Vous êtes sur la page 1sur 35

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA ANAK N

UMUR 42 BULAN DENGAN KEP SEDANG


DI DUSUN TULUNGREJO DESA SEGODOREJO
K E C A M ATAN S U M O B I T O
KABUPATEN JOMBANG

Oleh :

RULIATI
03.22 B

AKADEMI KEBIDANAN HUSADA


JOMBANG
2006
0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi
pada tiap makhluk. Pada manusia terutama kanak-kanak, proses tumbuh
kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan setiap anak berlangsung menurut
prinsip yang umum, namun demikian setiap anak memiliki ciri khas yang
tersendiri. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sejak dalam
kandungan.
Pertumbuhan dan perkembangan anak masa balita menjadi sangat
cepat. Masa seperti ini tidak akan terulang lagi pada kehidupan selanjutnya.
Karena itu perhatian yang diberikan pada masa balita akan sangat
menentukan kualitas kehidupan manusia dimasa depan.
Pertumbuhan anak yang berkaitan dengan segi jasmani ini, didukung
oleh pemberian makanan bergizi bagi anak. Proses ini dibantu dengan
menimbang berat badan anak secara teratur setiap bulan, dengan demikian
bila terjadi kelambatan dalam pertumbuhan anak, kelambatan tersebut dapat
segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya.
Anak usia di bawah lima tahun atau balita merupakan kelompok
yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Kurang energi protein
(KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Banyak masalah-masalah yang dapat terjadi pada anak balita bila
mengalami kekurangan energi protein seperti perlambatan pertumbuhan
linier, perlambatan kenaikan berat badan, berkurangnya ukuran lingkar lengan
atas, kurang aktivitas dan anak tampak lesu dan kurang bergairah,
keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor, kemampuan berbicara

1
dan berjalan yang lebih lambat serta perubahan keadaan kulit yang menjadi
kering dan rambut kasar.
Data di Jawa Timur menyatakan bahwa pad tahun 2003, angka
kejadian kurang energi protein pada kasus, kurang energi protein kurang
mencapai 14,7 %, sedangkan kurang energi protein buruk 2,2 %.
Data yang ada di Kabupaten Jombang pada tahun 2003, angka
kejadian kurang energi protein adalah ; kurang energi protein ringan
mencapai 14,2 %, sedangkan Kurang Energi Protein berat 1,9 %.
Upaya penanggulangan KEP di puskesmas dan rumah tangga dapat
mencapai sasaran yang diharapkan secara optimal diperlukan adanya Buku
Pedoman sebagai acuan.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke dalam
proses Asuhan Kebidanan Komunitas pada An. N sesuai dengan
manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan komunitas pada anak N dengan
Kep sedang diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data yang terdiri dari :
2. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
3. Mengantisipasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Merumuskan rencana tindakan yang komprehensif
6. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan

2
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi masyarakat
Memberikan masukan sehingga ikut berperan aktif dalam merawat anak
dengan kurang energi protein sedang, yaitu meliputi memantau tumbuh
kembang anak, memenuhi kebutuhan gizi anak.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Memberikan masukan bagi Puskesmas sebagai tambahan rencana
3. Bagi penulis
Dapat menerapkan ilmu yang didapat dari kuliah lain : Ilmu Kesehatan,
Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Kesehatan Komunitas, Asuhan Kebidanan
Pada Anak, Ilmu Gizi sehingga dapat menyusun laporan dengan benar.

1.4 Metodologi
Dalam menyusun asuhan Kebidanan Komunitas ini menggunakan
teknik pengumpulan data diperoleh dengan cara :
1. Data Primer
Observasi dan pengamatan langsung
2. Data Sekunder
- Menggunakan data yang ada di polindes
- Menggunakan buku sumber yang berhubungan dengan perawatan
kesehatan komunitas
Metode penulisan Asuhan Kebidanan komunitas ini menggunakan
metode deskriptif dalam bentuk studi kasus yaitu memberi gambaran yang
lebih jelas tentang Asuhan kebidanan pada anak dengan KEP.

1.5 Lokasi dan Waktu


1. Lokasi
Dusun Tulungrejo, Desa Segodorejo, kecamatan Sumobito Kabupaten
Jombang.
2. Waktu pelaksanaan
Tanggal 13 25 Maret 2006

3
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini terdiri dari lima BAB, yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, tujuan,
manfaat penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu serta
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka meliputi : konsep dasar dari teori yang terkait
dengan kurang energi protein dan konsep keluarga.
BAB III : Tinjauan kasus menguraikan langkah-langkah dari manajemen
kebidanan pada kasus kurang energi protein meliputi :
pengkajian, identifikasi diagnosa / masalah, antisipasi masalah
potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi
an evaluasi.
BAB IV : Penutup meliputi : kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian
Pengertian adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia
yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang
terkecil, dan biasanya tetapi selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan-ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu
rumah (tempat tinggal), biasanya dibawah asuhan seorang kepala
rumah tangga dan makan dari satu periuk. (Dep. Kes RI, 1993).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. (Dep. Kes. RI, 1993)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam peranannya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion
G. Bailon dan Maglaya, 1989).
Dari ketiga batasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keluarga itu adalah :
Unit terkecil masyarakat
Terdiri dari dua orang atau lebih
Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
Hidup dalam satu rumah tangga
Berinteraksi satu sama lain
Setiap anggota keluarga menjalankan peranannya masing-masing

5
Menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan
2.1.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri
4. Patrilokal : adalah sepasang suami instri yang tinggal bersama
sedarah ayah
5. Kelaurga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi begian keluarga adanya hubungan dengan suatu atau istri
Ciri ciri struktur keluarga Anderson Carter
- Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketegantungan anatra
anggota keluarga
- Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjelaskan fungsi
dan tugasnya masing masing
- Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing masing
2.1.3 Tipe/Bentuk keluarga
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak anak
2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

6
3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah labih dari satu kali dan
merupakan satu kaluarga inti
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang
terjadi karena percerairan atau kematian
5. Keluarga berkomposisis (Composit) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
6. Keluarga Kabitas (Kahabitatiuon) adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga
Tipe kelaurga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar
(extende family), karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat
yang sangat kuat.
2.1.4 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
1. Patriakal, yang dominan dan memgang kekuasaan dalam kelaurga
adalah pihak ayah
2. Matrikal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga adalah pihak ibu
3. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam kelaurga adalah
ayah dan ibu
2.1.5 Peran keluarga
Peranan kelaurga menggambarkan seprangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu alam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,kelompok, dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah
sebagai berikut :
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak,
berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

7
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pangasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagi salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dari keluarganya.
3. Peranan Anak : Anak anak melaksanakan peranan psiko-sosial
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
spiritual. (uraian selengkapnya dapat dipelajari dalam Perawatan
Anak).
2.1.6 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
- Untuk meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
- Memberikan kasih sayang dan rasa aman
- Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
- Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
- Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
- Membina sosialisasi pada anak
- Membentuk norma norma tingkah laku sesuai dengan
tingkatan perkembangan anak
- Meneruskan nilai nilai budaya keluarga

8
4. Fungsi Ekonomi
- Mencari sumber sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
- Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
- Menabung untum memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak anak,
jaminan hari tua dan sebagianya
5. Fungsi Pendidikan
- Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampila dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya
- Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat tingkat
perkembangannya
Ahli lain membagi fungsi keluiarga sebagi berikut :
1. Fungsi pendidikan. Dalam hal ini mini tugas keluarga
adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaan dan maasa depan anak bila kelak dewasa nanti
2. Fungsi sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam
menjalankan fungsi inti adalah bagaimana kelaurga
memeprsiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
3. Fungsi perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini
adalah melindungi anak dari tindakan tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
4. Fungsi perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah
menjaga secara instituitif, merasakan perasaan dan suasana anak
dan anggota anggota keluarga sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga

9
5. Fungsi religius. Tugas keluarga dalam tugas ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga
menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan ini dan kehiudpan lain setelah di dunia ini
6. Fungsi ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini
adalah mencari sumber sumber kehidupan dalam memenuhi
fungsi fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk
memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan tersebut
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan
keluarga
7. Fungsi rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi
ini tidak selalu harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting
bagaimana menciptakana suasana yang menyenagkan dalam
keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian
masing masing anggotanya. Rekreasi dapat dilakukan di rumah
dengan cara nonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman
masing masing dan sebagainya.
8. Fungsi biologis. Tugas keluarga yang terutama dalam
hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi
penerus
Dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya adalah :
1. Asih, adalah memebrikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada angota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemelihara dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak anak yang sehat baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.

10
3. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan
masa depannya.
2.1.7 Tahap tahap Kehidupan Keluarga
Tahap tahap Kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai
barikut :
1. Tahap pembentukan keluarga ; tahap ini dimulai dari pernikahan,
yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga
2. Tahap menjelang kelahiran anak ; tugas keluarga yang utama
untuk mendaptkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang
merupakan saat saat yang sangat dinantikan
3. Tahap menghadapi bayi bayi ; dalam hal ini keluarga mengasuh,
mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada
tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua
orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah
4. Tahap mengahdapi anak prasekolah ; pada tahap ini anak sudah
mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan
teman sebaya, tetapi sangat rawan daalm masalah kesehatan,
karena tidak mengetahui mana yang kototr dan mana yang berish.
Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan
dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma norma
kehidupan, norma norma agama, norma norma sosial budaya
dan sebagianya
5. Tahap menghadapi anak seklah, dalam tahap ini tugas keluarga
adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
memepersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar
secara teratur, megontrol tugas tugas sekolah anak, dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.
6. Tahap menghadapi anak remaja ; tahap ini adalah tahap yang
paling rawan karena dalam tahap ini akan mencari identitas diri

11
dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan
dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara
dan dikembangkan
7. Tahap melepaskan anak kemasyarakat ; setelah melalui tahap
remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka
tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam
memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam hal ini anak
akan memulai kehidupan berumah tangga
8. Tahap berdua kembali ; setelah anak besar dan menempuh
kehidupan keluarga sendiri sendiri, tinggallah suami istri berdua
saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak
dapat menerima kenyataan akandapat menimbulkan depresi dan
stress
9. Tahap masa tua ; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan
kedua oran tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia
fana ini
2.1.8 Tugas tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai
berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas
8. Membangkitkan semangat para anggota kelaurga

12
2.1.9 Ciri ciri Keluarga
1. Diikat dalam suatu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tangung jawab masing masing anggotanya
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerjasam diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam suatu rumah

2.2 Konsep Dasar Kurang Energi protein


2.2.1 Pengertian
Kurang energi protein ialah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). (Dep. Kes.
RI, 2000:1)
2.2.2 Etiologi Kurang Protein
Masuknya energi dan protein yang tidak tercukupi kebutuhannya
yang dapat disebabkan oleh multi faktor yang saling terkait antara
lain :
Masukan yang tidak adekuat dihubungkan dengan
ketidakmampuan/kemiskinan, penyakit yang menyebabkan
anoreksia, prosedur dirumah sakit yang memuaskan bayi serta
tekanan psikologis.
Kebutuhan energi yang meningkat disebabkan oleh infeksi, demam,
dan trauma
Meningkatnya energi yang terbuang disebabkan oleh muntah, diare,
malabsorbsi. (Nestle, 1999: 13-14).
2.2.3 Klasifikasi
KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak
pada pita warna kuning

13
KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak
di bawah garis merah
KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku
median Who-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah kep berat
/ gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan Kep
berat/Gizi buruk digunakan Tabel BB/U baku median Who-NCHS
(lampiran 1)
2.2.4 Patofisiologi
Protein merupakan zat pembangun kekurangan protein dapat
mengganggu sintesis protein tubuh dengan akibat : gangguan
pertumbuhan atropi otot, penurunan kadar albumin serum sehingga
menyebabkan sembab (oedema dan ascites), Hb turun yang
menyebabkan daya tahan terhadap infeksi menurun, sintesis enzim
menurun yang menyebabkan gangguan pencernaan dan metabolisme.
Hidrat arang dan lemak merupakan zat tenaga, kekurangan hidrat
arang dan lemak akan meningkatkan katabolisme pengecilan jaringan
otot (muscle wasting) dan jaringan lemak. Selain itu protein diet
dipecah untuk memenuhi kebutuhan energi.
2.2.5 Gejala klinik
Dalam garis besarnya pertumbuhan yang terjadi pada malnutrasi dapat
dibagi menjadi :
Perubahan klinik/kelainan klinik yang meliputi antrometrik, gejala
defisiensi vitamin A, kelainan fisik lainnya dan kelainan
intelektual.
Perubahan biokimiawi/kelainan biokimiawi yaitu penurunan nilai
hemoglobin, albumin, prealbumin, kolesterol, asam amino
essensial, transferin dan daya ikat retinol. Selain itu ditemukan
pula perubahan perbandingan asam amino dan serum, ekskresi
hidroksiprolin air kemih menurun, dan metilhistidin yang
meningkat.

14
Perubahan patologi anatomik organ tubuh yang mencakup
hipotropi dan atropi, perlemakan, fibrosa, bahkan nekrosis sel
jaringan atau organ. (A.H. Markum, 1991: 164).
Kekurangan energi protein ringan / sedang yang disebut juga sebagai
gizi kurang (under nutrition) yang hanya ditandai oleh adanya
hambatan pertumbuhan. (A.H. Markum, 1991: 166).
Untuk kekurangan energi protein ringan dan sedang gejala klinik yang
ditemukan hanya anak tampak kurus.
2.2.6 Pencegahan
Kekurangan energi protein disebabkan oleh multifaktor
yang saling terkait sinergis secara klinis maupun lingkungan
(masyarkat). Pencegahan hendaknya meliputi semua faktor secara
stimultan dan konsisten. Meskipun kekurangan energi protein tidak
sepenuhnya dapat diberantas, tapi dapat segera dilaksanakan beberapa
tindakan untuk mengatasi keadaan.
1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi dengan cara :
a. sanitasi
b. pendidikan
c. program imunisasi
d. pencegahan penyakit yang erat dengan lingkungan antara lain
TBC, nyamuk (malaria, DHF), parasit (cacing)
2. Memperkecil dampak penyakit-penyakit infeksi terutama diare di
wilayah yang sanitasi lingkungannya belum baik. Diare
merupakan penyakit endemopidemik yang menjadi salah satu
penyebab bagi malnutrisi. Dehidrasi awal dan re-feeding secepat
mungkin merupakan pencegahan untuk menghindari
malnutrisi/kekurangan energi protein.
3. Deteksi dini dan manajemen kekurangan energi protein
awal/ringan
Memonitor pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi
balita secara kontinue misalnya dengan tolok ukur KMS

15
Perhatian khusus imhik faktor resiko tinggi yang akan
berpengaruh terhadap kelangsuangan status gizi (antara lain :
kemiskinan ketidaktahuan,adanya penyakit infeksi).
4. Memelihara status gizi anak
1. Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula
2. Setelah lahir segera diberi ASI eksklusif sampai 4 atau 5 bulan
3. pemberian makanan pendamping ASI (wearning food) bergizi,
mulai 4 atau 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat
menerima menu lengkap keluarga
4. Memperpanjang masa menyusui (prolog lactation) selama ibu
dan bayi menghendaki
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Prinsip pengobatan kekurangan energi protein adalah :
Memberikan makanan yang mengandung banyak protein
bernilai biologik tinggi, tingkat kalori, cukup cairan, vitamin
dan mineral
Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah
dicerna dan diserap
Makanan diberikan secara bertahap, karena penyerapan
terhadap makanan sangat rendah.
Penerangan terhadap penyakit penyerta
Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan
penyuluhan gizi terhadap keluarga
2. Pelayanan pada balita kekurangan energi protein sedang di tingkat
rumah tangga :
Melakukan penyuluhan gizi dan diet yang sesuai
Memberikan nasehat untuk tetap memberikan ASI sampai
usia 2 tahun

16
Memberikan nasehat diet seimbang bagi anak sesuai dengan
usia dan kesehatannya
Menganjurkan pemberian makanan pendamping ASI sesuai
dengan usia dan kondisi kesehatan
Menganjurkan anak ditimbang secara teratur untuk
mengetahui pertumbuhannya.
3. Pelayanan balita kekitrangan energi protein sedang diposyandu /
pusat pemulihan gizi (PPG) menggunakan ukuran antrometrik.
Tergantung umur :
Berat badan terhadap mutu dan tinggi badan terhadap umur.
Lingkaran kepala terhadap umur dan lingkaran lengan atas
terhadap umur
Tidak tergantung umur
Berat badan terhadap tinggi badan dan lingkar lengan atas
terhadap tinggi badan. (Soerjiningsih, 1995: 37 38)
Posyandu/pusat pemulihan gizi merupakan suatu
tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa
dan dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di
PPG difokuskan pada pemberian makanan tambahan
pemulihan bagi balita kekurangan energi protein. Penanganan
pusat pemulihan gizi dilakukan oleh kelompok orang tua
balita yang dibantu oleh kader menyelenggarakan PMT
pemulihan anak balita.
Pelayanan yang dapat diberikan adalah :
1) Balita kekurangan energi protein ringan/sedang yang tidak
menderita penyakit penyerta lain yang dapat dilayani di PPG.
2) Memperoleh PMT pemulihan dengan bentuk makanan
selama 3 bulan
3) PMT pemulihan diberikan dengan cara :
Makanan tambahan diberikan berbentuk makanan jadi dan
diberikan tiap hari. Pemberian makanan pada balita
kekurangan protein dianjurkan mengikuti pedoman
pemberian makanan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak.

17
4) Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta
demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk anak
kekurangan energi protein
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Umum
Tanggal pengkajian : 15 Maret Jam 10.00 WIB
Nama kepala keluarga : Miskan
Alamat : Dusun Tulungrejo, Desa Segodorejo, RT/RW : II/II, Sumobito
1. Daftar Anggota keluarga
Sehat/
No Nama Anggota Hubungan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan KB
Sakit
1. Miskan Suami L 45 SD Tani Perokok
2. Sati Istri P 36 SD Tani Suntik Sehat
3. Saiku Anak L 16 SMP Swasta Sehat
4. Rahmat Anak L 14 SMP - Sehat
5. N. Aisiyah Anak P 11 SD - Sehat
6. R. Malik Anak L 10 SD - Sehat
7. Nur Dukoroh Anak P 3,5 - - Sehat

2. Denah Rumah
Ukuran 6x12 m2
U
4
2 3
2 B T
2 1

Keterangan : S

1. Ruang tamu
2. Tempat tidur
3. Ruang keluarga
4. Dapur

18
3. Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
4. Tipe keluarga
Keluarga inti (nuclear family)
5. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan perbulan sekitar Rp. 700.000,-
6. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak pernah mengadakan rekreasi, setiap hari hiburannya
yaitu TV, VCD, radio
7. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Dalam keluarga ini terdapat 3 tahap kehidupan keluarga (dovall) :
a. Tahap menghadapi anak prasekolah (Nur Dukaroh umur 3,5 tahun)
b. Tahap menghadapi anak sekolah (R. Malik umur 10 tahun)
(Aisiyah umur 11 tahun)
c. Tahap menghadapi anak remaja (Rahmat umur 14 tahun)
(Saiku umur 16 tahun)
8. Keadaan lingkungan
a. Rumah
Luas : 6x12 m2
Dinding : tembok
Atap : genteng

19
Lantai : keramik dan plester (bagian dapur)
Cahaya : terang
Ventilasi : baik (1/10 dari luas lantai)
Jendela : ada 4
Kebersihan : bersih
Jumlah ruang : 6 ruang
b. Air minum
Sumber : sumber gali
Kualitas air : baik secara fisik
Konsumsi air : 15 liter / hari
c. Pembuangan sampah : dibakar
d. Jamban dan kamar mandi
Kamar mandi : tidak punya (do sungai jika BAB)
e. Pekarangan dan sekolah
Pengaturan : teratur
Kebersihan : bersih
Air limbah : dibuang di selokan gali
Tanaman peneduh : ada
9. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan dengan tetangga baik, serta hubungan dengan masyarakat
desa juga baik.
10. Pola komunitas keluarga : menggunakan bahasa Jawa
11. Struktur peran keluarga
Ayah : Sebagai suami dan sebagai kepala keluarga bertugas
mencari nafkah, pelindung
Ibu : Sebagai istri dan ibu bertugas mengurus rumah tangga
sebagai pengasuh dan mencari nafkah tambahan
Anak : berperan sebagai pisko sosial
12. Fungsi keluarga, yang dilaksanakan pada keluarga ini :
a. Fungsi biologis
b. Fungsi psikologis

20
c. Fungsi sosialisasi
d. Fungsi ekonomi
e. Fungsi pendidikan
13. Manajemen kesehatan keluarga
Anak Nurdhuha umur 3,5 tahun, menderita KEP sedang, diderita sejak
umur, belum diobatkan hanya rajin ke posyandu.
14. Pola interaksi keluarga
Penanggung jawab keluarga : kepala keluarga
Pengambil keputusan di keluarga : kepala keluarga dan istri
15. Pola penggunaan fasilitas oleh keluarga
Puskesmas
Bidan praktek swasta
16. Sterss dan koping keluarga
Setiap masalah dalam keluarga dipecahkan bersama dan bisa atur
dengan baik.
17. Keikutsertaan keluarga dalam organisasi masyarakat
Dasawisma dan Yasinan.

Skoring
No Nama Masalah Krtiteria Skor Bobot Perhitungan
1. Tn. Miskan Perokok - Sifat 2 1 2/3 x 1 = 2/3
masalah
- Kemungkin 1 2 x2=1
an masalah dapat
diatasi 2 1
2/3 x 1 = 2/3
- Potensi
masalah untuk 1 1
dicegah x1=
- Menonjoln
ya masalah
2. An. Nur D KEP - Sifat 3 1 3/3x1 = 1
sedang masalah 1 2 x2=1
- Kemungkin
an masalah dapat
diatasi 2 1
2/3 x 1 = 2/3
- Potensi

21
masalah untuk 2 1 2/2 x 1 = 1
dicegah
- Menonjoln
ya masalah
3 2/3
B. Data Khusus
1. Pengkajian
A. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : An N
Umur : 42 bulan (3,5 tahun)
Agama : Islam
Suku : Jawa
b. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan bahwa berat badan anaknya selalu
dibawah garis merah dan tidak naik
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu klien mengatakan bahwa berat badan anaknya selalu di
bawah garis merah dan tidak naik
d. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular serta tidak ada yang menderita penyakit keturunan
e. Riwayat prenatal
Ibu klien mengatakan selama kehamilan anak ke 5 ini, ibu
periksa di puskesmas 3 kali, mendapat suntikan TT 1 kali
mendapat obat tambah darah dan vitamin, keluhan selama
hamil tidak ada, gerakan anak dirasakan umur 4 bulan
f. Riwayat natal
Ibu klien mengatakan saat melahirkan, usia kehamilan bulan
lahir bayi perempuan, ditolong dukun di rumah, berat badan
lahir 3500 gram, BB tidak tahu, langsung nangis
g. Riwayat post natal
Setelah lahir bayi diberi ASI saja sampai umur 3 bulan

22
h. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang pernah didapatkan klien (hepatitis 3x,
BCG 1x, polio 4x, DPT 3x) dan imunisasi tersebut diperoleh di
posyandu.
i. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Klien makan 3x/sehari, porsi piring kecil nasi, nasi lauk,
tempe kadang ikan dan sayur.
Minum susu bendera cair kadang-kadang
b. Pola istirahat
Tidur siang : sekitar jam 12.00 13.00
Tidur malam : sekitar jam 20.00 05.00
c. Pola kebersihan
Mandi 2x sehari, ganti baju 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
keramas 1x seminggu
d. Pola eliminasi
BAB 1x sehari, konsistensi lunak dan BAK 5x, warna
kuning
j. Keadaan psikologis
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya mudah bergaul dan
banyak bicara
k. Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BBL : 2500 gram
BB sekarang : 10 (N = 12-16)
TB : 88 cm ( N = Cm)
Status gizi : KEP sedang
b. Perkembangan
- anak N sudah bisa melepas pakaian sendiri
- sudah bisa menyebutkan satu warna
B. Data Obyektif

23
a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Postur tubuh : tegak lurus
BB sekarang : 10,1 kg
LILA : 14 cm
TB : 88 cm
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Nadi : 92 x/mnt
Pernafasan : 30 x/mnt
Suhu : 360 C
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut lurus, kulit kepala bersih, rambut
tidak rontok dan tidak kemerahan
Muka : Tidak oedema, tidak pucat, tidak boldface
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Gigi&mulut : Simetris, tidak ada stomatitis, mukosa bibir
lembab, tidak ada gigi palsu yang caries
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
tarikan intercosta
Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada lesi
Payudara : Simetris, belum ada pembesaran
Abdomen : Tidak ada bekas luka, tidak keriput
Genetalia : Bersih
Anus : Tidak ada haemoroid
Eks. Atas : Simetris, pergerakan normal, tidak oedema
Eks. Bawah : Simetris, pergerakan normal, tidak oedema, tidak
varises

24
Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
bendungan vena jugularis
Axilla : Tidak ada benjolan
Abdomen : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar
Auskultasi
Dada : Tidak ada ronchi, tidak ada whezing
Abdomen : Bising usus 2-3 x/mnt

3.2 Identifikasi Masalah Diagnosa


Ds : Ibu klien mengatakan bahwa berat badan anaknya selalu dibawah
garis merah dan tidak naik
Do : keadaan umum baik
Kesadaran : composmentis
BBL : 3500 gram
LILA : 14 cm
TB : 88 cm
Tekanan darah : 80/50 x/mnt
Nadi : 92 x/mnt
Suhu : 360C

3.3 antisipasi Masalah Potensial


KEP berat.

3.4 Identifikasi kebutuhan Segera


Tidak ada.

3.5 Intervensi
Diagnosa : Anak N umur 42 bulan dengan KEP sedang
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x30 menit
diharapkan ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi anaknya
Kriteria hasil :

25
- berat badan dapat naik
- pada KMS menunjukkan pita warna pindah atau naik ke warna
- dari KEP sedang menjadi KEP ringan

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ Pendekatan dapat mempermudah pemberian KIE
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai kondisi anaknya
R/ Ibu dapat mengerti kesehatan anaknya
3. Jelaskan pada ibu cara memilih makanan yang memenuhi syarat gizi
R/ Makanan yang mengandung nilai gizi yang cukup
4. Anjurkan ibu cara mengolah makanan dan bagaimana penyajian makanan
R/ Pengolahan makanan yang benar akan dapat mempertahankan zat
gizi dan vitamin yang terkandung didalam bahan makanan tersebut,
dengan penyajian makanan yang bervariasi dapat meningkatkan
selera makan anak
5. Anjurkan pada ibu untuk memperhatikan suasana lingkungan saat
memberi makanan
R/ Dengan lingkungan yang bervariasi saat memberi makan diharapkan
dapat memberikan suasana baru sehingga meningkatkan nafsu
makan anak
6. Anjurkan ibu untuk memperhatikan personal hygiene anak
R/ Personal hygiene yang baik dapat mempengaruhi keadaan anak
7. Sarankan pada ibu untuk tetap aktif dalam kegiatan posyandu setiapbulan
R/ Dapat mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak sehingga
dapat dideteksi sedini mungkin bila ada kelainan

3.6 Implementasi
Diagnosa : Anak N umur 42 bulan dengan KEP sedang
Tanggal 15 Maret 2006 Jam 10.00 WIB
1. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga jam 10.00 WIB

26
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga mengenai kondisi anaknya
jam 10.15 WIB
3. Menjelaskan pada ibu cara memilih makanan yang memenuhi syarat gizi
4. Menganjurkan ibu cara mengolah makanan yaitu dengan mencuci sayur-
sayuran yang akan diolah baru memotong-motongnya, kemudian tidak
memasak terlalu lama dan disajikan dengan menu yang variatif
5. Menyarankan kepada ibu untuk lebih memperhatikan suasana lingkungan
sehat memberi makan, misalkan makan bersama dengan teman sebayanya
6. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan personal hygiene anak terutama
kebersihan mulut, misalnya menggosok gigi
7. Menyarankan pada ibu untuk tetap aktif dalam kegiatan posyandu setiap
bulan.

3.7 Evaluasi
Tanggal 15 Maret 2006 jam 10.30 WIB
S : Ibu dapat mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
petugas kesehatan tentang cara memilik dan mengolah makanan.
O : BB anak tetap
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan ibu untuk lebih telaten dalam menghadapi anaknya dan tetap
aktif dalam kegiatan posyandu setiap bulan

27
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 20 Maret 2006 Jam 18.00 WIB
S : Ibu mengatakan anaknya sudah mau minum susu dan porsi makan
bertambah
O : BB anak masih tetap
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan ibu untuk telaten dalam merawat anaknya serta aktif
memantau tumbuh kembangnya di posyandu.

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
Etiologi dari KEP adalah :
- Nutrisi yang tidak adekuat
- Kebutuhan energi yang meningkat akibat proses penyakit atau infeksi
- Meningkatnya energi yang terbuang dan tidak diimbangi oleh nutrisi
yang memenuhi gizi seimbang
Klasifikasi KEP yaitu :
- KEP ringan
- KEP sedang
- KEP berat
kekurangan energi protein ringan / sedang disebut juga sebagai gizi kurang
(under nutrition) yang hanya ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan.
Gejala klinis yang tampak adalah anak tampak kurus.

4.2 Saran
a. Bagi Keluarga
- Hendaknya keluarga lebih kooperatif dalam segala hal sehingga dapat
mencapai hasil akhir yang lebih optimal
- Setiap penjelasan atau nasehat yang diberikan pada ibu dan keluarga
hendaknya dapat diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
b. Bagi Petugas
Diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup
sehingga dapat melakukan tindakan yang cepat dan tepat dalam
menghadapi segala hal yang bersifat darurat
c. Bagi Institusi

29
Memperbanyak pengadaan buku-buku yang berkaitan dengan balita dalam
kasus kekurangan energi dan protein.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Deteksi Dini Balita, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Pedoman Tatalaksana Kurang


Energi Protein Pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga.

Dinas Kesehatan propinsi Jawa timur, 2001, Buku Pedoman Penanggulangan


Kurang energi Protein (KEP), Surabaya.

Markum, A.H (1991), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Jakarta, FKUI.

Nelson (1998), Ilmu Kedokteran Anak, Edisi ke 12, Jakarta, Kedokteran EGC.

Ngastiyah (1987), Perawatan Anak Sakit, Jakarta, Kedokteran EGC.

Soetjiningsih (1995), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, Kedokteran EGC.

30
Lampiran : 1
TABEL BERAT BADAN MENURUNUMUR
ANAK PEREMPUAN
KEP
Umur KEP Sedang KEP Ringan Gizi Baik Gizi Lebih
Berat
Tahun/Bulan) 60% - 69% 70% - 79 % 80 % - 110% > 110 %
<60 %
0 1.91 1.92-2.23 2.24-2.55 2.56-3.52 3.53
1 2.39 2.40-2.79 2.80-3.19 3.20-4.40 4.41
2 2.81 2.82-3.28 3.29-3.75 3.76-5.17 5.18
3 3.23 3.24-3.77 3.78-4.31 4.32-5.94 5.95
4 3.59 3.60-4.19 4.20-4.79 4.80-6.60 6.61
5 4.01 4.02-4.68 4.69-5.35 5.36-7.37 7.38
6 4.31 4.32-5.03 5.04-5.75 5.76-7.92 7.93
7 4.61 4.62-5.38 5.39-6.15 6.16-8.47 8.48
8 4.91 4.92-5.37 5.74-6.55 6.56-9.02 9.03
9 5.15 516-6.01 6.02-6.87 6.88-9.46 9.47
10 5.33 5.34-6.22 6.23-7.11 7.12-9.79 9.80
11 5.51 5.52-6.43 6.44-7.35 7.36-10.12 10.13
12 5.69 5.70-6.64 6.65-7.59 7.60-10.42 10.46
13 5.87 5.88-6.85 6.86-7.83 7.84-10.78 10.79
14 5.99 6.00-6.99 7.00-7.99 8.00-11.00 11.01
15 6.11 6.12-7.13 7.14-8.15 8.16-11.22 11.23
16 6.23 6.24-7.27 7.28-8.31 8.32-11.44 11.45
17 6.35 6.36-7.41 7.42-8.47 8.48-11.66 11.67
18 6.47 6.48-7.55 7.56-8.63 8.64-11.88 11.89
19 6.59 6.60-7.69 7.70-8.79 8.80-12.10 12.11
20 6.71 6.72-7.83 7.84-8.95 8.96-12.32 12.33
21 6.83 6.84-7.97 7.98-9.11 9.12-12.54 12.55
22 6.89 6.90-8.04 8.05-9.19 9.20-12.65 12.66
23 7.01 7.02-8.18 8.19-9.35 9.36-12.87 12.88
2 0 7.13 7.14-8.32 8.33-9.51 9.52-13.09 13.10
2 3 7.43 7.44-8.67 8.68-9.91 9.92-13.64 13.65
2 6 7.73 7.74-9.02 9.03-10.31 10.32-14.19 14.20
2 9 8.03 8.04-9.37 9.38-10.71 10.72-1474 14.75
3 0 8.33 8.34-9.72 9.73-11.11 11.12-15.29 15.30
3 3 8.75 8.76-10.21 10.22-11.67 11.68-16.06 16.07
3 6 9.05 9.06-10.56 10.57-12.07 12.08-16.61 16.62
3 9 9.29 9.30-10.84 10.85-12.39 12.40-17.05 17.06
4 0 9.59 9.60-11.19 11.20-12.79 12.80-17.60 17.61
4 3 9.83 9.48-11.47 11.48-13.11 13.12-18.04 18.05
4 6 10.07 10.08-11.75 11.76-13.43 13.44-18.48 18.49
4 9 10.31 10.32-12.03 12.04-13.75 13.76-18.92 18.93
5 0 10.61 10.62-12.38 12.39-14.15 14.16-19.47 19.48
5 3 1085 10.86-12.66 12.67-14.47 14.48-19.91 19.92

31
5 6 11.15 11.16-13.01 13.02-14.87 14.88-20.46 20.47
5 9 11.39 11.40-13.29 13.30-15.19 15.20-20.90 20.91
Sumber : Deteksi Dini Balita Depkes RI (1993).
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-nya kami, sehingga kami dapat
menyusun Asuhan Kebidanan Komunitas dalam rangka praktek kerja lapangan di
desa Segodorejo kecamatan Sumobito, kabupaten Jombang Jawa Timur yang
dilaksanakan mulai tanggal 13 Maret sampai tanggal 25 Maret 2006.
Praktek kerja lapangan ini merupakan penerapan kurikulum pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan komunitas, khususnya tentang kesehatan ibu dan anak
serta keluarga berencana, sehingga kami mendapatkan pengalaman nyata tentang
mata kuliah ibu dan anak serta keluarga berencana di masyarakat pedesaan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan masukan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada :
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kelancaran dan perbaikan dalam penyusunan laporan
selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya,
pembaca dan mahasiswa Akademi Kebidanan Husada Jombang pada khususnya.

Jombang, Maret 2006

Penulis

32
DAFTAR ISI
iii

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................... 3
1.4 Metodologi............................................................................... 3
1.5 Lokasi dan Waktu.................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................. 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga........................................................... 5
2.2 Konsep Dasar Kurang Energi Protein...................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................ 29
4.2 Saran...................................................................................... 29
DAFTAR PUSATAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

33
iv

34

Vous aimerez peut-être aussi