Vous êtes sur la page 1sur 15

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELITUS


A. KONSEP DASAR
1. Pengertian

a. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang


mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis. Barbara C. Long, (1995 : 4).

b. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan


gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
Brunner dan Sudarta, (1999 : 1220).

c. Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan


oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).

d. Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang


akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM)


yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis
dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda
dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1.)Non obesitas
2.)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.

c. Diabetes mellitus type lain


1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam
amino dan glukosa ke fetus.

2. Patofisiologi

a. Etiologi

Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita
mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang
menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab
yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu

1) Faktor genetic
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang
menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat,
ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus
mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga
sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
2) Faktor non genetic

a. Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.

b. Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.

4) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.

b. Manifestasi klinis

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :


Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.

e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.

c. Proses

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid
pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3)
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes
mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien
diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan
filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam
jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi
bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto asetat dan asam
Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter
sampai setinggi 10 Meq/Liter.

d. Komplikasi

a. akut
1.)Hypoglikemia
2.)Ketoasidosis
3.)Diabetik

b. Kronik
1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.
3.)Neuropati diabetic.

3. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk


mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang
manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan)
yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :
a. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %.
b .Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.

Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.

Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b. Mempunyai hyperkolestonemia.
c. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d .Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik
tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e. Telah menderita diabetes dari 15 tahun

Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
a .Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c. Masih muda perlu pertumbuhan.
d. Mengalami patah tulang.
e. Hamil dan menyusui.
f. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g. Menderita tuberkulosis paru.
h. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i. Menderita selulitis.
j. Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein
kadar tinggi.

Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens
kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.

Sifat-sifat diet B2
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
b. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 %
lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c. .Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 2300 kalori /
hari.Karena bila tidak makan jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik
yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt

Sifat diet B3
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
c. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e. Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah
makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi
dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.

Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui
perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga
dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data Subyektif

1) Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot,


2) Gangguan istirahat dan tidur

3) Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada


ekstremitas bawah

4) Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung

5) Nausea, vomitus, berat badan menurun, mual/muntah.

6) Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,


disorientasi, letargi, koma dan bingung.

Data Obyektif

1) Tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.


2) Luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
3) Pembengkakan perut, meringis.

4) Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

5) Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

6) Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan


terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif


yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

3. Diagnosa keperawatan, Tujuan, Kriteria hasil, Intervensi

1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis


osmotik.
a. Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat.
b. Kriteria hasil :
1) Tanda vital stabil,
2) nadi perifer dapat diraba,
3) turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
4) haluaran urine tepat secara individu, dan
5) kadar elektrolit dalam batas normal.
c. Rencana tindakan :
1) Pantau tanda-tanda vital.

2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran


mukosa.

3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

4) Timbang berat badan setiap hari.

5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Evaluasi

Klien dapat mendemontrasikan hidrasi adekuat


Tanda vital stabil,

nadi perifer dapat diraba,

turgor kulit dan pengisian kapiler baik,

haluaran urine tepat secara individu, dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

2).Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dan adekuat

Kriteria hasil :

1) Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat,


2) Menunjukkan tingkat energi biasanya
3) Berat badan stabil atau bertambah.

Rencana tindakan :

1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan


dengan
2. Makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

4. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk


kebutuhan etnik/kultural.

5. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Evaluasi

Nutrisi terpenuhi dan adekuat


Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat,

Menunjukkan tingkat energi biasanya

Berat badan stabil atau bertambah

3). Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan


resiko infeksi.

Kriteria hasil: Mendemonstrasikan teknik perubahan gaya hidup untuk


mencegah terjadinya infeksi.

Rencana tindakan :

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan


2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

4. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas


dalam.

4). Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan


dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi
Kriterai hasil : Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan
sensori.
Rencana tindakan :

1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental.


2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.

3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk


melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori


pada paha/kaki.

Evaluasi

Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi


Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan
sensori.

5). Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik
Tujuan : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Kriterai hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Rencana tindakan :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai toleransi.

Evaluasi
Klien mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Klien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan

6). Berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak


ketidakberdayaan dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan : Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi
perasaan.
Kriteria hasil : Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri
dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk
aktivitas perawatan diri.
Rencana tindakan :
1. Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara
keseluruhan.
2. Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

3. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam


perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai
dengan usaha yang dilakukannya.

4. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam


perawatan diri sendiri.

Evaluasi
Klien mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi
perasaan.
Klien membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri
dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk
aktivitas perawatan diri.

7). Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit


Kriteria hasil : Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.
Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi
serat.

4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur


dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.

Evaluasi

Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit


Klien mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.

Vous aimerez peut-être aussi