Vous êtes sur la page 1sur 20

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (AAUPB)

DISUSUN OLEH

1. Fakhri Mauludi NPM: 153112330050123


2. Arif Ramadhani NPM: 153112330050116
3. Nabila Zulfa NPM: 153112330050134
4. Hari Yadika NPM: 153112330050
5. Nazmi NPM: 153112330050

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2016/2017
KATA PENGANTAR
Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki kekuasaan untuk
membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang
di wilayah tertentu. Sedangkan pemerintahan merupakan segala kegiatan,
fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk
mencapai tujuan Negara, atau dalam arti luas adalah segala kegiatan
yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan,
berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah
negara itu demi tercapainya tujuan Negara.

Dalam menjalankan pemerintahan, cara pemerintah suatu Negara


belum tentu sama dengan cara pemerintah Negara yang lain memerintah,
namun tujuan dibentuknya suatu pemerintahan adalah sama, yaitu untuk
mensejahterahkan rakyat dan mengatur jalannya Negara.

Dalampenyelenggaraanpemerintahanadabeberapaprinsipdasar
yang menjadi pegangan oleh aparat pemerintahan dalam menggerakan
administrasi pemerintahan. Dimana prinsip dasar tersebut diharapkan
dapat menjadi prinsip pemerintah guna untuk tercapainya kesejahteraan
rakyat. Dan dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa sajakan
prinsip dasar atau asas-asas pemerintahan yang baik itu.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk yang beragam.


Sedangkan indonesia termasuk negara yang berkembang yang
mempunyai cita-cita untuk menjadi negara terbaik di seanteri jagat.Untuk
mencapai cita-cita perjuangan bangsa yaitu mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945, maka syarat pertama adalah mewujudkan Penyelenggara
Negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-
sungguh dan penuh tanggung jawab.

Untuk itu perlu diletakkan asas-asas umum penyelenggaraan


negara supaya bisa tercipta Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good
Governance). Kemudian, peran serta Masyarakat sangat diperlukan untuk
mengawasi mereka, baik Eksekutif, yudikatif atau pun legislatif supaya
tetap berpegang teguh pada Asas-asas Umum Pemerintahan ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan di bahas


dalam makalah ini, yaitu:

1. apa pengertian dari asas asas umum pemerintahan yang baik


(AAUPB) ?
2. bagaimana fungsi asas asas umum pemerintahan yang baik
(AAUPB) ?
3. apa saja macam-macam asas asas umum pemerintahan yang baik (
AAUPB) ?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan


penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk menjelaskan apa pengertian dan pengistilahan asas asas


umum pemerintahan yang baik (AAUPB)
2. Untuk menjelaskan fungsi dari asas asas umum pemerintahan yang
baik (AAUPB)
3. Untuk menjelaskan macam-macam asas asas umum pemerintahan
yang baik (AAUPB)
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AAUPB

Menurut kamus besar bahsa indonesia ( departemen pendidikan dan


kebudayaan, 1999: 60) asas mengandung beberapa arti sebagai dasar
( sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat), dasar cita-
cita (perkumpulan organisasi), hukum dasar. Jika bertitik tolak dari harfiah
asas yang di kemukakan diatas, asas-asas umum pemerintahan yang baik
dapat dipahami sebagai dasar umumdalam penyelenggaran
pemerintahan yang baik. Namun, penyimpulan seperti dikemukakan di
atas tidak akan menambah pemahaman atau pengetahuan mengenai
asas-asas umum pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, pengertian
yang diperoleh dengan hanya bertitik tolak dari penafsiran gramartikal
seperti dikeukakan diatas tidak cukup memadai. Untuk dapat lebih baik
memahami pengertian dan fungsi asas-asas hukum pemerintahan yang
baik dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan dan hukum
administrasi negara, perlu dilakukan pendekatan yang lain. Jika mau
dikemukakan dengan perkataan lain, selain metode penafsiran gramatika
seperti dikemukakan diatas, perlu ada pendekatan lain untuk menambah
wawasan dan pemahaman mengenai asas-asas umum pemerintahan
yang baik tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dikemukakan adalah
metode pendekatan historis.

Beberapa istilah yang di kemukakan oleh Ahli Hukum Administrasi Negara


tentang peristilahan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak (AAUPL),
antara lain:

1. Istilah "Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik adalah


terjemahan yang paling banyak digunakan oleh para Ahli Hukum
seperti : Kuntjoro Purboranoto, Indroharto, Amarah Muslimin, M.
Solly lubis, Muchsan Paulus Effendie Lotulung, Moh. Mahfud MD, dan
SF. Marbun.
2. Istilah "dasar-dasar atau prinsip-prinsip pemerintahan yang sehat
adalah istilah yang pernah digunakan oleh Rachmat Soemitro pada
waktu mengajukan konsep RUU peradilan Administrasi, seperti
termuat dalam pasal 14 butir(e)-nya. Berbeda dengan A Baramuli
menyebut nya "Asas-asas pemerintahan yang bersih dan wajar,
namun keduanya tidak memberikan alasan kenapa istilah tersebut
yang di gunakan.
3. Istilah "Asas-asas umum pemerintahan yang layak" merupakan
istilah yang digunakan oleh Ateng Syfrundin, Sjacran Basah, Philipus
M. Hadjon, dan M. Laica Marzuki. Dalam beberapa tulisannya.
4. Istilah "Asas-asas Hukum Umum Penyelenggaraan Pemerintahan
Yang patut dan "Asas-asas Umum.
5. Penyelenggaraan Administrasi Negara Yang Layak. Kedua
terjemahan ini diperkenalkan oleh dua orang ahli hukum dan
perundang-undangan yaitu: A. Hamid S. Attamimi dan bagir Manan.

Dari beberapa istilah tersebut diatas, yang paling cenderung dipakai


adalah istilah "Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak (AAUPL)

Untuk mengetahui pengertian dari "Asas-asas Umum Pemerintahan Yang


Layak (AAUPL) adalah cukup sulit, karena diantara para ahli hukum
administrasi negara tidak banyak yang memberikan rumusan pengertian
mengenai asas tersebut.

Berdasarkan penelitiannya, jazim Hamidi menemukan pengertian AAUPB


sebagai berikut:

1. AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang


dalam lingkungan Hukum Administrasi Negara;
2. AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi
negara dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi
hakim administrasi dalam menilai tindakan administrasi negara
(yang berwujud penetapan/beschikking), dan sebagai dasar
pengajuan gugatan bagi pihak penggugat.
3. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang
tidak tertulis, masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik
kehidupan di masyarakat;
4. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan
terpencr dalam berbagai peraturan hukum positif. Meskipun
sebagian dari asas itu berubah menjadi kaidah hukum tertulis,
namun sifatnya tetap sebagai asas hukum.

B. FUNGSI DAN ARTI PENTING AAUPB

Pada awal kemunculannya, AAUPB hanya dimaksudkan sebagai


sarana perlindungan hukum (rechtsbescherming) dang bahkan dijadikan
sebagai instrumen untuk peningkatan perlindungan hukum (vorhoogde
rechtsbescherming) bagi warga negara dari tindakan pemerintah. AAUPB
selanjutnya dijadikan sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya
administrasi, di samping sebagai norma hukum tidak tertulis bagi
tindakan pemerintahan (Als toetsingsgronden in de rechtspraak en het
beroep. Naast toetsinggsgronden en in het verlengde daarvan zijn de
abbb ook ongeschreven rechtnormen voor het bestuursoptreden). J.B.J.M
ten borge menyebutkanbahwa, beginselen van behoorlijk bestuur komt
men tegen in twee varianten, namelijk alstoetsingsgrond voor de rechter
en als instructienorm voor een bestuursorgaan. Kita menemukan abbb
(algemene beginselen van behaoorlijk bestuur) dalam dua varian, yaitu
sebagai dasar penilaian bagi hakim dan sebagai norma pengarah
bagiorgan pemerintahan.
Dalam perkembangannya, AAUPB memiliki arti penting dan fungsi sebagai
berikut:

1. Bagi Administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam


melakukan penafsiran dan penerapanterhadap ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang bersifatsumir, samar atau tidak jelas.
Kecuali itu sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan
administrasi negara mempergunakan freies ermessen/melakukan
kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-
undangan. Dengan demikian, administrasi negara diharapkan
terhindar dari perbuatan onrechtmatige daad, detournement de
pouvoir, abus de droit, dan ultravires.
2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat
dipergunakan sebagai dasar gugatan sebagaimana
disebutkandalam pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986.
3. Bagi Hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan
membatalkan keputusan yang dikeluarkan badan atau pejabat TUN.
4. Kecuali itu, AAUPB tersebut juga berguna bagi badan legislatif
dalam merancang suatu undang-undang.

Walaupun kelahiran AAUPB itu adalah dalam suasana pengawasan


hakim terhadap perbuatan-perbuatan pemerintah, tetapi arti yang
prinsipil dan penting dari AAUPB adalah karena ia; pertama-tama
dianggap merupakan bagian dari hukum (posistif) yang berlaku, karena
AAUPB merupakan norma bagi perbuatan-perbuatan pemerintahan di
samping norma-norma di dalam hukum tertulis dan yang tidak tertulis.
Sesudah itu baru merupakan dasar untuk menggugat dan akhirnya
merupakan dasar untuk menguji serta dasar untuk membatalakn oleh
hakim.

Sebagai norma AAUPB itu mempunyai pengaruh pada 3 bidang:

1. Padang bidang penafsiran dan penerapan dari ketentuan


perundang-undangan.
2. Pada bidang pembekuan beleid pemerintahan dimana organ
pemerintah diberi kebebasan kebijaksanaan oleh peraturan
perundang-undangan atau tidak terdapat ketentuan-ketentuan
yang membatasi kebebasan kebijaksanaan yang akan dilakukan
itu.
3. Pada waktu pelaksanaan kebijaksanaan.
C. MACAM-MACAM ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK

Asas-asas umum pemerintahan yang baik sejak dahulu sudah


dikenal di beberapa negara (Fahmal, 2008: 68). Namun, perhatian
terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut baru mulai
meningkat pada pertengahan abad ke-20. Di Belanda, asas-asas umum
pemerintahan yang baik disebut dengan istilah Algemene Beginselen van
Berhoorlyk Bestuur, sedangkan di Prancis dikenal dengan nama les
principes du droit constumier publique (Fahmal, 2008: 68).

Crince Le Roy mengemukakan sebelas asas umum pemerintahan


yang baik dalam lapangan hukum administrasi dan praktik
penyelenggaraan pemerintahan di Belanda. Asas-asas umum
pemerintahan yang baik yang dikemukakan oleh Crince Le Roy tersebut
meliputi:

1. asas kepastian hukum (principle of legal security)


2. asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle ofequality)
3. asas bertindak cermat (principle of carefulness)
4. asas motivasi dalam setiap keputusan (principle of motivation);
5. asas larangan mencampuradukkan kewenangan (principle of
nonmisuse of competence)
6. asas permainan yang layak (principle offair play)
7. asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonable ofprohibition
of arbitrariness);
8. asas menanggapi penghargaan yang wajar (principle of meeting
raised expectation)
9. asas meniadakan akibat keputusan yang batal (principle of undoing
the consequence of unnulled decision); ll. asas perlindungan atas
pandangan (cara) hidup pribadi (principle of protecting the personal
way of life).

Kuntjoro Purbopranoto (1975: 29-30) melengkapi asas-asas umum


pemerintahan yang baik yang dikemukakan di atas dengan menambah
asas lain dalam rangka mengadaptasi asas-asas umum pemerintahan.

Dalam pelbagai undang-undang yang menguasai peradilan


administrasi di Netherland, asas-asas umum pemerintahan yang baik
(ABBB) disebut sebagai dasar banding dan atau pengujian (antara lain
pasal 8 ayat 1 di bawah d wet AROB). Lambat laun telah diterima
pendapat, bahwa ABBB harus dipandang sebagai norma-norma hukum
tidak tertulis, yang srnantiasa harus ditaati oleh pemerintah, meskipun
arti yang tepat dari ABBB bagi tiap keadaan tersendiri tidak selalu dapat
dijabarkan dengan teliti. Dapat pula dikatakan, bahwa ABBB, adalah asas-
asas hukum tidak tertulis, dari mana keadaan-keadaan tertentu dapat
ditarik aturan-aturan hukum yang dapat diterapkan. Dalam praktek
hukum di netherland, ABBB berikut ini telah mendapat tempat yang jelas:

1. Asas persamaan
2. Asas kepercayaan
3. Asas kepastian hukum
4. Asas kecermatan
5. Asas pemberian alasan (motivasi)
6. Larangan "detournement de pouvoir"
7. Larangan bertindak sewenang-wenang.

Apa saja yang termasuk unsur-unsur behoorlijkheid semula oleh G.J


Wiarda diusulkan lima asas, yaitu:

1. asas fair play (het beginsel van fair play)


2. asas kecermatan (zorgvuldigheid)
3. asas sasaran yang tepat (zuiverheid van oogmerk)
4. asas keseimbangan (ovenwichtigheid)
5. asas kepastian hukum (rechtszekerheid)

Menurut Undang-undang republk indonesia nomor 28 tahun 1999 tentang


penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,kolusi,dan
nepotisme. Bab III Asas umum penyelenggaraan negara Pasal 3 Asas-asas
umum penyelenggaraan negara meliputi :

1. Asas Kepastian Hukum;


2. Asas Tertib Penyelenggaraen Negara;
3. Asas Kepentingan Umum;
4. Asas Keterbukaan;
5. Asas Proporsionalitas;
6. Asas Profesionalitas; dan
7. Asas Akuntabilitas.

Untuk lebih jelasnya mengenai asas-asas yang berlaku di indonesia


berikut penjelasannya:

1. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum (principle of legal security) adalah asas yang


bertujuan untuk menghormati hak-hak yang telah dimiliki seseorang
berdasarkan keputusan badan atau pejabat administrasi negara.

Dalam rangka kepastian hukum, keputusan pemerintah atau pejabat


listrasi negara yang telah memberikan hak kepada seseorang warga
negara tidak akan dicabut kembali oleh badan atau pejabat administrasi
yang bersangkutan, meskipun keputusan itu memiliki cacat atau
kekurangan. Jika hak yang dimiliki oleh seseorang sewaktu-waktu dapat
dicabut oleh badan atau pejabat yang memberikan hak itu, ada berbagai
kerugian yang mungkin timbul. Pertama, pemilik hak, yang bersangkutan
tidak dapat menikmati haknya secara aman dan nteram. Kedua, pemilik
hak akan mengalami kerugian jika haknya .aktu.waktU dapat dicabut
karena tidak ada kepastian hukum. Ketiga, epercayaan masyarakat
terhadap pemerintah akan hilang karena tidak add dalam tindakan
pemerintah atau pejabat administrasi negara.

Asas kepastian hukum memiliki dua macam aspek, yaitu aspek


nrial dan aspek formal (H.R., 2008: 258). Aspek material berkaitan
dengan asas kepercayaan, sedangkan aspek formal berkenaan dengan
cara merumuskan isi keputusan. Dalam kaitan ini, isi keputusan baik yang
memberatkan ataupun yang menguntungkan harus dirumuskan dengan
kata-kata yang jelas. Kejelasan isi keputusan sangat penting supaya
setiap orang dapat mengetahui hak atau kewajibannya sehingga tidak
lahir berbagai macam penafsiran. Aspek formal ini sangat menonjol dalam
pemberian surat kuasa atau surat perintah. Dalam hukum administrasi
negara, ada asas yang mengatakan presumtio justea causa yang
mengandung arti bahwa setiap keputusan badan atau pejabat
administrasi negara selalu dianggap benar menurut hukum sampai
kemudian hakim administrasi negara mengatakan hal yang berbeda.

Asas ini menghendaki adanya kepastian hukum dalam arti


dihormatinya hak yang telah diperolehseseorang berdasarkan suatu
keputusan badan/pejabat tata usaha negara dan keputusan itu tidak akan
dicabut kembali oleh badan/pejabat tata usaha negara, meskipun surat
keputusan itu mengandung kekurangan. Jika badan/pejabat tata usaha
negara dapat sewaktu-waktu mencabut atau membatalkan suatu surat
keputusan yang telah di keluarkannya. Tindakan demikian kecuali dapat
merugikan penerima surat keputusan juga dapat menimbulkan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap setiap tindakan yang dilkakukan oleh
badan/pejabat tata usaha negara. Karena ketiadaan kepastian hukum
maka masyarakat akan selalu meragukan setiap tindakan yang dilakukan
oleh badan/pejabat tata usaha negara. Masyarakat akan selalu dibayangi
keraguan terhadap suatu hak yang telah di perolehnya, karena hak
tersebut sewaktu-waktu dapat saja dicabut atau dibatalkan kembali oleh
badan/pejabattata usaha negarayang mengeluarkannya maupun oleh
atasannya.[11]

2. Asas Keterbuklaan

Asas keterbukaan di perlukan untuk memnpelajari proses


perubahan input menjadi output dan bukan hanya output belaka.
Keterbukaan di sini dapat disetarakan dengan overt, transparant, dan
plain. Keterbukaan penting dalam masyarakat yang berbudayalain di
mulut lain di hati, ibarat syair lagu tinggi gunung seribu janji yang terkenal
itu, agar rakyat tidakselalu merasa tertipuatau mudah ditipu. Asas ini
tidak hanya menuntutkondisi berbagi informasi, berbuka diri, atau
berbaginilai dengan tulus dan jernih, tetapi lebih daripada itui,
keterbukaan adalah ungkapan terdalam kesadaran etik pemerintahan
seorang oejabat. Jika dihadapkan pada asas Mikul Duwur Mendhem Jero
dalam budaya jawa, maka keduanya berseberangan. Melalui asas mikul
duwur, memang aib seseorang terlindungi sehingga yang bersangkutan
menjadi aman, namun akibatnya ialah matinya kesadaran etik, sehingga
perubahan dan pembaharuansosial tidak pernah terjadi. Pihak yang di
perintah menjadi korban sia-sia! Lepas dari motif bisnis atau politik, asas
keterbukaan terlihat jelas pada kasus Bill Clinton dengan Monica beberapa
waktu yang lalu.

3. Asas profesionalitas

Profesionalisme adalah asas yang mengutamakan keahlian yang


berlandaskan pada suatu kode etik dan suatu ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.profesionalisme berasal dari kata
profesional.sedangkan profesional itu sendiri berasaldari kata profesi.
profesi itu adalah suatu keahlian, kemampuan atau bakat yang dimiliki
olehseseorang dalam suatu bidang yang ditekuninya. sedangkan
profesional adalah suatu maknayang lebih mengacu kepada profesi
sesorang dalam bidang pekerjaan yang dijalankan orangtersebut.
sedangkan profesionalisme adalah sebuah istilah atau sebutan yang
diberikan kepadaseseorang yang dalam melaksanakan tugas yang
diberikan dijalankan dengan baik dan penuhtanggungjawab dalam sebuah
organisasi atau pekerjaan yang telah dijalankan, dan selalumeningkatkan
kualitas yang diharapkan dalam sebuah bidang pekerjaan atau organisasi.

Di indonesia, profesionalisme lebih di hubungkan dengan ketaatan


bahkan kepatuhan pada birokrasi ketimbang pada ilmu pengetahuan dan
teknologi yang objektif. oleh karena itu kurikulum diklat karier bersifat
padat doktrin, penuh aturan, dan kurang pada pemahaman teoritik dan
logika.

4. Asas bertindak cermat

Asas bertindak cermat (principle of carefillness) menghendaki


supaya badan atau pejabat administrasi negara senantiasa bertindak
secara hati-hati agar ticlak menimbulkan kerugian warga masyarakat
(Marbun, 1997: 360). Kerugian warga masyarakat clapat terjadi karena
alasan berikut.
a. Kerugian dapat timbul karena badan atau pejabat administrasi
negara melakukan suatu tindakan tertentu.
b. Kerugian dapat timbul karena badan atau pejabat administrasi
negara tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya
dilakukannya.

Sebagai contoh, jika peraturan perundang-undangan mewajibkan


pemerintah untuk memasang lampu dipinggir jalan, berarti poemerintah
atau pejabat administrasi negara berkewajiban untuk memasang lampu
penerangan jalan tersebut. Namun, jika lampu penerangan jalan tidak
dipasang oleh pemerintah, kemudian kemudian terjadi kecelakaan, berarti
telah timbul kerugian bagi anggota masyarakat karena pemerintah tidak
melakukan kewajibannya. Dalam hal ini, pemerintah atau pejabat
administrasi negara yang bertanggung jawab mengenai hal itu dapat
digugat untuk mengganti kerugian.

5. Asas Akuntabilitas

Asas akuntabilitas atau lebih kerap terdengar dengan asas tanggung


jawab merupaka salah satu dari banyak hal mengenai penyelenggaraan
pemerintahan yang baik. Asas akuntabilitas merupakan suatu hal yang
harus dipenuhi karena kita telah memutuskan suatu hal dan dengan
keputusan tersebut kita harus mempertanggungjawabkan semua
kemungkinan yang akan terjadi.

Pemerintah atau kepemerintahan yang transparan dan adil akan


memiliki rasa tanggung jawab yang otomatis akan dimiliki karena setiap
yang dilakukan pasti telah melalui pertimbangan yang matang dan pasti
telah mendapatkan persetujuan dari semua pihak yang ikut andil dalam
hal tersebut. Selain itu, bukan hanya pemerintah saja yang perlu
menerapkan asas akuntabilitas tetapi masyarakat tentunya juga harus
menerapkannya. Dalam kehidupan sehari -hari, sebuah suasana
kebersamaan yang ada pada masyarakat di sekitar kita dan rasa
munculnya rasa tanggung jawab di antara anggota keluarga tampak
jelas terwujud, karena setiap anggota keluarga merasa memiliki rasa
cinta kasih sesama anggota keluarga dan keinginan untuk saling
menolong dalam memenuhi kebutuhan baik material maupun
spiritual, secara selaras dan seimbang.

Jadi, rasa tanggung jawab dapat terjalin dengan baik jika anggota
masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama dengan baik dan memiliki
rasa saling percaya antar anggota dan wakil rakyat.

Pemerintahan atau kepemerintahan yang tidak transparan cepat


atau lambat cenderung akan menuju ke pemerintahan yang korup,
otoriter, atau diktator, sehingga indicator untuk akuntabilitasnya adalah
Pengambilan keputusan didominasi oleh pemerintah, Swasta dan
masyarakat memiliki peran yang sangat kecil terhadap
pemerintah,Pemerintah memonopoli berbagai alat produksi yang
strategis, Masyarakat dan pers tidak diberi kesempaan untuk menilai
jalannya pemerintahan sehingga berakibat Dominannya pemerintah
dalam semua lini kehidupan, menjadikan warga masyarakatnya tidak
berdaya mengontrol apa saja yang telah dilakukan pemerintahannya.

6. Asas keseimbangan

Dalam asas ini dinyatakan bahwa antara tindakan-tindakan disiplin


yang dijatuhkan oleh atasan dan kelalaian yang dilakukan oleh seorang
pegawai negeri harus proporsional atau sebanding/seimbang. Di dalam
Undang-undang kepegawaian dan peraturan tentang pegawai negeri
umum (Ambtenarenwet juncto Algemeen Rijk sambtenarenreglement)
terdapat banyak sekali cara-cara bagaimana memberikan tindakan
terhadap seorang pegawai negeri bilamana ia melakukan suatu kelalaian
dalam kewajibannya. Dewan Pusat Banding telah berkali-kali memutuskan
bahwa haruslah ada keseimbangan antara tindakan yang dijatuhkan dan
suatu bentuk kelalaian yang telah dilakukan oleh seseorang.

Seringkali dalam praktek administrasi negara, penjatuhan hukuman


atau sanksi dalam suatu instansi pemerintahan tidak didasarkan pada
besar kecilnya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh seorang
pegawai, akan tetapi didasarkan atas rasa suka dan tidak suka seorang
atasan kepada bawahan, atau bisa juga didasarkan pada kepentingan
tertentu dari segolongan pihak. Intrik-intrik seperti itu seharusnya tidak
terjadi dan dapat dihindarkan dalam suatu praktek administrasi negara.
Oleh karenanya asas keseibangan dalam Hukum Administrasi Negara
sangatlah penting, termasuk juga adanya perangkat pengawasan
administrasi negara.

Di Indonesia, sengketa yang terjadi sebagai akibat dari keputusan


alat administrasi negara yang merugikan baik perorangan maupun
sekelompok orang dapat diajukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN). Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dalam memutuskan
perkara yang ditanganinya terikat dengan sumpah jabatannya, dalam arti
seorang hakim tetap akan memutuskan perkara yang ditangani tersebut
berlandaskan keyakinannya yang berdasarkan asas keadilan. Dalam
putusannya hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dapat
memutuskan untuk membatalkan keputusan yang dikeluarkan oleh alat
administrasi negara atau menunda keputusan yang dikeluarkan oleh alat
administrasi negara, atau bisa juga hakim Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) menjatuhkan keputusan untuk menguatkan keputusan yang telah
dikeluarkan oleh alat administrasi negara.

7. Asas larangan detournement de pouvoir

Sebagai asas umum pemerintahan yang baik, dipandang pula


aturan bahwa suatu wewenang tidak boleh digunakan untuk tujuan lain
selain untuk mana ia diberikan. Aturan ini sebenarnya tidak memerlukan
penjelasan lagi. Dalam hukum pemerintahan netherland, tidak banyak
ditemukan contoh dimana aturan ini menyebabkan pembatalan. Pada
umumnya penyalahgunaan suatu wewenang juga akan bertentangan
dengan suatu peraturan perundang-undangan. Dewasa ini para hakim
lebih condong pada kesimpulan ini.

Suatu wewenang yang diberikan oleh undang-undang semata-mata


boleh digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan untuk maksud mana
wewenang itu diberikan.

8. Asas kewajaran

Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonable or prohibition


ofarbitrariness) menghendaki supaya pejabat administrasi negara dalam
mengambil suatu keputusan atau tindakan perlu selalu memperhatikan
keadilan dan kewajaran. Aspek keadilan dalam setiap tindakan atau
keputusan pejabat administrasi negara mengandung arti bahwa setiap
tindakan pejabat adminitrasi negara hendaklah dilakukan secara
proporsional, sesuai, dan selaras dengan hak setiap orang (H.R., 2008:
271) Aspek kewajaran dalam setiap keputusan atau tindakan pejabat
administrasi negara menghendaki supaya setiap tindakan pejabat
administrasi negara harus memperhatikan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat seperti nilai-nilai agama, budaya, ekonomi, sosial, dan juga
dapat diterima akal sehat.

Asas menanggapi penghargaan yang wajar (principle of meeting


raised expectation) menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah harus menimbulkan harapan bagi warga negara. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah atau pejabat administrasi negara tidak boleh
menarik kembali sesuatu harapan yang sudah terlanjur diberikan kepada
seseorang, meskipun bagi pemerintah tindakan pemberian harapan
tersebut merupakan sesuatu hal yang merugikan. Dalam hubungan ini,
Kuntjoro Purbopranoto, mengemukakan suatu contoh yang menarik
sebagai berikut. Seorang pegawai meminta izin untuk menggunakan
kendaraan pribadi untuk kepentingan clinas. Izin untuk itu diberikan. Akan
tetapi, kemudian ternyata pegawai yang bersangkutan tidak mendapat
kompensasi biaya atas pemakaian kendaraan pribadi untuk keperluan
dinas tersebut.

9. Asas penyelenggara kepentingan umum

Asas penyelenggara kepentingan umum menghendaki supaya pemerintah


dalam menyelenggarakan tugasnya selalu mengedepankan kepentingan
umum sebagai kepentingan segenap orang. Asas penyelenggara
kepentingan umum merupakan konsekuensi atas asas negara hukum
modern sebab sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa tugas
negara hukum kesejahteraan adalah menyelenggarakan kesejahteraan
umum sebagai kepentingan segenap bangsa.
10. Asas kebijaksanaan

Asas kebijaksanaan menghendaki supaya pemerintah dallam


menyelesaikan tugas dan pekerjaanya sebaiknya diberikan kebebasan
dan keluasan untuk melaksakan kebijaksanaan tanpa harus terpaku pada
peraturan perundang-undangan sebab peraturan peundang-undangan
selalu mengandung cacat bawaan, yakni tidak selalu menampung
segenap persoalan. Untuk itulah pejabat administrasi negara perlu
diberikan keluasan untuk bertindak supaya dapat menyikapi persoalan-
persoalan yang baru timbul pada masyarakat.

11. Asas principie of fair play

Asas permainan yang layak (principie of fair play) berkenaan


dengan prinsip bahwa badan atau pejabat administrasi negara harus
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap warga
negara untuk mencari kebenaran dan keadilan. Ridwan H.R. (2008: 268)
mengemukakan bahwa asas permainan yang layak menekankan perlunya
kejujuran dan keterbukaan dalam proses penyelesaian sengketa tata
usaha negara. Dalam hubungan dengan asas permainan yang layak,
Indroharto (1994: 156) mengemukakan bahwa penguasa harus
memberikan kesempatan dan jangan sampai menghalang-halangi warga
masyarakat dalam membela kepentingannya.
BAB III

KESIMPULAN

Asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan nilai-nilai etik


yang hidup dan berkembang dalam lingkungan Hukum Administrasi
Negara. Keberadaan AAUPB ini sangat penting bagi terjamiinya suatu
tujuan dan kemaslahatan bersama.

keberadaan AAUPB memiliki arti penting dan fungsi sebagai berikut:

1. Bagi Administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam


melakukan penafsiran dan penerapanterhadap ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang bersifatsumir, samar atau tidak jelas.
Kecuali itu sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan
administrasi negara mempergunakan freies ermessen/melakukan
kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-
undangan. Dengan demikian, administrasi negara diharapkan
terhindar dari perbuatan onrechtmatige daad, detournement de
pouvoir, abus de droit, dan ultravires.
2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat
dipergunakan sebagai dasar gugatan sebagaimana
disebutkandalam pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986.

Menurut Undang-undang republk indonesia nomor 28 tahun 1999 tentang


penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,kolusi,dan
nepotisme. Bab III Asas umum penyelenggaraan negara Pasal 3 Asas-asas
umum penyelenggaraan penyelenggaraan suatu negara meliputi hal-hal
berikut:

1. Asas Kepastian Hukum;


2. Asas Tertib Penyelenggaraen Negara;
3. Asas Kepentingan Umum;
4. Asas Keterbukaan;

Demikian sedikit paparan mengenai AAUPB semoga bisa menambah


pengetahuan kita mengenai ilmu pemerintahan. Tentunya kami selaku
penulis menyadari banyak kesalahan dalam malkalah mungil ini sekiranya
pembaca budiman bisa memberi suatu kritik. Dalam artiasn kritik yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia,Pustaka


Pelajar, Yogyakarta, 2011.

Philipus M.Hadjon et al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta, 1994.

Taliziduhu Ndraha, Kybernology (ilmu pemerintahan baru), PT.Rineka cipta,


Jakarta,2011

Paulus Effendie Lotulung, S.H., Himpunan makalah azas-azas


pemerintahan yang baik, PT.Citra Bakti, Bandung, 1994.

Hotma P.Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-asas


umum pemerintahan yang baik, Erlangga, 2010

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2014

Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di


Indonesia, FH UII press, Yogyakarta, 2011.

http://ldgn-gilam.blogspot.co.id/2012/11/asas-akuntabilitas.html

http://pemerintah.net/asas-penyelenggaraan-pemerintahan-negara

http://legalstudies71.blogspot.co.id/2015/09/asas-keseimbangan.html

https://www.scribd.com/doc/111429311/Asas-Profesionalitas

Vous aimerez peut-être aussi