresi bikarbonat ginjal, menghasilkan nilai pH
akhir antara 7,40 dan 7,45.

b. Dispnea dalam kehamilan


Dispnea umum terjani selama kehamilan. Sementara
frekuensi pernapasan tidak berubah selama kehamilan, terdapat
peningkatan ventilasi per menit (minute ventilation),
merefleksikan sekitar 40 peningkatan volume tidal paru pada
saat aterm. Peningkatan ukuran uterus dan pergeseran organ-
organ abdomen juga dapat memengaruhi respirasi, sementara
resistensi jalan napas pada umumnya tidak berubah. Hal ini
mungkin juga berhubungan dengan besarnya perbedaan kadar
PCO2 saat tidak hamil pada wanita yang rentan. Tidak terdapat
perbedaan bermakna dalam pemeriksaan fungsi paru antara
wanita hamil yang mengalami dispnea dan mereka yang tidak
mengalami gejala dispnea (Reeder,2011).

D. Perubahan Sistem Gastrointentinal


Selain morning sickness,beberapa perubahan gejala sistem
gastrointestinal terjadi selama kehamilan.
a. Mulut dan Gusi
Pembengkakan vaskuler pada gusi disebut epulis
kehamilan. Kondisi gigi menjadi hiperemik dan lunak, dengan
kondisi peningkatan kecenderungan berdarah setelah menyikat
gigi. Perubahan ini tidak menyebabkan peningkataninsiden
kerusakan gigi dan biasanya dapat kembali kekeadaan semula
secara spontan setelah melahirkan. Suplemen vitamin c pada
diet ibu hamil dapat menurunkan insidena gusi berdarah.
Konsultasi dengan dokter gigi harus dilakukan jika pendarahan
gusi menjadi masalah menetap setelah melahirkan.
b. Lambung dan Usus

11
Tergeser keatas seiring dengan pertambahan ukuran uterus.
Perubahan posisi inidapat mengubah hasil pemeriksaan fisik
pada penyakit tertentu, seperti apendisitis. Apendiks entah
bagaimana pada umumnya tergeser ke arah lateral dan ke atas
dan kadang kala tingginya dapat setinggi panggul kanan.
Kondisi ini dapat meningkatkan refluks lambung dan
menghasilkan sensasi nyeri ulu hati(heartburn)
c. Motilitas dan Tonus Otot
Motilitas saluran gastrointestinal menurun, menghasilkan
lamanya waktu pengosongan lambung dan lamanya waktu
transit usus. Relaksasi keseluruhan sistem otot halus pada
saluran gastrointestinal terjadi di bawah pengaruh progesteron.
Konstipasi dan nyeri ulu hati sering kali terjadi.
Tonus otot di sekitar lambung dan esofagus berubah,
menghasilkan penurunan tekanan intraesofagus, penigkatan
tekanan intragastik, dan perlambatan peristalsis esofagus.
Semua perubahan ini menyebabkan refluks esofagus.
d. Pencernaan
Nafsu makan dapat menurun di awal kehamilan akibat
adanya rasa mual. Ketika sistem pencernaan telah beradaptasi
dengan kondisi barunya, nafsu makan meningkat. Karena
pergeseran organ dan penurunan tonus otot, waktu
pengosongan lambung menurun, dan rasa kenyang meningkat.
Wanita mungkin membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit
namun sering, di bandingkan makan besar 3x sehari.
Penyuluhan tentang diet harus berfokus pada kualitas makanan
dibandingkan kuantitas guna menyediakan nutrisi yang
optimal. Asupan diet serat dan cairan yang adekuat dapat
membantu mengurangi konstipasi.
e. Hati dan kandung empedu
Tidak terjadi perubahan karakteristik dalam morfologi hati
selama kehamilan normal, tetapi beberapa pemeriksaan
laboratorium untuk fungsi hati mengalami perubahan :
Aktifitas total fosfatase basa dalam serum menjadi 2x lipat,
mencapai level yang di anggap tidak normal dalam keadaan

12
tidak hamil. Hal ini disebabkan oleh pengaruh isoenzim
fosfatase basa yang dihasilkan plasenta.
Aktivitas serum kolinesterase secara normal menurun
selama kehamilan.
Aktivitas aminopeptidase leuasina (serum) meningkat
secara signifikan.
Fungsi kandung empedu dipengaruhi oleh penurunan tonus
dan distensi, menyebabkan pemanjangan waktu
pengosongan dan tidak sempurnanya evakuasi hasil
metabolisme. Hal ini dapat meningkatkan predisposisi
terjadinya batu empedu selama kehamilan (Reeder,2011).

E. Perubahan sistem ginjal dan perkemihan


Bersamaan dengan meningkatnya frekuensi eliminasi urine,
sistem ginjal juga mengalami beberapa perubahan fisiologis :
Jumlah urine selama kehamilan pada umumnya meningkat dan
memiliki berat jenis yang lebih rendah
Terdapat penurunan ambang batas ginjal untuk molekul glukosa,
dan pemeriksaan gula dalam urine mungkin akan positif, bahkan
tanpa ada gejala lain diabetes. Sementara spilling sugar atau
laktusoria umum terjadi, keadaan ini harus diperiksa dalam
rangkaian asuhan pranatal.
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat mengalami perubahan,
meliputi:
Penurunan kreatinin plasma
Penurunan konsentrasi urea
Penurunan kosentrasi urine
Ureter mengalami dilatasi secara bermakna dalam kehamilan,
terutama di ureter sebelah kanan. (perubahan ini terjadi karena
sebagian disebabkan oleh tekanan dari pembesaran uterus pada
ureter saat ureter melintasi pintu panggul dan sebagian karena
pelunakan yang dialami dinding ureter sebagai hasil dari
pengaruh endokrin. Kondisi ini nampaknya tidak disertai dengan
penurunan peristalsis ureter. Dilatasi ureter sudah terjadi sejak
trimester pertama kehamilan dan terjadi pada 90% wanita saat

13
kehamilan mencapai sterm. Dilatasi pada umunya akan pulih
sperti sediakala dalam 4-6 minggu ke-12 setelah melahirkan)
Aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus mulai
meningkat pada awal kehamilan, mencapai puncaknya pada
pertengahan kehamilan sekitar 40% diatas level keadaan tidak
hamil kondisi ini berlangsung sampai kehamilan mencapai
sterm. Mekanisme pasti dari perubahan kondisi ini belum
diketahui, walaupun sebagian disebabkan oleh peningkatan
volume plasma dalam kehamilan, perubahan ginjal mencapai
puncaknya secara relatif diawal kehamilan, sbelum terjadi
peningkatan volume plasma darah yang maksimal.
Konsengtrasi plasma renin, substrat renin, angiotensin I & II
mwningkat selama kehamilan. Kadar renin tetap meningkat
selama kehamilan, sebagian peningkatan renin ada dalam bentuk
enzim berbeda yang memiliki bobot molekular tinggi atau ada
dalam bentuk enzim yang tidak aktif. Uterus dan ginjal dapat
memproduksi renin, dan konsentrasi renin yang tinggi
ditemukan dalam cairan amnion masih belum sepenuhnya
dipahami
Pada umumnya kandung kemih berfungsi secara efisien selama
kehamilan. Peningkatan frekuensi berkemih yang dialami wanita
hamil dalam beberapa bulan pertama kehamilan disebabkan oleh
pengaruh hormonal dan tertekannya kandung kemih uterus yang
membesar. Secara mekanis, peningkatan frekunsi berkemih
terjadi kembali saat lightening sebelum terjadinya persalinan.
Infeksi saluran kemih, terutama sistitis sering terjadi selama
kehmailan dan dapat disebabkan oleh stasis urine dan
ketidakadekuatan pengosongan kandung kemih (Reeder,2011).

F. Perubahan Sistem Endokrin


a. Plasenta
Fungsi plasenta sebagai kelenjar endokrin utama selama
kehamilan, menyekresi 4 hormon vital untuk mempertahankan
kehamilan. Villi korionik awal dari ovum yang terimplantasi

14
menyekresi hCG, yang memperpanjang masa hidup korpus
luteum. Hasilnya adalah kontinuitas produksi estrogen dan
progesteron, yang penting untuk mempertahankan
endomentrium. Selama kehamilan, hCG terdapat dalam darah
ibu dan diekskresikan melalui urine ibu, memungkinkan
diagnosis kehamilan dilakukan dengan pemeriksaan seperti yang
telah didiskusikan sebelumnya.
Sek korionik plasenta menghasilkan hormon spesifik lain,
human chorionic somatomammotropin, yang juga dikenal
dengan human placental lactogen (hPL). Hormon ini dapat
dideteksi dalam sel plasenta pada minggu ke 3 setelah ovulasi
dan ditemukan dalam serum ibu pada minggu ke 6. Hormon ini
memengaruhi pertumbuhan sel somatik janin dan memfasilitasi
persiapan payudara untuk laktasi.
Selain itu, plasenta mengambil alih produksi estrogen dan
progesteron dari ovarium dan setelah 2 bulan pertama gestasi,
menjadi penghasil utama kedua hormon tersebut. Peningkatan
kedua hormon ini dalam tubuh ibu diduga betanggung jawab
terhadap banyaknya perubahan penting yang terjadi selama
kehamilan, seperti pertumbuhan uterus dan perkembangan
payudara. Dalam payudara, perkembangan sistem duktus
ditingkatkan oleh hormon estrogen, dan perkembangan sistem
lobulus-alveolar ditingkatkan oleh progesteron (Reeder,2011).
b. Hipofisis
Kelenjar hipofisis membesar selama kehamilan, tetapi tidak
penting untuk mempertahankan kehamilan.
Lobus anterior pada kelenjar yang kecil ini, berlokasi didasar
otak, dikenal dengan master clockdibawah pengaruh
hipotalamus, mengontrol siklus menstruasi. Selain
gonadotropin, lobus anterior menyekresi hormon yang bekerja
pada tiroid dan kelenjar adrenal dan hormon lain yang
mempengaruhi proses pertumbuhan. Produksi hormon-hormon
tersebut terus berlangsung selama kehamilan. Disisi lain,
gonadotropin tidak lagi dilepaskan secara siklik. Estrogen dan

15
progesteron yang diproduksi oleh plasenta menghambat
pelepasan gonadotropin dari kelenjar hipofisis.
Lobus posterior dari kelenjar hipofisis menyekresi dari
hormon oksitosik, oksitosin yang memiliki efek stimulasi kuat
pada otot uterus. Ekstrak kelenjar hipofisis yang mengandung
oksitosin secara luas digunakan dalam bidang obstetri untuk
kegunaan sebagai berikut:
1. Untuk stimulasi/meningkatkan kontraksi selama persalinan
2. Untuk stimulasi uterus agar terkontraksi setelah melahirkan
sehingga mengurangi pendarahan pascapartum
3. Untuk menstimulasi laktasin (Reeder,2011).
c. Kelenjar tiroid
Selama kehamilan, aktivitas kelenjar dan produksi hormon
meningkat. Peningkatan aktivitas ditunjukkan dengan
pembesaran kelenjar tiroid karena hiperplasi jaringan glandular
dan peningkatan vaskularitas thyroxine binding globuline (TBG)
meningkat sebagai hasil peningkatan kadar estrogen.
Peningkatan ini mulai pada minggu ke-20. Kadar tiroksin total
(bebas terikat) (T4) meningkat antara minggu ke-6 dan 9
menetap pada minggu ke-18. T4 bebas dan triiodotironin (T3)
bebas akan kembali ke kadar sebelum hamil setelah trimester
pertama, meskipun terjadi perubahan tersebut pada kehamilan,
hipertiroidisme biasanya tidak terjadi pada wanita (Lowdermilk,
2013).
d. Kelenjar paratiroid
Hormon paratiroid mengontrol metabolisme kalsium dan
magnesium. Kehamilan akan menginduksi sedikit
hepertaratiroidisme, hasil dari peningkatan kebutuhan kalsium
dan vitamin D fetus. Kadar puncak hormon paratiroid terjadi
pada minggu ke-15 dan 35 kehamilan, saat kebutuhan untuk
pertumbuhan rangka fetus paling besar. Kadar akan kembali
normal setelah melahirkan (Lowdermilk, 2013).
e. Pankreas
Fetus membutuhkan sejumlah glukosa untuk tumbuh dan
berkembang. Untuk memenuhi kebutuhannya, fetus tidak hanya
mengambil cadangan ibu namun juga menurunkan kemampuan

16
ibu untuk menyintesis glukosa dengan mengambil asam
aminonya. Glukosa darah ibu akan menurun. Insulin ibu tidak
menembus plasenta ke fetus. Karena itu, pada awal kehamilan
pankreas akan menurunkan produksi insulin.
Saat kehamilan berlanjut, plasenta berkembang dan secara
progesif memproduksi sejumlah hormon (contoh: hCG,
estrogen, progesteron) dalam kadar yang lebih besar. Produksi
kortisol di adrenal juga meningkat. Estrogen, progesteron, hCS
dan kortisol bersama-sama menurunkan kemampuan ibu untuk
memproduksi insulin. Kortisol menstimulasi peningkatan
produksi insulin namun juga meningkatkan resistensi ibu
terhadap insulin (jaringan tidak bisa menggunakan insulin).
Menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin
adalah mekanisme protektif yang memastikan suplai glukosa
yang banyak untuk unit fetoplasenta. Hasilnya adalah
peningkatan kebutuhan insulin ibu yang terus meningkat secara
tetap sampai aterm. Sel beta normal di pulau-pulau Langerhans
pankreas dapat memenuhi kebutuhan insulin ini (Lowdermilk,
2013).

f. Adrenal
Konteks adrenal mengalami hipertrofi selama kehamilan, dan
aktivitasnya meningkat. Sekresi aktual kortisol oleh adrenal
tidak berubah, walaupun metabolisme kortisol berubah sebagai
akibat dari pengaruh estrogen. Terdapat peningkatan produksi
aidosteron (hormon yang menyebabkan ginjal menahan natrium)
oleh kelenjar adrenal, peningkatan kadar aidosteron dimulai
pada awal kehamilan dan berlangsung sepanjang masa
kehamilan. Hasil dari peningkatan tersebut menyebabkan
penurunan kemampuan ginjal untuk mengatur kadar garam
selama kehamilan, menyebabkan retensi cairan dan edema yang
samar ataupun yang jelas (Reeder,2011).

G. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

17
Tubuh berubah secara bertahan dan penambahan berat badan
wanita hamil menyebabkan perubahan postur dan cara berjalan.
Distensi abdomen yang membuat pinggul condong ke depan,
penurunan tonus otot abdomen, dan bertambahnya beban
membutuhkan penyusunan ulang kurvatura tulang belakang di
akhir kehamilan. Pusat gravitasi seorang wanita akan bergeser ke
depan. Akan terjadi penigkatan kurva lumbosakral normal
(lordosis) dan kurvatura kompesasi pada daerah servikodorsal.
Relaksasi ringan dan peningkatan mobilitas sendi panggul
normal terjadi pada wanita hamil. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena perlunakan dan peningkatan berlebih elastisitas jaringan
ikat dan kolagen yang disebabkan hormon seks steroid, terutama
estrogen. Relaksasi, hormon ovarium, membantu dalam relaksasi
dan pelunakan ini. Adaptasi tersebut membuat pembesaran dimensi
panggul untuk mefasilitasi persalinan dan kelahiran dapat terjadi.
Otot dinding abdomen akan meregang dan akhirnya kehilangan
sebagian tonusnya. Selama trimester ketiga, otot rektus berpisah
sehingga isi abdomen dapat menonjol melalui garis tengah. Pusar
akan mendatar atau menojol. Setelah melahirkan, otot secara
perlahan akan mendapatkan tonusnya kembali, namun pemisahan
otot (diastasis rektus abdominalis) dapat menetap (Lowdermilk,
2013).

H. Perubahan Sistem Integumen


Perubahan keseimbangan hormone dan peregangan mekanisme
menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam system
intergumen selama hamil. Perubahan yang umum timbul terdiri
dari peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal,
hiperpegmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan
aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan
sirkulasi dan aktivitas vasomotor. Jaringan elastis kulit mudah
pecah, menyebabkan stria gravidarum, atau tanda regangan.
Respon alergi kulit meningkat (Lowdermilk, 2013).

18
Pegmentasi timbul akibat peningkatan hormone hipofisis
anterior melanotropin selama masa hamil. Melasma di wajah, yang
juga disebut kloasma atau topeng kehamilan, adalah bercak
hiperpegmentasi kecoklatan pada kulit daerah tonjolan maksila dan
dahi, khusunya wanita hamil berkulit hitam. Kloasma meningkat
50% sampai 70% wanita hamil, dimulai setelah minggu ke-16 dan
meningkat secara nertahap sampai bayi lahir. Kloasma, yang timbul
akibat kehamilan normal, biasanya hilang setelah wanita
melahirkan. Pada sekita waktu yang sama, warna puting susu,
areola, aksila, dan vulva menjadi lebih gelap dan warna ini
menghilang setelah wanita melahirkan (Lowdermilk, 2013).

Linea nigra
adalah garis
pigmentasi dari
simfisis pubis
sampai ke bagian
atas fundus di garis tengah tubuh. Garis ini dikenal sebagai linea
alba sebelum hiperpegmentasi diinduksi hormone timbul. Pada
primigravida, panjang linea nigra mulai terlihat pada bulan ke-3
terus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada
multigravida keseluruhan garis seringkali muncul sebelum bulan
ke-3. Linea nigra tidak muncul pada semua wanita hamil
(Lowdermilk, 2013).
Stria gravidarum atau tanda regangan (terlihat di bagian bawah
abdomen) yang timbul 50% sampai 90% wanita selama
pertengahan kedua kehamilan dapat disebabkan kerja
adenokortikosteroid. Stria menunjukkan pemisahan jaringan ikat
(kolagen) di bawah kulit. Garis garis sedikit cekung ini
cenderung timbul di daerah dengan regangan maksimum (misalnya
di abdomen, paha dan payudara). Regangan kadang kadang
menimbulkan sensai mirip rasa gatal. Tendensi perkembangan stria
dapat diturunkan. Sesudah melahirkan biasanya stria memudar,

19
walaupun tidak hilang sama sekali. Pada multipara, selain stria
kemerahan akibat kehamilan saat ini, umumnya terdapat garis
keperakan mengkilap yang merupakan sikatrik (jaringan parut)
stria sebelumnya. Stria dapat muncul di payudara akibat
peregangan payudara yang membesar (Lowdermilk, 2013).
Angioma atau telangiektasis umumnya disebut vascular spiders.
Angioma adalah ujung arteriola yang berdenyut dan sedikit
menonjol, berbentuk kecil seperti bintang atau cabang. Spiders,
hasil peningkatan kadar estrogen dalam sirkulasi, biasanya
ditemukan di leher, dada ,wajah dan lengan. Spiders juga
dideskripsikan berwarna kebiruan dan tidak hilang bila tekan.
Vascular spiders terlihat selama bulan ke2 sampai bulan ke5.
Spiders biasanya hilang setelah melahirkan (Lowdermilk, 2013).
Epulis (gingival granuloma gravidarum) ialah suatu nodul
berwarna merah pada gusi yang mudah berdarah. Lesi ini dapat
timbul pada sekitar bula ke-3 dan biasanya terus membesar seiring
kemajuan kehamilan. Penangan dengan eksisi hanya dilakukan bila
ukuran nodul menjaid lebih besra, menimbulkan nyeri atau
berdarah berlebihan (Lowdermilk, 2013).
Pertumbuhan kuku mengalami percepatan selama masa hamil.
Kulit berminyak dan acne vulgaris dapat timbul selama masa
hamil. Pada wnaita lain, kulit bersih dan tampak berseri.
Hirsutisme umumnya dapat terjadi peningkatan pertumbuhan
rambut halus. Eambut halus cenderung hilang setelah kehamilan
berakhir. Pertumbuhan rambut kasar tidak selalu hilang setelah
kehamilan berakhir. Beberapa wanita mengatakan bahwa rambut
mereka paling tebal dan paling banyak selama mereka hamil
(Lowdermilk, 2013).
Kelenjar sebasea/minyak, kelenjar keringat, dan folikel rambut
lebih aktif selama kehamilan karena peningkatan hormon. Wanita
hamil dapat diberi jaminan bahwa peningkatan perspirasi
merupakan keadaan normal dan akan kembali ke keadaan normal
setelah pelahiran (Reeder,2011).

20
I. Respons Imunologi Dalam Kehamilan
Dari sudut pandang imunologi, kehamilan merupakan suatu
contoh pencangkokan jaringan yang tidak menimbulkan respons
penolakan dari tubuh. Kehadiran janin dalam uterus dapat
dibandingkan dengan transplantasi organ, yang mencangkok organ
dari 2 organ berbeda secara bersamaan. Masalah yang sering terjadi
aadalah respons penolakan imunologi jika pencangkokan berasal
dari jaringan organ lain, tetapi dalam kehamilan, beberapa
organisme memungkinkan toleransi pencangkokan janin dan
gestasi dapat terus berlanjut dengan sukses.
Selama kehamilan, sistem imun wanita tetap utuh dan
melindungi wanita dan janinnya dari infeksi. Kehamilan adalah
waktu peningkatan dan pengkhususan fungsi imun ketika sistem
imun mengalami perubahan signifikan untuk mencegah penolakan
dari pejamu(wanita) terhadap cankok janin. Imunitas selular
dimediasi oleh selT dan selB, yang masing-masing memiliki tugas
khusus untuk melindungi tubuh. Dalam merespons penyerangan
benda asing ke pejamu, sel T dan B menyingkirkan antigen benda
asing tersebut.
Tempat utama pertahanan imunologi maternal yang diatur untuk
merespons janin adalah uterus, limfatik regional, dan permukaan
plasenta (Reeder,2011).

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada kehamilan terjadi perubahan-perubahan pada anatomi dan fisiologi dalam
tubuh:
1. Perubahan Sistem Reproduksi dan Payudara: a. Uterus: Pertumbuhan
Uterus yang fenomenal pada Trimester pertama distimulasi oleh kadar
estrogen dan progesteron yang tinggi. b. Pembuluh darah: Pembuluh
darah uterus mengalami sejumlah perubahan yang mencolok dan khas
selama kehamilan. Aliran darah uterus meningkat, garis tengah
pembuluh membesar dan resistensi vaskular turun. c. Serviks: Ujung
serviks yang melunak yang disebut tanda Goodell dapat dilihat sekitar
awal minggu ke-6 pada serviks normal tanpa jaringan parut. d. Vagina:
Hormon kehamilan akan mempersiapkan vagina untuk merangsang saat
persalinan dengan membuat mukosa vagina menebal, jaringan ikat
menjadi longgar, hipertrofi otot polos, dan rongga vagina memanjang.
e. Ovarium: Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. f. Payudara: Rasa penuh,
sensivitas yang meningkat, rasa geli, dan berat di payudara muncul pada
minggu-minggu awal kehamilan sebagai respons peningkatan kadar
estrogen dan progesteron.
2. Perubahan sistem kardiovaskular: Penyesuaian ibu terhadap kehamilan
termasuk perubahan besar pada sistem kardiovaskular, baik secara
anatomis ataupun fisiologi. Adaptasi kardiovaskular akan melindungi
fungsi fisiologi normal wanita, memenuhi kebutuhan metabolik
kehamilan, dan menyediakan kebutuhan fetus untuk tumbuh dan
berkembang.

22
3. Perubahan Sistem Respirasi: Perubahan utama sistem respirasi dalam
kehamilan disebabkan oleh pengaruh mekanis pembesaran uterus,
peningkatan total konsumsi oksegen tubuh, dan efek stimulan
pernapasan dari progesteron. Meningkatnya usia kehamilan
menyebabkan uterus yang membesar menekan dan mendorong organ
paru ke atas dan meningkatkan posisi diafragma.
4. Perubahan Sistem Gastrointentinal: Selain morning sickness,beberapa
perubahan gejala sistem gastrointestinal terjadi selama kehamilan:
Mulut dan Gusi, lambung dan usus, motilits dan tonus otot, pencernaan,
hati dan kandung empedu.
5. Perubahan sistem ginjal dan perkemihan: Bersamaan dengan
meningkatnya frekuensi eliminasi urine, sistem ginjal juga mengalami
beberapa perubahan fisiologis. Perubahan sistem endokrin: a. Plasenta:
Fungsi plasenta sebagai kelenjar endokrin utama selama kehamilan,
menyekresi 4 hormon vital untuk mempertahankan kehamilan.
b.Hipofisis: Kelenjar hipofisis membesar selama kehamilan, tetapi tidak
penting untuk mempertahankan kehamilan. c. Kelenjar tiroid: Selama
kehamilan, aktivitas kelenjar dan produksi homon meningkat. d.
Kelenjar paratiroid: Hormon paratiroid mengontrol metabolisme
kalsium dan magnesium. e. Pankreas: Fetus membutuhkan sejumlah
glukosa untuk tumbuh dan berkembang. f. Adrenal: Konteks adrenal
mengalami hipertrofi selama kehamilan, dan aktivitasnya meningkat.
6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Tubuh berubah secara bertahan dan penambahan berat badan wanita
hamil menyebabkan perubahan postur dan cara berjalan. Distensi
abdomen yang membuat pinggul condong ke depan, penurunan tonus
otot abdomen.
7. Perubahan Sistem Integumen: a. Striae gravidarum, b. Perubahan
pigmen, c. Spider himangioma, d. Kelenjar keringat.

4.2 Saran
Mengingat pentingnya pengetahuan tentang perubahan anatomi dan
fisiologi kehamilan, maka diharapkan para mahasiswa mengetahui dan
memahami proses tersebut sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat
kepada para calon ibu yang sedang menentikan lahirnya sang buah hati.

23
DAFTAR PUSTAKA

Coad, Jane, Melvyn Dunstall. 2006. Anatomi & Fisiologi Untuk Bidan.
Jakarta: EGC.

Lowdermilk, Perry, Cahion. 2013. Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 1.


Singapore: Elsevier.

Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Reeder, Martin, Koniak Griffin. 2011. Volume 1keperawatan Maternitas


Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC

24

Vous aimerez peut-être aussi