Vous êtes sur la page 1sur 4

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI DENGAR

Oleh Dessy,S.Kep

1. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar
2. Proses terjadinya masalah
Gangguan sensori persepsi merupakan keadaan di mana individu/ kelompok
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola, atau
interpretasi stimulus yang datang (Carpenito,1999/2000).
Halusinasi adalah persepsi terhadap suatu stimulus eksternal dimana stimulus tersebut
pada kenyataannya tidak ada (Rawlin, 1993)
Halusinasi timbul akibat perilaku menarik diri dimana pada saat individu menarik diri, ia
akan cenderung melakukan pola komunikasi interpersonal yang pada individu yang sehat
rangsangan internal ini masih bisa dibedakan dengan yang nyata. Namun pada individu
yang mengalami gangguan pemisahan ini sulit sehingga kecenderungan rangsang
internal ini dianggap sebagai stimulus dari luar. Klien biasanya mendengar atau melihat
sesuatu yang mendorong klien untuk berperilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain,
dan lingkungan.
Intensitas dan proses terjadinya halusinasi:
Tahap I : Memberi rasa nyaman atau menyenangkan yaitu ansietas, kesepian,
ketakutan, rasa bersalah. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
ansietas pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol keadaan.
Tahap II : Menyalahkan, yaitu pengalaman sensori menakutkan, mulai merasa
kehilangan kontrol, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, menarik diri
dari orang lain.
Tahap III : Mengontrol, yaitu klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya, isi
halusinasi menjadi atraktif, kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Tahap IV: Menguasai, yaitu pengalaman sensori menjadi mengancam, halusinasi dapat
berlangsung selama beberapa jam/hari.
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1995/1998) meliputi faktor
biologis, psikologis, dan sosiobudaya. Faktor biologis berkaitan dengan penyakit yang
dialami oleh seseorang, misalnya skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik
paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1995/1998) meliputi faktor
lingkungan. Lingkungan yang sepi dapat menunjang individu untuk berhalusinasi.
Individu yang kesepian, lebih mudah untuk melamun dan berhalusinasi karena dapat
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
Tanda dan gejala dari halusinasi adalah tertawa sendiri, mulut komat-kamit,
senyum sendiri, respon verbal yang lambat, sering diam dan sendiri (Carpenito,
1999/2000).
Akibat dari adanya halusinasi dapat menyebabkan risiko bunuh diri dan risiko
perilaku kekerasan (Stuart&Sundeen,1995/1998). Hal ini dapat terjadi karena individu
dapat mengikuti suara-suara untuk mengakhiri kehidupannya. Misalnya suara menyuruh
untuk memukul-mukul dirinya atau mengejek dirinya dan akhirnya bisa marah dan
memukul orang lain.

3. Pohon masalah

Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar

Isolasi Sosial

4. Masalah keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji


No. Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
1. Gangguan sensori persepsi: DO:
Halusinasi dengar - Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Marah tanpa sebab
- Menyendiri
- Melamun
DS:
- Mengatakan mendengar suara bisikan/
melihat bayangan
- Menyatakan kesal
- Menyatakan senang dengan suara-suara
2. Isolasi Sosial DO:
- Menyendiri, mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang
lain
- Mematung
- Mondar-mandir tanpa arah
DS:
- Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau menerima
dirinya.
- Merasa orang lain tidak selevel
- Curiga dengan orang lain
- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan
- Merasa tak berguna
3. Perilaku kekerasan DO:
- Agitasi
- Meninju
- Membanting
- Melempar
- Menjauh dari orang lain
- Katatonia
DS:
- Mengancam
- Mengumpat
- Bicara keras dan kasar
- Mengatakan ada yang mengejek, mengancam
- Mendengar suara yang menjelekkan
- Merasa orang lain mengancam dirinya

5. Rencana tindakan keperawatan ( terlampir)

Daftar Pustaka
Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan 1999)
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (1998). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E. (A. Y. S.
Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber asli diterbitkan 1995

Vous aimerez peut-être aussi