Vous êtes sur la page 1sur 23

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NAPZA

DOSEN PEMBIMBING :

SRI MARYATUN, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

Siti Ummu Hani : 04021181320005


Arliga Putri Rizki : 04021181320007
Rani Ayu Putri Utami : 04021181320015
Mai Lita Sari : 04021181320019
Cheni Raselawanty : 04021181320034
Yunita Aryani : 04021181320041
Maharani : 04021181320042
Raytiah Maryani : 04021181320046
Muthia : 04021281320009
Deska Parinda : 04021281320024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang mana telah melancarkan
kami dalam proses pembuatan makalah tentang asuhan keperawatan pada Napza. Shalawat
beiring salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang
ini.
Pada makalah yang kami susun ini, kami menjelaskan secara keseluruhan tentang
asuhan keperawatan pada napza. Kami berterima kasih kepada dosen yang membimbing
dalam penyusunan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat mendapatkan manfaat
dari makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf bila ada salah kata kami
mohon maaf. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Indralaya, Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Definisi Napza...................................................................................................3

2.2 Penyebab penggunaan Napza ...5

2.3 Rentang dan Mekanisme Napza....7

2.4 Tanda dan gejala penggunaan Napza ...............................................8

2.5 Pengkajian Napza.................................................12

2.6 Rencana Tindakan pada Napza ...19

2.7 Evaluasi ...............................20

BAB III PENUTUP.................................................21

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................21

2.2 Saran.................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

Ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Survey yang dilakukan National Institute for Mental Health memperkirakan


bahwa di Amerika Serikat, sekitar 14% populasi orang dewasa memenuhi kriteria
dengan gangguan yang berhubungan dengan alkohol, dan 6,2 % orang dewasa
memenuhi kriteria untuk gangguan yang berhubungan dengan zat selain alkohol atau
tembakau ( Jaffe,2000c ). Angka ini tidak mencakup remaja yang memang mengalami
peningkatan penggunaan alkohol dan obat obatan lain yang merupakan masalah
nasional. Sebuah survey yang dilakukan oleh Substance Abuse and Mental Health
Services administration pada anak usia 12-17 tahun menunjukkan bahwa 9%
menggunakan zat terlarang dan 18,8% mengonsumsi alkohol dalam sebulan sebelum
survey dilakukan (1997). Prevalensi actual penyalahgunaan zat sulit untuk ditentukan
secara tepat karena banyak individu yang memenuhi kriteria untuk diagnosis tidak
mencari terapi, dan survey yang dilakukan untuk memperkirakan prevalensi
berdasarkan data laporan diri yang mungkin tidak akurat.

Penggunaan/penyalahgunaan zat dan gangguan terkait menjadi masalah


kesehatan nasional. Biaya penggunaan zat dan gangguan terkait diperkirakan sekitar
$144 miliar per tahun dalam hal perawatan kesehatan dan kehilangan pekerjaan
( Galanter & Kber, 1994). Angka ini mencakup biaya untuk masalah terkait seperti
peningkatan infeksi HIV dan AIDS akibat penggunaan obat intravena, tetapi tidak
mencakup biaya perawatan kesehatan yang terkait dengan tembakau. Lima puluh
persen fatalitas kendaraan bermotor diperkirakan terkait dengan alkohol.

Jumlah bayi yang menderita konsekuensi fisiologis dan emosional dari


pajanan prenatal terhadap alkohol atau obat ( misalnya, fetal alcohol syndrome,
crack babies ) meningkat dengan angka yang mengkhawatirkan. Penyalahgunaan
zat kimia juga menimbulkan peningkatan insiden perilaku kekerasan, yang mencakup
penganiayaan dalam rumah tangga, pembunuhan, dan penganiayaan serta pengabaian
anak. Statistic yang meningkat terkait dengan penyalahgunaan zat ini tidak menjadi
pertanda baik untuk generasi yang akan datang.
Studi menunjukkan bahwa setengah dari semua individu yang mencari terapi
untuk gangguan yang berhubungan dengan alkohol mempunyai minimal satu orang
tua yang alkaholik ( Finfgeld, 1997). Banyak individu yang berada dalam program
terapi saat dewasa melaporkan bahwa mereka minum alkohol pertama kali pada
waktu masih kecil, sebelum usia 10 tahun. Pertama kali minum alkohol sering kali
adalah mencicipi minuman orang tua atau anggota keluarga. Dengan peningkatan
angka penggunaan alkohol yang dilaporkan terjadi pada anak muda saat ini, masalah
ini kelihatannya meningkat tanpa kendali kecuali jika usaha keras dapat dilakukan
melalui program pencegahan, deteksi dini, dan terapi yang efektif.

1.2 Rumusan masalah

a. Apa definisi dari NAPZA


b. Apa penyebab NAPZA
c. Bagaimana rentang dan mekanisme NAPZA
d. Bagaimana tanda dan gejala NAPZA
e. Bagaimana pengkajian pada NAPZA
f. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada NAPZA
g. Evaluasi

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :


a. Mengetahui definisi dari NAPZA
b. Mengetahui penyebab NAPZA
c. Mengetahui rentang dan mekanisme NAPZA
d. Mengetahui tanda dan gejala NAPZA
e. Mengetahui pengkajian pada NAPZA
f. Mengetahui rencana tindakan keperawatan NAPZA
g. Evaluasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Napza


Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan istilah
narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan
saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku,
biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan.

Bahan adiktif adalah bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan
atau ketergantungan. Pemakai dapat merasa tenang, merasa segar, bersemangat,
menimbulkan efek halusinasi, dan memengaruhi suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang
sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa kurang percaya diri, khawatir tidak diakui
sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan, atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi
(bersenang-senang).

Tanpa disadari, narkoba sekali digunakan akan menimbulkan keinginan mencoba lagi,
merasakan lagi, dan mengulang terus sampai merasakan efek dari obat-obatan yang
dikonsumsi, yang akibatnya akan terjadi overdosis. Jika tidak mengonsumsi, maka tidak
tahan untuk memenuhi keinginannya, tetapi jika mengonsumsi akan khawatir mati akibat
overdosis. Hal ini merupakan lingkaran setan. Oleh karena itu, narkoba sekali dicoba akan
membelenggu seumur hidup.

Napza adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya.Narkotika UU no 22, tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.

Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau fermentasi
tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur
konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung
etanol.Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika menurut Undang-undang
Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi
dan anti psikosis.

Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya meruju pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang
diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart &
Sundeen, 1998).

Penyalahgunaan NAPZA yaitu pemakaian obat-obatan untuk sendiri tanpa indikasi


medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, baik secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya
selama satu bulan. Pada penyalahgunaan ini cenderung terjadi toleransi tubuh yaitu
kecenderungan menambah dosis obat untuk mendapat khasiat yang sama setelah pemakaian
berulang. Disamping itu menyebabkan sindroma putus obat (withdrawal) apabila pemakaian
dihentikan. Zat adiktif penghantar untuk memasuki dunia penyalahgunaan Narkoba. Pada
mulanya seseorang Cuma mencoba-coba atau hanya menyicip zat adiktif ini sebelum
menjadi pecandu aktif. Zat adiktif yang akrab ditelinga masyarakat ialah nikotin dalam rokok
dan etanol dalam minuman beralkohol dan pelarut lain yang mudah menguap seperti aseton,
thiner dan lain-lain. (Hawari,2000).

2.2 Etiologi Napza

Penyebab yang tepat penggunaan obat, ketergantungan, dan adiksi tidak diketahui,
tetapi berbagai faktor diduga berkontribusi pada perkembangan gangguan yang berhubungan
dengan zat (Jaffe,2000c). Kebanyakan penelitian tentang faktor biologi dan genetik telah
dilakukan pada penyalahgunaan alkohol, tetapi studi psikologis, sosial, dan lingkungan juga
meneliti obat lain.

1 Faktor Biologi
a Genetik: anak-anak dari orang tua alkoholik berisiko tinggi mengalami
alkoholisme dan ketergantungan obat daripada anak-anak dari orang tua non
alkoholik (Jaffe,2000c). Peningkatan resiko ini sebagian akibat faktor
lingkungan, tetapi ada bukti bahwa faktor genetik juga penting. Beberapa studi
anak kembar menunjukkan bahwa angka concordance lebih tinggi di antara
kembar identik daripada kembar fraternal. Studi adopsi menunjukkan bahwa
angka alkoholisme pada anak laki-laki dari ayah biologis yang mengalami
alkoholisme lebih tnggi daripada anak laki-laki dari ayah biologis non
alkoholik. Studi ini membuat ahli teori menjelaskan komponen genetik
alkoholisme sebagai kerentanan genetik yang kemudian dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial dan lingkungan. Prescott dan Kendler menemukan
bahwa 48%-58% variasi penyebab alkoholisme adalah akibat genetik, dan
sisanya akibat pengaruh lingkungan.
b Metabolik: Etil alkohol bila dimetabolisme lebih lama lebih efisien untuk
mengurangi individu menjadi ketergantungan.
c Infeksi pada otak: intelegasi menjadi rendah (retardasi mental, misalnya
ensefhalitis, meningitis)

2 Faktor Psikologis
a Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, antisosial).
b Harga diri yang rendah: depresi terutama karena kondisi sosial ekonomi. Pada
penyalahgunaan alkohol, sedatif hipnotik yang mencapai tingkat
ketergantungan diikuti rasa bersalah.
c Disfungsi keluarga: kondisi keluarga yang tidak stabil, role model
(ketauladanan) yang negatif, tidak terbina saling percaya antar anggota
keluarga, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang sehat
pada anggota, orang tua dengan gangguan penggunaaan zat adiktif, perceraian.
d Individu yang mempunyai perasaan tidak aman.
e Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang.
f Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orang tua.

3 Faktor Sosial kultural dan lingkungan


a Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembakau,
nikotin, ganja, dan alkohol.
b Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan
menggunakan zat adiktif.
c Persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adiktif.
d Kehidupan beragama yang kurang.
e Angka pengangguran yang tinggi dapat mempengaruhi penggunanan zat
adiktif.

Stress Pencetus Gangguan Penggunaan Zat Adiktif


Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan
penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara untuk
mengatasi stress yang dialami dalam kehidupannya. Beberapa stressor pencetus adalah:

1 Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya


sebagai pengakuan.
2 Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan, individu berupaya untu
menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar lebih menikmati
hubungan interpersonal.
3 Kehilangan orang atau sesuatu yang berarti seperti pacar, orang tua, saudara,
drop out dari sekolah atau pekerjaan.
4 Diasingkan oleh lingkungan, rumah, sekolah, kelompok teman sebaya,
sehingga tidak mempunyai teman.
5 Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern.
6 Tersedianya zat adiktif di lingkungan dimana seseorang berada khususnya
pada individu yang mengalami pengalaman kecanduan zat adiktif.
7 Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam).
8 Kemudahan mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau.
9 Pengaruh film dan iklan tentang zat adiktif seperti akohol dan nikotin.

2.3 Rentang dan mekanisme Napza

Rentang Respons Kimiawi

Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan obat atau alcohol yang jarang
sampai penggunaan yang sering untuk penyalahgunaan dan ketergantungan, tidak semua
orang yang menggunakan zat menjadipenyalahguna, dan tidak setiap penyalahguna menjadi
ketergantungan. Penyalahgunaan zat mengacu pada penggunaan zat secara terus-menerus
bahkan setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan
biasanya dianggapsebagai penyakit. Adiksi umumnya mengacu pada perilaku psikososial
yang berhubungan dengan ketergantunan zat. Istilah adiksi dan ketergantungan sering
tertukar penggunaannya. Diagnosis ganda mengacu pada adanya penyalahgunaan zat dan
gangguan jiwa dalam individu yang sama. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologis
terhadap obat. Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk
memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik.

Zat yang disalahgunakan termasuk alcohol, opiate, obat yang diresepkan,


psikotomimetik, kokain, mariyuana, dan inhalan. Masalah serius dan yang terus berkembang
dalam penyalahgunaan zat adalah peningkatan yang cepat penggunaan lebih dari satu zat
secara bersamaan atau berurutan.

Individu dapat mengalami keadaan relaksasi, euforia, stimulasi, atau perubahan


kesadaran dengan berbagai cara.

Mekanisme Koping

Penyalahgunaan zat menunjukkan kegagalan upaya mengatasi masalah. Mekanisme


pertahanan yang lebih sehat dan perilaku adaptif lain tidak adekuat atau tidak dikembangkan.
Mekanisme pertahanan ego yang biasa digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:

1 Penyangkalan masalah
2 Rasionalisasi
3 Proyeksi tanggung jawab terhadap perilaku
4 Mengurangi jumlah alcohol atau obat yang digunakan

2.4 Tanda dan gejala berdasarkan tahap pemakaian Napza

Tahap awal : coba-coba


Mulanya hanya coba-coba, kemudian karena terjebak oleh 3 sifat jahat narkoba, ia menjadi
mau dan mau lagi. Snagat sulit untuk mengenali gejala awal pemakaian narkoba. Gejala awal
ini hanya dapat dikettahui oleh ibu yang benar benar akrab dengan anaknya.

Gejala tersebut adalah sebagai berikut

1 Gejala Psikologis
Terjadi perubahan pada sikap anak. Orang tua yang peka dapat merasakan adanya
sedikit perubahan perilaku pada anak, yaitu timbulnya rasa takut dan malu yang
disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa. Anak lebih menjadi sensitif,jiwanya
resah dan gelisah. Ia takut mengaku terus terang. Ingin terus merahasiakan, ia merasa
berdosa, bingung, kemesraan dan kemanjaanya berkurang.
2 Gejala Fisik
Perubahan tidak tamapak pada tubuh. Tanda-tanda perubahan pada tubuh sebagai
dampak pemakaian narkoba belum terlihat. Bila sedang memakai psikotropika
stimulan, ekstasi, atau shabu, pengguna tampak riang, gembira, hiperaktif, murah
senyum dan ramah.
Bila sedang memakai narkoba jenis putaw, pengguna tampak tenang, tentram, tidak
peduli pada orang lain. Bila tidak sedang memakai, tidak ada gejala apa-apa.

Tahap kedua : pemula


Setelah tahap coba-coba meningkat menjadi terbiasa. Anak mulai memakai narkoba secara
insidenti. Ia memakai narkoba karena sudah merasakan kenikmatannya. Pada saat-saat yang
dianggapnya perlu, misalnya kalau hendak pergi kepesta, pemakaian menjadi lebih sering.
Pada tahap ini akan muncul gejala sebagai berikut:

1 Gejala psikologis
Sikap anak menjadi lebih tertutup. Banyak hal yang tadinya terbuka kini menjadi
rahasia. Jiwanya resah, gelisah, kurang tenang dan lebih sensitif. Hubungannya
dengan orang tua dan keluarganya mulai renggang, tidak lagi riang, cerah dan ceria. Ia
mulai tampak seperti menyimpan rahasia dan memiliki satu atau beberapa teman
akrab
2 Gejal Fisik
Tidak tampak perubahan yang nyata. Gejala pemakaian berbeda-beda sesuai dengan
jenis narkoba yang dipakai. Bila ketika memakai ia menjadi lebih lincah, lebih riang,
lebih percaya diri berarti ia memakai psikotropika stimulan, shabu dan ekstasi. Bila ia
tampak lebih tenang, mengantuk berarti ia memakai obat penenang, ganja, atau putaw

Tahap ketiga : tahap berkala


Setelah beberapa kali memakai narkoba sebagai pemakai insidentil, pemakai narkoba
terdorong untuk memakai lebih sering lagi. Selain merasa nikmat, ia juga mulai merasakan
sakaw kalau terlambat atau berhenti mengonsumsi narkoba. Ia memakai narkoba pada saat
tertentu secara rutin pemakaian sudah menjadi lebih sering dan teratur, misalnya setiap
malam minggu, sebelum pesta, sebelum tampil atau sebelum belajar agar tidak mengantuk

Pemakai berkala biasanya adalah para mahasiswa, pelajar, artis, pelawak, pejabat,
eksekutif muda dan lain-lain
a Ciri mental
Sulit bergaul dengan teman baru.pribadnya menjadi lebih tertutup, lebih
sensitif, dan mudah tersinggung. Ia sering bangun jam mengonsumsi narkoba.
Orang ini kehilangan perasaan malu, ia mau dan dapat berbuat apa saja demi
mendapatkan narkoba.
b Tanda-tanda psikis
Sulit bergaul dengan teman baru. Eksklusif, tetutup, sensitf, mudah
tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas, sering bangun siang, lebih
menyukai hidup di malam hari. Ia pandai berbohong, gemar menipu, sering
mencuri atau merampas, tidak malu menjadi pelacur (Pria maupun wanita).
Demi memperoleh uang untuk narkoba, ia tidak merasa berat untuk berbuat
jahat, bahkan membunuh orang lain, termasuk orang tuanya sendiri.

c Tanda-tanda fisik
Biasanya kurus dan lemah (loyo). Namun ada juga yang dapat menutupinya
dengan membuat dirinya gemuk atau sehat. Caranya, dengan banyak amkan,
minum food suplement, dan berolahraga. Mata sayu, gemar memakai
kacamata gelap, gigi menguningkecoklatan dan sering sekali keropos,
biasanya kulitnya agak kotor karena malas mandi. Tanda bekas sayatan atau
tusukan jarum suntik sering tampak dilengan, kaki, dada, lidah atau kemaluan.

Penyakit fisik akibat penggunaan zat adiktif

1 Celulitis, phlebitis
2 Septicema bacterical endocarditis
3 HIV infeksi
4 Hepatitis B atau C
5 Erosi dan iritasi pada hidung
6 Chirosis hepatis
7 Bronchitis
8 Gastritis
9 Penyakit kulit kelamin
Masalah kesehatan dan keperawatan secara umum yang timbul akibat penggunaan zat
adiktif

1 Depresi sistem pernafasan


2 Depresi pusat pengatur kesadaran, precoma, coma, amuk, akibat intoksikasi delirium
3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4 Kecemasan yang berat sampai panik
5 Potensi mencederai diri, merusak diri dan lingkungan
6 Perilaku agresif
7 Depresi pusat pengatur komunikasi verbal
8 Gangguan kognitif, daya ingat, daya nilai, proses fikiran( waham), gangguan
konsentrasi
9 Gangguan pencernaan nausea, vomitus
10 Gangguan sistem neurologis, kejang
11 Gangguan persefsi, halusinasi
12 Gangguan pola tidur dan istirahat
13 Gangguan sistem muskuloskeletalnnyeri sendi, otot, dan tulang
14 Gangguan pemenuhan kebutuhaan nutrisi kurang dari kebutuhan.
15 Gangguan ADL
16 Gangguan konsep diri harga diri rendah akibat pemecahan masalah yang tidak efektif

2.5 Pengkajian pada Napza


1 Riwayat
Klien dapat melaporkan kehidupan keluarga yang kacau, dengan salah satu orang tua
atau anggota keluarga lain mengalami masalah penyalahgunaan zat meskipun hal ini
tidak selalu menjadi suatu masalah. Klien biasanya menggambarkan beberapa macam
krisis yang mencetuskan terapi, seperti masalah fisik atau perkembangan gejala putus
alkohol walaupun diobati untuk kondisi yang lain. Biasanya orang lain dilibatkan dalam
keputusan klien untuk mencari terapi, seperti pengusaha yang terancam kehilangan
usahanya, atau pasangan atau rekan yang terancam kehilangan hubungan. Klien jarang
memutuskan untuk mencari terapi secara mandiri, tanpa pengaruh dari luar.

2 Penampilan Umum dan Perilaku Motorik


Penampilan dan bicara klien mungkin normal atau klien mungkin tampak cemas,
letih, dan berantakan jika ia baru saja menyelesaikan proses detoksifikasi yang sulit.
Klien dapat terlihat sakit secar fisik, bergantung pada status kesehatan yang terjadi akibat
penggunaan zat. Kebanyakan klien sedikit khawatir dengan terapi, dapat merasa benci
dengan terapi, atau merasa ditekan oleh orang lain untuk menjalani terapi. Hal ini
mungkin pertama kali setelah waktu yang lama klien harus menghadapi berbagai
kesulitan tanpa bantuan zat psikoaktif.

3 Mood dan Afek


Rentang mood dan afek yang luas mungkin terjadi. Beberapa klien terlihat sedih dan
menangis, dengan mengungkapkan rasa bersalah dan penyesalan atas perilaku dan
keadaan mereka. Klien lain dapat menjadi marah dan kasar atau tenang dan murung,
tidak mau bicara kepada perawat. Iritabilitas biasa terjadi karena klien baru saja terbebas
dari zat. Klien dapat merasa senang dan terlihat gembira, tampak tidak terpengaruh oleh
situasi, terutama apabila ia masih menyangkal penggunaan zat.

4 Proses dan Isi pikir


Klien mungkin meremehkan penggunaan zat, menyalahkan orang lain atas masalah
mereka, dan merasionalkan perilaku mereka. Klien mungkin berpikir bahwa mereka
tidak dapt bertahan tanpa zat, atau mungkin mengungkapkan tidak mau melakukannya.
Mereka mungkin memfokuskan perhatian mereka pada keuangan, isu legal, atau masalh
pekerjaan sebagai sumber utama kesulitan mereka, bukan penggunaan zat. Mereka
mungkin percaya bahwa mereka dapat berhenti atas kemauan mereka sendiri apabila
mereka menginginkannya, dan terus menyangkalatau meremehkan besarnya masalah.

5 Sensorium dan Proses Intelektual


Klien biasanya terorientasi dan sadar, kecuali jika mereka mengalami efek putus zat
yang lama. Kemampuan intelektual utuh kecuali jika klien mengalami defisit neurologis
akibat penggunaan alkohol dalam jangka panjang atau penggunaan inhalan.

6 Penilaian dan Daya Tilik


Klien mungkin melakukan penilaian yang buruk, terutama ketika berada di bawah
pengaruh zat. Penilaian klien masih dapat dipengaruhi: klien dapat berperilaku implusif,
seperti menghentikan terapi untuk mendapatkan zat yang dipilihnya. Daya tilik biasanya
terbatas terkait dengan penggunaan zat. Klien mungkin mengalami kesulitan mengakui
perilakunya ketika menggunakan zat, atau tidak dapat melihat bahwa kehilangan
pekerjaan atau hubungan terkait dengan penggunaan zat. Klien dapat tetap yakin bahwa
ia dapat mengendalikan penggunaan zat.

7 Konsep Diri
Klien biasanya mempunyai harga diri rendah, yang dapat diungkapkan secara
langsung atau dapat ditutupi dengan perilaku grandiositas. Klien tidak merasa mampu
untuk menghadapi kehidupan dan stres tanpa zat dan sering merasa tidak nyaman di
sekitar orang lain ketika tidak menggunakan zat. Klien sering kesulitan dalam
mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, di masa lalu lebih suka
menghilangkan perasan dan menghindari setiap derita atau kesulitan pribadi dengan
bantuan zat.

8 Peran dan Hubungan


Klien biasanya mengalami banyak kesulitan dengan peran sosial, keluarga, dan peran
pekerjaan, ketidakhadiran dan performa kerja buruk biasa terjadi. Anggota keluarga
sering kali memberi tahu klien bahwa penggunaan zat adalah suatu masalah, dan hal
tersebut dapat menjadi pokok perdebatan keluarga. Hubungan dalam keluarga sering
mengalami ketegangan. Klien dapat marah kepada anggota keluarga yang berperan
membawanya ke tempat terapi atau yang mengancam akan kehilangan hubungan yang
signifikan.

9 Pertimbangan Fisiologis
Banyak klien mempunyai riwayat gizi buruk (lebih baik menggunakan zat daripada
makan) dan gangguan tidur yang terjadi di luar detoksifikasi. Klien dapat mengalami
kerusakan hati akibat minum alkohol, hepatitis atau infeksi HIV akibat penggunaan obat
intravena, atau kerusakan neurologis atau paru akibat menggunakan inhalan.

Pengkajian Global Putus Alkohol


Mual dan Muntah
Apakah anda merasa sakit perut? Apakah anda merasa muntah? observasi beri nilai 07

0 tidak mual atau muntah

1 mual ringan dengan/tanpa muntah


2
3
4 mual yang intermiten dengan upaya muntah
5
6
7 mula yang konstan, sering dengan upaya muntah dan muntah

Tremor
Lengan diekstensikan dan jarijari dilebarkan. Observasi beri nilai 07

0 tidak tremor

1 tidak terlihat, tapi tidak dirasakan daru ujung jari ke ujung jari
2
3
4 sedang, dengan lengan diekstensikan
5
6
7 berat, bahkan pada tangan yang tidak diekstensikan

Berkeringat Paroksimal
Observasi. Beri nilai 07
0 tidak terlihat berkeringat
1 sedikit terlihat berkeringat, telapak tangan lembab
2
3
4 butiran keringat terlihat pada dahi
5
6
7 basah kuyup oleh keringat

Ansietas
Apakah anda merasa gugup? Observasi. Beri nilai 07
0 tidak ansietas, tenang
1 ansietas ringan
2
3
4 ansietas sedang, atau berhati hati, sehingga ansietas terjadi
5
6
7 sama dengan kondisi panik akut, seperti yang terlihat pada delirium berat aatau kondisi
skizofrenia akut.

Agitasi
Observasi. Beri nilai 07
0 aktivitas normal
1 sedikit lebih dari aktivitas normal
2
3
4 gugup dan gelisa tingkat sedang
5
6
7 berjalan mondar mandir, membuang sesuatu secara konstan

Gangguan Taktil
Apakah anda merasa gatal, seperti dicubit dan ditusuk jarum, rasa terbakar, kebas, atau
seperti ada serangga yang merayap di kulit anda? Beri nilai 07
0 tidak ada
1 rasa gatal, dicubit dan ditusuk jarum sangat ringan, dll
2 rasa gatal yang ringan, dll
3 rasa gatal yang sedang, dll
4 halusinasi yang cukup berat
5 halusinasi berat
6 Halusinasi yang sangat berat
7 Halusinasi yang terus menerus

Gangguan Pendengaran
Apakah anda lebih peka terhadap suara di sekitar anda? Apakah suara itu terdengar keras?
Apakah suara itu menakutkan? Apakah anda mendengar suara benda yang anda tahu tidak
ada di sana? Observasi. Beri nilai 07
0 tidak ada
1 suara keras atau mampu membuat takut yang sangat ringan
2 suara keras atau mampu membuat takut yang ringan
3 suara keras atau mampu membuat takut yang sedang
4 halusinasi yang cukup berat
5 Halusinasi berat
6 halusinasi yang sangat berat
7 Halusinasi yang terus menerus

Gangguan Penglihatan
Apakah cahaya ini terlihat sangat terang? Apakah warnanya berbeda? Apakah cahaya ini
membuat mata anda sakit? Apakah anda melihat sesuatu yang mengganggu anda? Apakah
anda melihat benda yang anda tahu tidak ada di sini? beri nilai 07
0 tidak ada
1 sensitifitas yang sangat ringan
2 sensitifitas yang ringan
3 sensitifitas yang sedang
4 halusinasi yang cukup berat
5 halusinasi berat
6 halusinasi yang sangat berat
7 halusinasi yang terus menerus
Sakit Kepala, Kepala terasa Penuh
Apakah anda merasa ada yang lain dengan kepala anda? Apakah anda merasa seperti ada
band dikepala anda? Jangan menilai danya pusing atau pening, nilai keparahannya. Beri
nilai 07
0 tidak ada
1 sangat ringan
2 ringan
3 sedang
4 cukup berat
5 berat
6 sangat berat
7 sangat berat sekali

Orientasi dan Ketidakjelasan Sensorium


Hari apakah sekarang? Dimana anda berada? Observasi. Beri nilai 04
0 terorientasi dan dapat melakukan penjumlahan yang berurutan
1 tidak dapat melakukan penjumlahan yang berurutan tau tidak tahu tanggal
2 disorientasi terhadap tanggal tidak lebih dari 2 hari dalam kalender
3 disorientasi terhadap tanggal lebih dari 2 hari dalam kalender
4 disorientasi terhadap tempat dan atau orang.

Gangguan Penggunaan Zat Psikoaktif

1. Pengkajian

a. Fisik

Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaan NAPZA pada saat
pengkajian adalah sebagai berikut : nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya selera makan,
konstipasi, diare, perilaku seks melanggar norma, kemunduran dalam kebersihan diri,
potensial komplikasi, jantung, hati, dan sebagainya, infeksi pada pari-paru. Sedangkan
sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya
b. Emosional

Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya.
Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan mengendalikan
diri sendiri.

c. Sosial

Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman pengguna
zat, anggota keluarga lain pengguna zat dilingkungan sekolah atau kampus yang digunakan
oleh para pengedar.

d. Intelektual

Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk berhenti,
aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti. Sasaran yang ingin
di capai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal
yang positif.

e. Spiritual

Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena perubahan


perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran ingin dicapai afalah
mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai kebaikan.

f. Keluarga

ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan
secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril terhadap
klien tidak terpenuhi. sasaran yang hendak dicapai adalah keluarga mampu merawat klien
yang pada akhirnya mencapai tujuan utama, yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan
(relaps).
2.7 Evaluasi

Keefektifan terapi penyalahgunaan zat banyak didasarkan pada abstinensi klien dari
zat. Selain itu, terapi yang berhasil harus menghasilkan performa peran yang lebih stabil,
perbaikan hubungan interpersonal, dan peningkatan kepuasan dengan kualitas kehidupan.

Evaluasi kemampuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat, misalnya


dalam pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih baik (tanpa zat,), hidup yang
lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien untuk
mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan zat dan menyuruh pergi.
Evaluasi apakah hubungan klien dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan
kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasi yang lebih efektif untuk sama-
sama mengatasi keinginan komunikasi yang lebih efektif untuk sama-sama mengatasi
keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta masalah yang timbul akibat penggunaan zat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan
istilah narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut
kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Pengkajian pada Napza yaitu : riwayat,
Penampilan Umum dan Perilaku Motorik, mood dan afek, proses dan isi fikir,
Sensorium dan Proses Intelektual, penilaian dan proses tilik, konsep diri, peran dan
hubungan dan pertimbangan fisiologis. Tahap tahap tanda dan gejala : tahap coba
coba, bermula dan tahap berkala.

3.2 Saran
Sebaiknya pada anak anak dan orangtua diberikan penyuluhan mengenai
bahaya Napza, sehingga orang tua dapat mengerti mengenai apa dampak buruk dari
napza, serta mengontrol pergaulan anak dengan baik, agar dapat terhindar dari
penyalahgunaan napza.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Aditif. Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Indonesia: Jakarta.

Partodiharjo, Subagyo. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya. Direktur lembaga


kesehatan preventif ketua umum komite nasional anti pengayalahgunaan narkoba.

Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa:Achir Yani S.


Hamid. ed ke-3. Jakarta, EGC
Videback, Sheila L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, H.Iyus., dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung: PT Refika Aditama

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Yusup.ah,dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi