Vous êtes sur la page 1sur 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya
di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak
balita, kelompok lansia dan lain sebagainya. Salah satu kelompok khusus dalam
keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Periode tiga tahun pertama pada masa
Balita merupakan periode emas pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan emosional
anak. Gizi yang baik, kebersihan, imunisasi, vitamin A dan pelayanan kesehatan yang
bermutu, serta kasih sayang dan stimulasi yang memadai pada usia Balita akan
meningkatkan kelangsungan hidup dan mengoptimalkan kualitas hidup anak.
Millennium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama
masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan
kemiskinan. Salah satu tujuan MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Balita (AKB)
sebesar dua pertiga dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015.AKB merupakan salah
satu tolak ukur untuk menilai sejauh mana ketercapaian kesejahteraan rakyat sebagai hasil
dari pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan. Kegunaan lain dari AKB adalah sebagai
alat monitoring situasi kesehatan, sebagai input penghitungan proyeksi penduduk, serta
dapat juga dipakai untuk mengidentifikasi kelompok penduduk yang mempunyai resiko
kematian tinggi. Menurut data survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007
(SDKI 2007), angka kematian balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup.Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan
negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di
Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Kasus malnutrisi masih menjadi masalah
penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak menurun, namun masih
tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%, di Srilanka yang memiliki tingkat
pendapatan kotor per kapita (GDP) yang lebih rendah daripada Indonesia, tingkat
prevalensi malnutrisi anak hanya 18%. Data Departemen Kesehatan, terdapat penurunan
dalam jumlah kasus balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk. Tahun 2004, jumlah
balita gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta anak. 2006, jumlah balita gizi kurang
dan buruk turun jadi 4,28 juta anak. Tahun 2007, angka kasus balita gizi kurang dan buruk
menurun menjadi 4,13 juta anak.
Masalah-masalah tersebut terjadi antara lain akibat faktor ekonomi yang memicu
kurangnya gizi pada balita. Selain itu juga kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
1
kesehatan anak seperti mengenai imunisasi dan pentingnya asupan makanan bergizi. Dan
bila dilihat dari sisi keberadaan petugas medis. Kurangnya sosialisasi mengenai
pemenuhan gizi yang baik dan keharusan untuk melakukan imunisasi terutama di daerah
pelosok, dan juga kurangnya kemudahan untuk mengakses layanan kesehatan
menyebabkan munculnya masalah-masalah tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut
sebagai perawat melakukan pencegahan dengan memberikan penyuluhan atau
memberikan informasi kepada orang tua khusunya ibu untuk deteksi dini masalah
kesehatan pada balita dan mencegah peningkatan angka kematian pada balita di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi pada usia toddler dan preschool,
maka pemerintah memiliki beberapa program, antara lain seperti Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang). Dalam
hal ini, sebagai perawat kita dapat memaminkan peran kita sebagai perawat seperti
memberikan imunisasi, deteksi dan intervensi dini terhadap tumbuh kembang,
memastikan bahwa balita mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal dan jenis
imunisasinya, memberikan penyuluhan, memberikan kesempatan kepada keluarga balita
untuk berkonsultasi terkait kesehatan dan tumbuh kembang balita.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita?
1.3 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan
komunitas pada balita
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami konsep balita, masalah kesehatan prioritas balita dan
program dan kebijakan pemerintah untuk kesehatan balita di Indonesia.
2. Mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok khusus balita
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dan proses asuhan keperawatan
komunitas pada agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses
asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Balita

2
Balita yaitu anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Balita adalah istilah umum bagi anak
usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih
tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi,
buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting
dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010)

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.

a. Indikator Kesehatan Anak


1. Angka Kematian
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak.
Karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka
kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah
faktor penyakit infeksi, dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih
menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi diantaranya penyakit diare, tetanus,
gangguan perinatal, dan radang saluran nafas bagian bawah.
Penyebab kematian bayi lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya
dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memberi imunisasi pada anak. Kematian bayi juga disebabkan
karena trauma persalinan dan kelainan bawaan kemungkinan besar dapat disebabkan
oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan
pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Angka Kesehatan Bayi
Angka kesehatan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat
kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya
tahan tubuh bayi dan anak balita.
3. Status Gizi
3
Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risikio terjadinya
masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak. (Dwienda R, 2014)

Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai


sasaran Millenium Development Goals (MDGs) untuk mengurangi
jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian
balita menjadi tinggal setengah dari keadaan pada tahun 2000. Upaya perbaikan gizi
masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami
kekurangan Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Depkes
RI, 2007).

2.2 Masalah Kesehatan Balita Prioritas di Indonesia


Anak bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai anak balita adalah anak yang
telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di
bawah lima tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan. Para ahli
menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan ana yang cukup rentan terhadap
berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau
kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu. Setiap tahun lebih dari sepertiga kematianan di dunia
berkaitan dengan masalah kurang gizi. Berikut adalah beberapa masalah kesehatan termasuk
penyakit yang sering terjadi pada anak.
1. Kurang Energi Protein (KEP)
Peran protein bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan amat penting. Jika
asupan protein mereka di bawah angka kecukupan gizinya, maka balita beresiko
mengalami kondisi kurang energi protein. Para ahli mengelompokkan KEP dalam tipe-tipe
utama yaitu :
a. Marasmus
Salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui
pada balita berusia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan cukup air susu ibu
(ASI). Penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang,
infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta
kesehatan lingkungan. Si anak yang mengalami marasmus biasanya memiliki
berat badan sangat rendah kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya,
ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh, mudah terkena infeksi
penyakit, rambut tipis dan mudah rontok, anak menjadi berwajah lonjong dan
tampak lebih tua, kulit kering dan berlipat bersamaan dengan hilangnya lemak
4
subkutan, tingkat kesadaran menurun dan bentuk perut cekung sering disertai
diare kronik atau malah susah buang air kecil.
b. Kwashiorkor
Kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3 tahun yang kurang
mendapatkan asupan protein. Si anak yang mengalami kwashiorkor sering
mengalami pembengkakan (edema) pada di seluruh tubuh hingga tampak
gemuk wajah anak membulat dan sembab (moon face), bengkak pada bagian
punggung kaki bila bagian punggung kakinya ditekan akan meninggalkan
bekas seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus
sehingga ukuran lingkar lengan atas (LLA)-nya kurang dari 14 cm, serta
munculnya ruam yang berwarna merah muda pada kulit kemudian berubah
menjadi coklat kehitaman dan mengelupas, tidak bernafsu makan, rambutnya
menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi
rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari
timbunan cairan pada rongga perut salah gejala kemungkinan menderita
busung lapar.
c. Kwashiorkor marasmus
Hanger oedema disebabkan cara bersama atau salah satu dari simtoma
marasmus dan kwashiorkor adalah sebuah fenomena penyakit di Indonesia bisa
diakibatkan karena kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering
disebabkan beberapa hal, antara lain anak tidak cukup mendapat makanan
bergizi (terutama tida mengandung cukup energi dan protein), anak tidak
mendapat asupan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi
penyakit. Kondisi ini sering dikenal dengan istilah busung lapar.
2. Kurang Asupan Vitamin A
Masalah kekurangan vitamin A yang diibaratkan sebagai fenomena gunung
es yaitu masalah yang hanya sedikit tampak di permukaan. Padahal, kekurangan
vitamin A subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A di dalam
darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian, kekurangan
vitamin A tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar
vitamin A dalam darah di laboraturium. Sedangkan masalah vitamin A pada balita
secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat.
Kurang asupan vitamin A dapat berdampak pada terganggunya perkembangan
organ penglihatan si anak. Penyakit mata yang sering muncul akibat kurang vitamin
jenis ini disebut dengan Xeroptalmia. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan
paling sering terjadi pada ana usia 2-3 tahun.

5
3. Obesitas
Kegemukan ini terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dan energi yang keluar. Pada gangguan gizi sebelumnya disebabkan oleh defisiensi
atau kekurangan nutrisi tertentu, obesitas atau berat badan terlebih dapat terjadi
ketika si anak mendapatkan asupan kalori melebihi batas kebutuhan disertai dengan
kurangnya aktifitas gerak. Anak yang mengalami obesitas dapat juga mengalami
gangguan pernafasan dan komplikasi ortopedik (tulang). Resiko balita gemuk
menimbulkan banyak penyakit, antara lain :
Gangguan penyakit hati
Penyumbatan atau gangguan saluran pernapasan ketika tidur dengan gejala
mengompol samai mengorok
Usia yang lebih pendek daripada generasi orang tuanya
Penyakit jantung dan pembuluh darah seperti pembesaran jantung atau
peningkatan tekanan darah
Gangguan metabolisme glukosa. Misalnya, intoleransi glukosa.
Gangguan kedudukan tulang, berupa kaki pengkor atau tergelincirnya
bagian sambungan tulang paha (terutama pada ana lai-laki)
Gangguan kulit khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan.
4. ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini
diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala; tenggorokan sakit atau
nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Berdasarkan Riskesdas 2013
karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun. Salah satu penyakit yang tergolong ISPA adalah Pneumonia. Pneumonia
adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat, sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah
dan nafsu makan berkurang). Berdasarkan data Riskesdas 2013, kelompok umur
penduduk, period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur
1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi
pada kelompok umur berikutnya.

5. GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala
atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan Yodium secara
terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) sedangkan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency Disorders (IDD) merupakan
istilah yang digunakan untuk menunjukkan berbagai akibat dari kekurangan

6
yodium pada suatu penduduk dan gangguan ini bisa dicegah dengan mengatasi
kekurangan yodium.

Kekurangan yodium terjadi pada saat konsumsi yodium kurang dari yang
direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi
hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di
dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang
bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama yodium
Deficiency Disorder (IDD).

Fungsi yodium dan akibat defisiensi yodium

Yodium merupakan bahan dasar essensial untuk pembentukan hormon tiroid


(T3 dan T4) dimana hormon ini sangat penting dalam menentukan perkembangan fisik
dan mental yang normal pada hewan serta manusia, dalam pembentukan dan
perkembangan otak, mengatur metabolisme dalam tubuh (mempengaruhi setiap sel,
jaringan, dan organ dalam tubuh) serta pengaturan temperatur tubuh. Defisiensi pada
hormon tiroid akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dan kematangan pada hampir
semua sistem organ.

Ketika kadar yodium menurun, maka kadar hormon T4 dalam darahmenurun


sedangkan sekresi TSH akan meningkat. Pada defisiensi yodium berat, hormon T4
tetap rendah dan TSH meninggi. Gambaran T4 yang rendah dan TSH yang tinggi
mengindikasikan hipotiroidisme. Dan jika hal tersebut semakin parah terutama terjadi
pada masa kehamilan janin, bayi, atau anak-anak maka dapat terjadi kreatinisme.
Peningkatan kadar TSH pada keadaan defisiensi yodium menstimulasi aktivitas sel-sel
kelenjar tiroid sehingga terjadi hipertrofi dan hiperplasia sel-sel tiroid dan
meghasilkan pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid ini dinamakan
goiter atau penyakit gondok.

Angka Kecukupan Gizi Yodium

Kebutuhan yodium sehari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Widyakarya


Pangan dan Gizi (2004) menganjurkan AKG untuk yodium sebagai berikut:

1. Bayi 0-6 bulan : 90 g


2. Balita 7 bulan - 5 tahun dan anak sekolah : 70-120 g
3. Remaja 10-12 tahun : 120 g

7
4. Ibu hamil : +50 g
5. Ibu menyusui : +50 g

Defisiensi pada anak balita

Kekurangan yodium pada anak secara khas terpaut dengan insidensi gondok.
Angka kejadian gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah
remaja. Prevalensi gondok pada anak perempuan lebih tinggi ketimbang anak lelaki.
Kasus gondok pada anak sekolah yang berusia antara 6- 2 tahun dapat dijadikan
petunjuk. Total Goitre rate (TGR) anak sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk
dalam perkiraan besaran GAKY masyarakat suatu daerah. Penelitian terhadap anak
sekolah yang tinggal di daerah endemis menunjukkan gangguan kinerja belajar serta
nilai kecerdasan (IQ). (Proverawati dkk, 2010)

2.3 Program dan kebijakan pemerintah untuk kesehatan balita

Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan


anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian anak, di antaranya sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan


2. Meningkatkan status gizi masyarakat
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
4. Meningkatkan manajemen kesehatan (Efendi, 2009)
Kegiatan-kegiatan yang menunjang dalam Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak
Balita adalah sebagai berikut :

1. Deteksi dini tumbuh kembang


Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDTK ) pada usia balita dan anak usia pra sekolah
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh
kembang baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi
majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Dan mendeteksi adanya masalah tumbuh
kembang pada balita sedini mungkin. (Purwandari, 2008)

2. Imunisasi bagi anak balita


Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan
Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang disebut
Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh jenis lainnya dianjurkan untuk
8
menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit. Imunisasi wajib tersebut
adalah BCG, hepatitis B, polio, DTP, dan campak,. Ketika bayi berusia balita, imunisasi
wajib dilakukan kembali diantaranya imunisasi DPT, polio dan campak.
(http://portal.endekab.go.id)

Tabel 1. Jadwal Imunisasi anak umur 0-18 tahun

3. Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita


Pelatihan dan pendidikan perawatan pada balita bertujuan agar para ibu memberikan
perawatan pada anak balita dengan baik. Sehingga para balita mendapatka perawatan
yang benar dan baik. (http://portal.endekab.go.id)

4. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)


Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan petugas Puskesmas.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang merupakan salah satu wujud peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat mayarakat memperoleh
pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
diare pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan
nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dan untuk masyarakat, yang dlaksanakan

9
oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari
Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar dengan tujuan tertentu. (Efendi, 2009)

5. BKB (Bina Keluarga Balita)


Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan
tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umurm yang
dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di tingkat RW. (Pedoman Pembinaan
Kelompok Bina Keluarga Balita Tahun 2006). Program ini merupakan suatu program
yang melengkapi program-program pengembangan sumber daya menusia yang telah
dilaksanakan seerti program-program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak. (Efendi,
2009)

6. Program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),
sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Efendi, 2009)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT BALITA

3.1 Contoh Kasus


Di kelurahan Mulyorejo RT 01/RW 07 Posyandu Wijaya Kusuma I terdapat 50
balita (30 orang perempuan dan 20 orang laki-laki) yang terdiri diri dari usia: 0-12 bulan =
20 orang, 13- 36 bulan = 10 orang, 37- 60 bulan = 20 orang. Berdasarkan informasi dari
kader posyandu terdapat Balita yang gizi buruk sebanyak 5 orang, Balita yang diare
sebanyak 7 orang, Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan
balita yang berada digaris kuning dan digaris merah) 5 orang. Sebagian besar ibunya
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan. Di RT 01/RW 07 Kelurahan
Mulyorejo, antar rumah berdekatan sehingga jika terjadi kebakaran sangat sulit untuk
petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan api, mayoritas tidak mempunyai
halaman rumah, beberapa rumah dindingnya masih papan, dan selokan di depan rumah
warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa
sampah banjir yang di buang sembarangan. Terdapat tempat pembuangan sampah sentral
11
tetapi kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebanyakan lebih senang membuang
sampah disungai. Akibatnya aliran sungai tidak lancar, keruh dan berbau busuk. Walaupun
kondisi sungai seperti itu, tetapi sebagian warga masih menggunakannya sebagai sumber
air. Warga RT 01/RW 07 mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini memiliki 1
masjid, 1 PAUD , 1 TK, 2 SD, untuk beraktivitas warga menggunakan sepeda motor
untuk alat transportasi. Biasanya ibu- ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya
Rp.2000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu-ibu yang memilki balita sering
membawa balitanya jalan-jalan di sekitar danau kampus C Unair.

1) PENGKAJIAN
a. DATA INTI
1. Data Umum
Luas Wilayah : 11,94 km2
Batas Wilayah :
Utara : Kalijudan
Selatan: Dharmahusada
Barat : Kaliwaron
Timur : Sutorejo
Sejarah Wilayah : Sebagian besar merupakan penduduk asli yang sudah
mendiami selama 56 tahun sejak awal berdirinya Kelurahan Mulyorejo
tetapi juga ada pendatang dari berbagai daerah yang baru mendiami selama
beberapa tahun.
2. Data Demografi
Di kelurahan Mulyorejo RT 01/RW 07 posyandu Wijaya Kusuma I terdapat
sebanyak 50 balita (30 orang perempuan dan 20 orang laki-laki).
Umur : 0-12 bulan = 20
13- 36 bulan = 10
37- 60 bulan = 20

Pekerjaan : Sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu
rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan
Agama : Sebagian besar penduduk RT 01/RW 07 beragama Islam, yaitu
sekitar 99% dan sisanya 1% beragama Nasrani.
Data statistik : Berdasarkan informasi dari kader setempat
a) Balita yang gizi buruk 5 orang
b) Balita yang diare sebanyak 7 orang
No. Umur Jumlah Balita yang
mengalami Diare

12
(orang)

1. 0-12 bulan 0

2. 13-36 bulan 0

3. 37-60 bulan 7

c) Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur


(Berat badan balita yang berada digaris kuning dan
digaris merah) 5 orang
b. DATA SUBSISTEM
a) Lingkungan Fisik
i. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, beberapa rumah
dindingnya masih papan, selokan di depan rumah warga banyak yang
tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa
sampah banjir yang di buang sembarangan. Terdapat tempat
pembuangan sampah sentral tetapi kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat. Kebanyakan lebih senang membuang sampah disungai.
Akibatnya aliran sungai tidak lancar, keruh dan berbau busuk.
ii. Lingkungan terbuka: mayoritas tidak mempunyai halaman rumah
yang luas
iii. Kebiasaan: balita yang berumur 37 60 bulan sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung-warung
terdekat. Serta sering mengkonsumsi mie instan.
iv. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas. Posyandu
Wijaya Kusuma RT 01/RW 07 di kelurahan Mulyorejo memiliki kader
sebanyak 5 orang. Setiap satu bulan sekali dilakukan kegiatan posyandu
balita oleh kader posyandu. Di RT 01 dan RW 07 di kelurahan Mulyorejo
terdapat sebanyak 50 balita dan seluruhnya sudah memiliki KMS.
Sebanyak 50 balita ditimbang dan hasilnya terdapat 5 orang balita yang
gizi buruk, berat badan balita yang berada digaris kuning dan digaris
merah) 5 orang, dan sisanya mengalami peningkatan BB. Terdapat 1 masjid
yang digunakan sebagai tempat ibadah oleh warga RT 01/RW 07.
c) Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian kepala keluarga bekerja di
pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan.
Penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan Rp. 700.000- 1.300.000.
d) Keamanan Dan Transportasi

13
Di RT 01 RW 07 Kelurahan Mulyorejo aman dari kejahatan balita
maupun kejahatan lainnya. Tetapi sebagian besar bapak-bapak masih suka
merokok di dalam rumah. Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam
kebakaran kesulitan untuk masuk di pemukiman warga karena jarak antar
rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit. Ibu-ibu mengantarkan balita
ke posyandu dengan jalan kaki. Mayoritas warga menggunakan alat
transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.
e) Politik dan Pemerintahan
Ketua RT dan Ketua RW sangat mendukung adanya kegiatan posyandu
balita. Puskesmas sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada
balitanya yang terkena diare dan langsung di bawa ke puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.
f) Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh kader kepada ibu-ibu yang memiliki
balita adalah dengan komunikasi verbal serta menunjukkan poster-poster
tentang kesehatan balita. Dan jika akan diadakan kegiatan posyandu maka
kader-kader akan mengunjungi rumah-rumah utnuk menginformasikan
tempat dan waktu diadakannya posyandu balita. Informasi dari RT/RW
setempat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di
masjid atau menggunakan papan pengumuman.
g) Pendidikan
Terdapat 1 TK, 1 Paud, dan 2 SD di daerah tersebut. Anak balita di RT
01 RW 07 Kelurahan Mulyorejo sudah bersekolah di Paud sebanyak 7
orang. Tingkat pendidikan orang tua balita 18 orang lulusan SD, 13 orang
SMP dan selebihnya SMA/ SMK.
h) Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu balita sering mengajak balitanya naik mobil
aneka warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar
kampung dengan biaya Rp.2000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi
ibu yang memilki balita sering membawa balitanya jalan-jalan sekitar
danau Kampus C Unair.
c. PERSEPSI
1. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih
acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.
2. Persepsi Perawat

14
Masyarakat di RT 01/RW 07 kelurahan Mulyorejo belum memiliki
fasilitas kesehatan yang cukup dikarenakan masih sedikitnya puskesmas
ataupun fasilitas kesehatan yang lain. Selain itu jumlah tenaga kesehatan
yang ada pun masih jauh dari yang dibutuhkan. Tetapi Ketua RT 01/RW
07 kelurahan Mulyorejo telah mengkoordinasikan masyarakatnya untuk
mengadakan kegiatan posyandu untuk balita dan lansia yang
diselenggarakan tiap bulannya.

2) ANALISA DATA
Masalah Diagnosa
No. Data
Keperawatan Keperawatan

1. Hasil wawancara: Diare pada balita 00013 Diarrhea

1. Beberapa ibu Domain 3:


mengatakan bahwa Elimination and
umumnya mereka Exchange
memberikan makanan
Class 2:
apa adanya untuk anak
Gastrointestinal
mereka tanpa
Function
memperhatikan
kehigienisan dari
makanan karena
keterbatasan ekonomi.

Hasil Observasi:
1. Data dari kader
terdapat 7 balita (usia
37-60 bulan) yang
diare akibat pemberian
makanan yang tidak
higienis.
2. Hasil wawancara: Gizi kurang pada 00163 Readiness
1. Beberapa ibu
balita for Enhanced
mengatakan bahwa
Nutrition
mereka tidak
mengetahui tentang Domain 2:

15
makanan yang bergizi Nutrition
yang baik untuk
Class 4:
pertumbuhan dan
Metabolism
perkembangan balita.

Hasil observasi:

1. Berdasarkan data dari


kader sebanyak 50 balita
ditimbang dan hasilnya
terdapat 5 orang balita
yang gizi buruk, berat
badan balita yang berada
digaris kuning dan
digaris merah) sebanyak
5 orang

2. Hasil wawancara: Resiko terjadinya 00188 Risk-prone


peningkatan health behavior
1. Beberapa ibu
penyakit akibat
mengatakan bahwa Domain 1: Health
lingkungan yang
umumnya mereka masih Promotion
kurang bersih
menggunakan air sungai
(Diare) di Class 2: Health
sebagai salah satu
kelurahan Management
sumber air mereka, dan
Mulyorejo.
mereka memberikan
makanan apa adanya
untuk anak mereka
tanpa memperhatikan
kehigienisan dari
makanan tersebut karena
keterbatasan ekonomi.

Hasil Observasi:
1. Data dari kader
terdapat 7 balita yang
diare akibat pemberian
16
makanan yang tidak
higienis.
2. Selokan di depan
rumah warga banyak
yang tersumbat, jalan di
depan rumah kotor,
banyak kardus basah
sisa sampah banjir yang
di buang sembarangan.
Terdapat tempat
pembuangan sampah
sentral tetapi kurang
dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Kebanyakan warga lebih
senang membuang
sampah disungai.
Akibatnya aliran sungai
tidak lancar, keruh dan
berbau busuk.

17
3) NIC NOC

18
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. 00013 Diarrhea 050101; pola eliminasi 0460; Diarrhea
050102; kontrol terhadap Management
gerakan usus 1) Tentukan riwayat
050103; warna feses
penyebab terjadinya
050119; kekuatan otot
untuk mengeluarkan feses diare
050015; memgetahui 2) Instruksikan kepada
hubungan antara intake keluarga pasien untuk
makanan dengan konsitensi
mencatat warna,
dari feses
050018; monitor jumlah volume, frekuensi dan
dan konsistensi dari feses konsistensi dari feses
3) Beritahukan kepada
keluarga pasien untuk
menghapus makanan
yang mengandung gas
dan pedas dari diet
4) Monitor tanda dan
gejala dari diare
5) Observasi turgor kulit
pasien
6) Monitor kulit di
sekitar area perianal
untuk melihat apakah
ada iritasi dan ulserasi
7) Timbang BB pasien
secara teratur
8) Konsultasikan ke
fasilitas kesehatan
jika tanda dan gejala
diare muncul
2. 00163 Readiness for Prevensi Primer Prevensi Primer
184103; strategi untuk
Enhanced Nutrition 5246; Konseling nutrisi
mencapai BB yang optimal
162807; gunakan suplemen 1240; Weight gain
nutrisi jika diperlukan assistance
184109; praktek
5510 ; Pendidikan
penyediaan makanan
184111; Strategi modifikasi kesehatan
intake makanan 5604; teaching; group
270112; Status kesehatan
anak

Prevensi Sekunder

260629; Skrining
19
kesehatan sesuai umur Prevensi Sekunder
180516; Teknik skrining 6520; Skrining kesehatan
20
4) INTERVESI
Penangg
Diagnosa Sumbe
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat ungjawa Evaluasi
Keperawatan r Dana
b
00013 Setelah dilakukan 1. Lakukan Balita yang Pengkajia 7 Rumah Ners Dwi Puskes 1. 100% balita
Diarrhea tindakan pengkajian pada mengalami n Oktober masing- Ners mas yang
keperawatan, Ibu-
balita yang diare langsung 2015 masing Indah mengalami
ibu yang memiliki
balita di mengalami diare balita yang diare
RT01/RW07 dapat: mengalami mendapatkan
1. Mengetahui
diare perawatan
penanganan 2. Demonstrasikan
optimal di
pada bailita cara pembuatan dan
Ibu-ibu yang Praktik 8 Balai Ners fasilitas
yang pemberian oralit pada
memiliki langsung Oktober Posyandu Safira kesehatan
mengalami ibu-ibu yang
balita 2015 Wijaya Ners (puskesmas)
diare memiliki balita yang 2. 80%
2. Mengetahui Kusuma I Fitria
mengalami diare undangan ibu
cara
yang memiliki
menanggulang 3. Anjurkan kepada
balita datang
i gangguan ibu-ibu untuk
saat
keseimbangan membawa balitanya Ibu-ibu yang Ceramah, 8 Balai Ners Ika
penyuluhan

21
cairan dan ke puskesmas jika memiliki tanya Oktober Posyandu Ners 3. 90% ibu-
elektrolit pada terjadi gejala diare balita jawab, 2015 Wijaya Resti ibu yang
balita yang diskusi Kusuma I memiliki
4. Evaluasi keluarga
mengalami balita yang
atau kujungan ke
diare hadir dalam
rumah balita yang
Ibu-ibu yang Kunjunga 9 Rumah Ners penyuluhan
mengalami diare
memiliki n Oktober masing- Arsyita dapat
untuk menilai
balita langsung 2015 masing Ners mendemostras
bagaimana
balita yang Aldini ikan cara
penganggulangan
mengalami pembuatan
diare di keluarga
diare oralit dengan
tersebut
benar

22
00163 Setelah dilakukan 1. Melakukan Kader Komuni- 10 Kantor Ners Puskes 1. 50% warga
Readiness for tindakan pendekatan pada Kesehatan kasi dan Oktober Posyandu Arsyita mas RT01/RW07
keperawatan, Ibu-
Enhanced kader-kader Posyandu informasi 2015 Wijaya terlibat aktif
ibu yang memiliki
Nutrition balita di kesehatan (Lobi) Kusuma I dalam
RT01/RW07 dapat: kegiatan
1. Meningkatkan 2. Lakukan
Balita yang Pengkajia 11 Balai Ners penyuluhan.
pengetahuan pengkajian terhadap
2. 80%
mengalami n lagsung Oktober Posyandu Indah
keluarga yang balita yang
undangan ibu
gizi buruk 2015 Wijaya Ners
memiliki mengalami gizi buruk
yang memiliki
Kusuma I Resti
balita tentang 3. Lakukan konseling balita datang
pentingnya nutrisi saat
Ibu-ibu yang Ceramah, 11 Balai Ners
nutrisi yang penyuluhan
memiliki tanya Oktober Posyandu Fitria
baik untuk
balita jawab, 2015 Wijaya Ners
pertumbuhan 4.Berikan penyuluhan
diskusi Kusuma I Aldini
balita. tentang pentingnya
2. Merawat nutrisi, gangguan
balita yang Ibu-ibu yang Ceramah, 11 Balai Ners Ika
nutrisi serta
mengalami memiliki tanya Oktober Posyandu Ners Dwi
pemilihan makanan
gizi buruk dan balita jawab, 2015 Wijaya
yang baik untuk
yang berada di diskusi Kusuma I
pertumbuhan balita

23
bawah garis
5. Memotivasi ibu-ibu
kuning dan
untuk menimbang BB
merah.
anaknya secara
berkala ke fasilitas
Ibu-ibu yang Ceramah, 11 Balai Ners
kesehatan terdekat
memiliki tanya Oktober Posyandu Fitria
6.Skrining kesehatan balita jawab, 2015 Wijaya Ners
balita untuk melihat diskusi Kusuma I Indah
apakah ada resiko
peningkatan angka
balita yang Seluruh Pengkajia 12 Balai Ners
mengalami gizi buruk balita yang n Oktober Posyandu Aldini
ada di RT langsung 2015 Wijaya Ners
01/RW 07 Kusuma I Arsyita
00188 Risk- Setelah dilakukan 1. Penyuluhan Warga Ceramah, 13 Balai Ners Puskes 4. 50% warga
prone health tindakan tentang food hygiene Kelurahan tanya Oktober Posyandu Safira mas RT01/RW07
keperawatan, ibu-
behavior dan cara menyajikan Mulyorejo jawab, 2015 Wijaya Ners Dwi terlibat aktif
ibu yang memiliki
balita dan warga di makanan yang aman diskusi Kusuma I dalam
RT01/RW07 dapat: (higienis) untuk balita kegiatan
1. Ibu-ibu dapat

24
menyiapkan penyuluhan
2. Memberikan 5. 80%
makanan dan Warga Ceramah, 13 Balai Ners
penyuluhan tentang undangan ibu
menyimpan masyarakat tanya Oktober Posyandu Resti
teknik pengelolaan yang memiliki
makanan yang RT 01, RW jawab, 2015 Wijaya Ners
sanitasi lingkungan balita datang
higienis untuk 07, diskusi Kusuma I Indah
saat
balita Kelurahan
2. Masyarakat penyuluhan
Mulyorejo
6. 90% warga
dapat
3. Mengadakan RT01/RW07
mengaplikasikan
modifikasi Seluruh Praktik 13 Lingkunga Ners
terlibat aktif
sanitasi yang baik
lingkungan seperti warga langsung Oktober n RT 01, Fitria
dalam
di lingkungan
kerja bakti, masyarakat 2015 RW 07, Ners Ika
kegiatan kerja
untuk mencegah
pembersihan selokan RT 01, RW Kelurahan Ners
bakti
penularan diare
dan sampah 07, Mulyorejo Safira
pembersihan
Kelurahan
lingkungan
Mulyorejo

25
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H,
2006).Balita termasuk salah satu agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini
dikarenakan pada balita juga berpotensi muncul masalah yang kompleks,
terlebih yang berhubungan dengan konsep tumbuh kembang. Oleh karena
itu, konsep keperawatan yang diberikan pada agregat ini diaplikasikan
dalam bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
memberikan layanan dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga
Balita), PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi,
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang).
6.2 Saran
a. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative.
b. Bagi Keluarga
Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam
menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita. Oleh
karena itu keluarga diharapkan mampu memahami konsep tumbuh
kembang pada balita dan mampu mendampingi pertumbuhan dan
perkembangan balita dengan baik sehingga bisa mengoptimalkan
tumbuh kembang balita.

26
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,


Bayi/Balita, dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Ed.1. Yogyakarta:
Deepublish.

Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Elisabeth, T. Anderson dan Judith, Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner,
6th Ed +Introduction to Community Based Nursing, 5th Ed: Theory and
Practic in Nursing. Lippincot Williams and Wilkins
Proverawati, Atikah & Erna Kusuma Wati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan &
Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Kesehatan
Anak Balita di Indonesia.
Sutomo, B & Anggraini, D. Y. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Demedia.

27
28
29
30

Vous aimerez peut-être aussi