Vous êtes sur la page 1sur 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, menyatakan apendisitis
merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena
mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008).
Angka kejadian apendiksitis cukup tinggi di dunia. Dilaporkan terdapat
sekitar 70.000 kasus kejadian apendisitis setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Kejadian apendisitis di Amerika Serikat memiliki insiden satu sampai dua kasus
per10.000 anak pertahun antara kelahiran sampai anak berumur empat tahun, dan
meningkat menjadi 25 kasus per 10.000 anak per tahunnya antara umur 10 dan
umur 17 tahun. Apabila dirata-ratakan, maka didapatkan kejadian apendisitis 1,1
kasus per 1000 orang per tahun nya di Amerika Serikat (Humes & Simpson,
2011)
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 2008,
diketahui bahwa angka kejadian appendiksitis di sebagian besar wilayah
Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Jumlah pasien sekitar 179.000 orang (7%)
dari total jumlah penduduk Indonesia. Apendisitis akut merupakan salah satu
penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi
kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendiksitis di Indonesia menempati urutan
tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya (Depkes, 2008).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2009, apendisitis
sendiri menduduki peringkat 10 penyakit rawat inap RSUD se-Bali, tercatat 1156
kasus. Data ini meningkat 87% pada tahun 2011 menjadi 2162 kasus dan
menduduki peringkat 5 penyakit rawat inap RSUD seBali. Sedangkan data yang
tercatat dalam rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten
Badung Mangusada, diketahui selama tiga bulan terakhir ( Oktober 2016-
Nopember 2016) total kasus bedah apendiktomi sebanyak 11 orang pada bulan
September (10,1%), 16 orang(14,5 %) pada bulan Oktober dan 19 orang (15,8 %)
pada bulan Nopember 2016.

1
Masalah kep saat ini yang sering dialami oleh pasien dengan apendiksitis yang
terlambat dalam melak pembedahan? Ingat komplikasi dari apendiksitis yaitu
peritonitis. Pasien dgn apendiksitis yang sedang menjalani operasi apendiktomy
juga berisiko mengalami beberapa masalah keerawatan selama dilakukan
tindakan pembedahan seerti syock hipovolemik, syok kardiogenik, resiko injuri,
nyeri sehingga perlu peran perawat dalam membuat dan memberikan asuhan
keerawatan untuk mencegah terjadinya komlikasi dan beberapa masalah
keerawatan yang beriko dialami oleh pasien.
Berdasarkan uraian diatas, mengingat tingginya kasus apendiktomi 3 bulan
terakhir dan resiko komplikasi yang mungkin dialami pasien sangat tinggi, maka
kelompok kami tertarik mengangkat Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Apendiktomi pada pasien An P di ruang Ok RSUD Badung Mangusada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis merumuskan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien An P dengan Intra Operasi
Apendiktomi di Ruang OK (IBS) RSUD Badung Mangusada.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Apendiktomi
di Ruang OK (IBS) RSUD Badung Mangusada.
2. Tujuan Khusus
a. Mamapu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien AA dengan
Apendiktomy
b. Membuat analisa data keperawatan pada pasien dengan Apendiktomy
c. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Apendiktomy
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Apendiktomy
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Apendiktomy
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Apendiktomy
g. Menganalisa kesenjangan antara teori dengan kasus pada pasien dengan
Apendiktomy

D. Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Instansi Rumah Sakit

2
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada pasien intra
operasi appendiktomi.
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Memberikan referensi tentang asuhan keperawatan bedah, serta dapat
digunakan sebagai pengetahuan dan wacana tentang perkembangan ilmu
keperawatan bedah.
3. Penulis
Bermanfaat bagi penulis dalam mengevaluasi tindakan keperawatan yang
telah diberikan pada pasien post operasi appendiktomi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Appendiksitis adalah perdangan pada appendiks vermiformis (Arif
Muttaqin & Kumala Sari,2011 ).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena
struktur yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010)

3
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Jadi dapat kami simpulkan bahwa apendiksitis adalah suatu
peradangan yang terjadi di aoendiks vermiformis yang terjadi tanpa sebeb
yang pasti.

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
3. Klasifikasi
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis
akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan
diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1) Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2) Fekalit
3) Benda asing
4) Tumor.

4
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang
diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin
meningkatkan tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan
intra mukosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan
menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi
peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding
apendiks.Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara
hematogen ke apendiks.

b. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)


Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan
menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema
pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke
dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa
menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat
eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan
nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat
terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
c. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua
syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan
menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi
kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.
d. Apendissitis rekurens

5
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan
hasil patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila
serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun,
apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis
dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50
persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi
yang diperiksa secara patologik.Pada apendiktitis rekurensi biasanya
dilakukan apendektomi karena sering penderita datang dalam serangan
akut.
e. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa
jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa
infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu
kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di
perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka
kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.
Pengobatannya adalah apendiktomi.
f. Tumor Apendiks/Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke
limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan
memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya
apendektomi.
g. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
didiagnosis prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis
prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa rangsangan
kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus,

6
dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid
perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala
tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa
memberikan residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai
radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan
pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal
atau hemikolektomi kanan

4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.Bila kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.Bila semua
proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau

7
menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan
pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
darah (Mansjoer, 2007) .
5. Manifestasi Klinik
a.Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
c.Nyeri tekan lepas dijumpai.
d. Terdapat konstipasi atau diare.
e.Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

Nama pemeriksaan Tanda dan gejala


Rovsings sign Positif jika dilakukan palpasi dengan
tekanan pada kuadran kiri bawah dan
timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri,
Obraztsovas sign kemudian dilakukan ekstensi dari panggul
kanan. Positif jika timbul nyeri pada
kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul.
Positif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau vagina.

8
Dunphys sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan
bawah dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi
lembut pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)s sign Nyeri pada awalnya pada daerah
epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy Nyeri yang semakin bertambah pada perut
(Rosenstein)s sign kuadran kanan bawah saat pasien
dibaringkan pada sisi kiri
Aure-Rozanovas sign Bertambahnya nyeri dengan jari
pada petit triangle kanan (akan positif
Shchetkin-Bloombergs sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi
pada kuadran kanan bawah kemudian
dilepaskan tiba-tiba

6. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor
penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi
kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit,
dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis
10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi
pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR
komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak
memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan
belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan
pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi
diantaranya:
a.Abses

9
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula
berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.
Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri
tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c.Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa
sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen

10
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang
pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan
spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat
akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-
100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan
infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan
obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita

11
Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi apendiktomy/ laparatomy
Definisi dari apendiktomy adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer
Suzanne, C., 2001).
Menurut Arief Masjore (2000) komplikasi yang dapat ditimbulkan
daritindakan apendiktomi adalah kemungkinan terjadinya perporasi, tanda-
tanda perporasi meliputi:
1. Meningkatnya nyeri.
2. Spasme otot dinidng perut kuadran kanan bawah dengan tanda
peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, illeus, demam, malaise,
leukositosis semakin jelas.
3. Abses apendiks, akan teraba masa di kuadran kana bawah yang
cenderung menggelembung ke arah rektum/ vagina.
4. Tromboplebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi
merupakan suatu komplikasi yang letal, ditemukan gejala demam
sepsis, mengigil, hepatomegali dan ikterus setelah terjadi perporasi
apendiks.
5. Abses subprenikus dapat terjadi akibat perlengketan usus.

Bila abses perporasi sampai terjadi maka dilakukan tindakan


drainage (mengeluarkan nanah). Indikasi dilakukannya ntindakan operasi
apendiktomi adalah :
1. Apendisitis akut
2. Periapendikuler infiltrate
3. Apendisitis perforate
Tindakan apendiktomi tidak memiliki kontraindikasi. Sedangkan Risiko
masalah keperawatan yang dapat muncul saat intra op adalah resiko
kekurangan volume cairan tubuh, resiko syok hipovolemik, resiko syok
kardiogenik dan perdarahan.
c. Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi

12
maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca
appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik
dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

WOC
Pathway
Apendiks

Hiperplasi benda erosi fekalit Striktur TumorFolikel asing


mukosa
Limfoid apendiks

Obstruksi MK:
KONSTIPA
MK : Mukosa terbendung peristaltik usus
SI
KEKURANG Apendiks teregang
AN
Mual muntah Tekanan intraluminal MK: NYERI
VOLUME
AKUT
CAIRAN Aliran darah terganggu
TUBUH
Ulserasi dam invasi bakteri

13
pada dinding apendiks
APENDIKSITIS

Ke peritoneum Trombosis pada vena intramural


Peritonitis Pembengkakan dan iskemia
Perforasi

MK: CEMAS Pembedahan Operasi


Luka insisi PK:
PERDARAHAN
MK:
RESIKO MK: RESIKO Jalan masuk kuman terdapat luka MK:
INJURY SYOK RESIKO
HIPOVOLEMI MK: RESIKO INFEKSI
INFEKSI
RESIKO
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KEKURANGAN
1. Pengkajian Keperawatan
VOLUME CAIRAN
Pengkajian
TUBUH dilakukan terhadap pasien saat pasien berada dalam pre op, intra
op dan post op. Saat pengkajian menggunakan teknik wawancara,
observasi,dan rekam medis pasien untuk mendapatkan riwayat kesehatan
dengan cermat khususnya mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.
kesehatan klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
e. Pemeriksaan Fisik

14
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
f. Aktivitas/istirahat : Malaise.
g. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
h. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
i. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

j. Demam lebih dari 38oC.


k. Data psikologis klien nampak gelisah.
l. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
m. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
n. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peristaltik.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4) Ansietas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
b. Intra Op
1) Resiko kekurangan volume cairan tubuh kehilangan volume cairan aktif
2) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan hipovolemik
c. Post operasi
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor eksternal
(mekanik) sesudah dilakukan tindakan bedah
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapi
pembedahan
3) Resiko injuri berhubungan dengan fisik: kerusakan kulit

15
16
3. Rencana Keperawatan
PRE OPERASI
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Pain control Pain management
dengan agen injuri
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri
biologi (distensi jaringan - Untuk mengetahui rasa nyeri yang
selama 1x10 menit, diharapkan pasien ( lokasi, karakteristik,
intestinal oleh inflamasi) dirasakan pasien.
mampu mengontrol rasa nyeri dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : dan factor presipitasi )
1. Mampu mengontrol nyeri ( tahu - Mengukur TTV dan
penyebab nyeri, mampu observasi keadaan umum - Dengan mengetahui vital sign pasien dan
menggunakan tehnik non pasien keadaan umum pasien dapat
- Ajarkan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, merencanakan tindakan selanjutnya
farmakologi ( relaksasi
mencari bantuan ) - Untuk mengontrol rasa nyeri pasien
2. Mampu mengenali nyeri (skala, napas dalam dan distraksi )
tanpa obat dan membuat pasien merasa
- Ciptakan lingkungan yang
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) nyaman
nyaman
- Untuk memberikan rasa nyaman pada
pasien di lingkungan sekitarnya.

17
2. Perubahan pola eliminasi Bowl Elimination Konstipasi Manajemen
- Pastikan kebiasaan - Membantu dalam pembentukan jadwal
(konstipasi) berhubungan Hidration
defekasi klien dan gaya hidup irigasi efektif
dengan penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
sebelumnya.
peritaltik. selama 1x 10 menit, diharapkan klien - Kembalinya fungsi gastriintestinal
- Auskultasi bising usus
mampu mengetahui penyebab konstipasi mungkin terlambat oleh inflamasi intra
dan dengan kriteria hasil: peritonial
- Masukan adekuat dan serat, makanan
- Pasien mengerti dan memahami
- Tinjau ulang pola diet dan
kasar memberikan bentuk dan cairan
dengan proses terjadinya konstipasi
jumlah / tipe masukan cairan.
- Pasien tidak cemas dengan masalah adalah faktor penting dalam menentukan
konstipasinya konsistensi feses.
- Memberikan pasien pemahaman tentang
- Berikan penjelasan tentang penyebab terjadinya konstipasi..
proses terjadinya konstipasi

3. Kekurangan volume Fluid balance Fluid management


- Monitor tanda-tanda vital - Tanda yang membantu
cairan berhubungan
Hydration mengidentifikasikan fluktuasi volume
dengan mual muntah.
intravaskuler.
Nutritional status : food and fluid
- Indicator keadekuatan sirkulasi perifer
- Kaji membrane mukosa, kaji
intake
dan hidrasi seluler.
tugor kulit dan pengisian
kriteria hasil : kapiler.
- Auskultasi bising usus, catat - Indicator kembalinya peristaltic,

18
1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh kelancaran flatus, gerakan kesiapan untuk pemasukan per oral.
dalam batas normal usus.
2. Tidak adanya tanda dehidrasi, turgor
kulit baik, membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan

4. Cemas berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction


-Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
dengan akan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Evaluasi tingkat ansietas, catat
penting pada prosedur diagnostik dan
dilaksanakan operasi. selama 1x10 menit diharapkan verbal dan non verbal pasien.
pembedahan.
kecemasan klien berkurang dengan
- Jelaskan dan persiapkan untuk -Dapat meringankan ansietas terutama ketika
kriteria hasil :
tindakan prosedur sebelum pemeriksaan tersebut melibatkan
1. Klien mampu mengidentifikasi
dilakukan pembedahan.
dan mengungkapkan gejala cemas - Jadwalkan istirahat adekuat
-Membatasi kelemahan, menghemat energi
2. Mengidentifikasi, dan periode menghentikan
dan meningkatkan kemampuan koping.
mengungkapkan dan tidur.
- Anjurkan keluarga untuk
menunjukkan tehnik untuk -Mengurangi kecemasan klien
menemani disamping klien
mengontol cemas

3. Postur tubuh, ekspresi wajah,


bahasa tubuh dan tidak cemas

INTRA OP

19
N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Resiko kekurangan Fluid Balance 1. Pertahankan catatan intake 1. Mencegah terjadinya dehidrasi
volume cairan tubuh Setelah diberikan asuhan keperawatan dan output yang akurat.
2. Monitor vital sign
berhubungan dengan selama 1x 2 jam diharapkan masalah 2. Mengetahui perubahan vital sign
3. Monitor masukan cairan
kehilangan volume keperawatan resiko kekurangan volume 4. Delegatif pemberian cairan
3. Mengetahui balance cairan
cairan aktif cairan teratasi dengan KH: IVFDD5 % + RL 30 tpm
4. Memberikan asupan cairan melalui
1. Mempertahankan urine output sesuai
intravena
dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
2. Teknan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit baik,
Resiko syok membrane mukosa lembab.
hipovolemik
Setelah diberikan asuhan keperawatan
berhubungan dengan 1. Memonitor vital sign pasien 1. Mengetahui keadaan umum pasien
selama 1x2 jam diharapkan masalah 2. Memonitor CM CK pasien. 2. Mengetahui balance cairan pasien
2 hipovolemi
resiko syok hipovolemik teratasi
dengan KH:
1. Nadi dalam rentang normal (65-
100x/menit) menurut WHO
2. Respirasi dalam rentang normal(16-
20x/menit) menurut WHO
3. Tekanana darah dalam batas

20
normal(100-120 sistol 60-100
diastol) menurut WHO
4. Balance cairan (CM CK) sesuai

POST OPERASI
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN

21
1. Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mencegah terjadinya tekanan akibat
kulit berhubungan selama 1x2jam diharapkan masalah menggunakan pakaian yang baju yang terlalu ketat pada luka
dengan faktor eksternal keperawatan kerusakan integritas kulit longgar pasien
2. KIE cara perawatan luka agar 2. Mencegah terjadinya infeksi poada
(mekanik) sesudah berkurang dengan KH:
pasien tidak menyentuh luka, luka pasien akibat kurangnya
dilakukan tindakan bedah
1. Pasien menunjukkan kemamampuan dan saat batuk pasien perawatan luka yang baik pada saat
untuk melindungi kulit dan dianjurkan untuk memeluk pasien dirumah.
mempertahankan kelembaban kulit bantal guling/ bantal.

2. Resiko perdarahan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi TTV pasien 1. mencegah terjadinya penurunan
berhubungan dengan selama 1x2 jam diharapkan maslah keadaan umum pasien
efek samping terkait keperawatan resiko perdarahan teratasi
terapi pembedahan dengan kreteria hasil:
1. Tekanan darah dalam batas normal
(100-120 sistol, 60-100 diastol
menurut WHO)

Setelah diberikan Asuhan Keperawatan


Resiko injuri 1. Berikan penjelasan kepada
3 selama 1x2 jam diharapkan masalah - pasien mengetahui cara mencegah
berhubungan dengan klien tentang cara
keperawatan resiko injuri berkurang terjadinya injury
fisik: kerusakan kulit mencegah injury
dengan kreteria hasil: 2. Berikan penjelasan cara
1. Klien mampu menjelaskan - pasien menegetahui cara menghindari
menghindari lingkungan
cara/metode untuk mencegah lingkungan yang berbahaya
yang berbahaya (misalnya
injury/cedera
2. Klien mampu menjelaskan factor memindahkan perabotan)

22
resiko dari lingkungan/perilaku 3. Berikan penjelasan pada
personal pasien dan keluarga - Pasien mampu mengetahui status perubahan
3. Mampu mengenali perubahan status
perubahan status kesehatan status kesehatan.
kesehatan
dan penyebab penyakit

23
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius


FKUI

Mc Closkey, C.J., I. et al, 2002. Nursing Interventions Classification


(NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Di update pada hari Selasa 29 November 2015 di alamat website


http://www.askepkeperawatan.com/2015/09/resiko-injury-nanda-nic-noc-
2010.html (Diagnosa NANDA NIC NOC 2010)

24
BAB III

TINJAUAN KASUSASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK P DENGAN


APENDISITISDIRUANG IBS RSUDMANGUSADAKABUPATEN
BADUNG

TANGGAL 12 DESEMBER 2016

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 1 Desember 2016 pukul
10.30 AM di ruang IBS RSUD Mangusada Kabupaten Badung dengan
metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
A. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas pasien

Pasien Penanggung
Nama : An. P Ny.Y
Umur : 7 th 30th
Jenis kelamin : Laki- laki Perempuan
Status Perkawinan: Belum menikah Menikah
Suku/Bangsa : Bali Bali
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SD Kelas 2 SMA
Pekerjaan : - Wiraswasta

Alamat : Br. Tengah, Blahkiuh


Nomor Telopon: 085081082084
Nomor Register : 245609
Tanggal MRS : 11 Desember 2016

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Nyeri pada perut kanan bawah
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 2 hari
yang lalu (9 Desember 2016). Oleh keluarga pasien dibawa ke klinik
swaita. Dari klinik swaita pasien dirujuk ke RSUD Mangusada
Kabupaten Badung. Pasien diterima di IGD RSUD Mangusada
Kabupaten Badung dan dilakukan pemeriksaan. Dari hasil
pemeriksaan fisik pasien mengeluh sakit saat dilakukan palpasi di
bagian perut. Hasil pengukuran tanda-tanda yang diperoleh adalah

25
suhu 38,80C, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 24x/menit.
Pada pemeriksaan darah ditemukan adanya peningkatan WBC yaitu
21,85 103/uL. Di IGD pasien didiagnosa appendicitis akut dan
direncanakan untuk melakukan tindakan pembedahan. Terapi yang
diberikan adalah IVFD RL 15 tpm, Ondancentron 4mg, Paracetamol
30cc. Setelah dilakukan observasi pasien dipindahkan ke ruangan
Janger untuk diobservasi sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Di ruang Janger dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan
hasil suhu 370C, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas
22x/menit. Pada tanggal 12 December 2016 pasien dikirim ke ruang
IBS RSUD Mangusada Kabupaten Badung untuk melukan tindakan
pembedahan.
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami riwayat penyakit
sebelumnya.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, baik yang
berhubungan dengan penyakit sekarang maupun yang tidak
berhubungan.

5) Riwayat psikososial
Pasien mengatakan takut dan cemas menjalani operasi, pasien
juga mengatakan bahwa ingin ditemani oleh ibunya.

c. Pola kebiasaan
1) Bernafas
Pre Op
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam
bernafas
Intra Op
Dilihat dari saturasi Oksigen 100%
Post Op
Dilihat dari saturasi Oksigen 100%
2) MakandanMinum
Pre Op
Pasien mengatakan puasa
Intra Op (-)
Post Op

26
Pasien mengatakan puasa
3) Eliminasi
Pre Op (-)
Intra Op
CM : 1500 ml ( 1 dex 5% + 1 RL 500 ml )
CK : 300 cc
Post Op (-)
4) Gerak dan aktivitas
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
5) IstirahatdanTidur
Pre OP (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
6) KebersihanDiri
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
7) Pengaturan suhu tubuh
Pre Op
Pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
Intra Op (-)
Post Op
Pasien mengatakan kedinginan
8) Rasa nyaman
Pre Op
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan
bawah.
Intra Op (-)
Post Op (-)
9) Rasa aman
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
10) Data social
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op
Pasien tampak mampu berkomunikasi dan bekerjasama
dengan baik dengan perawat
11) PrestasidanProduktivitas
Pre Op (-)
Intra Op (-)

27
Post Op (-)

12) Rekreasi
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
13) Belajar
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
14) Ibadah
Pre Op (-)
Intra Op (-)
Post Op (-)
d. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
a) Kesadaran: GCS : 13 (E = 4, V = 5, M = 6)
Tingkat kesadaran pasien ialah compos mentis yaitu
keadaan pasien sadar penuhdengan aspek emosional,
social, atau kehidupan fisiknya.
b) Bangun Tubuh: kurus
c) Postur Tubuh : Tegak
d) Cara Berjalan : lancer
e) Gerak Motorik : menurun
f) Keadaan Kulit
Warna : hiperpigmentasi
Turgor : elastis
Kebersihan : bersih
Luka : tidak ada

g) Gejala Kardinal :
N : 100 x/mnt
S : 37 C
RR : 22 x/mnt
h) Ukuran lain : BB : 21 kg
TB : 110 cm
LL : 12 cm
b. Kepala
a) Inspeksi
- Kulit Kepala : bersih, tidak ada ketombe maupun
kutu
- Rambut : tidak rontok
- Warna rambut : hitam
b) Palpasi : Saat di palpasi tidak terdapat massa
ataupun nyeri tekan.
c. Mata

28
a) Inspeksi
- Konjungtiva : Berwarna merah muda
- Sklera : Berwarna Putih
- Kelopak mata : normal
- Pupil : Reflek pupil baik, pupil Isokor
- Lapang pandang : Normal
- Visua : 6/6
b) Palpasi
- Nyeri : Tidak terdapat nyeri tekan
d. Hidung
a) Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Penciuman : Baik
- Keadaan : Bersih
- Massa : Tidak terdapat massa
- Luka : Tidak adanya Luka
b) Palpasi
- Nyeri : Tidak adanya nyeri tekan

e. Telinga
a) Inspeksi
- Keadaan : Telinga bersih , tidak adanya secret
maupun darah.
b) Palpasi
- Nyeri : Tidak adanya nyeri tekan
c) Pendengaran baik (normal)
d) Pemeriksaan melalui tes rinne dan tes weber
f. Mulut
a) Inspeksi
- Mukosa bibir : kering
- Gusi : Tidak Berdarah
- Gigi : Gigi lengkap dan terdapat caries.
- Lidah : Bersih
- Tonsil : Normal
b) Palpasi
- Nyeri : Tidak terdapat nyeri tekan
- Masa : Tidak terdapat masa
g. Leher
a) Inspeksi
- Keadaan : Normal/Baik , tidak ada
pembengkakankelenjar tiroid.
b) Palpasi
- Keadaan : Tidak teraba massa/tumor, tidak
adanyapembesaran kelenjar limfe
h. Thorax
a) Inspeksi

29
- Bentuk : Simetris
- Gerakan dada : Bebas
- Payudara : Simetris
b) Palpasi
- Pengembangan dada : Simetris, antara kiri dan
kanan sama.
- Vibrasi Tactile Fremitus : Simetris antara kanan dan
kiri.
- Nyeri tekan : Tidak adanya nyeri tekan.
c) Perkusi
- Suara Paru : Sonor/resonan
d) Auskultasi
- Suara Paru : Vesikuler/Normal
- Suara Jantung : Regular
i. Abdomen
a) Inspeksi
- Pemeriksaan : Ada distensi abdomen
karena edema
- Luka : Tidak terdapat luka
b) Auskultasi
- Peristaltic usus :4 x/mnt
c) Palpasi
- Keadaan : adanyeritekan pada bagian
kanan bawah.
d) Perkusi : Suara Tympani
j. Genetalia
a) Inspeksi
- Keadaan : Bersih
- Letak Uretra : Normal
b) Palpasi
- Keadaan : Tidak ada nyeri tekan
maupun massa
- Skrotum : Testis normal
k. Anus
a) Inspeksi
- Keadaan : Bersih
b) Palpasi
- Keadaan : Spingter ani baik
l. Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
- Inspeksi : Pergerakan bebas, CRT ( <2
detik), tidakadanya luka dan
sedang terpasang infus
- Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan
b) Ekstremitas Bawah
- Inspeksi : Pergerakan bebas, CRT

30
(<2detik), tidakadanya
luka.
- Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan
c) Kekuatan Otot

444 444

444 444

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium

Parameter Hasil Satuan Normal


HGB 12,2 g/dL 10,7 - 15,6
RBC 4,69 10^6/uL 3,70 5,80
HCT 35,7 % 31,0 45,0
MCV 76,1 fL 69,0 93,0
MCH 26,0 Pg 22,0 34,0
MCHC 34,2 g/dL 32,0 36,0
RDW-SD 34,2 fL 37,0 54,0
RDW-CV 12,7 % 11,0 16,0
WBC 21,85 10^3/uL 4,50 14,50
EO% 0,0 % 1,0 5,0
BASO% 0,1 % 0,0 1,0

31
NEUT% 85,8 % 25,0 60,0
LYMPH% 6,0 % 25,0 50,0
MONO% 8,1 % 1,0 6,0
EO# 0,01 10^3/uL 0,00 0,40
BASO# 0,02 10^3/uL 0,00 0,10
NEUT# 18,73 10^3/uL 1,50 7,00
LYMPH# 1,32 10^3/uL 1,00 3,70
MONO# 1,77 10^3/uL 0,00 0,70
PLT 301 10^3/uL 154 512
PDW 10,0 fL 9,0 17,0
MPV 10,1 fL 9,0 13,0
P-LCR 24,4 % 13,0 43,0
PCT 0,31 % 0,17 0,35

2) Radiologi

f. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


Pre Op Pre Op

Pasien mengeluh cemas dan takut Pasien tampak cemas dan


akan dioperasi ketakutan

Pasien mengeluh nyeri pada perut Pasien tampak nyeri dan


bagian kanan bawah meringis

P : peradangan apendik

Q: seperti diremas

R : perut bagian kanan bawah

Intra Op S : skala 7
-
T : setiap saat

Intra Op

Terdapat luka insisi atau luka


pembedahan di daerah perut
pasien

32
Faktor resiko:
- kehilangan volume cairan
Post Op secara aktif
- - hipovolemi
- hipoksia

Post Op

Pasien tampak memiliki luka


pos op apendiktomi pada perut
bagian sebelah kanan
Faktor resiko:
- Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

1. Analisa Data

Analisa Data Pasien An. P dengan Apendisitis


di Ruang IBS RSUD Mangusada Kabupaten Badung
Tanggal 12 Desember 2016

PRE OP

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


Keperawatan

33
Pasien mengeluh cemas dan Pasien tampak cemas Ansietas
takut akan dioperasi dan ketakutan
Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri pada Pasien tampak nyeri
perut bagian kanan bawah dan meringis

P : peradangan apendik

Q: seperti diremas

R : perut bagian kanan


bawah

S : skala 7

T : setiap saat

INTRA OP

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


Keperawatan
Terdapat luka insisi atau Resiko syok
luka pembedahan di hipovolemik
daerah perut pasien
Faktor resiko:
Resiko kekurangan
- kehilangan volume
volume cairan
cairan secara aktif
- hipovolemi
- hipoksia

POST OP

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


Keperawatan
Pasien tampak Kerusakan
memiliki luka pos op integritas kulit
apendiktomi pada perut
Resiko Injury
bagian sebelah kanan
- Fisik (contoh :

34
kerusakan kulit/tidak Resiko Perdarahan
utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

2. Rumusan Masalah Keperawatan


a. Pre operasi
1) Nyeri akut
2) Ansietas
b. Intra Op
1) Resiko kekurangan volume cairan tubuh
2) Resiko syok hipovolemik
c. Post operasi
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor eksternal
(mekanik) sesudah dilakukan tindakan bedah
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terapi
pembedahan
3) Resiko injuri berhubungan dengan fisik: kerusakan kulit

3. Analisa Masalah
Pre Op :
a. Nyeri akut
P : nyeri akut
E : peradangan pada apendik
S : pasien megeluh nyeri dan tampak meringis
Proses terjadi :
Peradangan pada apendik biasanya disebabkan oleh bakteri yang
sudah menginfeksi bagian tersebut. Penumpukan jumblah bakteri
akan meyebabkan peradangan pada apendik yang menimbulkan
rasa nyeri seperti yang dirasakan oleh pasien.

P : peradangan apendik

Q: seperti diremas

R : perut bagian kanan bawah

S : skala 7

T : setiap saat
Akibat jika tidak ditangani :
Jika tidak ditangani pasien akan gangguan psikis karena nyeri
tersebut yang dapat memperburuk kondisi pasien.

35
b. Ansietas
P : ansietas
E :kurangnya pengetahuan akan tindakan operasi yang akan
dilakukan
S : pasien mengeluh cemas dan takut
Proses terjadi :
Kurangnya pengetahuan pasien akan tindakana yang akan
dilakukan membuat pasien cemas dan takut berlebihan.
Akibat jika tidak titanggulangi :
Jika kecemasan pasien tidak ditangani maka kemungkinan pasien
bisa mengamuk dan membatalkan tindakan operasi yang sudah
direncanakan. Dan apabila operasi dibatalkan maka kondisi pasien
bisa bertambah buruk.

Intra Op

a. Resiko kekurangan volume cairan

P : Resiko kekuranganvolume cairan

E: kehilangan volume cairan aktif

Proses terjadinya :

dilaksanakannya proses operasi menimbulkan terjadinya


perdarahan dari perdarahan tersebutmenimbulkan
terjadinya resiko kekurangan voleme cairan

Akibat jika tidak ditanggulangi:

menimbulkan terjadinya dehidrasi karena kekurangan


volume cairan

b. Resiko syok hipovolemik


P : Resiko syok hipovolemik
E: Hipovolemi
Proses terjadinya:
Ketika pasien menjalani operasi pasien akan mengalami resiko
terjadinya syok hipovolemik(syok kekurangan volume cairan
tubuh) hal ini terjasi karena adanya pengeluaran cairan/ perdarahan
Akibat juka tidak ditanggulangi:

36
Jika hal ini terjasi dan tidak mendapatkan penanganan maka akan
menimbulkan terjadinya dehidrasi berat bahkan kematian pasien
dimeja operasi.

Post Op :

a. Kerusakan Integritas Kulit

P: kerusakan Integritas kulit

E : faktor mekanik

S : Terdapat luka insisi atau luka pembedahan di daerah perut


pasien
Proses terjadinya:
Dilakukannya tindakan operatif dalam kasus apendik
mengakibatkan terjadinya luka insisi/ luka pembedahan.
Akibat jika tidak ditanggulangi:
Jika luka insisi tidak ditanggulangi maka akan
menimbulkan terjadinya suatu infeksi kuman yang masuk
melalui luka. Maka dari itu luka harus diberikan perawatan.
b. Resiko injury
P: resiko Injury
E: fisik: kerusakan kulit
Proses terjadinya:
Tindakan apendiktomi menimbulkan terjadinya luak, dari luka
tersebut dapat menimbulkan terjadinya resiko injury karena
perlukaan yang dibuat saat pembedahan.
Akibat jika tidak ditanggulangi:
Jika hal ini tidak ditanggulangi maka akan mengakibatkan
penyembuhan berkangsung sangat lama.
c. Resiko perdarahan
P: resiko Perdarahan
E: efek samping terkait terapi pembedahan
Proses terjadinya:
Saat pembedahan apendiktomi dilaksanakan pasien banyak
kehilangan darah, hal ini jika tidak diimbangi dengan pemberian
cairan masuk(melalui IV) maka dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien An. P

37
Di Ruang IBS RSUD Mangusada Kabupaten Badung
Tanggal 12 Desember 2016

1. Pre Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendik ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah dan
tampak meringis
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan akan tindakan
operasi ditandai dengan pasien mengeluh cemas dan takut

2. Intra Op
a. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan hipovolemi
b. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif

3. Post Op
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
ditandai dengan terdapat luka insisi atau luka pembedahan di daerah
perut pasien.
b. Resiko injuri berhubungan dengan fisik: kerusakan kulit
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait terapi
pembedaha

38
3. Perencanaan Keperawtan
1) Prioritas masalah keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut
2) Ansietas
b. Intra Op
1) Resiko kekurangan volume cairan tubuh
2) Resiko syok hipovolemik
3) Resiko perdarahan
c. Post operasi
1) Kerusakan integritas kulit
2) Resiko perdarahan
3) Resiko injuri

2) Rencana keperawatan
Rencana Keperawatan Pada Pasien An. P Dengan Apendisitis
Di Ruang IBS RSUD Mangusada Kabupaten Badung
Tanggal 12 Desember 2016
PRE OP

No Hari/Tan Diagnosa Tujuan&Kriteria Intervensi Rasional Paraf


ggal/Jam Keperawatan Hasil

39
1 Senin, 12 Nyeri akut Setelah diberikan - Lakukan - Untuk mengetahui rasa
Desember berhubungan Asuhan Keperawatan pengkajian nyeri nyeri yang dirasakan
2016 dengan selama 1x10 menit, ( lokasi, pasien.
peradangan pada diharapkan pasien karakteristik,
apendik ditandai mampu mengontrol durasi, frekuensi,
dengan pasien rasa nyeri dengan kualitas, dan factor
mengeluh nyeri kriteria hasil : presipitasi )
1. Mampu - Mengukur TTV
pada perut - Dengan mengetahui vital
mengontrol nyeri dan observasi
bagian kanan sign pasien dan keadaan
( tahu penyebab keadaan umum
bawah dan umum pasien dapat
nyeri, mampu pasien
tampak meringis merencanakan tindakan
menggunakan
- Ajarkan tehnik non selanjutnya
tehnik non
farmakologi - Untuk mengontrol rasa
farmakologi untuk
( relaksasi napas nyeri pasien tanpa obat
mengurangi nyeri,
dalam dan dan membuat pasien
2 mencari bantuan )
distraksi ) merasa nyaman
Senin, 12 2. Mampu mengenali
- Ciptakan
Desember nyeri (skala,
lingkungan yang
- Untuk memberikan rasa
2016 intensitas,
nyaman
nyaman pada pasien di
frekuensi, dan

40
Ansietas tanda nyeri) lingkungan sekitarnya.
berhubungan
- Evaluasi tingkat
Setelah dilakukan
dengan
ansietas, catat verbal
asuhan keperawatan
kurangnya -Ketakutan dapat terjadi
dan non verbal
selama 1x10 menit
pengetahuan karena nyeri hebat, penting
pasien.
diharapkan kecemasan
akan tindakan pada prosedur diagnostik
klien berkurang - Jelaskan dan
operasi ditandai dan pembedahan.
dengan kriteria hasil : persiapkan untuk -Dapat meringankan ansietas
dengan pasien
1. pasien mampu tindakan prosedur terutama ketika
mengeluh cemas
mengidentifikasi sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut
dan takut
- Jadwalkan istirahat
dan melibatkan pembedahan.
adekuat dan periode -Membatasi kelemahan,
mengungkapkan
menghentikan tidur. menghemat energi dan
gejala cemas
meningkatkan kemampuan
2. Mengidentifik - Anjurkan keluarga
koping.
asi, untuk menemani
-Mengurangi kecemasan klien
mengungkapkan disamping klien
dan menunjukkan
tehnik untuk
mengontol cemas

41
3. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
tidak cemas

INTRA OP

No Hari/tang Diagnosa Tujuan & Kreteria hasil Intervensi Rasional Paraf


Keperawatan
gal/jam
1 Senin, 12 Resiko Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan 1. Mencegah terjadinya
Desember kekurangan keperawatan selama 1x 2 catatan intake dehidrasi
2016 volume cairan jam diharapkan masalah dan output yang
tubuh keperawatan resiko akurat.
2. Monitor vital
berhubungan kekurangan volume cairan 2. Mengetahui
sign
dengan teratasi dengan KH: perubahan vital sign
kehilangan 1. Teknan darah, nadi,
volume cairan suhu tubuh dalam 3. Mengetahui balance

42
aktif batas normal 3. Monitor masukan cairan
2. Tidak ada tanda-
cairan
tanda dehidrasi
4. Memberikan asupan
(elstisitas baik, turgor
4. Delegatif
2 cairan melalui
kulit < dari 2 dtk)
Senin, 12 pemberian cairan
3. Elastisitas turgor intravena
Desember IVFD D5 % +
kulit baik, membrane
Resiko syok
2016 RL 30 tpm
mukosa lembab.
hipovolemik
Setelah diberikan asuhan
berhubungan 1.Menegetahui keadaan
keperawatan selama 1x2 1. Mengukur TTV
dengan umum pasien
jam diharapkan masalah pasien
hipovolemi 2. Mengetahui balance cairan
resiko syok hipovolemik
2. Mengukur
teratasi dengan KH: pasien
balance
1. Nadi dalam rentang 1.
cairan(CM CK)
normal (65-
100x/menit) menurut
WHO
2. Respirasi dalam
rentang normal(16-
20x/menit)
3. Tekanana darah dalam

43
batas normal(100-120
sistol 60-100 diastol)
menurut WHO
4. Balance cairan (CM
CK) sesuai
POST OP

No Hari/tang Diagnosa Tujuan & Kreteria Hasil Intervensi Rasional Paraf


gal/jam Keperawatan
1 Senin, 12 Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. Anjurkan pasien 2. Mencegah terjadinya
Desember integritas kulit keperawatan selama untuk tekanan akibat baju yang
2016 berhubungan 1x2jam diharapkan menggunakan terlalu ketat pada luka
dengan faktor masalah keperawatan pakaian yang pasien
3. Mencegah terjadinya
eksternal kerusakan integritas kulit longgar
2. KIE cara infeksi poada luka pasien
(mekanik) berkurang dengan KH:
perawatan luka akibat kurangnya
sesudah Pasien menunjukkan
agar pasien perawatan luka yang
dilakukan kemamampuan untuk
tidak menyentuh baik pada saat pasien
tindakan bedah melindungi kulit dan
luka, dan saat dirumah.
mempertahankan
batuk pasien
kelembaban kulit
2 dianjurkan

44
Senin, 12 untuk memeluk
Desember bantal guling/
2016 bantal.
Resiko
Setelah diberikan asuhan
perdarahan 1. Observasi TTV
keperawatan selama 1x2
1. Mencegah terjadinya
berhubungan pasien
jam diharapkan maslah
penurunan kesadaran
dengan efek
keperawatan resiko
pasien.
samping terkait
perdarahan teratasi
3 terapi
dengan kreteria hasil:
pembedahan 1. Tekanan darah dalam
Senin, 12
batas normal (100-
Desember
120 sistol, 60-100
2016
diastol menurut
WHO)

Resiko injuri Setelah diberikan Asuhan


berhubungan Keperawatan selama 1x2 1. Berikan
1. pasien mengetahui cara
dengan fisik: jam diharapkan masalah penjelasan
mencegah terjadinya injury
kerusakan kulit keperawatan resiko injuri kepada klien
2. pasien menegetahui cara
berkurang dengan tentang cara

45
kreteria hasil: mencegah injury menghindari lingkungan yang
1. Klien mampu 2. Berikan
berbahaya
menjelaskan penjelasan cara
3. Pasien mampu mengetahui
cara/metode untuk menghindari
status perubahan status
mencegah lingkungan yang
kesehatan.
injury/cedera berbahaya
2. Klien mampu
(misalnya
menjelaskan factor
memindahkan
resiko dari
perabotan)
lingkungan/perilaku 3. Berikan
personal penjelasan pada
3. Mampu mengenali
pasien dan
perubahan status
keluarga
kesehatan
perubahan status
kesehatan dan
penyebab
penyakit

46
4. IMPLEMENTASI

No Hari/Tanggal/ NomorDiagno TindakanKeperawatan EvaluasiRespon Paraf


Jam saKeperawata
n
Pre Op `

1 Senin, 12 1 DS: pasien mengatakan


- Melakukanpengkajiannyeri
Desember nyeridiperutkananbawahsetiapsaatseperti
( lokasi, karakteristik,
2016 diremasdenganskala 7
10:00 wita durasi, frekuensi, kualitas, DO: pasien tampak meringis dan
1
dan factor presipitasi ) memegangi bagian yang nyeri
10:05 wita
DS : -
- Mengukur TTV DO :
- TD : 120/80 mmHg
danmengobservasikeadaanu
- N :100x/menit
mumpasien - S :37oC
1
- R :22x/menit
10:10 wita
DS: pasien mengatakan nyerinya sedikit
1
10:12 wita berkurang
- Mengajarkantehnik non
DO: pasien masih tampak merintih
farmakologi
2 DS: pasien mengatakan nyaman dengan
( relaksasinapasdalam dan
10:15 wita

47
distraksi ) lingkungannya
DO: -
2 - Menciptakanlingkungan
10:18 wita DS :
yang nyaman
pasienmengatakantakutakantindakanoper
asi yang dilakukan
2 DO :
10:20 wita
pasientampaktakutdaninginditemaniibuny
- Mengevaluasi tingkat
a
2 ansietas, catat verbal dan DS: pasien mnegatakan mengerti tentang
10:22 wita non verbal pasien. penjelasan perawat
DO: pasien tampak mengerti dengan
- Menjelaskan dan persiapkan
penjelasan perawat
untuk tindakan prosedur
sebelum dilakukan DS: pasien mengatakan paham tentang
jadwal istirahat setelah operasi
DO: -
Intra Op
1 &2
DS: keluarga mengatakan sudah
10:25 wita
menunggu di ruang tunggu kamar operasi
1&2 - Menjadwalkan istirahat DO: pasien tampak cemas
10:30 wita adekuat dan periode

1 menghentikan tidur.

48
10:40 wita
- Menganjurkankeluargauntu
kmenemanidisampingpasien
11.00 wita 1

- Mengantarkan pasien ke
11.40 wita
ruangan operasi DS: -
DO:
- Melakukan anastesi oleh S:37 C
1
tim anastesi N: 80 x/menit
TD: 100/70 mmHg
- Melakukan tindakkan RR: 22 x/menit
operasi(apendiktomi) DS: -
12.00 wita DO:
CM:
- Mengobservasi tanda-tanda IVFD NS+ D5% : 200 cc (10 tpm)
vital pasien IVFD RL : 300 cc ml (20 tpm)
CK:
Suction : 200 ml
DS : -
12:15 wita DO : -
2

49
- Mengobservasi balance
cairan
Post op
12:20 wita

12:25 wita
3
- Mempertahankan intake dan
output yang
akuratsertamendelegasikanp
DS: pasienmengatakanmengerti
emberiancairan IVFD D5 DO: pasien tampak mengerti
12:35 wita % + RL 30 tpm
3 - Memindahkan pasien ke
ruang recovery(RR).

12:40 wita DS: -


DO:
3 TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/menit
12:45 Wita S : 36 C
- Menganjurkan pasien untuk R : 22 x/menit

50
menggunakan pakaian yang DS: pasien mengatakan mengerti
DO: pasientampakmengerti
longgar

- MemberiKIE cara
DS: pasien mengatakan mengerti
12.50 Wita perawatan luka agar pasien DO: pasientampakmengerti
tidak menyentuh luka, dan
saat batuk pasien dianjurkan
untuk memeluk bantal
guling/ bantal. DS: pasien mengatakan mengerti
DO: pasientampakmengerti

- Mengobservasi TTV pasien

- Memberikan penjelasan
kepadapasien tentang cara
mencegah injury

- Memberikan penjelasan
cara menghindari

51
lingkungan yang berbahaya
(misalnyamemindahkanpera
botan)

- Memberikanpenjelasanpada
pasiendankeluargaperubaha
n status
kesehatandanpenyebabpeny
akit

52
53
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien An. P Dengan Apendisitis
Di Ruang IBS RSUD Mangusada Kabupaten Badung
Tanggal 12 Desember 2016

Pre Op

NO Hari/Tgl/Ja No.D Evaluasi Paraf


m x
1. Senin, 12 1 S : Perawa
Desember pasienmengatakannyeri di t
2016 perutkananbawahsetiapsaatsepertidiremasdeng
anskala 7
O:
Pasien tampak meringis dan memegangi
bagian yang nyeri
Tekanandarah: 120/80 mmHg
Suhu: 37o C
Nadi: 100x/ menit
RR: 22x/ menit
A : Tujuan no 2 tercapai, tujuan no 1 belumtercapai
Masalahbelumteratasi
P : Lanjutkanintervensikeperawatam

2. Senin, 12 2 S : Perawa
Desember Pasienmengatakantakutakantindakanoperasi t
2016 yang dilakukan
Pxmengatakanmengertitentangpenjelasanpeaw
at
Pasien mengatakan paham tentang jadwal
istirahat setelah operasi
O :

54
Pasientampaktakutdaninginditemaniibunya
Pasien tampak mengerti dengan penjelasan
perawat
Pasientampakcemas

A: Tujuan no 1 dan 2 tercapai, tujuan no 3


tidaktercapai
Masalahbelumteratasi
P : Lanjutkanintervensikeperawatan

Intra OP

NO Hari/Tgl/Jam No.Dx Evaluasi Paraf


1. Senin, 12 1&2 S :- Perawat
Desember 2016 O:

S:37 C
N: 80 x/menit
TD: 100/70 mmHg
RR: 22 x/menit:

CM:
IVFD NS+ D5% : 200 cc (10 tpm)
IVFD RL : 300 cc ml (20 tpm)
CK:
Suction : 200 ml

55
Post Op
NO Hari/Tgl/Jam No.Dx Evaluasi Paraf
1. Senin, 12 1 S : Perawat
Pasienmengatakanmengerti
Desember 2016
O:
Pasien tampak mengerti
A : Tujuan no 1 tercapai
Masalahteratasi
P : Pertahankankondisipasien

Senin, 12 S :-

2. Desember 2016 2 O:
TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 C
R : 22 x/menit
A : Tujuan no 1 tercapai
Masalahteratasi
P : Pertahankankondisipasien

Senin, 12 S :
Pasienmengatakanmengerti
Desember 2016
O:
3. 3
Pasien tampak mengerti
A : Tujuan no 1,2,3 tercapai
Masalahteratasi
P : Pertahankankondisipasien

56
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari uraian diatas dapat kami jabarkan bahwa dari kasus diatas jika
dihubungkan dengan konsep teori ditemukan beberapa perbedaan
diantaranya:
Tanda dan gejala
Teori: pada konsep teori dijabarkan bahwa seorang pasien penderita
apendiksitis mengalami tanda dan gejala konstipasi/ kesulitan dalam buang
air besar.
Kasus: sedangkan pada kasus diatas pasien anak P tidak mengalami
konstipasi.
Dari hal tersebut dapat kami jelaskan bahwa setiap individu memiliki respon
yang berbeda-beda terhadap suatu penyakit tertentu, hal ini karena manusia
merupakan makhluk yang unik. Pada kasus anak P dapat diperkirakan bahwa
gerak peristaltic usus pasien masih bagus sehingga tidak mengalami
konstipasi walaupun didiagnosa apediksistis.
Disamping itu cepat atau lambatnya penanganan pada apendiksitis
mempengaruhi respon individu tersebut, jika seorang penderita apendiksitis
lambat mendapatkan penanganan (operasi) maka dapat menyebabkan
terjadinya peritonitis (peradangan selaput peritoneum).

57
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjabaran kasus dan teori yang disampaikan diatas dapat kami
simpulkan bahwa dalam kasus apendiksitis hal yang perlu ditekankan adalah
pada penanganan kasus apendiksitis dengan cara apendiktomi pada intra op,
sebab jika kondisi ini lambat mendapatkan penanganan maka akan
menimbulkan terjadinya komplikasi infeksi yaitu peritonitis. Maka dari itu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendiksitis guna
mencegah terjadinya peritonitis sangatlah penting.

B. SARAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendiksitis
pemberian asuhan harus teliti karena mengingat respon individu terhadap
suatu penakit berbeda-beda seperti telah disampaikan diatas pada
pembahasan bahwa saat mengalami kondisi apendiksitis gejala yang
ditimbulkan pada setiap individu berbeda.

58
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius


FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Di update pada hari Selasa 29 November 2015 di alamat website


http://www.askepkeperawatan.com/2015/09/resiko-injury-nanda-nic-noc-
2010.html (Diagnosa NANDA NIC NOC 2010)

59

Vous aimerez peut-être aussi