Vous êtes sur la page 1sur 13

I. Pengertian 2.

1 Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh


WHO mendefinisikan bahwa Stroke adalah darah otak atau leher.
gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang 2.2 Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
bukan oleh yang lain dari itu. 2.3 Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
Menurut Price & Wilson (2006) 2.4 Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah
pengertian dari stroke adalah setiap gangguan serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau ruang sekitar otak.
atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi
arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat penghentian suplai darah ke otak, yang
disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2005)
karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral adalah:
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang 1) Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras,
timbulnya secara mendadak. riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung
Stroke diklasifikasikan menjadi dua : koroner, dan fibrilasi atrium.
1. Stroke Non Hemoragik 2) Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus,
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat,
suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.
pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan III. Tanda dan Gejala Klinis
kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non Menurut Price & Wilson (2006) tanda dan gejala
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan
embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008). lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh,
2. Stroke Hemoragik hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran,
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu
dengan adanya perdarahan intra serebral atau atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala
perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas
penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata
gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari
kuduk (Wanhari, 2008). tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih.
II. Etiologi Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala Stroke
Menurut Potter & Perry (2006) stroke biasanya terbagi menjadi berikut:
diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu:
3.1 Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun
(hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
3.2 Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: Hilangnya kendalian terhadap kandung kemih,
menurun kemampuan membau, mengecap, kencing yang tidak disadari
mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil
refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, Menjadi pelupa ( dimensia)
pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah Vertigo ( pusing, puyeng ), atau perasan berputar
lemah. yang menetap saat tidak beraktifitas
3.3 Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat Awal terjadinya penyakit (Onset) cepat, mendadak
menurun, hemineglect, kebingungan. dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam bangun tidur
waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu,
Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan
serangan awal Stroke. Pada sumber lain tanda dan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau
gejala Stroke yaitu: ganda sesaat
Adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai terjatuh
atau salah satu sisi tubuh Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran,
Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang
lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau
atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, tertawa
terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
Mulut, lidah mencong bila diluruskan Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak
Gangguan menelan : sulit terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau
menelan, minum suka keselek terjatuh
Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak
diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan sadarkan diri
bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya
tidak dapat dimengerti atau tidak dipahami IV. Pemeriksaan Diagnostik
(afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah- Menurut (Doenges,(2000) pemeriksaan diagnostik yang
sepatah kata yang terucap dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang 1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab
tepat stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi
Tidak memahami pembicaraan orang lain arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
Tidak mampu membaca dan menulis, dan 2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma,
tidak memahami tulisan iskemia, dan adanya infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal 7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar
dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa
TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan thrombosis serebral.
cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra V. Penatalaksanaan Medis
kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus Penatalaksaan medis menurut menurut Price & Wilson
thrombosis sehubungan dengan adanya proses (2006) meliputi:
inflamasi. 5.1 Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah
daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan infark serebral.
malformasi arteriovena. 5.2 Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis
5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
arteriovena. kardiovaskuler.
6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi 5.3 Antitrombosit karena trombosit memainkan peran
penyakit didasarkan pada gelombang otak dan sangat penting dalam pembentukan thrombus dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. embolisasi.

VI. Algoritma / WOC


BAB III tindakan perawatan. Dan untuk menilai keadaan
ASUHAN KEPERAWATAN klien, diperlukan suatu evaluasi yang merujuk pada
Dari seluruh dampak masalah di atas, maka tujuan rencana perawatan klien dengan stroke.
diperlukan suatu asuhan keperawatan yang 1. Pengkajian
komprehensif. Dengan demikian pola asuhan Pengkajian pada pasien stroke meliputi identitas
keperawatan yang tepat adalah melalui proses klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
perawatan yang dimulai dari pengkajian yang diambil riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
adalah merupakan respon klien, baik respon dan pengkajian psikososial.
biopsikososial maupun spiritual, kemudian ditetapkan 1.1 Identitas klien
suatu rencana tindakan perawatan untuk menuntun
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada 1.5 Riwayat penyakit keluarga
usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam hipertensi, diabetes mellitus, atau adanay riwayat
MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis. stroke dari generasi terdahulu.
1.2 Keluhan utama 1.6 Pengkajian psikososiospiritual
Sering menjadi alas an klien untuk meminta Pengkajian psikologis klien stroke meliputi
pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran. status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Dalam pola
1.3 Penyakit sekarang tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang
Serangan stroke hemoragik sering kali melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang
berlangsung sangat mendadak, pada saat klien tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri satu sisi tubuh.
kepala,mual, muntah bahkan kejang sampai tidak Perawat juga memasukkan pengkajian tehadap
sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau fungsi neurologis dengan dampak gangguan
gangguan fungsi otak yang lain. neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji
kesadaran disebabkan perubahan di dalam terdiri atas dua masalah : keterbatasan yang
intracranial.Keluahan perubahan perilaku juga umum diakibatkan oleh deficit neurologis dalam
terjadi.Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi hubungannya dengan peran social klien dan rencana
letargi, tidak responsive, dan koma. pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada
1.4 Riwayat penyakit dahulu gangguan neurologis di dalam system dukungan
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke individu.
sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung, 1.7 Pemeriksaan Fisik
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang1.7.1 B1 (Breathing)
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan klien, bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada
penghambat beta, dan lainnya.Adanya riwayat klien dengan peningkatan produksi sekret dan
merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kemampuan batuk yang menurun yang sering
kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit tingkat kesadaran koma.Pada klien dengan tingkat
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi
lebih jauh dan untuk memberikan tindakan pernapasannya tidak ada kelainan.Palpasi toraks
selanjutnya. didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri.Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf cranial 1-
tambahan. XII
1.7.2 B2(Blood) Saraf I. Biasanya pada klien stroke tidak ada
Pengkajian pada system kardiovaskuler kelainan pada fungsi penciuman.
didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan
terjadi pada klien stroke.Tekanan darah terjadi jaras sensori primer di antara mata dan korteks
peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(tekanan darah > 200 mmHg). (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
1.7.3 B3 (Brain) area spasial) sering terlihat pada klien dengan
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, hemipelgia kiri.klien mungkin tidak dapat memakai
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan
yang tersumbat), ukuran area yang perfisinya tidak untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau Saraf III,IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik paralisis, padasatu sisi otot-otot okularis didapatkan
sepenuhnya.Pengkajian B3 (Brain) merupakan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di
pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan sisi yang sakit.
pengkajian pada system lainnya. Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke
Pengkajian tingkat kesadaran.Kualitas kesadaran menyebabkan paralisis saraf trigenimus, penurunan
klien merupakan parameter yang paling mendasar kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
dan parameter yang paling penting yang penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
dan respons terhadap lingkungan adalah indicator eksternus.
paling sensitive untuk disfungsi system Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal,
persarafan.Beberapa system digunakan untuk wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan yang sehat.
dan keterjagaan. Saraf VIII.Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tuli persepsi.
stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik
dan semikomatosa.Jika klien sudah mengalami koma dan sulit membuka mulut.
maka penilaian GCS sanagt penting untuk menilai Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus
tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk dan trapezius.
pemantauan pemberian asuhan. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu
Pengkajian fungsi serebral.Pengkajian ini meliputi sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, - Pengkajian Sistem Motorik.
lobus frontal, dan hemisfer. Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN)
- Pengkajian saraf cranial. dan mengakibatkan kehilangan control volunteer
terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN Setelah stroke klien mungkin mengalami
bersilangan, gangguan control motor volunteer pada inkontinensia urine sementara karena konfusi,
salah satu tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan,
UMN di sisi yang berlawanan dari otak. dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
Inspeksi umum : didapatkan hemiplegia karena lesi kemih karena kerusakan control motorik dan postural.
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau Kadang control sfingter urine eksternal hilang atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
lain. intermitten dengan teknik steril.Inkontinensia urine
Fasikulasi: didapatkan pada otot-otot ekstremitas yang belanjut menunjukkan kerusakan neurologis
Tonus Otot : didapatkan meningkat. luas.
Kekuatan Otot : Pada penilaian dengan1.7.5 B5 (Bowel)
menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi sakit Didapatkan adanya keluhan kesuliatan menelan,
didatkan tingkat 0. nafsu makan menurun, mual muntah pada fase
Keseimbangan dan Koordinasi: didatkan mengalami akut.Mual sampai muntah desebabkan oleh
gangguan karena hemiparese dan hemiplegia. peningkatan produksi asam lambung sehingga
- Pengkajian Reflek: Pemeriksaan reflek terdiri atas menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.Pola
reflek profunda dan pemeriksaan reflek patologis. defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
Gerakan Involunter. Tidak ditemukan adanya tremor, peristaltic usus.Adanya inkontinensia alvi yang
tic, dan distonia. Pada keadaan tertentu, klien berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
biasanya mengalami kejaaang umum, terutama pada1.7.6 B6 (Bone)
anak dengan stroke disertai peningkatan tekanan Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan
suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan kehilangan control volunteer terhadap gerakan
sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang,
- Pengkajian Sistem Sensorik gangguan control motor volunteer pada salah satu
Dapat terjadi hemihipestesi.Pada persepsi terdapat sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada
ketidakmampuan untuk mengintepretasikan neuron motor atas ppada sisi yang berlawanan dari
sensasi.Disfungsi persepsi visual karena gangguan otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
jaras sensori primer di antara mata dan korteks hemiplegia karena lesi pada sisi otak yang
visual.Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu
kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika
dengan kehilangan propiosepsi (kemampuan untuk klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
kesulitan dalam mengintepretasikan stimuli visual, Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
taktil, dan auditorius. terutama pada daerah yang menonjol karena klien
1.7.4 B4 (Bladder) stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena 1) Kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan
kelemahan, kehilangan sensori atau ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi otot
paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan 2) Kerusakan perseptual/ kognitif
masalah pada pola aktivitas dan istirahat. 3) Nyeri/ ketidaknyamanan
4) Depresi
2. Diagnosa Keperawatan f. Gangguan harga diri berhubungan dengan:
Untuk membuat diagnosis keperawatan yang 1) Perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif
akurat, perawat harus mampu melakukan hal berikut g. Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan
yaitu mengumpulkan data yang valid dan berkaitan, dengan:
mengelompokkan data, membedakan diagnosis 1) Kerusakan neuromuskuler/ perceptual
keperawatan dari masalah kolaboratif, merumuskan h. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan
diagnosis keperawatan dengan tepat, dan memilih pengobatan berhubungan dengan:
diagnosis prioritas (Carpenito & Moyet, 2007) meliputi 1) Kurang pemajanan
: 2) Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan informasi, kurang mengingat
dengan: 3) Tidak mengenal sumber-sumber informasi.
1) Interupsi aliran darah
2) Gangguan oklusif, hemoragi 3. Perencanaan
3) Vasospasme serebral Perencanaan adalah kategori dari perilaku
4) Edema serebral keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
1) Kerusakan neuromuskuler keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut
2) Kelemahan, parestesia (Potter & Perry, 2005). Perencanaan merupakan
3) Paralisis spastis langkah awal dalam menentukan apa yang dilakukan
4) Kerusakan perseptual/ kognitif untuk membantu klien dalam memenuhi serta
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan mengatasi masalah keperawatan yang telah
1) Kerusakan sirkulasi serebral ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adalah
2) Kerusakan neuromuskuler menentukan prioritas diagnosa keperawatan,
3) Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan
4) Kelemahan/ kelelahan intervensi keperawatan.
d. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan: Tujuan yang ditetapkan harus sesuai dengan
1. Perubahan resepsi sensori, transmisi, integrasi SMART, yaitu spesific (khusus), messeurable (dapat
(trauma neurologis atau defisit) diukur), acceptable (dapat diterima), reality (nyata)
2. Stress psikologis (penyempitan lapang perseptual dan time (terdapat kriteria waktu). Kriteria hasil
yang disebabkan oleh ansietas) merupakan tujuan ke arah mana perawatan
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan: kesehatan diarahkan dan merupakan dasar untuk
memberikan asuhan keperawatan komponen 2) Kriteria hasil mempertahankan posisi yang optimal,
pernyataan kriteria hasil. meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
Rencana tindakan keperawatan yang disusun terkena, mendemonstrasikan perilaku yang
pada klien dengan Stroke adalah sebagai berikut : memungkinkan aktivitas.
a. Diagnosa keperawatan pertama: perubahan perfusi 3) Intervensi;
jaringan serebral berhubungan dengan oedema a) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
serebral. Rasional: mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan
1) Tujuan; kesadaran penuh, tidak gelisah dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan
2) Kriteria hasil tingkat kesadaran membaik, b) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
tanda-tanda vital stabil tidak ada tanda-tanda Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/
peningkatan tekanan intrakranial. iskemia jaringan.
3) Intervensi; c) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan
a) Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan pasif pada semua ekstremitas
skala koma glascow Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
tingkat kesadaran. d) Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan
b) Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah. latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak
Rasional: autoregulasi mempertahankan aliran sakit.
darah otak yang konstan. Rasional: dapat berespons dengan baik jika daerah
c) Pertahankan keadaan tirah baring. yang sakit tidak menjadi lebih terganggu.
Rasional: aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat e) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif,
meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK). latihan resistif, dan ambulasi pasien.
d) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan Rasional: program khusus dapat dikembangkan
dalam posisi anatomis (netral). untuk menemukan kebutuhan yang berarti/ menjaga
Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan kekurangan tersebut dalam keseimbangan,
meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/ koordinasi, dan kekuatan.
perfusi serebral. c. Diagnosa keperawatan ketiga: kerusakan komunikasi
e) Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan verbal berhubungan dengan kerusakan
(heparin) neuromuskuler.
Rasional: meningkatkan/ memperbaiki aliran 1) Tujuan; dapat berkomunikasi sesuai dengan
darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah keadaannya.
pembekuan.. 2) Kriteria hasil; Klien dapat mengemukakan bahasa
b. Diagnosa keperawatan kedua: kerusakan mobilitas isyarat dengan tepat, terjadi kesapahaman bahasa
fisik berhubungan dengan kelemahan. antara klien, perawat dan keluarga
1) Tujuan; dapat melakukan aktivitas secara minimum 3) Intervensi;
a) Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara c) Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti
merupakan indikator dari derajat gangguan serebral berikan pasien suatu benda untuk menyentuh dan
b) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana meraba.
Rasional: melakukan penilaian terhadap adanya Rasional: membantu melatih kembali jaras
kerusakan sensorik sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan
c) Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan interprestasi stimulasi.
nama benda tersebut d) Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu
Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya dan menyadari posisi bagian tubuh tertentu.
kerusakan motorik Rasional: penggunaan stimulasi penglihatan dan
d) Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal sentuhan membantu dalam mengintergrasikan
(bahasa isyarat) kembali sisi yang sakit.
Rasional: bahasa isyarat dapat membantu untuk e) Bicara dengan tenang dan perlahan dengan
menyampaikan isi pesan yang dimaksud menggunakan kalimat yang pendek.
e) Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi Rasional: pasien mungkin mengalami
wicara. keterbatasan dalam rentang perhatian atau masalah
Rasional: untuk mengidentifikasi kekurangan/ pemahaman.
kebutuhan terapi. e. Diagnosa keperawatan kelima: kurang perawatan diri
d. Diagnosa keperawatan keempat: perubahan sensori berhubungan dengan neuromuskuler, penurunan
persepsi berhubungan dengan stress psikologis. kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/
1) Tujuan; tidak ada perubahan perubahan persepsi. koordinasi otot
2) Kriteria hasil mempertahankan tingkat kesadarann 1) Tujuan; kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
dan fungsi perseptual, mengakui perubahan dalam 2) Kriteria hasil klien bersih dan klien dapat melakukan
kemampuan. kegiatan personal hygiene secara minimal
3) Intervensi; 3) Intervensi;
a) Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ a) Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam
dingin, tajam/ tumpul, rasa persendian. perawatan diri.
Rasional: penurunan kesadaran terhadap sensorik Rasional: Jika klien tidak mampu perawatan diri
dan kerusakan perasaan kinetic berpengaruh buruk perawat dan keluarga membantu dalam perawatan
terhadap keseimbangan. diri
b) Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian b) Bantu klien dalam personal hygiene.
tubuh Rasional: Klien terlihat bersih dan rapi dan
Rasional: adanya agnosia (kehilangan memberi rasa nyaman pada klien
pemahaman terhadap pendengaran, penglihatan, c) Rapikan klien jika klien terlihat berantakan dan ganti
atau sensasi yang lain) pakaian klien setiap hari
Rasional: Memberi kesan yang indah dan klien
tetap terlihat rapi
d) Libatkan keluarga dalam melakukan personal hygiene Rasional: membangun kembali rasa kemandirian
Rasional: ukungan keluarga sangat dibutuhkan dan menerima kebanggan diri dan meningkatkan
dalam program peningkatan aktivitas klien proses rehabilitasi.
e) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ ahli terapi e) Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan/ atau
okupasi konseling sesuai kebutuhan.
Rasional: memberikan bantuan yang mantap untuk Rasional: dapat memudahkan adaptasi terhadap
mengembangkan rencana terapi dan perubahan peran yang perlu untuk perasaan/ merasa
f. Diagnosa keperawatan keenam: gangguan harga menjadi orang yang produktif.
diri berhubungan dengan perubahan biofisik, g. Diagnosa keperawatan ketujuh: resiko tinggi
psikososial, perseptual kognitif. kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
1) Tujuan; tidak terjadi gangguan harga diri neuromuskuler/ perseptual.
2) Kriteria hasil mau berkomunikasi dengan orang 1) Tujuan; kerusakan dalam menelan tidak terjadi.
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, 2) Kriteria hasil mendemonstrasikan metode makan
mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam tepat untuk situasi individual dengan aspirasi
situasi. tercegah, mempertahankan berat badan yang
3) Intervensi; diinginkan.
a) Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan 3) Intervensi;
dengan derajat ketidakmampuannya. a) Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien
Rasional: penentuan faktor-faktor secara individu secara individual.
membantu dalam mengembankan perencanaan Rasional: intervensi nutrisi/ pilihan rute makan
asuhan/ pilihan intervensi. ditentukan oleh faktor-faktor ini.
b) Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan b) Letakkan pasien pada posisi duduk/ tegak selama dan
berdandan yang baik. setelah makan
Rasional: membantu peningkatan rasa harga diri Rasional: menggunakan gravitasi untuk
dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan. memudahkan proses menelan dan menurunkan
c) Berikan dukungan terhadap perilaku/ usaha seperti resiko terjadinya aspirasi.
peningkatan minat/ partisipasi dalam kegiatan c) Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk
rehabilitasi. meminum cairan.
Rasional: mengisyaratkan kemampuan adaptasi Rasional: menguatkan otot fasiel dan otot menelan
untuk mengubah dan memahami tentang peran diri dan menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
sendiri dalam kehidupan selanjutnya. d) Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/
d) Dorong orang terdekat agar member kesempatan kegiatan.
pada melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya Rasional: meningkatkan pelepasan endorphin
sendiri. dalam otak yang meningkatkan perasaan senang dan
meningkatkan nafsu makan.
e) Berikan cairan melalui intra vena dan/ atau makanan b) Berikan informasi terhadap pencegahan, faktor
melalui selang. penyebab, serta perawatan.
Rasional: memberikan cairan pengganti dan juga Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap
makanan jika pasien tidak mampu untuk program teraupetik dan meningkatkan pengetahuan
memasukkan segala sesuatu melalui mulut. keluarga klien
h. Diagnosa keperawatan ketujuh: kurang pengetahuan c) Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk
tentang kondisi dan pengobatan berhubungan menanyakan hal- hal yang belum jelas.
dengan Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua
informasi, kurang mengingat dalam perawatan anaknya
1) Tujuan; klien mengerti dan paham tentang d) Beri feed back/ umpan balik terhadap pertanyaan
penyakitnya yang diajukan oleh keluarga atau klien.
2) Kriteria hasil berpartisipasi dalam proses belajar Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dan
3) Intervensi; pemahaman klien atau keluarga
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien e) Sarankan pasien menurunkan/ membatasi stimulasi
Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan lingkungan terutama selama kegiatan berfikir
klien Rasional: stimulasi yang beragam dapat
memperbesar gangguan proses berfikir.
DAFTAR PUSTAKA

DOKUMEN
1. Lisensi Dokumentasi Bebas GNU
BUKU ILMIAH
J, Iskandar (2007),Stroke A-Z. PT BIP-Gramedia, Jakarta.Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGCCarpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC.Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.Potter & Perry. (2006).
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGCPrice, S.A & Wilson. L.M.
(2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C & Bare, B.G.
(2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: E
WEBSITE
Riyawan.com | Kumpulan Artikel Keperawatan dan Farmasi

Vous aimerez peut-être aussi