Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotik selama ini kita ketahui adalah tempat menjual obat, tetapi sebenarnya
apotik adalah salah satu unit penyalur perbekalan farmasi meliputi obat, obat
tradisional, alat kesehatan, kosmetik, reagen kimia dan bahan-bahan yang terkait
dengan perbekalan tersebut. Jadi suatu kekeliruan besar kalau kita mengira bahwa
apotik hanya menjual obat saja. Kemudian apotik sangat berbeda sekali dengan toko
obat. Toko obat tidak boleh melayani resep dan menjual obat-obat keras, narkotika
dan psikotropika, sedangkan seluruh resep dari dokter dan berbagai obat keras
tersebut dapat kita beli di apotik.

Apotik secara umum sebenarnya tidak memiliki fungsi yang banyak, apotik
hanya memiliki 2 fungsi yaitu; Apotik berfungsi sebagai unit pelayanan kefarmasian,
Apotik berfungsi sebagai unit bisnis Apotik sebagai unit yang melakukan pelayanan
kefarmasian. Apoteker bertugas sebagai penanggung jawab apotek untuk
mengkoordinir pelayanan kefarmasian kepada pelanggan apotek. Apoteker bertugas
melakukan pelayanan informasi obat (PIO) kepada pelanggan apotik. Selain itu
apoteker bertugas melakukan pemberian konseling, informasi dan edukasi (KIE)
kepada pelanggan. Hal ini berguna untuk menghindari penggunaan obat yang salah
dan penyalahgunaan penggunaan obat. Pada saat ini kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi
pelayanan yang berfokus pada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Peran apoteker diharapkan dapat menyeimbangkan antara aspek klinis
dan aspek ekonomi demi kepentingan pasien.

Adapun yang termasuk perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli
Indonesia (obat tradisional), alat kesehatan dan kosmetik.(Permenkes
No.922/Menkes/Per/X/1993). Apoteker di apotek harus bertanggung jawab terhadap

1|KEWIRAUSAHAAN
ketepatan dan kesesuaian informasi atas perbekalan farmasi yang diserahkan kepada
masyarakat berasaskan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Hal ini ditujukan
untuk mencapai hasil terapi yang tepat dan rasional sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Tuntutan ini semakin besar dengan semakin meningkatnya
kecenderungan masyarakat untuk melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi),
sehingga dalam penggunaan perbekalan farmasi harus disertai dengan informasi yang
cukup dan benar agar tidak timbul efek samping yang berbahaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Apotek dengan modal sendiri?
2. Apa saja aspek-aspek dalam studi kelayakan mendirikan apotek sendiri?
3. Bagaimana studi kelayakan suatu apotek dengan modal sendiri?
4. Bagaimana keunggulan dan resiko pada apotek ?
5. Bagaimana potensi bisnis pada apotek ?
6. Bagaimana merancang usaha pada apotek ?
7. Bagaimana cara menghitung rentabilitas apotek modal sendiri?
1.3 Tujuan
1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan
2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk
pencampuran dan penyerahan obat dan bahan obat.
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat setempat khususnya dan masyarakat
pada umumnya
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat secara
rasional dalam praktek pengobatan sendiri (swamedikasi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek

2|KEWIRAUSAHAAN
2.1.1 Pengertian Apotek
Menurut Kepmenkes RI No 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan dan
tata cara pemberian izin Apotek dalam pasal) 1 ayat (a) : "Apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan
Farmasi, perbekalan kesehatan.
Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud diatas adalah pembuatan, termasuk
pengendalian mutu sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2.1.2 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan
kepada Apoteker pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat
kepada pasien. (llmuMeracik Obat (Hal 10))
2.1.3 Perlengkapan Apotek
Perlengkapan Apotek adalah yang dipergunakan untuk melaksanakan
pengelolaan Apotek pada Bab IV pasal 7 Kepmenkes RI No.278 tahun 1981 suatu
Apotek harus memiliki kelengkapan sebagai berikut:
a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan di bidang Farmasi
c. Tempat penyimpanan khusus untuk racun
d. Tempat penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Alat dan perlengkapan labolatorium

2.1.4 Pengelolaan Apotek


Menurut Permenkes RI No.26 /MenKes/per/1/1981 dalam bab 2 pasal 3
pengelolaah Apotek meliputi:

3|KEWIRAUSAHAAN
a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan kesehatan di
bidang Farmasi lainnya
c. Informasi mengenai perbekalan kesehatan di bidang Farmasi
2.1.5 Perbekalan Farmasi
Perbekalan Farmasi meliputi:
a. Obat
b. Bahan baku obat
c. Obat tradisional
d. Bahan obat tradisional
e. Alat kesehatan
f. Kosmetik (4) Manajeman Farmasi (Hal 8)
2.1.6 Struktur Organisasi Apotek
Pengelolaan sebuah apotek yang baik akan membawa apotek tersebut pada
tujuan yang telah ditetapkan dan pengelolaan ini bisa berjalan dengan baik jika di
dukung oleh organisasi yang mapan yaitu garis wewenang dan tanggung jawab jelas
dan saling mengisi serta pembagian kerja yang jelas. Suatu organisasi juga
merupakan penentu utama bagi maju mundurnya suatu apotek.
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Administrasi
Keuangan (Kasir)
Pemilik Sarana Apotek (PSA)
Pembantu Umum

Keterangan:
1. Pemilik Sarana Apotek (PSA ) :

4|KEWIRAUSAHAAN
Bekerjasama dengan Apoteker dalam menentukan anggaran biaya bagi keperluan
Apotek serta mengadakan kontrol terhadap jalannya Apotek.
2. Apoteker Pengelola Apotek (APA):
Memimpin seluruh kegiatan Apotek, termasuk mengelola kegiatan pelayanan
kefarmasian dan mengawasi jalannya kerja karyawan serta pembagian tugas
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Bagian Administrasi:
Membuat laporan harian, pencatatan, penjualan kredit, meneliti catatan
pembelian, pencatatan hasil penjualan serta tagihan dan pengeluaran harian juga
membuat laporan bulanan, realisasi data untuk pimpinan Apotek, daftar gaji,
upah dan pajak serta membuat laporan tahunan (neraca akhir tahun dan laporan
laba rugi)
4. Bagian Keuangan (Kasir):
Mencatat penerimaan, pengeluaran uang yang haras di lengkapi kwitansi nota
dan tanda setoran yang sudah di paraf oleh Apoteker juga bertanggung jawab atas
kebenaran uang yang dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab lanngsung
kepada Apoteker.
5. Pembantu Umum:
Membantu dalam segala bidang yang memerlukan bantuan dan membersihkan
lingkungan di Apotek.
6. Asisten Apoteker (AA ) :
Menyelesaikan tugas pelayanan kefarmasian sesuai dengan batas pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya juga bertanggung jawab kepada Apoteker atas kebenaran
segala tugas yang dikerjakan tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kehilangan
dan kerusakan.

2.1.7 Pengelolaan obat

5|KEWIRAUSAHAAN
1. Pengelolaan obat dengan resep
a. Pasien datang dengan membawa resep, diterima oleh bagian
penerimaan resep tapi sebelumnya ditanyakan nama dan alamat jelas
pasien
b. Resep diberikan kepada Apoteker atau Asisten Apoteker untuk
dihitung dosis dan diberi harga
c. Pasien dipanggil untuk konfirmasi mengenai harga, apabila pasien
menyetujui harga resep maka resep dibayar dikasir
d. Resep dikembalikan kepada Apoteker atau Asisten Apoteker diberi
cap lunas dan nomor resep, obat disiapkan dan diracik
e. Obat diberi etiket dan diperiksa kembali oleh Apoteker atau Asisten
Apoteker yang berbeda,disamakan dengan resep dari mulai bentuk
sediaanjumlah dan aturan pakainnya serta perlu tidaknya dibuat
salinan resep (apabila pasien membeli obat separuhnya atau item obat
yang tidak dibeli dan apabila tertulis ITER/pengulangan pada resep)
f. Obat diberikan kepada pasien dan dijelaskan mengenai aturan
pakainya agar tidak terjadi kekliruan pada pemakaian obat
2. Pengelolaan Obat Tanpa Resep
Penjualan obat tanpa resep meliputi Obat Wajib Apotek (OWA), obat
bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, alat kesehatan dan obat tradisional.
Obat-obat bebas ditata dalam etalase dan disusun berdasarkan farmakologis,
dan untuk penjualan obat wajib apotek dicatat dalam buku penjualan obat
wajib apotek.
3. Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika
Obat-obatan jenis narkotika dan psikotropika harus ditangani sendiri di
Apotek, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat.
Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diberikan atas resep
dokter. Penggunaannya dilaporkan tiap bulan ke Dinas Kesehatan selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
2.2 Keunggulan dan Resiko

6|KEWIRAUSAHAAN
2.2.1 Keunggulan bisnis apotek
a. Melayani kebutuhan dasar masyarakat akan kesehatan
Apotek adalah institusi paling legal dan telah menjadi branch image bagi
distribusi obat-obatan. Kebutuhan dasar ini selalu diprioritaskan oleh segenap
masyarakat terutama dalam kondisi badan kurang sehat. Bahkan saat ini
semakin disadari pentingnya memelihara kesehatan dengan berbagai
suplemen atau produk kesehatan bagi mereka yang sehat dan ingin terus
sehat. Apabila usaha ini telah dapat berjalan baik, umumnya memiliki
stabilitas yang cukup baik, dan tidak mudah terpengaruh situasi sebagaimana
bisnis pada umumnya.
b. Tingkat persaingan relatif lebih kecil
Ini disebabkan adanya berbagai tata aturan dan perlunya keahlian yang
spesifik untuk menjalankan usaha ini. Sangat berbeda dengan bisnis yang
bersifat umum seperti bisnis pulsa, makanan, warung klontong, dsb yang
tingkat persaingannya sangat cepat dan mudah jenuh.
c. Hanya memutar barang dari pihak lain (tidak cash)
Beberapa saat setelah apotek berjalan, suatu apotek dapat diberikan
kepercayaan oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk membeli produk
tidak secara cash. Umumnya diberikan tempo 3-4 minggu. Hal ini berarti
apotek sebenarnya memutar barang-barang dari PBF. Semakin mampu
memanagemen aliran barang ini, maka semakin efektif dan efisien modal
yang digunakan.
2.2.2. Resiko
Setiap usaha tentu memiliki resikonya. Resiko bisnis apotek adalah:
a. Biaya operasional cukup besar, karena memerlukan tempat yang layak
dan melibatkan para profesional yang perlu digaji dengan layak
(Apoteker, Asisten apoteker)
b. Obat memiliki waktu kadaluarsa. Bila tidak cukup ahli dalam mengelola
obat, maka bisa terjadi banyak obat yang tidak bisa dijual lagi karena
telah kadaluarsa

7|KEWIRAUSAHAAN
2.3 Potensi Bisnis
Potensi bisnis apotek masih sangat bagus. Kondisi ini terkait dengan
beberapa fakta:
a. Kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin tinggi
b. Naiknya angka kesakitan, terutama berkembangnya penyakit-penyakit
degeneratif (seperti diabetes, hipertensi, jantung, liver, ginjal, kanker,
asam urat) yang memerlukan pengobatan jangka panjang
c. Kesadaran masyarakat untuk membeli obat yang aman dan berijin resmi
d. Deregulasi perijinan apotek yang makin dipermudah
e. Apotek boleh menjual produk-produk lain non obat, seperti kosmetika,
makanan. Para pemodal besarpun tertarik untuk terjun ke usaha ini.
Terbukti berbagai franchise/waralaba dalam bisnis apotek ini nampak
berkembang, seperti, K+, Century, K-24, Guardian, dan Medical Shope,
yang berkembang di berbagai wilayah.
2.4 Merancang Usaha Apotek
Anda dapat memilih 3 cara dalam mendirikan apotek, yaitu:
1. Mengikuti franchise tertentu
Anda cukup menyiapkan sejumlah modal (umumnya sekitar 0,3-1 M),
lalu mengikuti segala aturan yang ditetapkan termasuk dalam hal bagi
hasil (royalti yang harus diserahkan setiap bulannya). Dengan model ini,
Anda membeli branch atau nama/merk dan sistemnya. Namun perlu
diketahui bahwa tidak semua franchise bisa berhasil, ada juga yang
bangkrut.
2. Mendirikan sendiri
Anda bisa juga mendirikan apotek secara sendiri. Anda dapat mencari
informasi mengenai syarat-syaratnya ke Dinkes setempat dan merancang
segala sesuatunya secara mandiri. Dengan cara ini mungkin bisa berhasil,
tetapi umumnya tanpa informasi dan pengetahuan yang cukup, akan
banyak mengalami permasalahan, dan beresiko bangkrut. Minimal akan
memerlukan lebih banyak waktu untuk dapat exis.

8|KEWIRAUSAHAAN
3. Menggunakan jasa konsultan
Apabila Anda ingin memaksimalkan keuntungan tanpa royalti bulanan
(pada sistem franchise), dan Anda juga tidak ingin mendirikan apotek
secara asal-asalan dengan mempertaruhkan modal Anda, Anda bisa
menggunakan jasa konsultan yang memiliki kapasitas dan pengalaman
yang memadai. Konsultan akan memberikan informasi, konseling, data
dan training yang Anda butuhkan untuk membuat Apotek yang
berkualitas.
2.5 Berapa Modal yang Diperlukan?
Jumlah modal yang diperlukan tergantung dari tipe apotek yang akan
Anda dirikan. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe:
1. Tipe kecil, yaitu apotek yang hanya menyediakan obat-obat dalam macam
atau jumlah yang sedikit saja. Modal awal yang diperlukan (selain
bangunan/ruangan) berkisar 30-50 juta.
2. Tipe sedang, yaitu apotek yang menyediakan obat/produk dalam macam
dan jumlah yang lebih banyak. Modal yang diperlukan berkisar 50-150
juta.
3. Tipe besar, yaitu apotek yang secara lebih lengkap menyediakan
obat/produk dalam jumlah yang cukup. Modal diatas 150 juta.
Tipe mana yang tepat Anda pilih sangat dipengaruhi oleh faktor modal, lokasi,
persaingan, dan sebagainya.

2.6 Bagaimana Menjadikan Usaha Apotek Sukses?


Untuk membangun bisnis apotek yang sukses, tentu ada ilmunya. Tidak
dengan serta merta semua apotek akan sukses dengan cara yang asal-asalan meskipun

9|KEWIRAUSAHAAN
modal yang tersedia besar. Diperlukan pengetahuan, kemampuan managemen, dan
strategi marketing yang memadai agar sukses.
Agar usaha apotek Anda sukses, Anda perlu memahami:
1. Bagaimana melakukan studi kelayakan yang baik
2. Bagaimana merancang visi, branch, dan bauran marketing apotek
3. Bagaimana proses pendirian apotek bisa lebih cepat
4. Bagaimana sistem managemen pengolaan yang efektif-efisien
5. Bagaimana merancang stok barang yang sesuai kondisi
6. Bagaimana memilih dan membangun SDM yang memiliki kinerja bagus
7. Bagaimana pola pelayanan & SOP yang berorientasi pelanggan
8. Bagaimana membuat berbagai kerjasama atau jaringan dengan pihak yang lain
9. Bagaimana langkah-langkah pengembangan jangka panjangnya?
2.7 Modal Sendiri
Yang dimaksud dengan modal sendiri adalah modal yang menaggung reiko
atau ekuiliti (penjelasan UU No.25/92, 41:2). Sehingga apabila dalam suatu tahun
buku Apotek menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut
adalah komponen-komponen modal sendiri. Modal sendiri meliputi: simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan khusus, modal donasi dan cadangan. Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 25/92, 41:2 modal sendiri dapat berasal dari Simpanan
pokok, Simpanan wajib, Dana Cadangan, dan Hibah.

2.8 Rentabilitas Modal Sendiri


Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut dilain pihak (Riyanto, 2000:44). Munawir (2001:33)
menyatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara laba yang
tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukan
oleh pemilik perusahaan tersebut. Dalam perhitungan rentabilitas modal sendiri hal
ini yang harus dicari ialah besarnya untung bersih dan jumlah modal sendiri. Jadi
rumusan dari rentabilitas modal sendiri ialah:

10 | K E W I R A U S A H A A N
Rentabilitas = Jumlah Laba Bersih x 100 %
Modal sendiri
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rentabilitas modal sendiri. Dimana
dari rumusan tersebut akan menghasilkan rasio dalam bentuk prosentase. Apabila
ratio yang dihasilkan dari analisis tersebut menunjukkan presentase yang lebih besar
dari standar yang ditentukan maka usaha dari Apotek tersebut selama periode tersebut
berjalan dengan baik. Tetapi sebaliknya apabila angka ratio yang dihasilkan lebih
kecil dari standar yang telah ditentukan maka koperasi tersebut selama periode itu
tidak dapat memanfaatkan modalnya dengan baik. Menurut Amidipradja (2005:117)
menjelaskan bahwa setiap pemakaian modal sendiri dalam operasional Apotek maka
keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dibanding dengan pemakaian modal
asing atau modal luar dalam operasional Apotek dikarenakan adanya beban bunga
yang harus dibayarkan. Dalam perhitungan rentabilitas modal sendiri besar kecilnya
rentabilitas dipengaruhi oleh modal dan SHU.
2.9 Feasibility Studi (Studi Kelayakan) Apotek
2.9.1. Pengertian Feasibility Studi (Studi Kelayakan)
Feasibility Studi (Studi Kelayakan) adalah suatu rancangan
secarakomprehensif mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat
kelayakan usaha baik dari pengabdian profesi maupun sisi bisnis ekonominya.
Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan
berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak atau dapat
bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis.
Dalam studi kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek
yang akan didirikan nanti tidak mengalami kerugian Sebelum melakukan pendirian
dan pengelolaan apotek, perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu, maka setelah
melakukan survei mengenai lokasi dan banyaknya sarana penunjang (dokter, rumah
sakit, poliklinik, dan lain-lain termasuk banyaknya penduduk dengan kemampuan
berbeda-beda) harus dilakukan studi kelayakan (Hartono, 2003)
2.9.2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum mendirikan apotek ialah:

11 | K E W I R A U S A H A A N
a. Lokasi
Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan lokasi suatu usaha. Sebagai faktor yang digunakan sebagai
dasar pertimbangan pada umumnya Pasar, sebab merupakan masalah yang
tidak boleh diabaikan, selain itu faktor pembeli harus diperitungkan dahulu.
Oleh karenanya hendaknya diperhitungkan lebih dulu:
Ada tidaknya apotek lain
Letak apotek yang akan didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir
kendaraannya
Jumlah penduduk
Jumlah Dokter
Keadaan sosial ekonomi rakyat setempat untuk diketahui
Selain keadaan tersebut perlu dipertimbangkan ada tidaknya fasilitas
kesehatan lain seperti : rumah sakit, puskesmas, poliklinik. Sebab tempat-
tempat tersebut juga memberi obat langsung pada pasien.
b. Perundang-undangan farmasi dan ketentuan lainnya
c. Pembelian
d. Penyimpanan barang/pergudangan
e. Penjualan, yang terpenting ialah kalkulasi harga atas resep Dokter
f. Administrasi, menyangkut pula laporan-laporan
g. Evaluasi apotek pada akhir tahun (Anief, 2001)

2.9.3. Aspek Studi Kelayakan


Secara umum studi kelayakan dari suatu usaha mencakup 4 aspek penilaian,
yaitu:

12 | K E W I R A U S A H A A N
1. Aspek Manajemen
Apotek perlu mendapat dukungan tenaga manajemen yang ahli dan
berpengalaman, serta memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi untuk
mengembangkan apotek. Karena itu hendaknya disusun tugas-tugas pokok yang
harus dijalankan agar apotek dapat berjalan dengan baik. Tugas-tugas tersebut
kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan tertentu dan disusun dalam satu
organisasi, dengan tersusunnya struktur organisasi lebih mudah untuk
menentukan apa yang harus dipenuhi oleh calon pegawai apotek. Aspek
manajemen, meliputi :
a. Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
b. Bentuk badan usaha
c. Struktur organisasi
d. Jenis pekerjaan
e. Kebutuhan tenaga kerja
f. Program kerja (Anief, 2001)
2. Aspek Teknis
Aspek teknis yang dimaksud di sini adalah kondisi fisik dan peralatan yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek. Aspek teknis,
meliputi :
a. Peta lokasi dan lingkungan (posisi apotek terhadap sarana pelayanan
kesehatan lain)
b. Tata letak bangunan
c. Interior dan peralatan teknik (Anief, 2001).
3. Aspek Pasar
Dalam pendirian apotek, aspek pemasaran mendapat prioritas utama agar laju
perkembangan apotek sesuai dengan yang diharapkan Aspek ini diantaranya
menyangkut jumlah praktek dokter yang ada di sekitar apotek dan jumlah apotek
pesaing di lokasi tersebut. Aspek pasar meliputi :
a. jenis produk yang akan dijual
b. Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual

13 | K E W I R A U S A H A A N
c. Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli,
d. Monopsoni)
e. Potensi pasar (Q = N.P)
f. Target pasar (Individu, Korporasi, Reseller)
g. Target konsumen (Anief, 2001)
4. Aspek Keuangan
Aspek finansial ditujukan untuk memperkirakan berapa jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membangun dan kemudian untuk mengoperasikan apotek. Sumber
pembiayaan apotek dapat menggunakan dua sumber, yaitu : pertama modal sendiri,
dapat satu orang pribadi atau beberapa orang dengan pembagian saham. Kedua dapat
dengan pinjaman dengan melalui bank atau lembaga non bank. Aspek keuangan,
meliputi :
a. Investasi dan modal kerja
b. Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Yaitu analisa yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya investasi.
Penilaian analisis keuangan tersebut dapat menggunakan analisis PBP, ROI,
NPV, IRR, BEP
PBP : Pay Back Periode
ROI : Return On Investment
NPV : Net Present Value
IRR : Internal Rate of Return
BEP : Break Even Point
c. Cash Flow Analysis

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai aspek keuangan dilihat dari analisis
Break Even Point, Return on Investment dan Payback Periode dalam studi kelayakan.
1) Break Even Point (BEP)

14 | K E W I R A U S A H A A N
Untuk mempertahankan kontinuitas usaha, apotek harus menjaga tingkat
keseimbangan antara hasil penjualan (total revenue) atau laba yang diperoleh
dengan biaya total. Analisa pendekatan yang digunakan ialah metode break even
point :BEP = [1/(1-Biaya Variabel/Volume Penjualan)] x biaya tetap
Analisa BEP menunjukkan suatu keadaan kinerja suatu usaha pada posisi tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian karena pada posisi tersebut
pada omset tertentu laba yang diperoleh sama dengan biaya tetap yang dikeluarkan.
Sehingga dengan harga yang ada, omzet yang didapatkan, serta biaya yang pada
posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian karena pada
posisi tersebut pada omset tertentu laba yang diperoleh sama dengan biaya tetap yang
dikeluarkan. Sehingga dengan harga yang ada, omzet yang didapatkan, serta biaya
yang Analisa BEP berguna untuk :
a. Digunakan untuk perencanaan laba(Profit Planning)
b. Sebagai alat pengendalian (Controlling)
c. Sebagai alat pertimbangan dalam menentukan harga jual
d. Sebagai alat pertimbangan dalam mengambil keputusan perlu diketahui
berapakah BEP-nya.
2) ROI (Return on Investment)
Return on Investment (ROI) atau rentabilitas atau earning power merupakan
perbandingan antara pendapatan bersih dengan aktiva bersih rata-rata yang
digunakan. Hal ini penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan
pendapatan. ROI dapat dihitung dengan rumus :
ROI = (Laba Bersih/Total Investasi) x 100%
ROI dapat dinaikkan dengan cara:
a. Menaikkan margin
1. Hasil penjualan (total sales) dinaikkan lebih besar dibanding biaya.
2. Biaya diturunkan lebih besar dibanding penjualannya
b. Menaikkan perputaran
1. Menaikkan hasil penjualan (laba) dibanding aktivanya (modal lancarnya).
2. Menurunkan aktivanya lebih besar dibanding hasil penjualan (laba).

15 | K E W I R A U S A H A A N
ROI merupakan analisa hasil usaha. Hal ini tergantung dari tujuan perusahaan,
tapi secara umum dapat dikatakan ROI yang baik adalah lebih besar daripada jasa
pinjaman rata-rata. Besarnya ROI yang diperoleh merupakan tingkat pengembangan
usaha suatu perusahaan (Anief, 2001).
3) Payback Periode
Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui berapa lama modal
yang kita investasi akan kembali (balik modal). PBP merupakan rasio dari total
investasi dibandingkan dengan laba bersih. Pay Back Period dapat dihitung dengan
rumus: PBP (thn) = Total Investasi/Laba Bersih Semakin kecil waktu pengembalian
modal maka semakin prospektif pendirian apotek yang menandakan semakin besar
tingkat pengembalian modal dan keuntungan bersih rata-rata juga akan semakin
besar. Pay back period tergantung dari jumlah investasi dan modal tetap yang
dikeluarkan. Investasi juga berasal dari modal operasional dan modal cadangan
(Anief, 2001).
2.9.4. Tahapan Pembuatan Studi Kelayakan
1. Penemuan Suatu Gagasan
Gagasan : suatu pemikiran terhadap sesuatu yg ingin sekali untuk
dilaksanakan. Gagasan yg baik memenuhi kriteria :
Sesuai dengan visi organisasi
Dapat menguntungkan organisasi
Sesuai dengan kemampuan sumber daya yg dimiliki organisasi
Tidak bertentangan dengan peraturan yg berlaku
Aman untuk jangka panjang.
2. Penelitian Lapangan
Data yg dibutuhkan :
a. Data ilmiah : melalui analisis data-data bisnis mengenai kondisi
lingkungan eksternal yg ada di sekitar lokasi yg ditetapkan,seperti :
Nilai strategis sebuah lokasi
Data kelas konsumen

16 | K E W I R A U S A H A A N
Peraturan yang berlaku di daerah tersebut
Tingkat persaingan
b. Non ilmiah : melalui intuisi atau feeling yg diperoleh setelah melihat
lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
Nilai strategis sebuah lokasi
Data kelas konsumen
Peraturan yang berlaku di daerah tersebut
Tingkat persaingan
Evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dgn
cara :
a. Memperhatikan beberapa faktor yg berpengaruh :
1) Data lingkungan di sekitar lokasi (external factor) : apakah hasil analisis
terhadap data eksternal yg ada saat ini baik atau tidak bagi apotik di masa
mendatang, seperti :
Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran)
Tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan
Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di lokasi
Kondisi keamanan di sekitar lokasi
Nilai strategis sebuah lokasi
Data kelas konsumen
Peraturan yang berlaku di daerah tersebut
Tingkat persaingan
b. Non ilmiah : melalui intuisi atau feeling yg diperoleh setelah melihat lokasi
dan kondisi lingkungan di sekitarnya.

3. Evaluasi Data

17 | K E W I R A U S A H A A N
Evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dgn
cara :
a. Memperhatikan beberapa faktor yg berpengaruh :
1) Data lingkungan di sekitar lokasi (external factor) : apakah hasil analisis
terhadap data eksternal yg ada saat ini baik atau tidak bagi apotik di masa
mendatang, seperti :
Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran)
Tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan
Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di lokasi
Kondisi keamanan di sekitar lokasi
2) Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (internal factor) :
Apakah sumber daya ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi
gagasan pada lokasi yang ditetapkan seperti :
Kemampuan keuangan
Ketersediaan tenaga kerja
Ketersediaan produk
Kemampuan pengelolaan (manajemen)
b. Membuat usulan proyek (project appraisal) yg meliputi :
1) Pendahuluan, mengenai :
Latar belakang munculnya gagasan
Tujuan, merupakan sesuatu yg akan dicapai dari rencana pelaksanaan
suatu gagasan. Contoh : dgn menambah jumlah apotik di wilayah
tertentu maka diharapkan akan dapat melayani konsumen lebih dekat
& lebih banyak, sehingga penjualan & laba bertambah besar.
2) Analisis teknik, mengenai : Peta lokasi & lingkungan di sekitarnya,
Lokasi2 yg menjadi target pendirian apotik baru, situasi lingkungan di
sekitar lokasi , fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktek
dokter, apotik pesaing

18 | K E W I R A U S A H A A N
Disain interior dan exterior : warna & bentuk gedung serta billboard
harus dapat memberikan identitas tersendiri yg dapat membedakannya
dgn apotik pesaing, serta dapat menarik perhatian (eye catching)
Jenis produk
3) Analisis pasar
Jenis pasar dan strategi persaingan : pasar monopoli, oligopoli,
persaingan bebas
Potensi pasar : jenis konsumen; daya tarik laba
Daya tarik pasar (konsumen sasaran) : Jenis konsumen mana yg
menjadi sasaran dan yg bukan sasaran
4) Analisis Manajemen, mengenai :
Bentuk badan usaha apotik : PT, CV, koperasi
Struktur organisasi : berdiri sendiri atau menjadi bagian apotik yg
sudah ada
Jumlah kebutuhan tenaga kerja : berapa jumlah karyawan yg
dibutuhkan untuk omzet tertentu?; Jenis karyawan bagaimana yg
dibutuhkan?
Program kerja : langkah penting apa yg menjadi prioritas untuk
dikerjakan?, Kapan program tersebut dilaksanakan? Analisis
Keuangan, mengenai :
Jumlah biaya investasi & modal kerja : Berapa jumlah biaya investasi
yang dibutuhkan dan digunakan untuk keperluan apa saja?; Berapa
lama waktu pengembalian (payback period)?; Berapa besar tingkat
pengembalian internal yang aman (internal rate of return)?
Sumber pendanaan : Dari mana sumber biaya investasi diperoleh?;
Berapa besar tingkat efisiensinya dibanding sumber lain?; Jenis
pinjamannya jangka pendek atau panjang?

19 | K E W I R A U S A H A A N
Aliran Kas : Bagaimana situasi aliran kasnya selama periode investasi
apakah negatif atau positif?; Langkah apa saja yang dilakukan bila
aliran kasnya selama periode investasi negatif?
4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule)
untuk memulai pekerjaan sesuai dgn skala prioritas : Menyediakan dana biaya
investasi & modal kerja
Mengurus ijin
Membangun, merehabilitasi gedung
Merekrut karyawan
Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung
Memulai operasional
5. Pelaksanaan Rencana Kerja
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuat suatu format yg berisi :
Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
Mencatat setiap penyimpangan yg terjadi
Membuat evaluasi & solusi penyelesaiannya

20 | K E W I R A U S A H A A N
BAB III
ASPEK MODAL DAN BIAYA

3.1 Analisis

A. Modal = Rp 150.000.000,00
1. Perlengkapan Apotek Rp. 45.373.200,00
2. biaya perizinan Rp. 2.000.000,00
modal operasional Rp. 60.000.000,00
cadangan modal RP. 92.626.800,00
TOTAL MODAL Rp. 150.000.000,00
B. Rencana anggaran dan pendapatan tahun ke-1
1. Biaya rutin bulanan
1) Tenaga kerja
APA (1) Rp. 2.000.000,00
Asisten Apoteker (2) Rp. 1.800.000,00
Akuntan (1) Rp. 500.000,00
Pembantu Umum Rp. 300.000,00
JUMLAH Rp. 4.600.000,00
2) Biaya lain-lain
Biaya listrik, air, dan telepon Rp. 400.000,00
Biaya pajak reklame Rp. 100.000,00
Serba - serbi Rp. 400.000,00
JUMLAH Rp. 900.000,00
JUMLAH KESELURUHAN Rp. 5.500.000,00

2. Biaya rutin tahun ke-1


1) Biaya bulanan 12 x Rp. 4.600.000,00 Rp. 55.200.000,00

21 | K E W I R A U S A H A A N
2) Tunjangan hari raya (1 bulan gaji) Rp. 4.600.000,00
TOTAL Rp. 59.800.000,00

3. Proyeksi Pendapatan
a. Pendapatan tahun ke-1
Pada tahun pertama dipromosikan resep masuk 10 lembar / hari dengan
harga rata-rata perlembar diperkirakan Rp.65.000, dengan demikian akan
diperoleh pendapatan pada tahun pertama sebagai berikut :
Penjualan obat resep tahun 1
26 harix12 bulanx10xRp. 65.000,00 Rp. 202.800.000,00
Penjualan obat bebas + OWA
26 harix12bulanxRp. 150.000,00 Rp. 46.800.000,00
Penjualan Alkes
26 harix12 bulanxRp. 50.000,00 Rp. 15.600.000,00
TOTAL Rp. 265.200.000,00

b. Pengeluaran tahun ke-1


Pembelian obat resep Rp. 101.400.000,00
Pembelian obat bebas Rp. 32.760.000,00
Pembelian OWA Rp. 10.920.000,00
Pengeluaran rutin tahun 1 Rp. 59.800.000,00
TOTAL Rp. 204.880.000,00

c. Perkiraan laba rugi tahun ke I


Pendapatan tahun 1 Rp. 265.200.000,00
Pengeluaran tahun 1 Rp. 204.880.000,00
Laba sebelum pajak Rp. 60.320.000,00
Pajak pendapatan (10%) Rp. 6.032.00,00
Laba bersih Rp. 54.288.000,00

22 | K E W I R A U S A H A A N
d. perhitungan BEP tahun ke 1
1) Pay Back Period
total investasi
Pay Back Period =
lababersih

Rp .150.000 .000,00
Pay Back Period =
Rp .54.288 .000,00

Pay Back Period = 2,76 tahun ( 2 tahun 8 bulan)

2) BEP (Break Even Point)


biayatetap
BEP=
1biayavariabel /total investasi

Rp .59.800 .000,00
BEP=
1Rp . 145.080.000,00 /150.000 .000,00

BEP = Rp. 598.000.000,00/ tahun

3) Persentase BEP
biayatetap
BEP= x 100
pendapatanbiaya variable

Rp .59.800 .000,00
%BEP= x 100
Rp. 265.200 .000,00145.080 .000,00

% BEP = 49,78%

23 | K E W I R A U S A H A A N
BAB IV
KESIMPULAN

1. Feasibility Studi (Studi Kelayakan) adalah suatu rancangan secara komprehensif


mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat kelayakan usaha baik dari
pengabdian profesi maupun sisi bisnis ekonominya
2. Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan
berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak atau
dapat bertahan dan memberi
3. keuntungan secara bisnis.
a. Aspek Studi Kelayakan Meliputi :
Analisis Manajemen
Analisis Pasar
Analisis Teknis
Analisis Keuangan
b. Tahapan Pembuatan Studi Kelayakan meliputi :
Penemuan suatu gagasan
Penelitian Lapangan
Evaluasi Data
Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan Rencana Kerja
Penemuan suatu gagasan
Penelitian Lapangan
Evaluasi Data
Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan Rencana Kerja

24 | K E W I R A U S A H A A N

Vous aimerez peut-être aussi