Vous êtes sur la page 1sur 11

Review Paper

Natural Colorants in Textile Dyeing


Rita A.M. Mussak and Thomas Bechtold
Handbook of Natural Colorants Edited by Thomas Bechtold and Rita Mussak 2009 John Wiley & Sons, Ltd.
ISBN: 978-0-470-51199-2

1. Pendahuluan

Zat warna alam dan pigmen sudah sering digunakan selama ribuan tahun lalu,
hingga pertengahan abad ke-19. Hasil penemuan pertama zat warna sintetik
merubah keadaan dan menggantikan hampir keseluruhan penggunaan zat warna
alam. Bagaiman pun, di beberapa daerah atau daerah tertentu perdagangan zat
warna alam masih tetap bertahan.

Kesadaran atas lingkungan menambah perdebatan resiko dari penggunaan zat


warna sintetik, mengakibatkan meningkatnya minat terhadap pengembangan alam,
produk ramah lingkungan dan strategi baru. Penggunaan sumber daya alam,
khususnya tanaman, sebagai bahan pembuatan zat warna menjadi peluang yang
menjajikan.

Namun, pencelupan menggunakan tanaman tidak digunakan dalam skala komersial


di industri tekstil moderen pada saat ini.

2. Alasan Penggunaan Zat Warna Alam

Keberhasilan zat warna sintetik telah ditunjukan setelah diperkenalkan pada abad ke-
19. Kenyataannya, zat warna sintetik lebih banyak memberikan keuntungan, warna
yang brilian, variasi warna yang lebih banyak dan kedalaman warna yang lebih baik,
tidak membutuhkan lahan pertanian, memiliki tahan luntur yang baik, dapat
digunakkan berulang kali, fitur standarisasinya lebih baik, lebih mudah digunakan,
dan digunakkan dalam sekala besar.

Namun, keadaan berubah. Beberapa alasan baru mengenai mengapa zat warna
alam diminati yang dibagi dalam 4 kategori yaitu, inovasi, ekonomi, alasan pribadi dan
etika. Alasan dalam kategori inovasi dan ekonomi adalah faktor yang paling penting
dalam keputusan perusahaan. Riset pasar, peraturan pemerintah, dan analisa biaya
merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan dalam proses industri.
Dasar pengetahuan konsumen didasarkan atas baik buruknya sebuah produk dan
penilaian yang baik dari tren masa depan dapat menyebabkan kesuksesan dalam
bidang ekonomi, perusahaan dapat bertahan atau dalam hal penelitian yang tidak
menguntungkan namun diikuti dengan meluasnya tekanan ekonomi.

Keberhasilan dari pengenalan produk baru tidak hanya bergantung pada bahan dari
produknya tapi juga sebagian besar bergantung pada strategi pemasaran yang
digunakkan. Berdasarkan atas meningkatnya kesadaran atas kesehatan dan aspek
lingkungan sehingga diperkenalkanlah inovasi baru dari sebuah produk. Menyoroti
kemewahan atau manfaat tambahan dari produk juga berfungsi sebagai kekuatan
pendorong untuk menarik perhatian konsumen.
Dibawah ini merupakan tabel dari alasan penggunaan pencelupan menggunakan zat
warna alam: masing-masing alasan memiliki ketertarikan khusus terhadap
pencelupan menggunakan zat warna alam dan dikategoridakn dalam 4 kelas
berbeda.

Berdasarkan alasan ekonomi, ada dua sisi yang harus diperhatikan: pada satu sisi,
tingkat yang lebih baik dari harga dan produk dengan keuntungan yang lebih tinggi
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan; disisi lain, batas hukum baru dan
peraturan pemerintah atau perubahan permintaan konsumen dapat menaikkan
kebutuhan perusahaan terhadap penanam modal. Salah satu contoh yang kita
ketahui dalam industri tekstil adalah meningkatnya harga minyak. Minyak digunakkan
dua kali: pertama, peralatan pewarna sintetik sangat membutuhkan minyak mentah;
kedua, proses pewarnaan dan proses akhirnya membutuhkan energi yang sangat
banyak. Kedua aspek tersebut berhubungan erat terhadap latar belakang ekonomi
dari produk: dalam hal sumber daya alam dan dalam hal biaya produksi.

Salah satu contoh lainnya berhubungan dengan situasi. Batas hukum baru untuk
batas adanya tembaga dalam air limbah dapat menyembabkan tambahan biaya
karena dalam pendaur ulangannya dapat menghamburkan air, penelitian terhadap
produk cadangan, penggantian bahan kimia, perubahan proses atau dalam kasus
yang jarang terjadi adalah hukuman dalam aspek keuangan oleh pemerintah.

Berdasarkan analisa pribadi dalam proses pembuatan keputusan dan alasan


konsumen membeli produk adalah hal yang sangat sulit untuk ditafsirkan. Semuanya
sangat subjektif dan dapat berubah-ubah. Sejauh ini pewarna alam sangat
memprihatinkan, hal yang paling menantang serta alasan yang memiliki potensi
paling tinggi bisa jadi karena alasan mode.

3. Analisa Proses Pencelupan


Gambar diatas mengilustrasikan proses pencelupan secara umum. Mulai dari bentuk
yang belum dicelup/substrat mentah yang menjadi komponen utama dari proses
pewarnaan dari zat warna, air dan energi. Selain itu berbagai bahan kimia seperti
mordan, zat pembantu dan/atau deterjen yang digunakkan bergantung pada interaksi
antara zat warna dengan substrat. Semua komponen yang digunakkan dimasukkan
ke dalam mesin pencelupan, menghasilkan produk tekstil yang berwarna. Untuk
meningkatkan kemampuan sistem diperlukan analisa menditail mengenai masing-
masing komponen. Oleh karena itu dijelaskan dibawah ini.

3.1. Air

Industri tekstil merupakan salah satu konsumen terbesar dari air bersih
berkualitas. Air hampir digunakan dalam semua tahap dalam proses
pewarnaan baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Sementara
pada proses sebelumnya, air digunakkan dalam persiapan bak zat warna,
pencucian dan pembilasan berbagai larutan sebelum/setelah proses,
penggunaan air secara tidak langsung mencangkup kebutuhan thermal
seperti pemanasan, pendinginan, pengukusan dan sesekali proses
pengeringan. Umummnya, dalam 1 kg zat warna tekstil membutuhkan 100-
200L air bersih. Peningkatan jumlah pencucian/langkah pembilasan atau
setelah/sebelum proses membutuhkan air yang lebih banyak. Selain zat
warna, mesin pencelupan dan berhubungan pada pengaruh dari teknologi
yang digunakkan dalam proses pencelupan terhadap jumlah total air yang
dibutuhkan. Sementara, proses pencelupan yang menggunakan cara yang
berkelanjutan dapat menggunakan volume air yang lebih kecil (konsentrasi),
untuk cara batch kebutuhan air yang diperlukan naik hingga 40 L per kg.

3.2. Energi

Energi dan konsumsi air pada cara tidak langsung dengan cara langsung
biasanya sama untuk beberapa langkah dari proses. Pemanasan dan
pendinginan dari volume tinggi khususnya dalam bak berdasarkan teknologi
pencelupan. Oleh karena itu untuk mengurangi jumlah volume larutan dalam
bak, dioptimalkan dalam proses pencucian, pembilasan setelah/sebelum
proses dan perlunya pengurangan jumlah pada langkah pengeringan,
walaupun dalam kualitas akhir dari proses pencelupan, berbagai pengaruh
negatifnya harus bisa dihindari.

3.3. Zat warna dan Bahan Kimia (Mordan dan Zat Pembantu)
Dimulai dari zat warna sintetis, sejumlah besar zat warna baru,
pengaplikasian dan substrat yang berbeda, sifat pewarnaan yang berbeda,
telah diciptakan. Dalam beberapa dekade berikutnya dalam beberapa hal
berubah dan memiliki potensi yang beresiko terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan. Pada saat ini pengunaan dari pewarnaan ini memiliki
peraturan batas yang sangat ketat dan melarang penggunaan zat warna
berbahaya.

Zat warna pada dasarnya dihasilkan dimulai dari kilang minyak. Tidak ada
zat warna sintetis umum, karena besarnya perbedaan tipe pewarnaan dan
bidang pengaplikasiannya. Oleh karena itu generalisasi dari produksi khusus
untuk zat warna sintetik pilihan, dipertanyakan keberadaannya. Salah satu
contoh tidak akan mencerminkan kenyataannya dan generalisasi hampir
tidak mungkin dapat dilakukan. Selain itu, ada berbagai variasi dalam
teknologi pewarnaan. Konsentrasi rendah diggunakan dalam proses exhaust
dengan rasio larutan yang lumayan tinggi, lebih tinggi dari jumlah bahan kimia
yang digunakkan dan digunakan dalam proses yang berkelanjutan seperti
pewarnaan dengan teknik pad-batch atau pad-steam.

Zat warna dibagi dalam zat warna alam dan pigment berdasarkan
kelarutannya dalam air. Zat warna dilarutkan dalam air, pigmen digunakkan
sebagai material yang tidak dapat dilarutkan dalam air, misalnya dari
pendispersian. Selama pengikatan zat warna berdasarkan ikatan ionik dan
ikatan hidrogen serta gaya Van der Waals, ikatan antara pigmen dalam
substrat tekstil umumnya dapat dicapai dengan bahan pengikat polimer, yang
memperbaiki pigmen pada permukaan serat. Atau sebagai alternatif, pigmen
dapat digunakan secara langsung pada serat sintetik, dan dengan begitu
maka dapat menyatu kedalam struktur serat.

Berdasarkan atas kelarutan dari molekul zat warna terhadap benang, jumlah
zat warna yang dibutuhkan untuk mendapatkan ketuaan warna yang
diinginkan akan sangat bervariasi. Tingkat fiksasi warna pencelupan dari zat
warna dapat dihitung secara kuantitatif berdasarkan konsentrasi zat warna
yang ada dalam bak saat sebelum dan sesudah pencelupan.

Ketidaktepatan warna yang dihasilkan dapat dikarenakan oleh dua alasan:


pertama, persentasi zat warna yang digunakan tidak sesuai dengan
kebutuhan proses pewarnaanya karena naiknya biaya produksi, dan yang
kedua, zat warna membutuhkan banyak air dan akhirnya dikurangi untuk
menghindari kelebihan limbah yang dihasilkan sehingga memenuhi syarat
hukum mengenai batas total jumlah limbah tekstil yang dihasilkan. Kedua
aspek ini memenuhi faktor utama atas analisa biaya produksi.

Dalam pencelupan menggunakan zat warna alam, mordan digunakan


sebagai fiksator warna dengan berbagai cara. Dalam berbagai kasus
pemordanan menggunakan garam-garam logam yang dapat membentuk
komplek logam dengan zat warna, salah satunya untuk meningkatkan afinitas
dari substratnya. Berdasarkan atas sifat logam, tebentuknya kompleks logam
tidak hanya memperkuat fiksasi zat warna dari substranya tapi juga dapat
mengubah warna yang dihasilkan dari pencelupan. Dari beberapa kasus
yang terjadi perubahan ketuaan warna dapat dilihat sebagi bahan untuk
mengendalikan warna ke tingkatan yang lebih luas.

Berdasarkan atas penggambunagn substrat dan zat warna dapat


berpengaruh terhadap jumlah zat pembantu yang dibutuhkan.

Dalam berbagai kasus penambahan zat pembantu dianggap penting ;


misalnya berpengaruh dalam kemajuan penanganan atau kelemahan zat
warna, misalnya menaikan afinitas, menaikkan kemampuan pembasahan,
penyesuaian pada kondisi pencelupan. Bahan kimia dan zat pembantu juga
menjadi bagian dalam resep akhir dari proses pewarnaan.

Jumlah zat warna yang dibutuhkan bergantung pada substrat warna yang
disesuaikan dengan warna yang diinginkan, jumlah dari zat pembantu dan
mordan yang dibutuhkan dapat disesuaikan. Umumnya, optimasi dari
kebutuhan minimum didasarkan pada berkurangnya biaya produksi dan
memberi keuntungan pada pengurangan pendaurulangan air limbah.

3.4. Mesin

Pemilihan yang selektif dalam memilih mesin yang digunakan berdasarkan


teknologi pencelupan yang digunakan sangat diperlukan, sesuai dengan
substrat yang digunakkan, kelengkapan dari peralatan dan pengetahuan atas
kekurangan dan kelebihan dari konsep pencelupannya sangat penting untuk
keberhasilan pencelupannya. Setiap bagian dari mesin pencelupan, misalnya
pad batch, jig, winch or jet memiliki kesulitan tersendiri dalam proses
pencelupannya. Contohnya, untuk cara yang paling mudah/kedalaman
warnanya berada di tengah-tengah, dapat menggunakan proses pencelupan
yang berkelanjutan, untuk hasil yang bergaris atau belang dapat
penggunakan cara pencelupan menggunakan jet, dan hasil yang tidak merata
akibat filtrasi bahan yang tidak larut menjadi ciri khas bagi para pencelup.

4. Dasar dalam Pencelupan Menggunakan Zat Warna Alam

Penggunaan zat warna alam dalam pencelupan bahan tekstil memberikan aspek
lebih lanjut terhadap teknologinya dan kualitas produk berdasarkan cara pengolahan
yang sudah ada, yang harus dipertimbangkan dengan hti-hati. Tantangan yang harus
dihadapi adalan masalah yang berhubungan dengan stabilitas zat warna dan proses
dari pembuatan zat warna itu sendiri, penggunaan proses (dalam proses pencelupan)
dan hasil/ penggunaan konsumen. Pertanyaan mengenai masalah teknis yang telah
ditargetkan dan ketersediaaan strategi penggunaan. Sebenarnya dalam beberapa
kasus masalah yang hampir sama bisa diselesaikan dengan cara yang sama pada
zat warna sintetik. Saat ini, ketersediaan bahan baku mentah, cara penanganan,
sifat produk, dan standarisasi berdasarkan hasil riset.

4.1. Syarat yang Harus Dimiliki Zat warna


4.1.1. Gamut dan Ketuaan Warna

Zat warna memiliki ribuan sifat yang berbeda, maka sangat sulit untuk
mendapatkan zat warna yang murni. Sebagai persyaratan dasar dari
pencelupan- warna kuning, merah, biru, hijau dan hitam- merupakan
warna lengkap gamut yang diperlukan. Besarnya batas warna yang
dihasilkan dapat diperbesar dengan mencampurkan zat warna, dengan
langkah-lngkah yang berulang.

4.2. Kemampuan zat warna dari substrat

Ada banyak jenis serat dan substrat yang digunakkan dalam indusrti tekstil.
Didasarkan atas sumbar zat warna (alami maupun sintetik), pentingnya
kesesuaian perpaduan antara zat warna dengan substrat yang digunakkan.
Dari sudut pandang pencelup, kemampuan substrat terhadap suatu zat
warna bervariasi sesuai dengan sifat kandungan yang ada didalamnnya.

4.2.1. Kriteria Ketahanan Luntur

Kualitas dari hasil pencelupan dapat diiihat dari uji ketahan luntur. Uji
tahan luntur dan tanda yang dihasilkan merupakan alat penting untuk
mengetahui kualitas dan stabilitas pencelupan. Dalam banyak kasus
ketahanan luntur dipengaruhi oleh jenis substrat dan mordan yang
digunakkan untuk mengfiksasi zat warna. Disamping zat warna itu sendiri
memiliki pengaruh terhadap ketahana lunturnya, seperti substrat, kondisi
proses (air, pelarut, baha kimia, suhu, kelembaban, intensitas caahaya,
dan sumber cahaya) pada sebelum dan sesudah proses. Serta kerja zat
warna dalam benang atau bahan tekstil dan juga jumlah zat warna yang
tetap.

Dalam pencelupan zat warna alam yang berpengaruh pada ketahanan


luntur zat warna harus diperhatikan, dan pemilihan bahan yang
digunakkan harus dilakukan dengan hati-hati dan prosesnya. Tingkat dari
ketahan luntur hasil pencelupan dapat mengquantifikasikan perubahan
warna dari bahan yang dicelup pada kondisi tertentu dan perpindahan
zat warna ke bahan yang tidak berwarna yang saling berekatan.

4.2.2. Biaya produksi

Pada masa lalu zat warna alam dihasilkan dari sektor pertanian. Sampai
akhir abad ke-19, baik hewan maupun tumbuhan diguunakan sebagai
sumber pembuatan zat warna alam. Saat ini zat warrna alam dibuat dari
tanaman. Maka dari itu dilakukan pembudidayaan tanaman penghasil
zat warna alam trdisional.

4.2.3. Cara pengolahannya

Cara pengolahan zat warna menjadi salah satu nilai penting dalam
penggunaan zat warna alam. Walaupun pembuatan zat warna alam
dapat dilakukan dirumah sebelum proses pencelupan dapat meberikan
keuntungan. Salah satu cara yang disarankan untuk membuat zat warna
dengan cara dikeringkan dalam tas permiabel standar. Diproduksi dalam
bentuk konsentrat (baik padat maupun cairan) harus dipertimbangkan
dengan hatihati.

4.3. Standarisasi dari zat warna

Bahan baku mentah alami menunjukan kualitas yang bervariasi,konten zat


warna, dan komposisi dari tanaman karena efek dari iklim/cuaca, kesuburan
tanah, pemupukan dan lokasi. Bahan tersebut dapat digunakan dalam
pembuatan kerajinan tangan yang memerlukan proses pencelupan dimana
produk itu memiliki keunikan tersendiri.

Dengan kata lain, hasil pencelupan bergantung dari tanaman yang digunakan
dalam pembuatan zat warna. Standarisasinya dapat dilihat dari kandungan
antosianin (Menunjukkan spektrum tansmisi zat wana dengan pengukuran
nilai k/s menurut teori Kubelka-Munk bedasarkan pantulan warna yang
dihasilkan pada bahan yang telah dicelup) dan flavonoidnya.

4.4. Aspek Ekologi

Pengunaan tanaman sebagai zat warna dalam proses pencelupan tidak


mengarah ke aspek produk ekologi secara otomatis. Berdasarkan riset dari
semua prosesnya , termasuk pembuatan zat warnanya, prosedur
pencelupan, dan emisi selanjutnya berhubungan terhadap eko-potensi dari
produk. Batasan strategi pencelupan yang ramah lingkungan, yaitu:
Pembatasan penggunaan bahan kimia dan bahan pelarut untuk
mengurangi jumlah limbah berbahaya;
Pertukaran produk utama pertanian dengan limbah dari sisi dan dari
produk yang tersedia atau tersedia dialam bebas;
Pemilihan mordan harus hati-hati ( yang mengandung logam berat
tidak boleh digunakan);
Meminimalisir penggunaan (air dan energi).

4.5. Aspek Penggunaanya

Umumnya prosedur pengolahan zat warna alam sama dengan zat warna
sintetis. Tergantung dari jenis dari zat warna alam yang hanya digunakan
pada proses persiapan dalam pencelupan dalam bak yang berbeda,
dibanding pencelupan menggunakan zat warna sintetik.

4.5.1. Proses Pembuatan Zat Warna

Karena aspek ekologi dan ekonomi pembuatan zat warna alam pada
pencelupan yang menggunakan bahan tanaman dibatasi oleh air dan
pelarut yang digunakan. Penggunaan air yang sesuai menyebabkan
biaya produksi lebih rendah dan mempermudah pendaurulangan air
limbah setelah proses. Apabila pelarut lain digunakan dan/atau
penambahan bahan kimia, berpengaruh terhadap jumlah bahan tanaman
yang akan terbuang. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya biaya
produksi pada proses akhir pembuatan zat warna dari bahan tanaman,
menambah biaya produksi atas pelarut/penggunaan bahan kimia dan
mahalnya prsoses pendaurulangan limbah. Faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan zar warna adalah waktu pembuatan
zat warna dan suhu.

Dibawah ini merupakan tabel yang menunukkan perbandingan waktu


ekstraksi dari tiga jenis bahan baku tanaman yang berbeda.

Dalam beberapa kasus dibutuhkan penyesuaian lebih lanjut mengenai


nilai pH sehingga dapat meningkatkan produksi pembuatan zat warna .

4.6. Teknologi Pencelupan

Umumnya teknologi dalam proses pencelupan sangat sulit untuk di


modifikasi. Pengembangan inovasi dalam teknik pencelupan tekstil
berdasarkan zat warna alam. Salah satu parameternya adalah untuk
mengurangi konsumsi energi. Oleh karena itu cara penggambungan
pembuatan zat warna dan pencelupan, sangat disarankan. Apabila masalah
lokal mengenai perbedaan temporal dapat di minimalisir dan penggunaan zat
warna cair dalam pencelupan di suhu panas ditunjukan untuk proses
pewarnaan hingga bisa menghemat energi sampai 60%.

Dibawah ini merupakan gambar yang mengilustrasikan dari gambungan


pembuatan zat warna dan pencelupan.
4.7. Pemordanan

Mordan digunakan untuk mengfiksasi warna yang dihasilkan dari zat warna,
meningkatkan sifat tahan luntur atau variasi dalam tampilan warnanya yang
tampilkan.

Salah satu tantangan besar dalam penggunaan zat warna alam adalah
sedikitnya ketersediaan zat warna merah dan biru. Salah satu kemungkinan
yang dapat dilakukkan adalah dengan menambahkan tanin, yang umumnya
digunakan untuk menggeser warna sehingga hasilnya lebih gelap. Namun,
pada penggabungan antosianin warna biru yang berasal dari vilet akan
menjadi merah.

Dibawah ini merupakan tabel teknik pemordanan berdasarkan jenis mordan


yang digunakkan.

4.8. Standarisasi Dari Proses Pewarnaan

Standarisasi proses pembuatan zat warna umumnya memiliki prosedur


pencelupan dengan spesifikasi khusus mengenai mesin yang digunakkan.
Setiap proses pencelupan memiliki sifatnya masing-masing, maka dari itu
harus berhati-hati dalam pengambilan parameter yang digunakkan sesuai
dengan substrat yang digunakkan, pemordan yang digunakan, zat pembantu
dan jugan jenis mesin yang diperlukan.
4.9. Campuran Dari Bahan Baku Tanaman

Disarankan menggunakan prosedur pencelupan dari pembuatan zat warna


yang menggunakan tas permiabel.
Keuntungan dari konsep ini adalah:
a. Gamut warna yang tersedia dapat dengan mudah melebar dan bersatu
pada peroses pembuatan zat warna dalam tas yang penuh dengan bahan
mentah tanaman zat warna yang berbeda.
b. Perbedaan ketuaan warna dapat dihasilkan hanya dengan penyesuaian
jumlah dan ukuran tas yang digunakan dalam proses pembuatan zat
warna.

5. Pencelupan Menggunakkan Zat Warna Alam dalam Skala Industri

Penggunaan zat warna alam pada pembuatan kerajinan tangan, produksi makanan
dan kosmetik, juga digunakan dalam pewarnaan tekstil dalam skala industri yang
cukup inovatif.

5.1. Pencelupan Hank dari Benang Wool dan Produksi Caps Wool

Benang wol yang dicelup menggunakan air dari ekstrak kulit alder hitam
chamomile dan kulit bawang. Untuk menghasilkan berbagai warna
pewarnaan dengan dan tanpa mordan. Akhirnya menghasilkan 6 warna
pencelupan yang berbeda. Benang bewarna kemudian digunakan oleh
produsen pakaian rajut. Contoh:

5.2. Pewarnaan Corong dalam Mesin Pencelupan Yarn

Corong dengan benang wol yang dicelup dalam cairan ekstrak chamomile.
Faktor penentu dalam pencelupan benang pada corong adalah
ketidakrataannya pencelupan pada corong.

5.3. Pewarnaan Benang Katun Pada Mesin Jet Dyeing

Kain katun yang telah dicelup dengan chamomlie akan berwarna kuning,
namun ketuaan warna yang dihasilkan dapat dilihat setelah kain kering.
Penambahan mordan pada pencelupan kain katun harus dilakukan dengan
hati-hati, misalnya dosis yang digunakan, akan mirip dengan dosis alkali
dalam pencelupan kapas dengan reaktif panas.

5.4. Pewarnaan Benang Katun Pada Mesin Jig Dyeing


Ekstrak tumbuhan yang digunakkan berbeda untuk pencelupan kapas dan
kain linen. Perbandingan dari hasil pencelupan menunjukkan bahwa hanya
ada sedikit perbedaan ketuaan warna, yang disebabkakn oleh rendahnya
afinitas dari zat warna.

5.5. Pewarnaan Benang Pada Mesin Pencelupan Garmen

Kapas dan kain linen yang dicelup dengan ektrak kulit bawang merah dan
mordan logam. Zat warna menunjukkan afinitas yang lebih tinggi terhadap
kain linen.

5.6. Pewarnaan Poliamia dengan Mesin Paddle

Berdasarkan hasil percobaan pra-scanning pada skala laboratorium ada


empat sumber tanaman yang teridentifikasi dapat mencelup poliamida.
Setelah dievaluasi hasil ketahanan lunturnya, keempat sumber tanaman
tersebut dapat digunakan untuk pencelupan pada skala besar. Dalam
pencelupan menggunakkan zat warna alam dilakukan dalam volume besar
karena kapasiatas larutan ekstraksi terbatas dan konsentrasi rendah dari zat
warna dengan bahan baku tanaman. Penggabungan dari ekstraksi dan
prsoses pencelupan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan energi
secara keseluruhan.

6. Kesimpulan

Zat warna alam telah digunakkan dalam pencelupan tekstil sejak ribuan tahun
lalu,dan masih memiliki potensi untuk mewarnai bahan tekstil. Namun, keberadaan
pewarna tekstil telah berubah dan dalam produksi tekstil moderen bukan hanya pada
aspek warna saja yang penting tetapi juga ketersediaan dalam jumlah besar juga
menjadi aspek yang harus dipertimbangkan. Baru-baru ini, aspek ekologi selain dari
faktor ekonimi menjadi pertimbangan penting konsumen untuk membeli suatu produk.

Zat warna yang berasal dari tanaman dapat diekstraksi dan digunakan dalam
pencelupan tekstil di laboratorium industri. Pada perusahaan tekstil di seluruh dunia
menunjukkan peningkatan ketertarikan terhadap pencelupan menggunakan bahan
alami dan memulai uji coba dengan teknologi sendiri dalam garis produksi.
Walaupun, keputusan akhirnya berada pada konsumen. Dengan tujuan untuk
memenuhi permintaan pasar mengenai produk yang menggunakkan pencelupan
alam- dari sudut pandang sekarang- sektor industri akan siap untuk memasok apa
yang menjadi kebutuhan pasar.

Vous aimerez peut-être aussi