Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit saluran nafas kronik yang penting dan menjadi
masalah kesehatan di berbagai negara. Asma dapat bersifat ringan dan tidak
mengganggu aktivitas tetapi dapat juga bersifat menetap dan menggangu aktivitas
bahkan kegiatan seharian. Pasien asma memiliki pola inflamasi saluran nafas yang
khas, ditandai oleh sel mast bergranulasi, infiltrasi eosinophil dan peningkatan
jumlah sel Thelper-2 yang teraktivasi. Pola inflamasi khas inilah yang mendasari
gambaran klinis pasien asma termasuk mengi intemiten, sesak nafas, batuk dan
rasa sesak di dada. Peningkatan berbagai mediator inflamasi diantaranya mediator
lipid, sitokin atau kemokin dan growth factor yang berasal dari struktur sel saluran
nafas antara lain sel otot polos saluran nafas, sel epitel, sel endotel dan fibroblast
ditemukan pada pasien asma.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.4 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Resisten Kortikosteroid
1. Imunomodulasi
4
diinduksi hanya oleh stimulasi IFN-g bersifat tidak sensitif terhadap aksi
kortikosteroid. Hal itu mungkin disebabkan oleh peningkatan GR beta pada
rasio GR alfa atau beta menjadi 1:3.
2. Asap Rokok
Pasien asma yang merokok memperlihatkan efek resisten terhadap aksi anti-
inflamasi kortikosteroid dan hal itu juga terjadi pada bekas perokok. Asap
rokok merupakan stres oksidatif dan dapat mempengaruhi berbagai aspek
fungsi kortikosteroid termasuk translokasi inti GR dan kofaktor inti sel.
Peningkatan penanda stres oksidatif misalnya 8-isoprostane menunjukkan
respons resistens terhadap terapi kortikosteroid. Faktor HDAC2 yang
berperan penting dalam fungsi kortikosteroid dilaporkan mengalami
penurunan aktivitas dan ekspresi dalam spesimen biopsi bronkus perokok tua
yang dianggap sehat.
Kombinasi efek asma dan asap rokok ini mirip dengan yang terjadi pada
pasien PPOK yang menunjukkan penurunan ekspresi dan aktivitas HDAC2
yang berkorelasi dengan beratnya kelainan dalam paru, saluran napas dan
makrofag cairan BAL. Asap rokok dan inflamasi pada paru pasien asma yang
merokok ataupun PPOK akan membentuk anion superoksida dan nitrit
monoksida yang berkombinasi membentuk peroksinitrit kemudian
meninggalkan residu tirosin (Tyr) yang akan menginaktifkan peran katalitik
HDAC2 serta menjadi penanda enzim untuk ubiquitination(Ub) yang
mengakibatkan destruksi oleh proteasom. Menurunnya HDAC2
menyebabkan peningkatan asetilasi histon, amplifikasi inflamasi dan
mencegah efek anti-inflamasi kortikosteroid.
3. Infeksi Virus
5
Eksaserbasi berulang merupakan penyebab utama kesakitan pada pasien
asma.Virus penyebab gangguan respirasi merupakan pemicu eksaserbasi yang
penting. Penelitian terkini menunjukkan infeksi rinovirus dapat mengurangi
translokasi inti GR dan menurunkan fungsi kortikosteroid. Eksaserbasi
berulang pada serangan asma berat berkaitan juga dengan faktor komorbid
yang mudah dideteksi dan diobati.Intervensi terapeutik bertujuan untuk
memperbaiki kondisi pasien sehingga diharapkan dapat menurunkan
kesakitan dan pengeluaran medis.
4. Pajanan Alergen
6
tentang patologi asma persisten berat untuk menentukan apakah terdapat
abnormalitas ultrastruktur yang mungkin ireversibel, apakah terapi kortikosteroid
dapat mempengaruhin inflamasi remodeling saluran napas atau keduanya dan
seterusnya.
7
2.6 Implikasi Terapi
8
Beberapa pasien asma resistens kortikosteroid bukan sepenuhnya tidak
berespons terhadap kortikosteroid tetapi baru berespons terhadap pemberian
kortikosteroid dosis yang lebih tinggi dari pada normal dengan kemungkinan
risiko meningkatnya efek samping. Pemberian kortikosteroid inhalasi dengan
profil keamanan yang lebih baik misalnya siklesonid memungkinkan pemberian
dosis topikal lebih tinggi dengan efek samping yang lebih sedikit.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
RUJUKAN
2008;134;394-401.
11