Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSTRACT
One of the main risk factor for atherosclerosis is hypercholesterolemia as measured by elevated LDL
cholesterol level. Life style change by lack of fruits and vegetables consumption considered a risk to increased
cholesterol level. Intake of dietary fiber provide many health benefits. Dietary fiber intake may reduced the risk
for the occurrence of various diseases, such as coronary heart disease, stroke, hypertension, diabetes, and
obesity. The aim of this study was to measure the association between dietary fiber consumption and the
content of LDL cholesterol for the people of 25-65 years of age at Kebon Kelapa Village in Bogor in 2013. The
study was a cross-sectional design. The study utilized baseline data from Cohort Study of Non Communicable
Disease Risk Factors conducted by National Institute of Health Research and Development using bivariate
analysis. The result showed that the proportion of high LDL cholesterol was 78.3% with the mean cholesterol
level 120 mg/dl. The mean daily dietary fiber consumption was 7 gram/day. All samples significant consumed
food fiber below RDA(<25 gram/day) which 78.3 percent of them had high LDL cholesterol levels. Age, intake
of fat and vegetable protein had a significant association with LDL cholesterol levels.
ABSTRAK
Salah satu faktor risiko utama penyebab aterosklerosis adalah hiperkolesterolemia yang ditunjukkan dengan
terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL. Perubahan pola hidup yang ditandai dengan kurang
mengonsumsi sayuran dan buah merupakan salah satu risiko terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL.
Asupan serat makanan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan. Asupan serat-makanan
dapat mengurangi risiko untuk terjadinya berbagai penyakit, seperti PJK, stroke, hipertensi,
diabetes,dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan serat-makanan dengan
kadar kolesterol LDL pada penduduk usia 25-65 tahun di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor, tahun 2013.
Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan sampel data dasar (baseline data) Studi
Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular yang dilakukan oleh Badan Litbangkes tahun 2011 dan dianalisis
secara bivariat. Hasil analisis menunjukkan proporsi penduduk usia 25-65 tahun dengan kolesterol LDL tinggi
sebesar 78,3 persen dengan rata-rata kadar kolesterol LDL 120 mg/dl. Rata-rata asupan serat-makanan
sebesar 7 gram/hari. Seluruh (100 persen) responden mengonsumsi serat-makanan dibawah yang
dianjurkan (<25 gram/hari) dimana 78,3 persen diantaranya mempunyai kadar kolesterol LDL tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan variabel umur, asupan lemak dan asupan protein nabati secara bermakna
mempunyai hubungan dengan kadar kolesterol LDL. [Penel Gizi Makan 2014, 37(1): 51-58]
51
Penel Gizi Makan, Juni 2014 Vol. 37 (1): 51-58
P
PENDAHULUAN kolesterol LDL. Peningkatan asupan serat
larut paling sedikit 5 sampai 10 g/hari bisa
enyakit kardiovaskular, terutama
mengurangi kolesterol LDL sebesar 5 persen.
penyakit jantung koroner (PJK),
Sebuah meta-analisis pada 8 studi klinis
merupakan penyakit penyebab utama
menunjukkan, asupan serat psyllium 10,2
kematian di negara-negara industri. Di
g/hari dapat menurunkan kolesterol LDL
Indonesia penyakit sistem sirkulasi darah
sebesar 7 persen apabila dikombinasikan
(SSD) menurut ICD-10, yakni penyakit 11
dengan diet rendah lemak .
jantung dan pembuluh darah, merupakan
Studi klinis lain menunjukkan bahwa
peringkat pertama penyebab utama kematian
makanan seperti oat bran atau kacang-
umum pada tahun 2000. Hasil Survei
kacangan yang kaya akan serat larut, dapat
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001
menurunkan kadar kolesterol total serum
menunjukkan, 26,3 persen kematian
1 sebesar 19 persen sekaligus mengurangi
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular .
kolesterol LDL sebesar 22 persen. Suplemen
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
makanan kaya serat larut, seperti psyllium
2007 juga menunjukkan, proporsi terbesar
mucilloid, ditoleransi dengan baik dan dapat
penyebab kematian pada semua umur adalah
2 menurunkan kadar kolesterol serum sebesar
penyakit kardiovaskular (31,9%) .
15 persen. Dengan demikian, makanan
Salah satu faktor risiko utama
berserat tinggi atau suplemen makanan
penyebab aterosklerosis adalah hiperkoles-
mengandung serat larut dapat menurunkan
terolemia, yang ditandai dengan peningkatan
kadar kolesterol serum sebesar 15 hingga 19
kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL)
persen dan diperkirakan dapat mengurangi
puasa tanpa disertai dengan peningkatan 11
risiko PJK lebih dari 30 persen . Namun
kadar trigliserida. Studi epidemiologi
pada beberapa penelitian tidak ditemukan
membuktikan bahwa hubungan antara
hubungan antara asupan serat-makanan
peningkatan kadar kolesterol total, khususnya
dengan kadar kolesterol.
kolesterol LDL dengan meningkatnya
Secara fisiologis, serat-makanan
kejadian PJK (penyakit jantung koroner).
didefinisikan sebagai karbohidrat yang
Penurunan kadar kolesterol sebesar 1 persen
resisten terhadap hidrolisis oleh enzim
dapat menurunkan risiko penyakit
3 pencernaan manusia (tidak dapat dicerna).
kardiovaskular sebesar 2 persen .
Berdasarkan kelarutan dalam air, serat-
Di Indonesia, prevalensi hiperkoles-
makanan dapat diklasifikasikan atas serat
terolemia cenderung meningkat. Studi
larut (hemisellulosa, gum, pectin, psyllium, -
MONICA I tahun 1988 dan MONICA II tahun
glucan dan musilages) dan serat tak larut
1993 di Jakarta menunjukkan peningkatan
(sellulosa dan hemisellulosa). Lignin
prevalensi hiperkolesterolemia dari 13,4
termasuk kedalam kelompok ini, meskipun
persen menjadi 16,2 persen pada perempuan 12
sebenarnya bukan karbohidrat .
dan 11,2 menjadi 14 persen pada laki-laki.
Sampai saat ini belum ada baku
Dua studi populasi lain dengan karateristik
kebutuhan serat-makanan di Indonesia.
sampel lebih kurang sama di Jakarta Timur
Asupan serat-makanan yang direkomen-
tahun 1993 dan di Depok tahun 2001
dasikan untuk orang dewasa di Amerika
mendapatkan peningkatan rerata kolesterol
adalah 25 g/hari untuk perempuan muda dan
total dari 173 mg/dl menjadi 218 mg/dl dan 13
38 g/hari untuk laki-laki muda . Analisis
kolesterol LDL dari 106 mg/dl menjadi 133
4 serat-makanan di Indonesia tahun 2001
mg/dl . Proporsi hiperkolesterolemia tahun
menunjukkan bahwa konsumsi serat-
2011 di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor,
makanan rata-rata penduduk Indonesia
sebesar 80,5 persen dengan proporsi PJK
5 sekitar 10,5 g/hari. Asupan serat-makanan
sebesar 27,7 persen .
yang dikonsumsi masyarakat di perkotaan
Asupan serat-makanan memberikan
sekitar 9,9 g dan di perdesaan sekitar 10,7 g
banyak keuntungan bagi kesehatan. Asupan 14
per orangnya .
serat-makanan dapat mengurangi risiko untuk
6 Dari beberapa penelitian ditemukan
terjadinya berbagai penyakit, seperti PJK ,
7 8,9 bahwa faktor-faktor risiko lain, seperti IMT,
stroke , hipertensi, diabetes , dan
10 asupan lemak, aktivitas fisik, kebiasaan
obesitas .
merokok dan minum minuman beralkohol
Diet tinggi serat-makanan (> 25 g/hari)
dapat mempengaruhi kadar kolesterol. Dari
berhubungan dengan penurunan kejadian
uraian diatas diketahui bahwa serat makanan
PJK. The American Heart Association (AHA)
mempunyai banyak keuntungan bagi
merekomendasikan peningkatan asupan
kesehatan, salah satunya adalah
serat larut 10 hingga 25 g/hari untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
menurunkan lipid, khususnya mengurangi
52
Asupan serat makanan dan kadar kolesterol-LDL (Sari YD; dkk)
Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Karateristik Variabel
Variabel N %
53
Penel Gizi Makan, Juni 2014 Vol. 37 (1): 51-58
Hasil analisis menunjukkan jumlah mengonsumsi <15 persen dari total energi.
perempuan (58,7%) lebih banyak daripada Asupan karbohidrat sebagian besar (59,7%)
jumlah laki-laki (41,3%) dengan kelompok berada dibawah 60 persen total energi.
umur terbanyak pada usia dibawah 45 tahun Asupan lemak sebagian besar (70,0%)
(60,8%). Pada saat penelitian 1,3 persen responden mengonsumsi lemak lebih dari 25
responden yang minum minuman berakohol persen dari total energi dan 97,2 persen
dalam 30 hari terakhir. Sebanyak 84,6 persen responden tidak pernah dinyatakan menderita
responden mempunyai tingkat aktivitas fisik penyakit diabetes mellitus oleh tenaga
sedang, untuk status gizi 57,5 persen kesehatan. Hanya 36 orang (2,8%)
responden dengan kategori tidak obesitas responden yang dinyatakan menderita
dan 100,0 persen mengonsumsi serat- penyakit diabetes. Sebanyak 78,3 persen
makanan kurang dari 25 gram/hari dengan penduduk di Kelurahan Kebon Kalapa
rata-rata asupan serat-makanan sebesar 7 memiliki kadar kolesterol LDL yang tinggi
gram/hari. Untuk asupan protein nabati (100 mg/dl).
sebanyak 97,9 persen responden
Tabel 2
Hubungan Asupan Serat-Makanan dan Faktor Risiko lain dengan Kadar Kolesterol LDL
Kadar Kolesterol LDL
P
Variabel Tinggi Normal OR 95% CI
value
N % N %
Asupan serat-makanan
< 25 gram 990 78,3 275 21,7 - - -
25 gram 0 0 0 0
Jenis kelamin
Laki-laki 416 79,5 107 20,5 1,138 0,866-1.496 0,354
Perempuan 574 77,4 168 22,6
Umur
45 tahun 418 84,3 78 15,7 1,846 1,380-2,469 0,000
< 45 tahun 572 74,4 197 25,6
Minum minuman
beralkohol
Ya 14 82,4 3 17,6 1,295 0,370-4,541 0,685
Tidak 969 78,3 269 21,7
Aktivitas fisik
< 600 MET 151 77,4 44 22.6 0,945 0,655-1,362 0,761
600 MET 839 78,4 231 21,6
Status gizi
Obesitas 411 76,8 124 23,2 0,864 0,660-1,131 0,288
Tidak obesitas 579 79,3 151 20,7
Asupan lemak
25% total energi 712 80,5 173 19,5 1,510 1,140-2,000 0,004
< 25 % total 278 73,2 102 26,8
energi
Asupan protein nabati
< 15% total energi 984 79,4 255 20,6 12,86 5,11-32.362 0,000
15% total energi 6 23,1 20 76,9
Asupan karbohidrat
60% total energi 386 75,7 124 24,3 0,778 0,594-1,019 0,608
< 60% total energi 604 80,0 151 20,0
Menderita DM
Ya 29 80,6 7 19,4 1,155 0,501-2,667 0,735
Tidak 961 78,2 268 21,8
54
Asupan serat makanan dan kadar kolesterol-LDL (Sari YD; dkk)
55
Penel Gizi Makan, Juni 2014 Vol. 37 (1): 51-58
56
Asupan serat makanan dan kadar kolesterol-LDL (Sari YD; dkk)
yang telah memberikan ijin untuk melakukan clinical trials. J Hypertens. 2005;23:
pengolahan data dalam penelitian ini. Serta 475-81.
semua pihak yang terlibat dalam penelitian 9. Montonen J, Knekt P, Jarvinen R,
ini. Aromaa A, Reunanen A. Whole-grain
and fiber intake and the incidence of
RUJUKAN type 2 diabetes. Am J Clin Nutr.
2003;77:622-9.
1. Indonesia, Badan Penelitian dan
10. Lairon D, Arnault N, Bertrais S. Dietary
Pengembangan Kesehatan,
fiber intake and risk factors for
Kemenkes. Laporan studi mortalitas
cardiovascular disease in French
2001: pola penyakit penyebabkematian
adults. Am J Clin Nutr. 2005;
di Indonesia. Jakarta: Badan
82:1185-1194.
Litbangkes, Kemenkes RI, 2002.
11. Anderson JW, Randles KM, Kendall
2. Indonesia, Badan Penelitian dan
CWC, Jenkins DJA. Carbohydrate and
Pengembangan Kesehatan,
fiber recommendations for individuals
Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar
with diabetes: a quantitative
(Riskesdas) Tahun 2007: laporan
assessment and meta analysis of the
nasional. Jakarta: Badan Litbangkes,
evidence. J Am Coll Nutr. 2004;23:5-
Kemenkes RI, 2008.
17.
3. Grundy SM. Nutrition in the
12. Mc Linder. Biokimia nutrisi dan
management of disorder of serum lipid
metabolism, dengan pemakaian secara
and lipoprotein. In:Shils ME, Shike M,
klinis. Jakarta: UI Press, 2006.
Ross AC, Caballero B, Cousins RJ,
13. King DE, Mainous . AG, Lambourne
editors. Modern nutirition in health and
th CA. Trends in dietary fiber intake in the
disease. 10 edition. Philadelpia:
United State. J Acad Nutr Diet.
Lippincott William & Wilkins, 2006. p.
2012;112:642-8.
1076-92.
14. Jahari AB, Sumarno I. Epidemiologi
4. Subekti I. Pengelolaan dislipidemia
konsumsi serat di Indonesia. Gizi
pada tingkat pelayanan primer. Majalah
Indonesia. 2001;25:37-56.
Kedokteran Indonesia. 2005; 55:285-
15. Zhang J. Randomized controlled trial of
90.
oatmeal consumption versus noodle
5. Indonesia, Badan Litbangkes, Pusat
consumption on blood lipid of Urban
Teknologi Intervensi Kesehatan
Chinese Adults with
Masyarakat. Faktor risiko penyakit tidak
hypercholesterolemia. Nutr J.
menular: laporan penelitian studi kohor.
2012;11:54-56.
Jakarta: Badan Litbangkes, Kemenkes
16. Kristensen M, Jensen MG, Aarestrup
RI, 2011.
J, Petersen KE, Sndergaard
6. Liu S, Stampfer MJ, Hu FB,
L, Mikkelsen MS, et al. Flaxseed
Giovannucci E, Rimm E, Manson
dietary fibers lower cholesterol and
JoAnn,et al. Whole-grain consumption
increase fecal fat excretion, but
and risk of coronary heart disease:
magnitude of effect depend on food
results from the Nurses Health study.
type. Nutrition and Metabolism.
Am J Clin Nutr. 1999;70:412-9.
2012;9:8-10.
7. Steffen LM, Jacobs DR Jr, Stevens J,
17. Balleswteros MN. Dietary fiber and
Shahar E, Carithers T, Folsom AR.
lifestyle influence serum lipids in free
Associations of whole-grain, refined
living adult men. J Am Coll Nutr. 2001;
grain, and fruit and vegetable
20:649-55.
consumption with risks of all-cause
18. Rita K, Sumiera M. Profil lipid pada
mortality and incident coronary artery
penduduk lanjut usia di Jakarta.
disease and ischemic stroke: the
Universa Medicina. 2005; 24:30-34.
Atherosclerosis Risk in Communities
19. Aulia A. Hubungan pola konsumsi
(ARIC) Study. Am J Clin Nutr.
makan, status gizi, stres kerja dan
2003;78:383-90.
faktor lain dengan hiperkolesterolemia
8. Whelton SP, Hyre AD, Pedersen B, Yi
pada karyawan PT. Semen Padang
Y, Whelton PK, He J. Effect of dietary
tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas
fiber intake on blood pressure: a
Kesehatan Masyarakat Universitas
metaanalysis of randomized, controlled
Indonesia, 2012.
57
Penel Gizi Makan, Juni 2014 Vol. 37 (1): 51-58
20. Rucita A, Murwani RH. Pengaruh 21. Taku K. Soy isoflavones lower serum
pemberian yoghurt kedelai hitam (Black total and LDL cholesterol in humans: a
Soyghurt) terhadap kadar kolesterol meta analysis of 11 randomized
LDL dan HDL pada penderita controlled trials. Am J Clin Nutr. 2007;
dislipidemia. Tesis. Semarang: 85:1148-56.
Universitas Diponegoro, 2013.
58