Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Well kick adalah salah satu pengetahuan yang harus diketahui oleh
Kick adalah salah satu kondisi dimana fluida formasi telah masuk
akan mendorong isi lubang yang ada didalam lubang tersebut hingga
besar baik dari Perusahaan dan Negara, seperti biaya yang tinggi, korban
kick.
dilihat dari gejala-gejala kick tersebut masih belum dapat berkurang, maka
sumur tersebut harus secepat mungkin ditutup, setelah ditutup lalu
adalah:
metode driller.
Riau.
Agar penulisan ini tidak menyimpang dan lebih terarah dari sasaran
yang terdiri dari berbagai bab dan sub bab di antaranya adalah sebagai
berikut:
sistematika penulisan.
terjadinya kick.
bab-babsebelumnya.
BAB II
merupakan lapangan yang dimiliki oleh PT. Chevron Pasific Indonesia (CPI)
yang ditenderkan kepada mitra kerja PT. CPI yang dalam hal ini PT. Saripari
minyak bumi dan gas alam terkenal di seluruh dunia, yaitu California Texas
Bermula pada Maret 1924, dilakukan upaya pencarian minyak oleh tim
Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan wilayah Papua (sekarang Irian
sebagai minority partner dari suatu perusahaan yang didirikan oleh pemerintah
Hindia Belanda pada bulan Juni 1930 dengan nama N.V. Nederlandsche Pacific
Sumatera Bagian Tengah yang belum layak dieksplorasi dan dianggap kurang
namun tawaran tersebut diterima juga. Pada tahun 1936, CHEVRON dan
pengeboran perdana pada area Kubu I (1938 -April 1939), dan memperoleh
itu Indonesia diperintah oleh pendudukan Jepang. Namun pada masa itu terjadi
dan meninggalkan peralatan pengeboran seharga US$1 juta. Pada tahun 1944,
lapangan Minas yang ditandai dengan pengapalan pertama Minas Crude dari
dunia.
lapangan Duri, pembangunan jalan raya dan pemasangan pipa saluran minyak
dari Minas melintasi rawa ke Dumai. Proyek ini juga mencakup pembangunan
tanggal 15 Juli 1958 oleh Menteri Perindustrian Ir. F.J. Inkiriwang. Sejak saat itu
produksi Caltex diekspor melalui Dumai. Dalam rangka Proyek Perluasan I ini
jalan lintas pulau yang pertama di Sumatera, merentang sepanjang 500 km dari
Padang ke Dumai.
tahun 1960, wilayah NPPM yang disebut Rokan I Block dan Rokan II Block
CPI) yang didirikan pada bulan Februari 1963, dan disahkan pada 5 Agustus
dalamnya PT. CPI dan Pertamina. Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa
wilayah PT.CPI adalah wilayah kangaroo seluas 9.030 km2. Pada tahun 1968,
Tenggara, Libo Barat, dan Sebanga, sehingga luas wilayah kerja PT. CPI
tanggal 8 Agustus 2001 dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2. Dalam kontrak
bagi hasil tersebut antara lain menetapkan bahwa Pertamina adalah pengendali
dengan saat ini adalah sebesar 88% untuk Pertamina dan 12 % untuk PT. CPI
yang cukup lama dengan tingkat produksi yang cukup tinggi, perusahaan ini
kemudian berubah menjadi PT. Chevron Pasific Indonesia hingga saat ini.
Daerah kerja PT CPI yang pertama, seluas hampir 10.000 km2 dikenal
empat daerah seluas 12.328 km2, dikenal dengan sebutan Blok A, B, C dan D.
Setelah mendapat tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka pada tahun 1968
sebagian blok A, sebagian blok D dan seluruh blok C (32,6 % dari daerah asal)
daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978 sehingga kini tersisa
Plains Pekanbaru Block seluas 21.975 km2. Kemudian pada bulan Januari 1975,
BANDA ACEH
SIAK ROKAN
BLOCK BLOCK
4,571 Km
2
7,914 Km2
MEDAN
C&T PS
CPP BLOCK
9,996 Km2
SIBOLGA
BLOCK
9,821 Km2 C&T PS
MFK BLOCK
PEKANBARU 3,000 Km2
Relinquished
NIAS PADANG
BLOCK
9,834 Km 2
JAMBI
Relinquished
PALEMBANG
N BENGKULU
Antara tahun 1979 - 1991, C&T menandatangani lima perjanjian lagi, yaitu:
1988.
- Tahun 1981, Kontrak Bagi Hasil (KPS) Singkarak Blok seluas 7.163 km2 di
- Tahun 1981, KPS Langsa Blok seluas 7.080 km2 di Selat Malaka di Lepas
Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh (juga telah dikembalikan
Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Blok seluas
jajaran manajemen PT CPI yang bertujuan mematangkan visi, misi, dan nilai-nilai
yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Visi perusahaan yang dirumuskan PT
Caltex Pacific Indonesia adalah Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia
yang bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna . Untuk dapat diakui
Sedangkan misi perusahaan untuk mencapai visi yang telah dicanangkan adalah
sebagai mitra usaha Pertamina, PT CPI secara efektif akan mencari dan
Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan
4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan
keluarganya.
hidup.
ini setiap anggota diarahkan pada kerjasama tim sebagai suatu kelompok kerja.
Dengan demikian, dalam setiap unit terdapat sumberdaya yang cukup untuk
Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin
dengan semboyan Our Journey to World Class Company ini semakin tinggi.
Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya produksi yang
semakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak bumi semakin
yang semakin kompetitif dan bersifat globalisasi. PT CPI ingin tetap hidup dan
kesemuanya terpisah satu sama yang lain. Ini menghasilkan suatu keahlian
teknis yang tinggi namun proses kerja menjadi panjang dan rumit serta
proses tersebut menjadi satu unit yang lain. Konsep SBU ini adalah organisasi
- SBU Duri (Duri SBU), merupakan penghasil minyak terbesar PT CPI, yang
- SBU Minas (Minas SBU), merupakan daerah lapangan minyak Caltex dengan
kadar belerang sangat rendah (light oil) dan dikenal dengan Minas Crude.
kesehatan).
tertentu dengan tiap SBU dipimpin oleh seorang Vice President yang dibantu
oleh beberapa manajer. Manajer dibantu beberapa tim manajer dan dibawah tim
manajer terdapat beberapa orang tim leader. Dengan sistem ini garis skalar dan
objektif dan efektivitas otonomi relatif tinggi dan mudah dijalankan dibanding
dikemukakan oleh Presiden dan Ketua Dewan Direksi PT CPI, Baihaki H. Hakim.
dimana setelah pelaksanaan CQI sampai dengan akhir 1993 dirasakan bahwa
struktur fungsional CPI yang ada kurang sesuai dengan sasaran yang akan
dicapai dalam hal proses perbaikan mutu. Dalam suatu Quality Control (Gugus
Kendali Mutu) kerjasama yang baik secara tim merupakan proses yang baik
terobosan dan improvements dalam jangka panjang. Maka untuk itu SBU
pelaksanaan SBU sudah baik dan konsepnya sudah beredar dikalangan pakar
depan terhadap situasi objektif seperti arus globalisasi, kompetisi yang makin
kuat dan tajam, serta sektor industri minyak yang secara internasional semakin
sulit, sehingga ini semua memaksa terjadinya tingkat efisiensi yang lebih tinggi
2.5.1 Eksplorasi
tahun 1936 dan 1937, semakin diyakini bahwa cadangan minyak yang potensial
terdapat indikasi adanya minyak. Tahun 1938 -1944, sembilan sumur eksplorasi
berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga tempat, yakni gas di Sebanga, serta
minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah
kerja pada tahun 1951, disusul dengan pengeboran eksplorasi dan penelitian
geofisik pada tahun 1955. Pada tahun 1968 PT CPI memanfaatkan helikopter
menghasilkan 119 temuan (minyak atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak
tahun 1989 adalah Lapangan Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-
kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya. Hingga kini, PT CPI telah memiliki lebih
dari 70.000 km2 data seismik, 56.000 km2 diantaranya dari Daerah Riau Daratan.
2.5.2 Produksi
Minas mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barrel yang pertama, dan
menjadi lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah Timur Iran dan ke-22 di
dunia. Hingga akhir tahun 1990, produksi akumulatif Lapangan Minas telah
melebihi tiga miliar barrel. Minas Crude Oil digemari oleh negara-negara industri
karena kadar belerangnya yang sangat rendah. Sampai tahun 1990, PT CPI
telah mengebor 3.660 sumur, 3.094 sumur diantaranya dibor sejak tahun 1966.
PT CPI dewasa ini menggunakan mercu bor yang dapat diangkut dengan
Hingga akhir tahun 1990 ini jumlah produksi PT CPI sejak tahun 1952 mencapai
lebih dari tujuh miliar barrel, berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96
lapangan.
tahun 1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikan kembali
kedalam tanah sebanyak tiga juta barrel sehari. Proyek injeksi air lainnya
rata 32.000 barrel sehari. Sementara itu terus dikembangkan pula metode
menua.
Penyuntikan uap di area 1 kira-kira seluas 1157 hektar sejak April 1985, di area
2 seluas 247 hektar sejak 1986, di area 3 seluas 1457 hektar pada tahun 1987
dan pembangunan sarana produksi saat ini sedang berlangsung di area 4 (1140
hektar). Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan Proyak Injeksi- Uap (Steam
Pembangkit Tenaga Listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (21 generator
turbin gas berkapasitas 390 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik
penyimpanan dengan kapasitas 5,8 juta barrel. Dua jalur pipa saluran
dan Bangko-Dumai.
Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat Distrik, serta suatu
Pada akhir tahun 1968, PT CPI memasang unit pengolah data elektronik
yang pertama, berupa komputer IBM 360 Model 30 dengan core capacity 64
dan cepat, serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi.
penunjang perawatan peralatan pada daerah operasional PT. CPI bagian utara
machine dan welding shop yang dikepalai oleh seorang senior supervisor.
General Fabrication dipimpin oleh seorang team leader. Team leader ini
Welding Fabricartion
Machining Fabrication
Machining Job, Repair Tank and Gas Facilities, Pipa Sleeve, Rig and Hoist
part, Engine Block , Automotive part, Pump Casing, Machinery part dan masih
maupun support facilities. MSS ini dikepalai oleh seorang manajer yang
Selain membawahi empat bidang team manager, MSS inipun terdiri dari tiga
Coordinator Administration
Divisi MSS ini ada di setiap SBU yang terdapat di PT Chevron Pacific
Indonesia, namun sebagai pusat MSS terbesar berada di SBU Duri. Dari setiap
bidangnya masing-masing.
Pada dasarnya seluruh Sub-Departemen yang ada pada MSS ini memiliki
suatu tujuan yang sama dimana dalam melakukan aktivitas kegiatannya selalu
mengutamakan hasil kerja yang memiliki suatu standar tertentu dan hasil yang
berkualitas tinggi. Hal ini dilakukan dengan cara menekan biaya-biaya serendah-
Mengoptimalkan fasilitas yang dimiliki dan jasa yang dihasilkan. Selain itu
b. Tercapai unit dengan kualitas yang tinggi dan siap pakai setelah reparasi
i. Tercapai unit dengan kualitas yang tinggi dan siap pakai setelah reparasi
konsumen.
waktu.
FOMT merupakan salah satu bagian dari unit operasi yang berada di
work team and asset manangement team yang mempunyai tugas untuk
(T&S) di setiap CGS dan generate and Distribute (D&D) untuk keperluan steam
FOMT sebagai suatu team yang dipimpin oleh seorang team leader
agar efisien, FOMT dibagi menjadi 5 tim yang terdiri dari Threat & Ship (T&S)
yang menangani masalah yang terjadi CGS (1,3,4,5 dan 10), Generate &
maintenance dan bertugas melayani T&S dan G&D dimana team ini terdiri dari
bagian Mechanical, electrical dan instrument, Administration Support dan
Operation Engineering Supprort dibagi lagi menjadi bagian OES dan G&D yang
station, OES dan T&S memeberikan supprort kepada T&S, OES production dan
OES Support System, yang masing-masing group dipimpin oleh seorang lead
engineer.
BAB III
3.1 Tekanan
Tekanan adalah suatu gejala alam yang terjadi pada setiap benda
permungkaan bumi yang merupakan besarnya gaya yang berkerja dalam setiap
F
P= (3.1)
A
Ph = 0 , 052 D (3.2)
D = Kedalaman, ft.
Berat jenis lumpur dibuat agar dapat memberikan tekanan hidrostatik sedikit
lebih besar dari tekanan formasi, agar tidak terjadi kick. Tekanan hidrostatik
Tekanan normal adalah besar tekanan yang diberikan oleh cairan yang
sama dengan tekanan cairan yang ada didalam formasi hingga kepermungkaan.
gradient tekanan ini disebabkan oleh kompeksi batuan yang berada diatasnya,
hingga sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari lempeng tidak langsung
Sumber penyebab ini bias dilihat dari proses geologi karena adanya uot
crop dari lapisan pasir pada ketinggian yang lebih tinggi dari sruktur reservoir,
atau kubah garam). Apabila dilihat dari segi kompeksi, tekanan overburden
Gambar 3.1
Karena cairan berada didalam maka akan menuju kedaerah yang poros
3.2 dan 3.3 dimana iya mempunyai kedalaman yang sama D1, akibat terjadinya
Gambaran 3.3
Formasi Abnormal karena patahan
3.1.3 Tekanan Subnormal
dimana iya mempunyai tekanan dibawah tekanan 0,433 psi, dimana disebut
dengan formasi yang lemah. Keadaan ini sangatlah sulit daam melakukan
untuk mengetahui gradient tekanan rekah sangat berguna saat meneliti kekuatan
maka akan dapat kesulitan dalam penyemenan. Selain dari hasil log, gradient
tekanan dapat diketahui dengan memakai prinsip leak off test yaitu denahgan
yang diakibatkan oleh berat seluruh beban yang berada diatas suatu kedalaman
Luas
Pob
Gob = (3.4)
D
Dimana :
D = Kedalaman, ft
dengan mengangap berat jenis batuan rata-rata 2,3 dikalikan dengan gradient
lebih baik.
formasi rendah maka lumpur harus dikurangi pula agar formasi tidak
3.5
Gambar 3.5
Lumpur menahan tekanan formasi
harus juga dapat menahan cutting tersebut, agar jangan runtuh atau
turun kedasar lubang, sebab jika turun, maka akan menjepit rangkaian
Gambar 3.6
Lumpur menahan cutting
gambar 3.7
Gambar 3.7 Lumpur sebagai media inforasi
alat yang disebut dengan Dyna Drill. Rangkaian disini memang tidak
dari lumpur.
lumpur yang dimaksud dengan bahan dari air, bukan bahan dasar
minyak. Karena minyak tidak dapat menghantar listrik. Gambar 3.8
Zat cair
Zat padat
Zat kimia
Zat cair lumpur bor merupakan fasa dasar dari lumpur, yang mana
merupakan air atau minyak. Bila bahan dasar lumpr adalah air maka lumpur
disebut dengan water base mud, air yang digunakan bias berupa air tawar atau
air asin. Lumpur yang digunakan berupa bahan dasar air tawar disebut dengan
fres water mud, dan bahan dasar air asin disebut dengan salt water mud.
Sedangkan fase cair yang berupa bahan dasar minyak disebut dengan oil base
mud dimana kadar air tidak boleh besar dari 5%. Apa bila lebih dari itu maka
sifat lumpur tidak stabil. Oleh karena itu lumpu yang mengunakan oil base mud
maka digunakan tangki lumpu yang tertutup, agar jika hujan ataupun embun
Oil base mud digunakan apabila water base mud tidak sanggup lagi
menghadapi problem yang ada. Sebagai contoh pada saat menghadapi formasi
yang sangat sensitive terhadap air misalnya formasi shale, formasi shale runtuh
terus setelah dirawat oleh zat-zat kimia, maka lumpur diganti dengan oil base
mud, karena minyak tidak bias dihisap oeh shale. Lumpur oil base mud sangat
mahal harganya, justru itu oil base mud digunakan pada saat memaksa.
Sedangkan kekurangan dalam penggunaan lumpur ini adalah dia dah terbakar,
maka dari itu minyak yang digunakan adalah minyk yang telah diolah (refned oil).
Reaktive solid
Inert solid
padatan ini membut lumpur kental atau membentuk koloid, sebagai contoh
dalam kehidupan sehari-hari sebagai reaktif solid adalah susu, susu
biladicampur dengan air maka akan berbentuk koloid. Didalam lumpur yang
bertindak dalam reactive kolid adalah bentonite yang bercampur dengan air
yang nantinya akan berbentuk koloid. Bila bahan dasarnya air laut maka reactive
solid iyalah attapulgite, dan attapulgite dapat bereaksi dengan air asin maupun
air tawar.
Inert solid merupakan padatan yang tidak dapat bereaksi dengan zat
cair lumpur bor. Didalam kehidupan sehari-hari bila pasir diaduk dengan air
kemudian didiamkan lalu dilihat beberapa menit, maka setelah kita liat beberapa
kemudian pasir tersebut tidak dapat bercampur dengan air, akan tetapi pasir
tersebut turu kebawah. Disini pasir disebut sebagai inert solid. Disini inert solid
berfungsi sebagai penambah berat atau berat jenis lumpur, yang bertujuan untuk
bor. Atau dengan kata lain, tidak menimbulkan problem pada saat proses
viscositas yang keluar terlalu tinggi maka viscositas ditambah dengan spersene
Sifat lumpur bor diatur sedemikian rupa sehingga dia tidak menimbulkan
Berat jenis
Viscositas
Gelstrength
Yeild point
Filtration loss
pH lumpur
Sand content
Berat jenis lumpur adalah berat lumpu dibagi dengan volume lumpur,
Gm
BJm = (3.5)
Vm
Dimana:
Vm = Volume lumpur,
dengan memakai berat jenis lumpur maka berat jenis lumpur akan naik pula. Hal
ini dilakukan dengan formasi yang tinggi. Seperi contohnya barite digunakan
seperti:
o Galena
o Ilminite
o Ottawa sand
BJm
SG = (3.6)
BJw
Dimana:
BJw = Berat jenis air, biasanya 8.33 ppg, /1.0 gr/cc, /62,4 lb/cuft
Dalam pembuatan berat jenis lumpur selalu dibuat berat jenis lumpur
memberikan tekanan hidrostatis lebih besar dari tekanan formasi yang akan
ditembus, agar terhindar dari timbulnya gejala-gejala kick, hubungan berat jenis
Dimana:
D = Kedalaman, ft
Pf = GF D (2.8)
D = Kedalaman, ft
Untuk gradien tekanan formasi antara 0.433 psi/ft samapi dengan 0,465
psi/ft. apabila tekanan formasi lebih dari 0,465 formasi tersebut dikatakan
abnormal, sedangkan apabla kurang dari 0,433 psi/ft formasi tersebut dikatakan
subnormal.
2.2.1.2 Viscositas
sedang bersirkulasi, yang mana tahanan ini disebabkan oleh pergeseran antara
bila mana lumpur pemboran tidak kental maka akan bertambah problem dalam
pemboran dimana pasir sukar untu dilepaskan sehingga pasir ikut bersirkulasi
kedalam lubang bor. Hal ini menyebabkan berat jenis lumpur mudah naik, maka
tekanan akan naik, bila tekanan dari lumpur melebihi tekanan rekah formasi
maka akan berakibatkan formasi akan pecah, seingga terjadi kehilangan lumpur
2.2.1.3 Gelstrength.
sedangkan pada saat berhenti yang berperan disitu adalah gelstrength. Lumpur
akan menjadi gel pada saat tidak adanya sirkulasi.hal ini disebabkan gaya tarik
menarik antara partikel-partikel padatan lumpur yang mengagar, ini lah yang
dapat menjadi gelstrength yang dapat menahan cutting dan material pemberat
tetapi bila gelstrength terlalu tinggi maka akan memperlambat proses lumpur
bersrkulasi. Walaupun pompa mempunyai daya yang kuat, karena pompa tidak
apabila melebihi dari itu, maka formasi akan pecah. Misalnya pada saat
penggantian bit dan lumpur mempuyai gelstrength yang tinggi, sehingga tekanan
Yield point adalah bagian reaktansi untuk mengalir oleh gaya tarik-
menarik antar partike yang didispersi dalam fase fluida. gaya tersebut
disebabkan oleh muatan pada permungkaan partikel yang didispensi dalam fase
fluida. Yield point dan gel strength keduanya merupakan gaya tarik-menarik
dalam sistem lumpur. Bedanya gel strength adalah ukuran gaya tarik menarik
dalam keadaan statik, sedangkan yield poin dalam dinamik. Yield point perlu
Filtration loss adalah proses keluarnya fase cair lumpur bor dan masuk
formasi. Fase cair yang keluar disebut dengan mud filtrate, sedangkan padatan
yang dihasilkannya disebut degan mud cake yang menempel pada dinding
formasi. Terjadinya infasi filtrate ini selama proses pemboran terbagi atas dua
yaitu :
Filtrasi static
dan rotasi drill string (ini terjadi selama trip atau pengantian mata
bor). Interaksi fluida dari mineral, formasi akan dapat menyebabkan
Filtrasi dinamik
Filtrasi yang terjadi pada waktu sirkulasi lumpur dan rotasi drill string.
lumpur
Lumpur bor yang memberikan tekanan filtrasi loss yang besar, maka
akan membentuk mud cake yang lebih tebal dari dinding formasi, kejadian ini
akan menimbulkan tidak baik bagi lubang bor, seperti penurunan permebilitas
dan kesalahan dalam evaluasi logging. Sifat lumpur bor yang diinggini adalah
memberikan filtration loss yang kecil dengan mud cake yang tipis dan kuat.
Dalam hal ini mud cake berfungsi sebagai bantalan antara drill string dan dinding
<7 Asam
>7 basa
=7 netral
Jadi lumpur yang digunakan dalam suasana basa. Tapi kalau lumpur
Maka lumpur yang keluar dalam lubang sumur akan halus atau
Kalaupun lumpur bor terlalu basa juga tidak baik, karena akan
Send content adalah kadar pasir dalam lumpur bor. Pasir tidak boleh
terlalu banyak dalam lumpur karena pasir bersifat mengikis (abrasive), karena
bersifat inert solid maka pasir yang terlalu banyak didalam Lumpur akan
disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang lebih kecil dari tekanan formasi, hal ni
disebabkan:
Drilling Break
Kehilangan sirkulasi.
Swab effect.
mendadak, karena menembus lapisan poros dan permeable. Drilling break juga
bias pada formasi yang tinggi. Tekanan tinggi dari formasi ini menyebabkan
cutting (serpih bor) mudah terlepas dan terangkat keatas. Hal ini juga
salah satu tanda bit memasuki formasi bertekanan abnormal atau bertekanan
tinggi yang dapat menimbilkan terjadinya kick. Perlu diketahui terjadinya drilling
break tidak selalu menandakan terjadinya kick didalam lubang bor, akan tetapi
drilling break dapat juga terjadi pada formasi bergoa-goa atau formasi rekah.
3.3.2 Berat jenis lumpur tidak memadai
lebih kecil dari tekanan formasi itu sendiri, sehingga sudah tentu ciaran akan
mendesak lumpur yang berada dalam lubang pemboran tersbut, dan sumur akan
mengalami kick.
volume dalam pipa bor ketika penggantian bit, sehingga memperkecil tekanan
hidrostatik yang diberikan lumpur keformasi, maka cairan lumpur dalam formasi
akan didesak oleh cairan formasi yang ada didalam sumur tersebut.
sehingga cairan formasi akan mendesak lumpur dan nantinya akan berakibat
masuknya fluida formasi. Dimana dapat dilihat pada gambar 2.8 A dan 3.8 B
Gambar 3.8 A
Saat bit akan menembus formasi yang berongga
Gambaran 3.8 B
Bit telah menembus formasi berongga
menahan tekanan formasi. Pada kondisi gambar B tekanan formasi sudah lebih
formasi gas ditembus, ruang yang sudah ditembus semula merupakan batuan
dan gas. Gas ada yang lepas bersamaan dengan cuttings, dan didalam cutting
masih terdapat. Gas yang ada di dalam cuttings kalau masih berada disumur,
berarti belum keluar dari cutting, karena tekanan hidrostatik didalam sumur
masih besar. Disaat cutting masih meninggalkan dasar lubang bor menuju
keluar dari cutting dan gas tersebut akan menyatu dengan gas yang lepas, dan
cepat sekali menurunkan berat jenis lumpur di dalam lubang bor. Kondisi sumur
disaat bit menembus formasi gas dapat dilihat pada gambar 2.9 dan 2.10
Gambar 3.9
Kondisi bit saat akan menembus formsi mengandung gas
Gambar 3.10.
Kondisi bit saat menembus formasi yang mengandung gas
Bila bit sudah menembus formasi gas, maka berat jenis lumpur akan
berkurang, dan bila berat lumpur yang kurang tadi didak tambah berat jenisnya
maka akan timbul yang nama kick dan bahkan akan terjadi (blow out). hal ini
terjadi pada saat memasuki daerah abnormal, biasanya pahat akan lebih dahulu
jenisnya
Kick bias terjadi akibat adanya daya isap (swab effect) oleh mata bor
terhadap formasi, karena mata bor atau rangkaian dari pemboran diangkat
terlalu cepat. Hal ini mirip dengan aksi piston pompa yang bergerak menghisap,
umum nya ini disebabkan oleh kekentalan dari lumpur terlalu tinggi.
dari tekanan formasi, maka fluida formasi akan masuk kedalam lubang bor.
Dengan masuknya fluida formasi kedalam lubangbor, maka tekanan hidrostatis
dari lumpur itu akan menurun. Apabila peristiwa ini dibiarkan larut terus-menerus,
volume fluida formasi akan membesar dan penurunan tekanan hidrostatis akan
membesar pula. Akibatnya terjadilah kick. Dimana dapat dilihat pada gambir 3.11
Gambar 3.11
beberapa takaran dari lumpur yang adala dibagian luar dari pipe bor
(annuls) yang bertujuan agar terjadi perbedaan tekanan dibawah bit, yang
mana tinggi lumpur akan turun, sewaktu pencabutan tidak ada lagi lumpur
yang tertumpah di meja putar. Bagian lumpur yang dibuat lebih berat
persamaan dibawah.
Banyak nya Slug bbls
Tinggi slug (ft) = (3.9)
Kapasitas dari batang bor bbl/ft
dalam timbulnya kick pada saat melakukan pemboran minyak dan gas bumi
Metode ini disebut juga dengan metode dua kali sirkulasi Karena
semula yang bertujuan untu mengeluarkan influx (fluida formasi) yang telah
Metode ini sangat baik apabila barite tidak banyak/tidak cukup tersedia
di area pengeboran. Sambil menunggu barite, influx (fluida formasi) yang berada
tinggi pada tekanan selubung akibat dari mikgrasi influx kepermungkaan secara
tidak tercontrol
jalan:
3. Kecepatan pompa dinaikan secara bertahap, sampai slow pamp rate atau
yang harus dilakukan tutup choke, dan naik kan tekanan casing sampai
adalah seperti hubungan pipa U. Bila menutup choke dimana mata kita
Buka choke,
tekanan semula.
Tutup choke,
Tunggu tunggu sebentar, dan tekanan drillpipe akan naik pada tekanan
semula.
kenaikan tekanan casing, maka dari itu agar tidak terjadi pecah formasi
Gamabar 4.5 Tekanan casing mulai menurun disaat iflux mulai keluar
Disaat stroke pemompaan yang terbaca pada sroke counter menunjukan
dan influx sudah sudah keluar semuanya. Setelah influx sudah keluar
semuanya tekanan casing akan sama dengan tekanan drillpipe. Hal ini di
karenakan berat lumpur udah sama dengan berat jenis di dalam annulus.
Kalau tekanan casing belum sama dengan tekanan drillpipe berarti influx
Kalau tekanan casing sudah sama dengan tekanan drilpipe, tutup choke
adalah dengan mengantikan original mud dengan kill mud agar original mud
1. Jalankan pompa, dan buat kill rate speed, pertahankan tekanan casing.
Kembalikan
Gambar 4.7 Kill mud dalam perjalanan dari permungkaan menuju ke bit
Kill mud mud tiba di bit kalau sroke counter menunjukan harga surface
3. Saat kill mud keluar dari bit dan mengisi annulus dijaga konstan.
jenis yang lebih besar mulai memasuki annulus. Lihat gambar 4.9
Gambar 4.9 Menunjukan kill mud berjalan dari bit menuju ke permungkaan
5. Bila tekanan casing sudah sama dengan tekanan drillpipe, berarti kick
sudah mati. Maka tutup choke dan matikan pompa. Lihat gambar 4.10
Apabila Cp dan Dp sama sama nol berarti kick sudah tidak sisa sisa kick
yang tadinya berada disumur tidak ada lagi, dan boleh dilanjutkan
pengeboran kembali
BAB V
Metoda ini biasanya disebut dengan metoda dua kali sirkulasi lumpur.
Sirkulasi pertama bertujuan untuk mengeluarkan fluida kick yang ada di dalam
lubang. Sirkulasi ini menggunakan lumpur lama atau original mud weight (OMW).
Sedangkan sirkulasi kedua bertujuan untuk memasukkan lumpur berat (kill mud
sebesar ICP. Sedangkan tekanan di kepala casing akan naik sampai suatu
harga tekanan tertentu, dan puncaknya disaat kick mulai mencapai permukaan.
Setelah fluida kick keluar, tekanan di kepala casing akan turun dan akan
mencapai SIDP bila fluida kick sudah keluar seluruhnya. Lalu lakukan sirkulasi
kedua
Sirkulasi kedua dilakukan setelah semua fluida influx keluar dari dalam
lubang dengan melakukan sirkulasi lumpur dengan tekanan pompa sebesar ICP.
Selama proses ini tekanan di drillpipe akan turun dari ICP sampai FCP. FCP
dicapai setelah lumpur berat tiba di bit. Setelah lumpur berat keluar dari bit, maka
tekanan drillpipe harus dijaga konstat seharga FCP sampai lumpur berat tiba di
permukaan. Dan nantinya tekanan di kepala casing dijaga konstan, lumpur berat
dipompakan sampai lumpur berat tiba di bit, dan Cp harus dijaga konstan.
Apabila Cp dan Dp sama sama nol, berarti kick sudah tidak sisa-sisa kick yang
tadinya berada disumur tidak ada lagi, boleh dilanjutkan pengeboran kembali
5.1.3 Pomp # 1
5.1.4 Pomp # 2
Original Mud Weight (OMW) adalah berat jenis lumpur yang dipakai
Kill rate pressure adalah pressure loss pada system sirkulasi saan lumpur
terjadi perubahan harga berat jenis lumpur, perubahan lapisan yang ditembus
menjalankan pompa lumpur sebesar SPR dan mencatat tekanan sirkulasi nya
sebagai KRP.
5.1.3 Pompa# 1
diaman pompa pertama memberikan tenaga untuk mendorong lumpur baik itu
Pump output adalah volume lumpur yang dipompakan per stroke untuk
kepermukaan.
Pump output adalah volume lumpur yang dipompakan per stroke untuk
annulus casing.
5.1.9 True Vertical Depth (TVD)
True Vertical Depth adalah kedalaman dari tegak lurus formasi yang
ditembus
dipermungkaan.
Shut in drill pipe pressure (SIDP) adalah tekanan bagian dalam rangkaian
parameter yang terdapat di kaki stand pipe. SIDP diperlukan untuk menentukan :
Kill Mud Weight merupakan berat jenis lumpur yang digunakan untuk
mematikan well kick yang dihitung sesuai dengan tekanan hidrostatik lumpur .
Ph = 0,052 x KMW x TVD (5.1)
Dimana :
Dimana :
lumpur berat saat mematikan kick. Final Circulating Pressure dihitung dengan
KMW
FCP = KRP x (5.2)
OMW
Dimana :
sebesar ICP. Sedangkan tekanan sirkulasi saat lumpur berat mencapai bit
adalah sebesar FCP. Tekanan FCP ini harus dipertahankan (constant) mulai
lumpur berat keluar dari bit sampai lumpur berat kembali mencapai permukaan.
waktu pemompaan saat mematikan kick dapat dilihat pada gambar berikut :
diperlukan oleh lumpur berat mulai dari permukaan sampai ke bit. SBS dapat
VolDP + VolDC
SBS = (5.3)
POP
Dimana :
diperlukan oleh lumpur berat mulai dari bit sampai kepermukaan. BSS dapat
VolAnnDP + VolAnnDC
BSS =
POP
Dimana :
Pomp # 1 : 60 spm.
Pomp # 2 : -
Penyelesaian
= 12,61 ppg.
= 350 psi.
= 280,2 psi
= 763,94 strk
= 1556,3 strk.
Pomp # 1 : 60 spm.
Pomp # 2 : -
Tentukan:
Penyelesaian
= 11,47 ppg.
= 240 psi.
Final Circulating Pressure (FCP) = KRP x KMW OMW
= 191.,2 psi
= 690,1 srk
= 442,24 strk
= 1132,3 strk.
BAB VI
PEMBAHASAN
pencegahan dari well kick dengan mengunakan metode driller. Dimana fluida
formasi telah masuk kedalam lubang bor, apabila tidak ditanggulagi dengan
sesegera mungkin, maka akan terjadi semburan yang hebat yaitu biasanya
disebut dengan istilah dalam pengeboran migas adalah blow out (semburan liar)
yang mana apabila telah terjadi blow out sulit untuk ditanggulangi lagi, maka
akan berdamapak buruk, baik itu pada lingkungan setempat, perusahaan dan
Negara, seperti biaya yang tinggi, korban manusia, kerusakan lingkungan, serta
bumi. Blow out dapat di cegah dengan jalan mencegah terjadinya kick,
sedangkan kick dapat dicegah oleh factor manusia yang berkerja pada operasi
Apabila kick masih terjadi, dia akan memberikan tanda tanda, dimana kita lihat
dari gejala gejala kick tersebut masih belum dapat berkurang, maka sumur
tersebut harus secepat mungkin ditutup, setelah di tutup lalu dilakukan langkah
metode ini biasanya disebut dengan dua kali sirkulasi karena mempunyai
carakerja dua kali system sirkulasi. System yang pertama mengunakan lumpur
lama yang bertujuan untuk mengeluarkan influx (fluida formasi), yang telah
masuk kedalam lubang bor. Dan sirkulasi ke dua dengan memakai lumpur
dalam mematikan sumur. Metode ini sangat baik digunakan jika barit (lumpur
barite, influx (fluida formasi) yang telah berada didalam lubang bor bisa
Sebelum terjadinya influx (fluida formasi), sumur sudah diantisipasi agar fluida
pemboran tidak dapat masuk kedalam sumur pengeboran agar terhindar dari
terbentuknya influx, agar tidak terjadi well kick, akan tetapi well kick tidak bisa di
melakukan sirkulasi original mud dan kill mud dengan mengunakan metode
beberapa takaran dari lumpur lebih berat dari lumpur yang dibagian luar dari pipe
bor (annuls). yang bertujuan agar terjadi perbedaan tekanan dibawah bit, yang
mana tinggi lumpur akan turun, sewaktu pencabutan tidak ada lagi lumpur yang
tertumpah di meja putar. Bagian lumpur yang dibuat lebih berat disebut dengan
dalam timbulnya kick pada saat melakukan pemboran minyak dan gas bumi
Gm
BJm = (6.2)
Vm
Dimana :
Gm = Berat Lumpur.
Sebab dengan menaikan berat jenis lumpur bor maka tekanan lumpur akan naik
pula. Hal ini dilakukan dengan formasi yang tinggi. Seperti contohnya, barite
diperlukan untuk menaikan berat jenis lumpur pemboran. Selain barite digunakan
juga seperti:
Galena.
Ilmenite.
Ottawa sand.
dalam bentuk Specific Grafiti (SG). Specific Grafiti juga dinyatakan dalam
BJm
SG = (6.3)
BJw
Dimana:
memberikan tekanan hidrostatik lumpur yang lebih besar dari tekanan formasi
yang akan ditembus, supaya terhindar dari timbulnya kick, hubungan berat jenis
Ph = 0,052 D (6.4)
Dimana:
Pf = GF D (6.5)
Dimana:
D = Kedalaman, ft.
Untuk gradien tekanan formasi antara 0,433 psi/ft samapai dengan 0,465
psi/ft. apabila tekanan formasi lebih dari 0,465 formasi tersebut dikatakan
dan kill mud dengan mengunakan metode driller (metode juru bor).
bertujuan untuk mengeluarkan influx dari dalam lubang bor, dengan jalan:
1. Lakukan line up, jalankan pompa lumpur dan pompa original mud
4. Harga Slow pump rate (kill rate speed), tekanan casing harus dijaga
kick).
Bila terjadi kenaikan casing, langkah yang perlu dilakukan adalah buka
semula. 6.2
Gambar 6.2 Penurunan tekanan pada drillpipe kembali pada harga semula (1)
Kalau kenaikan choke, tekanan yang langsung berubah adalah tekanan
adalah seperti hubungan pipa U. Bila menutup choke dimana mata kita
Buka choke,
tekanan semula.
Tutup choke,
tekanan semula.
6. Original mud akan mendorong influx kepermungkaan, maka akan terjadi
kenaikan tekanan casing, maka dari itu agar tidak terjadi pecah formasi
Gambar 6.5 Tekanan casing mulai menurun disaat iflux mulai keluar. (1)
Hal ini di karenakan berat lumpur udah sama dengan berat jenis di
Kalau tekanan casing belum sama dengan tekanan drillpipe berarti influx
Kalau tekanan casing sudah sama dengan tekanan drilpipe, tutup choke
dan jalankan pompa. Tekanan drillpipe sama dengan tekanan casing. Untuk
Dalam sirkulasi kedua menggunakan lumpur baru (Kill mud) untuk mematikan
kick. tujuannya adalah dengan mengantikan original mud dengan kill mud agar
(1)
Gambar 6.7 Kill mud dalam perjalanan dari permungkaan menuju ke bit.
Kill mud mud tiba di bit kalau sroke counter menunjukan harga surface to
3. Saat kill mud keluar dari bit dan mengisi anulus, drill pipe presure dijaga
berat jenis yang lebih besar mulai memasuki annulus. Lihat gambar 6.9
(1)
Gambar 6.9 Menunjukan kill mud berjalan dari bit menuju ke permungkaan
5. Bila tekanan casing sudah sama dengan tekanan drillpipe, berarti kick
sudah mati. Maka tutup choke dan matikan pompa. Lihat gambar 6.10
(1)
Gambar 6.10 Dimana kick sudah mati.
Apabila Cp dan Dp sama sama nol berarti kick sudah tidak dan adalagi
KESIMPULAN
1. Metode Driller ini disebut juga dengan metode dua kali sirkulasi, karena
(fluida formasi) yang telah masuk kedalam llubang bor. Dan lumpur yang
permungkaan.
2. Metode ini sangat baik apabila barite tidak cukup banyak tersedia di area
didalam lubang bor dapat dikeluarkan. Selain itu, dengan dikeluarkan flida
peningkatan yang tinggi pada tekanan pipa selubung akibat dari migrasi
3. Metode ini sering kali digunakan oleh awak pemboran, karena tidak
4. Metode ini memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses mematikan
sumur yang mengalami kick agar tidak terhindar dari terjadinya blou uot
1. Badu, Kaswir. 2007. , Well Control Pusat Pendidikan dan Latihan Minyak