Vous êtes sur la page 1sur 27

https://www.scribd.

com/doc/283066850/Spo-Pasien-Rentan-Lanjut-Usia-Dgn-Alat-Bantu

https://www.scribd.com/doc/282850543/SPO-Asuhan-Pasien-Dgn-Penyakit-Menular

https://www.scribd.com/doc/283415482/Sop-Pelayanan-Pasien-Seragam

https://www.scribd.com/document/264461739/Sop-Pelayanan-Pasien-Risiko-Tinggi-Menular

https://www.scribd.com/document/278870399/KEBIJAKAN-Pasien-Resiko-Tinggi
Pelayanan Pasien Lanjut Usia dengan Ketergantungan Alat Bantu

A. Pengertian
1. Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada pasien yang berusia 60
tahun ke atas dengan satu atau lebih masalah kesehatan (multipatologi) akibat
gangguan fungsi jasmani dan rohani dan atau kondisi social yang bermasalah
(geriatric).
2. Pasien lanjut usia dengan ketergantungan bantuan adalah pasien yang berusia 60 tahun
ke atas dengan keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan mengurus diri
sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat maupun orang.

B. Tujuan
Memberikan pelayanan multidisiplin dengan asuhan dan kondisi pasien usia lanjut usia
untuk menuju geriatric mandiri dan geriatric dengan minimal patologi.

C. Kebijakan
1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin ilmu, dan tersedia dalam
suatu tim asuhan.
2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
asuhannya.

D. Prosedur
1. Pasien diidentifikasi dalam hal usia dan dilakukan penggolongan pasien usia lanjut.
2. Pasien usia lanjut yang dating ke IGD/poliklinik dilakukan identifikasi melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sesuai indikasi, untuk
dilakukan asesmen awal.
3. Dokter merumuskan rencana asuhan pasien termasuk kebutuhan penggunaan alat
bantu sehari-hari untuk kenyamanan dan kemandirian pasien.
4. Dokter memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya alat
bantu, cara penggunaan alat bantu serta resiko penggunaan alat bantu dalam jangka
waktu lama jika tidak disertai perawatan yang tidak benar.
5. Perawat memberi edukasi tentang asuhan pasien dengan penggunaan alat bantu agar
tidak menimbulakn resiko yang tidak diinginkan misalnya decubitus, atrofi otot dll.
6. Dokter melakukan konsultasi atau alih rawat ke bagian disiplin ilmu lain jika
diperlukan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.

E. Unit Terkait
1. IGD
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
Pelayanan Pasien dengan kondisi Koma

A. Pengertian
Kondisi koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang berat,
kondisinya seperti tidur yang dalam di mana pasien tidak dapat bangun dari tidurnya.

B. Tujuan
1. Memberikan rasa puas secara jasmani dan rohani kepada pasien dengan kondisi koma
2. Memberikan rasa nyaman dan bebas nyeri pada pasien dengan kondisi koma.
3. Memberikan rasa ikhlas dan tabah kepada keluarga pasien dengan kondisi koma
C. Kebijakan
1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih
sayang di akhir kehidupannya.
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarah pada semua aspek
pelayanan diakhir kehidupannya.

D. Prosedur
1. Persiapan
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter jaga melakukan Asesmen
kondisi koma terhadap pasien
2. Memenuhi kebutuhan emosi
a. Menginformasikan ke keluarga terkait kondisi pasien
b. Pendampingan Keagamaan oleh petugas Bina Rohani kepada pasien dengan kondisi
terminal.
c. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk memberikan tuntunan menjelang ajal
sesuai agamanya.
3. Memenuhi kebutuhan jasmani pasien.
a. Perawat melakukan evaluasi Vital sign/tanda-tanda kehidupan pasien
b. Membantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman dalam berbaring.
c. Memberikan obat-obatan anti nyeri.
d. Melakukan perawatan personal higiene.
e. Memenuhi kenutuhan nutrisi melalui NGT / cairan infus
f. Kateter urine bila diperlukan

E. Unit Terkait
Ruang Rawat Inap, ICU / ICC, IGD, Bagian Bina Rohani
Asuhan Pasien dengan Penyakit Menular dan yang Daya Tahan Tubuhnya Diturunkan

A. Pengertian
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menyerang
tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amoeba atau jamur.

B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi nosocomial dan infeksi silang.
2. Pasien dengan penyakit menular dan yang dengan daya tahannya diturunkan
mendapatkan asuhan secara tepat dan efektif.

C. Kebijakan
1. Mencegah terjadinya infeksi nosocomial dan infeksi silang pada pasien dengan
penyakit menular dan pasien dengan daya tahan yang diturunkan sesuai dengan
program PPI.
2. Keputusan Direktur no.. tentang kebijakan pelayanan pasien resiko tinggi.

D. Prosedur
1. Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularannya pada pasien dengan
penyakit menular dan pasien dengan daya tahan yang diturunkan akibat obat-
obatan yang diberikan.
2. Tempatkan pasien pada ruangan isolasi dengan penyakit dan resiko penularannya.
3. Infromasikan kepada pasien dan keluarga tentang penempatan pasien pada
ruangan isolasi dan alas an penempatan dalam ruangan tersebut.
4. Gunakan alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis dan paramedic setiap
berhubungan dengan pasien sesuai standard APD dari PPI
5. Asuhan pasien dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten dan terampil.
6. Asuhan pasien dicatat dalam rekam medis pasien.

E. Unit Terkait
1. Bidang Pelayanan Medis
2. Bidang keperawatan
3. Bagian rumah tangga
4. IPCN

Kebijakan Penanganan, Penggunaan, Pemberian Darah dan Produk Darah

A. Pengertian
Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang memerlukan
darah dan atau produk darah dengan memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set tranfusi.cairan melalui intravena (infus).

B. Tujuan
1 Meningkatkan volumen darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau
perdarahan).
2 Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia berat.
3 Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).

C. Kebijakan

D. Prosedur
1 Alat-alat
a. Standar Infus.
b. Set tranfusi.
c. IV Catheter no 18 / 20
d. Botol berisi cairan NaCl 0,9 %.
e. Produk darah yang benar sesuai program medis.
f. Pengalas.
g. Torniket.
h. Kapas alkohol.
i. Plester.
j. Gunting.
k. Kasa steril
l. Betadine
m. Sarung tangan.

2 Prosedur
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Gantung larutan NaCl 0,9 % dalam botol untuk digunakan setelah tranfusi
darah.
d. Gunakan selang infus yang mempunya filter (selang Y atau tunggal).
e. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9 % (lihat prosedur pemasangan infus)
terlebih dahulu sebelum pemberian tranfusi darah.
f. Sebelum dilakukan tranfusi darah terlebih dahulu memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa
kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya
bekuan.
g. Buka set pemberian darah.
h. Cara tranfusi darah :
1) Tusuk kantong NaCl 0,9 %
2) Isi selang dengan NaCl 0,9 %
3) Buka klem pengatur pada selang dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9 %.
4) Tutup/klem pada slang yang tidak digunakan.
5) Tekan/klem sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter
terisi sebagian).
6) Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl 0,9 %.
7) Kantong darah perlahan-lahan dibalik-balik 1 2 kali agar sel-selnya
tercampur. Kemudian tusuk kantong darah dan buka klem pada selang dan
filter terisi darah.
8) Setelah darah selesai sampai darah habis, pasang kembali cairan infus NaCl
0,9%.
i. Catat tipe, jumlah dan komponen darah yang diberikan.
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

E. Unit terkait
1 Instalasi Rawat Inap
2 IGD

F. Dokumen Terkait
Status rekam medis pasien
Pelayanan Pasien dengan Restraint

A. Pengertian
1 Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang sakit
yang dirawat di Rumah Sakit yang bertujuan untuk mengurangi atau
menyembuhkan keluhan yang berhubungan dengan kesehatan orang sakit tersebut.
2 Restraint adalah suatu metode/cara pembatasan/restriksi yang disengaja terhadap
gerakan/perilaku seseorang. Dalam hal ini, perilaku yang dimaksudkan adalah
tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari/tidak
disengaja/sebagai suatu refleks.

B. Tujuan
Sebagai acuan kepada staf medis mengenai teknik membatasi ruang gerak pasien
yang bertujuan untuk melindungi atau menghindari menciderai diri, orang lain dan
lingkungan baik secara fisik, mekanis maupun kimia.

C. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Johar Baru No. :
tentang Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Umum Johar Baru

D. Prosedur
1 Perawat melakukan skrining terhadap pasien yang dirasa memerlukan tindakan
restrain.
2 Apabila skrining menyatakan bahwa tindakan restraint diperlukan, maka perawat
segera mengidentifikasi pasien sesuai dengan kondisi pasien.
3 Perawat menjelaskan kepada pasien secara meyakinkan untuk menghentikan
perilakunya.
4 Perawat mengulangi penjelasan jika pasien tidak menghentikan perilakunya 1akan
dilakukan pengikatan.
5 Perawat menjelaskan kepada pasien dan/atau keluarga mengenai alasan
dilakukannya tindakan retsraint.
6 Perawat dengan rekannya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan
restraint apabila tindakan restraint yang akan dilakukan kepada pasien berupa
pembatasan fisik atau mekanis.
7 Setelah selesai melakukan tindakan restraint berupa pembatasan fisik atau mekanis
tanpa instruksi dokter, perawat wajib segera melaporkan kepada dokter
penanggung jawab pasien untuk legalitas .
8 Perawat menyiapkan medikasi segera setelah pembatasan fisik atau mekanis,
disesuaikan dengan kondisi pasien.
9 Perawat memberikan medikasi kepada pasien sesuai instruksi dokter penanggung
jawab pasien.
10 Perawat melakukan observasi setiap 60 menit dan didokumentasikan ke dalam
formulir Rekam Medis yang tersedia.
11 Perawat menghentikan tindakan restraint apabila pasien telah mampu bekerja
sama dengan staf Rumah Sakit untuk tetap tenang selama perawatan.

E. Unit Terkait
1 Instalasi Gawat Darurat
2 Ruang Rawat Inap
3 Unit Perawatan Intensif

Pemberian Kemoterapi

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

1 dari 1
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN

PROSEDUR
TETAP

PENGERTIAN

Untuk memberikan pemahaman dan pengertian kepada petugas dialisis


TUJUAN
agar pelayanan dialisis dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat.

KEBIJAKAN

PROSEDUR
1 PASIEN BARU
1 Pasien yang belum mempunyai Sarana Hubungan Sirkulasi
menetap (Akses Vaskular). Setiap Pasien baru yang mendapatkan
terapi dialisis dianjurkan menggunakan Catheter Double Lumen
= catheter bercabang dua untuk sementara.
2 Pemasangan Catheter Double Lumen dilakukan oleh Dr. Anastesi
di ruang operasi atau di ruang dialisis (kamar tindakan) jika
memungkinkan.
3 Sebelum dialisis dimulai, untuk memastikan posisi (tempat)
ujung Catheter Double Lumen dianjurkan thorax foto.
4 Selama terapi dialisis berlangsung, semua operasional di bawah
pengawasan dan tanggung jawab Dr. Nephrolog setempat.
5 Penting sekali perawat Catheter Double Lumen secara teratur
untuk mencegah infeksi.
2 PASIEN RUTIN
2.1 Pasien yang sudah mempunyai Saran Hubungan Sirkulasi
menetap (akses vaskular) disebut CIMINO atau GRAFT

2.2 Pembuatan akses vaskular ditunjukan kepada pasien pre dialisis


yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya, setelah mendapatkan
penjelasan dari Dokter Nephrologdan pasien menyatakan
persetujuannya.

2.3 Pasien datang ke ruang dialisis sesuaidengan jadwal dialisis atau


dengan perjanjian sebelumnya.

2.4 Perubahan jadwal dialisis harus ada pemberitahuan sebelumnya


dari pasien sendiri atau keluarganya.

3 PASIEN EMERGENCY
3.1 Pasien dengan keadaan gawat dan darurat selama terapi dialisis,
jika terlambat ditangani akan mengancam kehidupannya atau
meninggal.

3.2 Pasien segera dianjurkan menghubungi Dokter penanggung


jawab dialisis (Dr. Nephrolog setempat)

3.3 Penanganan emergency dan pemberian terapi sesuai dengan


petunjuk dan kesepakatan dari Dokter Nephrolog setempat.

3.4 Diluar terapi emergency gunakan obat inventaris ruangan (jika


ada) dan melengkapinya kembali setelah digunakan.

3.5 Segera menghubungi keluarga pasien terdekat.

3.6 Perawat dialisis wajib mencatat secara lengkap dan rinci setiap
kejadian dan tindakan yang telah dilakukan kepada pasien.

3.7 Petugas administrasi mencatat dengan lengkap biaya pemakaian


obat dan tambahan lainnya untuk proses penagihan.
4 PASIEN CITO DIALISIS
4.1 Pasien yang harus segera dilakukan tindakan dialisis, jika
ditunda akan mengancam hidupnya.

4.2 Pasien rawat jalan yang akan cito dialisis, dianjurkan melalui
ruang emergency terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan oleh
dokter jaga apakah diperlukan pemeriksaan laboratoriun, rontgen,
dll.

4.3 Hasilnya dilaporkan kepada Dr. Nephrolog/ Dr. Internis


setempat.

4.4 Petugas emergency segera menghubungi perawat on call dialisis.

4.5 Segera mungkin pasien dilakukan terapi dialisis.

Dokter Nephrolog

UNIT TERKAIT Dokter Internis bersertifikat mahir dialisis


Dokter Umum bersertifikat pelaksana dialisis
Perawat bersertifikat mahir dialisis

DOKUMEN Untuk memberikan pemahaman dan pengertian kepada petugas dialisis


TERKAIT
agar pelayanan dialisis dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat.

Panduan Pelayanan Pasien yang mendapat Kemoterapi

I DEFINISI
Pelayanan Pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang sakit yang dirawat
di Rumah Sakit yang bertujuan untuk mengurangi atau menyembuhkan keluhan yang
berhubungan dengan kesehatan orang sakit tersebut.
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker (sitostatika) yang bertujuan untuk membunuh
sel kanker.

II RUANG LINGKUP
Pelayanan Pasien Kemoterapi dilakukan di Ruang Rawat Inap terutama di Ruang Kemoterapi
dan wajib diketahui oleh dokter, perawat dan ahli farmasi yang berkompeten dalam
memberikan asuhan kepada pasien yang menjalani kemoterapi.

III TATA LAKSANA


Tujuan Pemberian Kemoterapi :
a Kuratif : sebagai pengobatan
b Mengurangi massa tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.
c Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.
d Mengurangi komplikasi akibat metastase.

Cara pemberian obat kemoterapi :


a Intra vena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung
dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang paling banyak
digunakan untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada
ekstravasasi obat.
b Intra arterial
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah ke
daerah tumor dengan cara INFUS INTRA ARTERI menggunakan catheter dan
pompa arteri. Infus intra arteri digunakan untuk memberikan obat selama beberapa
jam atau hari.
c Intra oral
d Intra cavitas/intra peritoneal
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal.
e Sub kutan
f Topikal
Adapun pasien yang diindikasikan mendapat kemoterapi, yaitu :
1 Ajuvan : kanker stadium awal atau stadium lanjut lokal setelah pembedahan.
2 Neo ajuvan (induction chemotherapy) : kanker stadium lanjut lokal
3 Paliatif : kanker stadium lanjut jauh
4 Sensitisizer : kemoterapi yang dilakukan bersama-sama radioterapi

Sedangkan pasien yang merupakan kontra indikasi dalam mendapat kemopterapi :


1 Kontra Indikasi absolut
a Penyakit stadium terminal.
b Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan.
c Septokemia.
d Koma.
2 Kontra Indikasi Relatif.
a Usia lanjut, terutama untuk tumor yang pertumbuhannya lambat dan sensitivitasnya
rendah.
b Status performance yang jelek.
c Gangguan fungsi organ vital yang berat, spt : hati, ginjal, jantung, sumsum tulang, dll.
d Dementia.
e Penderita tidak dapat datang ke klinik secara teratur.
f Pasien tidak kooperatif.
g Tumor resisten terhadap obat.

Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan, yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu
pertimbangan sebagai berikut :
1 Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan 2
2 Jumlah lekosit 4000/ml.
3 Jumlah trombosit 100.000/ul.
4 Cadangan sumsum tulang masih adekuat, misal HB 10ml/dl.
5 Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) tes faal ginjal
6 Bilirubin < 2 mg/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal (test faal hepar).
7 Elektrolit dalam batas normal.
8 Tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun.
Pasien yang akan mendapatkan perawatan kemoterapi wajib menjalani pemeriksaan
penunjang :
1 Diagnosa dan Stadium
a Diagnosa keganasan harus sudah confirmed (tripple diagnostic) yang terdiri dari :
pemeriksaan fisik, imaging dan patologi atau sitologi.
b Penentuan stadium : foto thorax, USG abdomen, mamografi kontra lateral, bone
scan dan lain-lain sesuai dengan jenis kankernya.
c Laboratorium dasar : Darah Lengkap (DL), SGOT,SGPT, BUN.
d Tinggi badan dan berat badan : mengukur luas permukaan tubuh untuk menentukan
dosis obat.
2 Pemeriksaan Tambahan
Creatinin Clearence, EKG ataupun Echocardiografi, asam urat, serum elektrolit, tumor
marker.

Adapun standar ketenagaan untuk petugas yang akan memberikan obat kemoterapi kepada
pasien :
1 Syarat petugas
a Staf harus sudah mendapatkan pelatihan kemoterapi
b Tidak sedang hamil
c Tidak sedang menyusui
d Tidak sedang merencanakan kehamilan
e Menggunakan APD setiap menangani obat sitostatika
2 Hak petugas
a Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap dan fungsi ginjal secara rutin
tiap tahunnya
b Rotasi petugas minimal dua tahun sekali untuk meminimalkan resiko
c Mendapat dukungan asupan nutrisi berupa susu dan telur puding setiap ada tindakan
kemoterapi

Teknik pemberian kemoterapi


Persiapan alat-alat kesehatan, obat kemoterapi dan obat-obat emergensi
Persiapan provider
Pemberian diawali premedikasi sesuai instruksi dokter
Obat-obat kemoterapi dimasukkan sesuai dengan jenis keganasan dan protokol
pemberiannya.

Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :


1 Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi.
2 Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus
karsinoma stadium lanjut.
3 Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau radiasi
4 Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus
kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan limfoma).

Persiapan dan syarat kemoterapi


1 Persiapan
Sebelum pengobatan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
a Darah Lengkap
b Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serim creatinin
meningkat.
d Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
2 Syarat
a Keadaan umum cukup baik.
b Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi
c Informed concent.
d Faal ginjal dan hati baik.
e Diagnosis patologik
f Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
g Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
h Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit >
5000/mm, trombosit > 150 000/mm.
i Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan < 2
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status )
Status penampilan ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyakit kanker
semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai
status penampilannya.
Skala status penampilan menurut ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) adalah sbb :
- Grade 0 : masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas kerja dan
pekerjaan sehari-hari.
- Grade 1 : hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
- Grade 2 : hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50% waktunya untuk tiduran dan
hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat
melakukan pekerjaan lain.
- Grade 3 : Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50% waktunya
untuk tiduran.
- Grade 4 : Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di kursi
atau tiduran terus.

Efek samping kemoterapi dan Cara Mengatasi


Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1 Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama
pemberian, misalnya mual dan muntah.
2 Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3 Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4 Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa
bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

Efek samping yang sering terjadi dan penangannya :


1 Reaksi pada gastrointestinal
a Stomatitis dan dysphagia
Kemoterapi akan menyebabkan iritasi pada mukosa mulut dan dapat menyebabkan
kesulitan menelan (dysphagia).
Penanganannya :
- Buatlah mulut agar jangan kering dengan menggunakan mouthwash yang non
alkoholic atau dengan mengunyah permen karet.
- Hindari makanan dan minuman yang tinggi kadar asamnya.
- Hindari makanan yang terlalu dingin atau panas.
b Anoreksia dan perubahan pengecapan
Cara mengatasinya :
- Jangan makan 1 jam sebelum pemberian dan 2 3 jam setelah pemberian obat.
- Hindari makanan faporit mendekati waktu pemberian.
- Cegah terjadinya stomatitis.
- Hindari mulut dari kekeringan.
c Nausea dan vomiting
Cara mengatasinya :
- Gunakan cara yang efektif yang sudah dikerjakan pada waktu riwayat terjadinya
mual mutah semasa hamil, perjalanan, sakit, atau waktu stres.
- Makanlah makanan dalam temperatur biasa.
- Hindari makanan yang terlalu manis, asin, berlemak, dan beraroma kuat.
- Makanlah dalam porsi kecil tetapi sering.
- Berikan suasana yang menyenangkan pada waktu pemberian kemoterapi.
- Berikan obat anti emetik sebelum dan sesudah pemberian obat.
d Diare dan konstipasi
Diare : disebabkan karena destruksi dari sel-sel mukosa gastrointestinal yang aktif
membelah sehingga fungsi pencernaan dan absorpsi terganggu.
Cara mengatasinya :
- Makan makanan yang low residu /serat, tinggi kalori dan protein.
- Menghindari makanan yang mengiritasi mukosa.
- Minum paling sedikit 3 liter.
- Bila diare lebih dari satu hari, segera ke dokter.
Konstipasi : keluarnya tinja secara tidak enak, nyeri, lebih jarang dan keras.
Cara mengatasinya :
- Minum juice atau makan buah setiap kali makan.
- Minum minuman yang hangat sebelum BAB.
- Minum 3 liter setiap hari, kecuali ada kontra indikasi.
- Makan tinggi serat.
2 Reaksi pada sel darah
Efek samping yang memerlukan intervensi adalah efek samping hematologi.
a Anemia
Cara penanganan :
- Catat dan laporkan gejala-gejala anemia, periksa kadar hemoglobin dan
hematokrit penderita.
- Perhatikan masalah nutrisi, bila perlu tambahkan suplemen zat besi.
- Bila diperlukan terapi medikamentosa atau tranfusi PRC.
b Leukopenia
Penderita kanker sering mengalami immunosupresed akibat dari penyakitnya atau
karena pengobatannya. Keadaan tersebut sering ditandai dengan neutropenia. Pada
penderita yang mengalami neutropeni diberikan GCSf.
c Trombositopenia
Cara penanganan :
- Atur istirahat yang cukup
- Usahakan status gizi yang optimal, terutama protein.
- Bila perlu tranfusi platelet.
3 Reaksi pada kulit dan jaringan lainnya.
Reaksi pada kulit biasanya berupa urticaria, erytema, hiperpigmentasi, foliculitis. Untuk
penanganan : pemberian kemoterapi sementara di stop, berikan obat anti alergi, bila berat
stop seterusnya.
Alopecia : biasanya bersifat sementara dan bervariasi dari yang ringan sampai botak
total.
4 Kedaruratan pada pemberian kemoterapi
a Reaksi hipersensitivitas
- Immediate hypersensitivity reaction
Manifestasinya : reaksi anafilaksis, reaksi sitolitik, reaksi arthus.
- Delayed hypersensitivity reaction
Terjadi reaksi dengan T-limfosit, manifestasi klinis : dermatitis.
b Ekstravasasi
Adalah terjadinya kebocoran obat yang bersifat vesikan dan iritan ke jaringan
subkutan.Merupakan salah satu komplikasi yang memerlukan perhatian khusus.
Parameter pengkajian ekstravasasi :
- Nyeri : nyeri sekali atau rasa terbakar
- Kemerahan : di area penusukan, tidak selalu terjadi pada awal.
- Luka : terjadi setelah beberapa minggu.
- Bengkak : terjadi segera.
- Blood return tidak ada.
- Perubahan kwalitas tetesan infus.

Faktor resiko terjadinya ekstravasasi :


- Pembuluh darah yang rapuh dengan diameter kecil
- Integritas vasculer berkurang
- Trauma penusukan canul dan jenis kanul
- Pembengkakan pada ekstrimitas akibat pembedahan atau terapi penyinaran.
- Jumlah obat terinfiltrasi
- Ketidak mampuan berkomunikasi.
- Konsentrasi dari obat.

Pencegahan :
- Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai.
- Gunaka vena yang tepat.
- Hindari penusukan berulang pada tempat yang sama.
- Gunakan penutup yang mudah terlihat.
- Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis.
- Observasi daerah yang diinfus.
- Komunikasi selama pemberian terutama via bolus.
- Lakukan pembilasan.

Penatalaksanaan :
- Stop infus kanul jangan dicabut.
- Aspirasi darah dari kanul dan jaringan sub kutan sebanyak-banyaknya.
- Beri antidot sesuai jenis obatnya secara IV.
- Cabut kanul, beri antidot secara subkutan dengan spuit 1cc searah jarum jam.
- Berikan korticosteroid zalf di sekitar area ekstravasasi.
- Hindari perabaan pada area ekstravasasi.
- Lakukan pemotretan
- Berikan kompres sesuai dengan jenis obat.
- Istirahatkan ekstrimitas dan tinggikan selama 48 jam.
- Observasi secara teratur terhadap nyeri, bengkak, kemerahan, keras atau nekrose.
- Berikan terapi nyeri.
- Lakukan dokumentasi : tanggal, waktu, jenis vena, ukuran kateter, urutan
pemberian obat, jumlah obat yang masuk, keluhan pasien, tindakan yang
dilakukan, keadaan area ekstravasasi, segera lapor dokter.

Persiapan Penderita
1 Aspek penderita dan keluarga, meliputi :
a Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan penyakitnya.
b Penjelasan mengenai macam dan jenis obatnya, jadwal pemberian dan persiapan
setiap siklus obat kemoterapi.
c Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita.
d Pejelasan mengenai harga obat kemoterapi (kalau perlu)
e Informed Consent.
2 Aspek Onkologis, meliputi:
a Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (besarnya tumor diukur
dengan kaliper atau penggaris), radiologis dan patologis (triple diagnostic), kalau
memungkinkan diperiksa juga tumor marker.
b Tentukan stadium (klinis, imaging) dengan sistem TNM.
c Tentukan tujuan terapi (neoajuvan, ajuvan, terapeutik atau paliatif).
d Tentukan regimen kombinasi terapi, dosis dan prosedur pemberianya.
3 Aspek Medis
a Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang
dapat mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.
b Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit
tersebut di atas (klinis, imaging dan laboratorium).
c Penentuan status performance (karnoffsky atau ECOG).

Persiapan Pemberian Obat Sitostatika


Keamanan penanganan obat sitostatika merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan
oleh dokter, perawat, farmasi, penderita, gudang/distribusi. Oleh karena itu persiapannya
harus sesuai prosedur.
1 Persiapan Obat
a Dosis : ditentukan dengan menggunakan luas permukaan tubuh (body surface
area /BSA) yang diketahiu dengan mengukur TB dan BB.
b Storage dan Stability
Baca petunjuk mengenai storage dan stability masing-masing obat sehingga tetap
dalam keadaan baik. Obat yang tidak mengandung preservasi setelah
dibuka/dilarutkan (oplos) harus segera dibuang dalam waktu 8-24 jam.
c Preparasi (pelarutan)
Pelarut untuk masing-masing obat biasanya disebutkan dalam penjelasan pemakaian
masing-masing obat. Kadang ada pelarut yang incompatible terhadap obat-obat
tertentu.
2 Persiapan provider
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu :
a Pakaian (Gown)
Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar
Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak
melepaskan debu dan serat.
Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan
Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada tangan dan
kaki
b Sarung tangan
Sarung tangan yang digunakan double untuk melindungi jika terjadi tusukan dan
harus menutupi manset baju.
Sarung tangan yang dipakai harus bebas dari bedak, untuk menghindari partikel
tersebut masuk kedalam vial.
Sarung tangan yang robek harus segera diganti
c Tutup Kepala
Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel kotoran
yang dapat mengkontaminasi sediaan.
d Tutup Kaki
Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam
e Masker & Kaca mata
Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata dan
masker.
Di samping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk
mengurangi kontaminan.
Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari kemungkinan
adanya percikan obat kanker.
3 Persiapan peralatan dan cairan
a Jarum suntik yang kecil, abocath no 20 atau 24 (disesuaikan dengan ukuran vena).
b Spuit disposibel 3cc, 5cc, 20cc.
c Infus set, pada obat golongan taxan telah disediakan infus set khusus.
d Larutan NaCl 0,9% 100 cc, NaCl 0,9% 500 cc dan aquadest 25 cc.
e Syringe pump/infuse pump kalau ada.
f Alas penyuntikan, untuk menghindari kontak obat dengan laken.
4 Penyuntikan
a Teliti protokol pemberian obat kemoterapi yang akan diberikan.
b Cek apakah informed consent sudah ada.
c Pilih vena yang paling distal dan lurus (biasanya metacarpal bagian distal) dan
kontralateral dengan kankernya. Dipastikan tidak terjadi ekstravasasi yaitu dengan
memasang infus dan drip cepat.
d Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas dan obat sitostatika
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat serta dimasukkan dalam wadah
sampah medis khusus.
e Buat catatan pada rekam medik penderita, catat semua tindakan.

Respon kemoterapi dapat didefinisikan sebagai :


1 Respon lengkap (complete response)
Adalah tidak tampaknya semua bukti adanya penyakit dan tidak tampaknya penyakit
baru untuk selang waktu yang ditentukan (biasanya empat minggu).
2 Respon sebagian (partial response)
Adalah berkurangnya ukuran tumor paling sedikit 50% dari dua diameter terpanjang dari
semua lesi dalam waktu tidak kurang dari empat minggu dan tidak ditemukan adanya lesi
baru.
3 Respon minimal (no change)
Ukuran tumor mengecil kurang dari 50%, biasanya tidak dilaporkan dalam uji klinis.
4 Progression (progressive disease)
Didapatkan peningkatan ukuran tumor lebih dari 25%, dan adanya pertumbuhan penyakit
atau tampaknya penyakit baru selama kemoterapi.

Pada pemberian kemoterapi neoajuvan, setelah pemberian siklus ke-3 dilakukan penilaian
respon terapi dan resektibilitasnya. Bila didapatkan respon parsial dan menjadi resektabel
maka dilanjutkan dengan tindakan operasi. Bila respon terapi menunjukkan respon minimal
atau tidak resektable, maka dilanjutkan dengan radioterapi atau kombinasi kemoterapinya
ditingkatkan menjadi second line chemotherapy.

IV DOKUMENTASI
1 Pengkajian Pasien Kemoterapi
2 Informed Consenst dan Persetujuan Tindakan Medis

SPO PELAYANAN MENGARAHKAN RESUSITASI


No.Dokumen: No. Revisi : Halaman :

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


PROSEDUR Direktur Terkait
OPERASIONAL

PENGERTIAN Proses penanganan dengan kategori resusitasi yang mengancam nyawa


dan butuh pertongan
TUJUAN Memberikan pelayanan pasien dengan cepat oleh tim medis dan
keperawatan
KEBIJAKAN Rumah Sakit Aulia memberikan resusitasi pada pasien yang
membutuhkan pertolongan sesuai dengan kegawatan
PROSEDUR 1 Petugas melakukan tanda Alert kepada dokter jaga
2 Penanganan pasien dilakukan diruangan dan secara terintegrasi
3 Setiap pasien resusitasi akan dilayani oleh perugas medis pada
saat itu
4 Pasien dengan kategori resusitasi :
Pasien yang tiak sadar atau kesadaran umum menurun
(GCS<9)
Pasien dengan sumbatan jalan nafas
Pasien dengan gangguan sirkulasi(henti jantung,nadi
tidak teraba,akral dingin)
Suhu 40C
5 Sarana dan prasarana untuk pasien resusitasi terdiri dari:
1 Nasopharingeal dan nasotrakheal tube
2 Oropharingeal dan orotrhacheal tube
3 Laryngoscope set dewasa dan anak
4 Tracheostomi set dan Cricotracheostomi set
5 Bag valve mask dewasa dan anak
6 EKG
7 Vena section dewasa dan anak
8 Chest tube
9 Vital sign monitor
10 Defibrillator
11 Oksigen medis
12 Stetoskop
13 Thermometer
Resusitasi Kit terdiri dari
Nasal kanul dewasa dan anak
Simple mask dewasa dan anak
Non re-breathing mask dewasa dan anak
Paket infuse dewasa dan anak
Paket kateter dewasa dan anak
Paket NGT dewasa dan anak
Obat-obatan emergency
2 Dokter jaga dan petugas medis melakukan pelayanan medis
berupa penanganan life savingResusitasi Jantung Paru (RJP).
3 Pasien dengan kategori Do Not Resucitate (DNR) dilakukan
tatalaksana sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Memulai dan Mengakhiri Resusitasi
UNIT TERKAIT 1 Instalasi Gawat Darurat
2 Unit Rawat Inap Ruang
3 HCU

Vous aimerez peut-être aussi