Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian
Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya
penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta
penurunan angka kematian bayi.
Tujuan umum :
Gerakan Sayang Ibu adalah meningkatkan pengetahuan, kepedulian, komitmen
dan peran serta masyarakat dalam upaya integratif dan sinergis pada program
percepatan penurunan kematian ibu guna mewujudkan manusia yang berkualitas
D. Sasaran GSI
Sasaran langsung Gerakan Sayang Ibu adalah ibu sebelum hamil/WUS, ibu
hamil, ibu nifas, dan keluarga ibu hamil (suami, orang tua, mertua). Sasaran tidak
langsung Gerakan Sayang Ibu, yaitu sebagai berikut.
E. Pengorganisasian GSI
G. Kegiatan GSI
Kegiatan GSI meliputi:
1. Kegiatan operasional.
a. Pembentukan kelompok kerja GSI dengan pembentukan satuan tugas kecamatan
sayang ibu dan satuan tugas kelurahan sayang ibu.
b. Penyusunan rencana kerja terpadu, terutama:
Meningkatkan cakupan ibu hamil (ANC)
Deteksi risiko tinggi ibu hamil
Mengembangkan tabungan ibu bersalin (tabulin) melalui berbagai cara, yakni:
- Setiap calon pengantin wanita (CPW) diwajibkan memiliki tabulin sebesar Rp5.000 di
Tabanas atau tabungan lainnya.
- Setiap ibu hamil menabung secara berkala melalui koordinasi dasawisma atau PKK.
- Setiap ibu hamil menabung secara berkala dan dikoordinasi oleh bidan yang
direncanakan akan menolong persalinannya dengan sepengetahuan satuan tugas
kecamatan.
- Mengembangkan mekanisme kemitraan dengan pengusaha atau tokoh masyarakat
untuk menggalang dana tabulin bagi ibu hamil yang tidak mampu.
c. Pemantauan dan bimbingan terpadu pelaksanaan GSI secara berjenjang.
d. Laporan umpan balik secara berkala tentang hasil pelaksanaan GSI kepada semua
instansi terkait.
b. Tingkat kecamatan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja kecamatan sayang ibu dan menggalakan tabulin serta
menyampaikan rencana kerja ke kelompok kerja (pokja) GSI kota/ kabupaten
Menyelenggarakan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
dalam instansi terkait GSI kecamatan
Memberi bimbingan dalam pemecahan masalah kepada satuan tugas GSI kelurahan
Menghimpun hasil kegiatan satuan tugas kelurahan dan melaporkan hasilnya kepada
keompok kerja GSI kota/ Kabupaten setiap bulan selambat-lambatnya pada tanggal 25
Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga sasaran
Kegitan pembinaan, pemantauan, dan penilaian terhadap GSI dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat kota/ kabupaten sampai tigkat kelurahan.
Ibu hamil memiliki akses terhadap ANC (K1) = 90%
Kunjungan K4 sesuai rumus (1,1,2) = 100%
Deteksi risiko tinggi ibu hamil = 80%
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan = 90%
Semua ibu bersalin dengan risiko tinggi memperoleh pertolongan memadai
Bayi baru lahir diperiksa 3 kali (KN2) = 90%
Ibu hamil yang memiliki tabulin = 90%
Badan coalition for improving maternity services (CIMS) melahirkan safe mother
hood initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi
nasional yang misinya untuk mempromosikan kesempurnaan model asuhan persalinan
yang dapat meningkatkan hasil kelahiran serta meghemat biaya. Misi ini berdasarkan
penelitian, sayang ibu, bayi dan keluarganya dan memfokuska pada pencegahan dan
kesempurnaan sebagai alternatif penapisan, diagnosa dan program perawatan yang
berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa model asuahan kebidanan
ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah
yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa kehamilan dan melahirkan. Badan
ini merumuskan 10 langkah bagi rumah sakit/pusat pelayanan persalinan yang harus
diikuti agar mendapat predikat sayang ibu:
1. Menawarkan suatu akses pada semua ibu yang sedang melahirkan untuk
mendapatkan seseorang yang akan menemani menurut pilihannya dan mendapatkan
dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan
2. Memberi informasi kepada publik mengenai praktek tersebut termasuk intervensi dan
hasil asuhannya
3. Memberikan asuhan yang sifatnya peka dan responsive bertalian dengan
kepercayaan, nilai, dan adat istiadat
4. Memberi kebebasan pada ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan dan memilih
posisi persalinan
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan
6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ini
tentang manfaatnya
7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri tanpa
obat
8. Mendorong semua ibu dan keluarga, termasuk mereka yang bayinya sakit dan kurang
bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri sedapat
mungkin
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban
agama
10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengenai 10 langkah sayang bayi
prakarsa rumah sakit untuk mempromosikan pemberian ASI yang baik
L. Hambatan Pelaksanaan GSI