Vous êtes sur la page 1sur 14

Askep Hernia

BAB I
KONSEP DASAR

A. Pengertian dan Penyebab


1. Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal
malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari,
2000 : 216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis). (Oswari, 2000 : 216)
2. Penyebab
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini
mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh
hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali
pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia
diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita
hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut
lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan
dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).

B. Patofisiologi/Pathways
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang
luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal
paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat
berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik
karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot,
individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wankita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen diarea kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum
pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini
karena defisiensi kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.

Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara (Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina,
2001 : 253)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi
ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren
karena kekurangan supali darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit
defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan
perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal
indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan
membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long.
1996 : 246).

C. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang


1. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping
benjolan di bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)

2. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
( sumber )
D. PENGKAJIAN FOKUS
Aktivitas/istirahat
Gejala : - Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu
lama
- membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
- Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan
Eliminasi

Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine


Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme
otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong,
bahu/lengan, kaku pada leher.
(Doenges, 1999 : 320-321)
Post Operasi
Status Pernapasan
- Frekuensi, irama dan ke dalaman
- Bunyi napas
- Efektifitas upaya batuk
Status Nutrisi
- Status bising usus, mual, muntah
Status Eliminasi
- Distensi abdomen pola BAK/BAB
Kenyamanan
- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
Kondisi Luka
- Keadaan/kebersihan balutan
- Tanda-tanda peradangan
- drainage
Aktifitas
Askep hernia

HERNIA

A. DEFENISI
Hernia (burut) adalah penonjolan abnormal dari suatu viscus ke luar dari rongga yang normal.
Viscus adalah berbagai organ interior besar yang terdapat dalam rongga tubuh yang besar
khususnya di abdomen. Cincin hernia adalah cincin dari jaringan muskuler (terbuka) melalui
dimana viscus menonjol. Pembukaan dari dinding rongga dimana viscus menonjol mungkin
bervariasi ukurannya dan mungkin congenital atau didapat. Penonjolan dari viscus mungkin
intermitten atau terus menerus, tergantung dari jenis dan beratnya hernia. Walaupun istilah ini
mungkin dipakai pada berbagai bagian tubuh (misalnya hernia diskus intervertebral, hernia
cerebral, umumnya mengarah pada penonjolan suatu viskus abdomen dari rongga abdomen.

B. KLASIFIKASI
Hernia abdominal mungkin diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi dan beratnya protrusi.
Daerah yang paling sering muncul adalah hiatal (diafragma), insisional (ventral), umbilical,
inguinal (langsung atau tidak langsung), atau femoral.
Tingkat beratnya penyakit mungkin digambarkan dengan satu dari empat istilah : reducible
(dapat kembali), irreducible, inkarserata atau strangulata. Pada hernia reducible, penonjolan dari
viskus akan menyusut ke dalam abdomen secara mekanik jika penderita supinasi, atau secara
manual dapat dikembalikan dengan menekan massa kembali ke rongga. Hernia irreducible tidak
dapat dikembalikan ke dalam rongga abdomen dengan cara apapun. Hernia inkarserata adalah
keadaan dimana viskus yang menonjool bersifat irreducible dan obstruksi. Keadaan ini akan
berakibat tersumbatnya aliran darah dari dan ke viskus, dan hernia menjadi strangulata. Kedua
keadaan terakhir ini adalah serius dan perbedaan antara keduanya susah.
Hernia inkarserata dan strangulasi dianggap sebagai emergensi bedah karena viskus akan
menjadi tersumbat secara akut, dan jika suplai darah tidak terpenuhi, maka dengan cepat menjadi
nekrosis dan gangreng. Usus atau kandung kencing pada hernia femoral, adalah organ yang
mungkin terdapat dalam kantong hernia dan oleh karenanya mengalami proses ini. Hernia
inguinal indirek, umbilikal dan femoral adalah yang lebih sering mengalami strangulasi dari
yang lain karena kantongnya mempunyai leher yang lebih kecil dan cenderung dikelilingi oleh
jaringan cincin yang kaku, kebalikannya dari hernia inguinal direk, yang cenderung mempunyai
leher yang lebih luas. Juga, perlengketan mungkin timbul antara kantong dan isinya dan
menyebabkan hernia irreducible atau inkarserata.

C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Hernia abdominalis disebabkan oleh kombinasi dari kelemahan atau defek dari dinding otot dan
peningkatan tekanan intra abdominal, defek dari dinding otot ini mungkin timbul dari kelainan
congenital termasuk gangguan dari jaringan kolagen dan integritas otot, atau dari intervensi
bedah sebelumnya, kelemahan dinding otot yang didapat mungkin terjadi sebagai akibat dari
trauma atau dengan proses ketuaan.
Tekanan intraabdominal dapat meningkat oleh sejumlah keadaan lingkungan dan keadaan
patologis tertentu. Meliputi kehamilan, obesitas, kerja keras (Manuver Valsava) seperti konstipasi
lama, penekanan yang dikaitkan dengan tekhnik yang salah ketika mengangkat beban atau
barang yang berat, mendorong atau menarik, asites, batuk kronis, dan pembesaran tumor atau
lesi, tekanan intraabdominal yang meningkat, mungkin tidak akan menyebabkan hernia jika tidak
disertai dengan kelemahan dinding otot.

D. TYPE HERNIA
1. Hiatal Hernia
Hiatal hernia adalah penonjolan dari bagian lambung melalui hiatus dari diafragma dan masuk ke
dalam rongga thoraks, ada 2 jenis hiatal hernia:
a. Sliding hernia, lambung dan persambungan antara usofagus dan lambung tergelincir masuk ke
dada (yang paling umum).
b. Paraesofagal hernia (rolling hernia) bagian dari kurvatura mayor dari lambung masuk
melalui defek diafragma.
Patofisiologi/etiologi
a. Kelemahan otot karena proses ketuaan atau keadaan lain, seperti karsinoma esophagus atau
trauma, atau setelah prosedur bedah tertentu.
*Manifestasi klinik
a. Mungkin tidak bergejala.
b. Heartburn/perasaan panas dalam perut (dengan atau tanpa regurgitasi dari isi lambung ke
mulut)
c. Disfagia; nyeri dada.
*Evaluasi diagnostik
a. Pemeriksaan barium dari hernia sepanjang esophagus.
b. Pemeriksaan endoskopi melihat defek.
*Penanganan
a. Tinggikan bagian kepala tempat tidur (15-20 cm) / 6 8 inci untuk mengurangi refluks pada
malam hari.
untuk menetralisir asam lambung.b. Therapi antasida
c. Histamin-2 reseptor antagonis (cimetidin, rantidin) jika pasien menjalani esofagitis.
d. Perbaikan bedah dari hernia jika gejala memberat.
*Komplikasi
terbatasnya aliran darah.a. Inkarserata dari bagian lambung dalam rongga dada
Tindakan keperawatan /Pembelajaran pasien
a. Anjurkan pasien pencegahan dari refluks isi lambung ke dalam esophagus dengan :
1). Makan sedikit-sedikit.
2). Menghindari rangsangan sekresi lambung dengan menghindari kafein dan alcohol.
3). Menghentikan merokok.
4). Menghindari makanan berlemak meningkatkan refluks dan menghambat pengosongan
lambung.
5). Menghindari berbaring terlentang paling tidak 1 jam setelah makan.
6). Menurunkan berat, jika obesitas.
7). Menghindari menekuk pinggang dan atau memakai pakaian yang ketat.
b. Nasehati pasien untuk melaporkan ke fasilitas kesehatan segera jika timbul nyeri dada akut
mungkin mengindikasikan inkarserasi dari hernia paraesofagal besar.
2. Hernia Abdominalis
Manifestasi klinik
a. Penonjolan diatas daerah hernia jika pasien berdiri atau menarik, dan menghilang jika
terlentang.
b. Hernia cenderung bertambah ukurannya dan muncul kembali dengan tekanan intraabdominal.
c. Hernia strangulasi timbul disertai nyeri, muntah, oedema dari kantong hernia, tanda-tanda
iritasi peritoneum dari abdominal bawah, demam.
Evaluasi diagnostik
Didasarkan pada manifestasi klinik :
a. Abdominal X rays menampakkan keadaan abnormal dari tinggi gas dalam perut.
b. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, elektrolit) mungkin menunjukkan heokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), dehidrasi (peningkatan atau penurunan sodium), dan peningkatan
WBC (eritrosit).
Penanganan
a. Mekanik (hanya pada hernia reducible)
1.) Pembebat dipasang dengan bantalan dan ikat pinggang yang dipasang dengan pas diatas
hernia untuk mencegah isi abdomen masuk ke kantong hernia. Tidak mengobati hernia;
digunakan hanya jika pasien tidak/bukan calon bedah.
2.) Hernia parastomal seringkali ditangani dengan ikat pinggang yang menyokong hernia dengan
Velcro dan ditempatkan di sekitar system kantong ostomy (hampir sama dengan pembebat).
b. Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki hernia sebelum timbul strangulasi, yang
kemudian menjadi keadaan emergensi.
1.) Herniorafi pengangkatan dari kantong hernia, isinya dikembalikan ke dalam abdomen;
lapisan otot dan fascia dijahit. Herniorafi laparoskopi mungkin, seringkali dilakukan pada pasien
rawat jalan.
2.) Hernioplasti meliputi memperkuat jahitan (seringkali dengan mesh/alat untuk menautkan)
untuk memperbaiki hernia yang luas.
3.) Hernia strangulasi memerlukan reseksi dari usus yang iskemia disamping memperbaiki
hernia.
c. Komplikasi
Obstruksi usus.
Pengkajian keperawatan
1). Menanyakan kepada pasien apakah hernia memebesar dan tidak menyenangkan.
2). tentukan apakah pasien memperlihatkan tanda dan gejala strangulasi, seperti distensi, demam,
mual dan muntah.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penonjolan hernia (mekanik).
2. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur emergensi pada hernia strangulasi dan
inkarserata.
Intervensi keperawatan :
a. Memberi rasa nyaman.
1.) Pasang pembebat atau ikat pinggang pada pasien jika hernia bersifat reduce (dapat kembali)
jika dianjurkan.
2.) Posisi trendelenburg mungkin mengurangi tekanan pada hernia, jika memungkinkan.
3.) Menekankan pada pasien untuk memakai pembebat di dalam pakaian dan memasang sebelum
bangun dari tempat tidur jika hernia bersifat reduce (dapat kembali).
4.) Evaluasi tanda dan gejala hernia inkarserata atau strangulasi.
5.) Pasang NGT, jika diindikasikan, untuk menghilangkan penekanan pada kantong hernia.
b. Menghilangkan nyeri post operasi.
1.) Anjurkan pasien membelat daerah insisi dengan tangan atau bantal jika batuk untuk
mengurangi nyeri dan melindungi lokasi dari peningkatan tekanan intraabdominal.
2.) Berikan analgetik sesuai anjuran.
3.) Ajarkan tentang istirahat, pemberian es, dan elevasi skrotum sebagai tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi edema skrotum atau pembengkakan setelah perbaikan dari hernia inguinal.
4.) Ajarkan ambulasi segera setelah diperbolehkan.
5.) Nasehati pasien bahwa kesukaran dalam berkemih setelah pembedahan adalah hal yang
umum terjadi; meningkatkan eliminasi untuk menghindari rasa tidak nyaman dan memasang
catheter jika diperlukan.
c. Pencegahan infeksi
1.) Periksa pembalut drain dan insisi adanya kemerahan dan pembengkakan.
2.) Monitor tanda dan gejala infeksi lain; demam, dingin, malaise dan keringat berlebihan.
3.) Berikan antibiotik, jika diperlukan.
Pembelajaran pasien/memelihara kesehatan
1. Nasehati bahwa nyeri dan pembengkakan skrotum mungkin timbul 24 48 jam setelah
pembedahan pada hernia inguinal.
2. Ajarkan untuk memonitor sendiri tanda-tanda infeksi : nyeri, perembesan dari insisi,
peningkatan suhu, juga kesukaran yang terus menerus dalam buang air.
3. menginformasikan bahwa mengangkat beban harus dihindari selama 4 6 minggu. Atletik dan
penggunaan tenaga yang berlebihan dihindari selama 8 sampai dengan 12 minggu post operasi,
setiap pemberian istruksi.
Evaluasi
1. Hernia yang dapat dihilangkan secara efektif dengan pembebat atau ikat pinggang; pasien
merasa nyaman ; tidak ada gejala dan infeksi.
2. Kebutuhan analgesik minimal; tidak timbul edema, ambulasi.
3. Tidak demam, luka bersih dan kering.
DAFTAR PUSTAKA

Patrick, et all. Medical Surgical Nursing (Pathophysiological Concepts). Second Edition, J.B.
Lippincott Company. Spokane Washington. 1991. Page 1644.

ASKEP HERNIA INGUINALIS

A.KONSEP DASAR MEDIK


1.Pengertian
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek/bagian yang lemah dari
dinding rongga. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui hernia annulus inguinalis
atau lateralis, menyusuri kanalis yang keluar dari rongga perut melalui inguinalis eksterna.

2.Etiologi
Kongenital
Terjadi akibat prosesus vaginalis peritonium disertai dengan annulus inguinalis yang cukup lebar,
terutama ditemukan pada bayi
Akuisita
Akuisita ditemukan adanya faktor kausa yang berperan untuk timbulnya hernia yaitu :
a. Prosesus vaginalis yang terbuka, yang disebabkan oleh;
Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
Batuk kronik, bronchitis kronik, TBC.
Hipertropi prostat dan konstipasi.
b.Kelemahan otot dinding perut, yang disebabkan oleh;
Usia tua, sering melahirkan.
Kerusakan moninguinalis dan iliofermalis setelah apendiktomi.

2.Pathofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruas paling dalam
lumen inguinalis atau dapat disebaabkan karena trauma tekanan intra atau kegemukan.
Mengangkat beban yang berat juga menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdominal, seperti
batuk dan cedera traumatik karena tekanan tumpul. Kedua faktor ini terjadi bersamaan dengan
kelelahan otot, individu akan mengalami hernia dan bila isi kanong hernia dapat dipindahkan
kekantong abdomen yang termanipulasi.
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)
memotong suplai darah kesegmen hernia dari usus menjadi terstragulasi. Situasi ini adalaah
kedaruratan bedah karena usus terlepas. Usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan
suplai darah. Henia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan dapat menjadi sangat berat dan
sering turun ke skrotum.

3.Insiden
Hernia inguinalis umumnya lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Insidennya tinggi
pada bayi dan anak kecil. Pada bayi dan anak sekitar 1-2 % sisi kanan dan biasanya lebih sering
(60 %) dibanding pada sisi kiri (20 %) bilateral sebanyak (0-15 %).

4.Manifestasi Klinik
Umumnya klien mengatakan adanya benjolan pada lipatan paha. Pada bayi dan anak adanya
benjolan yang hilang timbul dilipatan paha, dan hal ini biasanya diketahui oleh orang tuanya.
Pada inspeksi, diperhatikan pada keadaan osimetris pada kedua sisi lipatan paha,posisi berdiri
dan berbaring. Pada saat batuk dan mengedan biasanya akan timbul benjolan.
Pada palpasi, teraba isis usus, omentum (seperti karet)

5.Test Diagnostik
Tindakan diagnostik yaitu :
a. Foto thoraaks: Menunjukan adanya massa tanpa udara jika omentum yang masuk dan massa
yang berisi udara jika lambung adalah usus yang masuk.
b. Laboratorium : Menunjukan adanya peningkatn pada hasil pemeriksaan SGOT.
c. CKG : Biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.
6.Penatalaksanaan Medis
Pada hernia inguinalis lateralis responbiliti maka dilakukan bedah elektif.
Pada trepopiblis, maka diusahakan agaar isis hernia dapat dimasukan kembali.
Istirahat baring.
Kompres es.
Diusahakan sebelum dilakukan pembedahan, diberikan diet khusus.
Melakukan penekanan secara kontinue pada benjolan.
Tindakan pembedahan :
-Herniotomie (memotong hernia).
-Neriorafi (menjahit kantong hernia).

B.KONSEP KEPERAWATAN
Data Dasar Pengkajian Pasien
Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau
kronik apakah berpengaruh terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang
terkompresi atau tertekan.

Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama.
Membutuhkan matras/papan yanag keras saat tidur.
Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena.
Gangguan dalam berjalan.
Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia atau retensi
urine.
Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga atau orang terdekat.
Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan atau spasme
otot pada vertebralis.
Penurunan persepsi nyeri (sensorik).

Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki ataua fleksi pada leher, nyeri
yang tiada hentinya atau adanya episode nyeri yanag lebih berat secara intermiten. Nyeri yang
menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher atau servikal. Terdengar
adanya suara krek saat nyeri bahu timbul/saat trauma atau merasa punggung patah.
Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena. Perubahan cara berjalan,
berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
Nyeri pada palpasi.

C.PROSES KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat menunjukan benjolan pada
lipat paha atau area umbilikal.
Keluhan tentang aktivitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara
spontan atau hanya tampak pada aktivitas yang meningkatkan tekaanan intra abdomen, seperti
batuk, bersin, mengangkat berat atau defekasi.
Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan. yang
meningkatkan tekaanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau defekasi.
Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan. Nyeri
menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap pembedahan segera. Selain itu manifestasi
obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi sampai tidak ada mual/muntah).

2.Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (secara khusus saat mengejan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi
pembedahan.
b. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri.
c. Kurang pengetahuan; potensial terhadap komplikasi GI berkenaan dengan adanya hernia dan
tindakan yang dapat mencegah kekambuhaan mereka.

3.Perencanaan/Implementasi
Tujuan yang harus dicapai adalah adanya kenyamanan yang sudah dapat diarasakan oleh pasien,
pasien dapat berkemih tanpa kesulitan lagi, tidak adanya infeksi. Pasien dapat mengungkapkan
pengetahuannya tentang tanda-tanda daan gejala komplikasi dan memenuhi tindakan yang
diprogramkan untuk pencegahan.

4.Intervensi
Kaji dan dokumentasikan nyeri; beratnya, karakternya, lokasi, durasi, faktor pencetus dan
metode-metode penghilangnya. Gunakan skala nyeri pada pasien, rentangkan ketidaaknyamanan
dari 0 (tanpa nyeri) sampai 10 (nyeri paling hebat).
Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, merenggang, batuk dan mengangkat beban
berat.
Berikan analgesik sesuai program bila dindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pasca
operasi.
Kaji dan dokumentasikan distensi suprapubik atau laporan klien tentang tidak dapat berkemih.
Pantau keluaran urine. Dokumentasikan dan laporkan berkemih sering <100 ml.
Untuk mempermudah berkemih dengan mengimplementasikan intervensi berikut; posisikan
pada posisi normal untuk berkemih, biarkan pasien mendengar bunyi air mengalir atau
tempatkan tangan pasien di air hangat.
Anjurkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap; mual dan muntah,
demam dan distensi abdomen.
Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi serat atau menggunakan suplemen diet serat
untuk mencegah konstipasi. Anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 ltr/hr untuk meningkatkan
konsistensi faeces lunak.

5.Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
Dalam 1 jam intervensi, persepsi subyektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun,
dibuktikan dengan skala nyeri. Indikator-indikator obyektif seperti meringis tidak ada atau
menurun.
Dalam 8-10 jam pasca pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Keluaran urine 100 ml
setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) lebih periode 24 jam.
Setelah instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala
komplikasi dan memenuhi tindakan yang diprogramkan untuk pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA
1.Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC, Jakarta.
2.Barbara C. Lag, 1996, Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3, Yayasan TAPK
Pengajaraan, Bandung.
3.Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius
FKUI, Jakarta.
4.R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA : ABDOMINAL


Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Hal ini
seringkali disebut ruptur . Hernia abdominal cendering terjadi pada kelemahan
struktural yang didapat atau kongenital atau trauma pada dinding abdominal, yang
terjadi karena peningkatan tekanan intrabdomen akibat dari mengangkat benda
berat, obesitas, kehamilan, mengejan, batuk atau kedekatannya dengan tumor.
Banyak jenis hernia abdominal yang terjadi, dilkasifikasikan berdasarkan tempat :
1. Hernia inguinal (paling umum), visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik
di mana tali spermatik muncul pada pria, dan di sekitar ligamen pada wanita.
Melalui lubang ini, hernia inguinal yang tidak langsung melebar menuruni kanal
inguinal dan bahkan ke dalam skrotum atau labia. Hernia inguinal langsung
menonjol melalui dinding inguinal posterior.
2. Hernia femoral, terjadi dimana arteri femoralis masuk ke dalam kanal femoral,
dan muncul di bawah ligamen inguinal di bawah pangkal paha.
3. Hernia umbilikal, terjadi karena kegagalan orifisum umbilikal untuk menutup. Hal
ini paling sering terjadi pada wanita obesitas, anak-anak, dan pada pasien dengan
peningkatan tekanan intraabdominal karena sirosis dan asites.
4. Hernia insisional atau ventral, terjadi melalui dinding abdominal karena
kelemahan, kemungkinan juga karena penyembuhan insisi bedah yang buruk.
5. Hernia parastomal menonjol melalui defek fasial di sekitar stoma dan ke dalam
jaringan sub kutan.
Hernia dapat dikurangi, jika massa yang menonjol dapat ditempatkan kembali di
dalam rongga abdomen ; tidak dapat dikurangi ; jika massa yang menonjol tidak
dapat dikembalikan lagi ke tempatnya ; inkaserasi, jika aliran intestinal tersumbat
seluruhnya ; atau strangulasi, jika aliran darah dan aliran intestinal tersumbat
seluruhnya.
PENGKAJIAN

1. Tonjolan hernia jika pasien berdiri atau mengejan (Valsava manuver) dan hilang
pada saat telentang.
2. Rasa tidak nyaman atau tertarik
3. Strangulasi nyeri parah, muntah, pembengkakan kantong hernia, nyeri tekan
memantul, demam.

EVALUASI DIAGNOSTIK

1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan ketidakseimbangan
elektrolit.

PENATALAKSANAAN

Intervensi terapeutik
Jika hernia dapat dikurangi dan pasien adalah calon pasien bedah yang buruk,
sebuah truss/penopang (bantalan dan sabuk) dapat dipasang dengan tepat di atas
area hernia untuk mencegah visera masuk ke dalam kantong hernia. Alat yang
hampir sama tersedia untuk hernia parastomal yang dapat dikurangi.

Intervensi bedah
Pembedahan dianjurkan untuk memperbaiki defek dan mencegah strangulasi.
Prosedur prosedurnya meliputi :
a. Herniorafi pengangkatan kantong hernia ; isinya dikembalikan lagi ke
abdomen ; lapisan otot dan fasia dijahit ; dapat dilakukan melalui laparoskopi pada
pasien rawat jalan.
b. Hernioplasti melibatkan penjahitan penguatan, untuk memperbaiki hernia yang
meluas.
c. Reseksi usus untuk usus yang iskemik bersamaan dengan perbaikan hernia
terstrangulasi.

DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia


atau intervensi pembedahan.

Intervensi :
1. Kaji dan catat nyeri : beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetus, dan
metode penghilangan. Tentukan skala nyeri dengan pasien, rentangkan
ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Laporkan nyeri
berat, menetap, yang menandakan komplikasi.
2. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk, dan
mengangkat benda yang berat. Ajarkan pasien untuk menekan insisi dengan tangan
atau bantal selama episode batuk ; ini khususnya penting selama periode
pascaoperasi awal dan selama 6 minggu setelah pembedahan.
3. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan dekker (truss), bial diprogramkan, dan
anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya jika turun dari tempat
tidur. Catatan : pasang truss sebelum pasien turun dari tempat tidur.
4. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum atau kompres es, yang sering
diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan
hernia inguinalis.
5. Berikan analgetik sesuai program jika diindikasikan, secara khusus sebelum
aktivitas pascaoperasi. Gunakan tindakan kenyamanan ; distraksi, interaksi verbal
untuk meningkatkan ekspresi perasaan dan menurunkan ansietas, gosokan
punggung, dan teknik reduksi stres, seperti latihan relaksasi. Catat derajat
penghilangan yang didapat, dengan menggunakan skala nyeri.

2. Retensi urine (atau risiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan
nyeri, trauma, dan penggunaan analgetik selama pembedahan abdomen bawah.

Intervensi :

1. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
2. Pantau haluaran urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering <> 20 mmHg,
klem kateter sampai tekanan darah pasien kembali ke batas normal.

3. Kurang pengetahuan : Potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya


hernia, dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan.

Intervensi :

1. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap ; mual dan
muntah ; demam ; dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan
inkarserasi atau strangulasi usus.
2. Dorong pasien untuk mengikuti regimen pengobatan : penggunaan dekker atau
penyokong lainnya dan menghindari mengejan, meregang, konstipasi, mengangkat
benda yang berat.
3. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi residu atau menggunakan
suplemen diet serat untuk mencegah konstipasi. Anjurkan masukan cairan
sedikitnya 2 3 L/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
4. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

PENYULUHAN PASIEN KELUARGA DAN PERENCANAAN PEMULANGAN


Berikan informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan orang terdekat tentang hal
berikut :
1. Perawatan insisi dan teknik penggantian balutan, jika tepat. Beritahu pasien
tanda infeksi pada insisi, yang memerlukan intervensi medis : demam, kemerahan
menetap, bengkak, hangat lokal, nyeri tekan, drainage purulen, bau busuk.
2. Gejala kekambuhan hernia dan komplikasi pascabedah
3. Pembatasan aktivitas pascabedah sesuai petunjuk : biasanya mengangkat benda
yang berat (> 4 kg) dan mengejan dikontraindikasikan selama kira-kira 6 minggu.
Antisipasi kembali bekerja dalam 2 minggu untuk pekerja kantor dan 6 minggu
untuk buruh.
Pentingnya mekanika tubuh yang tepat untuk mencegah kekambuhan, khusunya
jika bila dan bergerak.
Mencegah konstipasi dan mengejan saat defekasi (mis., dengan makan diet tinggi
residu (buah-buahan, sayuran, banyak cairan, roti gandum), hindari sereal sangat
halus dan pasta (mis., nasi putih, roti putih, mie dan es krim).
Pengunaan laksatif jika diperlukan.
Obat-obatan meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, interaksi obat/obat dan
makanan/obat, dan potensial efek samping.

Vous aimerez peut-être aussi

  • 18_NOVANSA TRI RAMADHANI
    18_NOVANSA TRI RAMADHANI
    Document9 pages
    18_NOVANSA TRI RAMADHANI
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • 2. tugas 2
    2. tugas 2
    Document1 page
    2. tugas 2
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • 3333
    3333
    Document9 pages
    3333
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • estr
    estr
    Document1 page
    estr
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Sivil - Ditjen Dikti Kemdikbud
    Sivil - Ditjen Dikti Kemdikbud
    Document1 page
    Sivil - Ditjen Dikti Kemdikbud
    Aswin Bahar
    Pas encore d'évaluation
  • 555
    555
    Document16 pages
    555
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Agama Kel 1
    Makalah Agama Kel 1
    Document9 pages
    Makalah Agama Kel 1
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Dosis Obat
    Daftar Dosis Obat
    Document7 pages
    Daftar Dosis Obat
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • GangguanPertukaranGas
    GangguanPertukaranGas
    Document25 pages
    GangguanPertukaranGas
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • FR - Alviolaris Maxilla Sinistra
    FR - Alviolaris Maxilla Sinistra
    Document11 pages
    FR - Alviolaris Maxilla Sinistra
    Edwin Tri Nugraha
    Pas encore d'évaluation
  • 5107 12728 2 PB PDF
    5107 12728 2 PB PDF
    Document9 pages
    5107 12728 2 PB PDF
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • LP Melena
    LP Melena
    Document21 pages
    LP Melena
    Bagas Andreas
    Pas encore d'évaluation
  • DHF
    DHF
    Document9 pages
    DHF
    Gus Wid Like
    Pas encore d'évaluation
  • Typus
    Typus
    Document17 pages
    Typus
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Asma Bronchial
    Askep Asma Bronchial
    Document11 pages
    Askep Asma Bronchial
    Nur Afni Apriliani
    Pas encore d'évaluation
  • Penyuluhan 2
    Penyuluhan 2
    Document11 pages
    Penyuluhan 2
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • ANALISIS
    ANALISIS
    Document15 pages
    ANALISIS
    Nophienyagigghz Luphmoepolephel Anyun'nyuntama
    0% (1)
  • Seminar Kasus
    Seminar Kasus
    Document31 pages
    Seminar Kasus
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Paripurna Sip
    Askep Paripurna Sip
    Document69 pages
    Askep Paripurna Sip
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • ABTRAK
    ABTRAK
    Document2 pages
    ABTRAK
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Pendahuluan Pencernaan 1
    Pendahuluan Pencernaan 1
    Document3 pages
    Pendahuluan Pencernaan 1
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Api 3
    Api 3
    Document7 pages
    Api 3
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Tahun 2017 PNC
    Tahun 2017 PNC
    Document7 pages
    Tahun 2017 PNC
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Resume Kegiatan RW
    Resume Kegiatan RW
    Document11 pages
    Resume Kegiatan RW
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Satuan Acara Bermain
    Satuan Acara Bermain
    Document12 pages
    Satuan Acara Bermain
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Imunisasi Pada Bayi
    Imunisasi Pada Bayi
    Document3 pages
    Imunisasi Pada Bayi
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Di Prin 4
    Di Prin 4
    Document1 page
    Di Prin 4
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • Format Pengkajian Keperawatan
    Format Pengkajian Keperawatan
    Document23 pages
    Format Pengkajian Keperawatan
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation
  • COVER
    COVER
    Document1 page
    COVER
    Ardi Crisna
    Pas encore d'évaluation