Vous êtes sur la page 1sur 7

AKUNTANSI PAJAK : TAX AMNESTY

Resume
Seminar Akuntansi

Oleh:
Ati Rizkiani Mahbubah
140810301233
Seminar Akuntansi C

Program Studi Strata Satu Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Jember

2017
PENDAHULUAN

Pajak merupakan pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat. Pajak merupakan salah satu
sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Dana yang diperoleh dari sumber penerimaan negara ini
nantinya akan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
untuk dimanfaatkan dalam proses pembangunan negara pada berbagai sektor, seperti
sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri, sektor kesehatan dan pendidikan.

Akuntansi pajak adalah akuntansi yang diterapkan dengan tujuan untuk


menetapkan besarnya pajak terutang. Fungsi akuntansi pajak adalah mengolah data
kuantitatif yang akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat
perhitungan perpajakan. Sedangkan tax amnesty yang diartikan sebagai pengampunan
pajak atau secara sederhana disebut sebagai amnesti pajak merupakan salah satu
kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah Indonesia yang diharapkan akan
mampu mengoptimalkan potensi pajak di Indonesia, dan memberikan potensi
peningkatan pada penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Indonesia pada tahun ini, dan tahun-tahun sesudahnya.

Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) merupakan program pengampunan yang


diberikan pemerintah kepada Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan meliputi
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi
perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana dibidang perpajakan atas harta yang
diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan
cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan.

Tujuan dari penerapan tax amnesty di samping untuk meningkatkan kepatuhan


dan penerimaan negara, diharapkan juga mempunyai dampak terhadap investasi dengan
adanya perpindahan dana / modal dari luar negeri ke dalam negeri (capital inflow /
repatriasi kapital) sehingga diharapkan akan menimbulkan multiplier effeck bagi
perekonomian terutama aspek perpajakan. Menurut Darussalam (2016) pemberian tax
amnesty merupakan upaya pemerintah menarik dana masyarakat yang selama ini parkir
di perbankan negara lain.Tax amnesty diberikan kepada mereka yang selama ini tidak
membayar dengan benar, kata Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo disela-sela
Kongres XII Ikatan Akuntan Indonesia, di Jakarta, Kamis (18/12).

Dengan demikian, Wajib Pajak yang ikut serta dalam Amnesti Pajak dapat
membantu pemerintah mempercepat pertumbuhan dan restruturisasi ekonomi melalui
pengalihan harta, yang antara lain dapat berdampak terhadap peningkatan likuiditas
domestik, perbaikan nilai tukar rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan
investasi; merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang
lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komperehensif,
dan terintegrasi; dan meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan
untuk pembiayaan pembangunan.

PEMBAHASAN

Kali ini kita membahas beberapa hal mengenai Tax Amnesty. Tax Amnesty
adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada kelompok pembayar pajak tertentu
untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam waktu tertentu berupa pengampunan
kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda) yang berkaitan dengan masa pajak
sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut hukuman pidana. Kebijakan Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty), telah dilaksanakan dari tanggal 01 Juli 2016, dan sebenarnya
pernah dilakukan Indonesia pada tahun 1984. Pada hakekatnya implementasi tax
amnesty maupun sunset policy sekalipun secara psikologis sangat tidak memihak pada
wajib pajak yang selama ini taat membayar pajak. Kalaupun kebijakan itu diterapkan di
suatu negara, harus ada kajian mendalam mengenai karakteristik wajib pajak yang ada
di suatu negara tersebut karena karakteristik wajib pajak tentu saja berbeda-beda.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah karakteristik wajib pajak memang
banyak yang tidak patuh, sehingga tax amnesty tidak akan menyinggung para WP yang
taat membayar pajak. Selain itu, pola tax amnesty seperti model sunset policy hanya
bisa diterapkan sekali dalam seumur hidup wajib pajak.

Ada beberapa jenis tax amnesty yang dapat dikenali, antara lain:
1. Amnesti yang tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak, termasuk bunga dan
dendanya, dan hanya mengampuni sanksi pidana perpajakan.
2. Amnesti yang mewajibkan pembayaran pokok pajak masa lalu yang terutang
berikut bunganya, namun mengampuni sanksi denda dan sanksi pidana pajaknya.
3. Amnesti yang tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak, namun mengampuni
sanksi bunga, sanksi denda, dan sanksi pidana pajaknya.
4. Amnesti terhadap pokok pajak di masa lalu, termasuk sanksi bunga, sanksi denda,
dan sanksi pidananya.

Disamping itu, kebanyakan pemerintahan dalam menyikapi dan mengambil


kebijakan tax amnesty disebabkan empat hal pengungkit, antara lain:

1. Kegiatan Underground Economy. Kegiatan ekonomi bawah tanah adalah perbuatan


yang disengaja oleh aktor institusi atau aktor individu yang secara sengaja
menyembunyikan, menghindari dan menggelapkan pembayaran kuwajiban pajak
yang berlangsung di negara tersebut. Hal ini sering disebut sebagai penggelapan
pajak (tax evasion).
2. Pelarian modal ke luar negeri (capital flight). Pemerintahan kesulitan untuk
memajaki dana atau modal yang telah dibawa atau diparkir di luar negri.
3. Rekayasa Transaksi Keuangan, Kemajuan intrumen keuangan internasional telah
mendorong perusahaan besar melakukan illegal profit shifting keluar negeri.
4. Politik Penganggaran. Dalam kecenderungan saat ini, kebijakan sunset policy yang
diambil cenderung dilekatkan pada kebijakan politik penganggaran utamanya untuk
menghadapi kontraksi anggaran negara yang sedang terjadi.

Indonesia dapat mempertimbangkan untuk melakukan tax amnesty dalam


berbagai bentuknya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tax amnesty ini juga
dapat dipandang sebagai rekonsilisasi nasional untuk menghapus masa lalu wajib pajak
yang tidakpatuh dan perilaku otoritas pajak yang melanggar aturan. Tax amnesty akan
berhasil jika terdapat justifikasi yang kuat kenapa perlu adanya tax amnesty. Tax
amnesty harus dipublikasikan secara pasif dengan pesan agar para penggelap pajak
untuk ikut karena setelah tax amnesty akan diberlakukan sanksi yang tegas bagi mereka
yang tidak patuh. Untuk itu, diperlukan juga reformasi kelembagaan DJP secara
bersamaan untuk dapat mendeteksi kecuarangan wajib pajak pasca pemberlakuan tax
amnesty. Pada umumnya, pemberian tax amnesty bertujuan untuk:

1. Meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek.


2. Meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang akan datang.
3. Mendorong repatriasi modal atau aset.
4. Transisi ke sistem perpajakan yang baru.

Untuk mengukur keberhasilan program tax amnesty bergantung kepada dua hal,
sebagai berikut:

1. Seberapa cepat dan menyakinkannya otoritas pajak dalam menjalankan progam


tersebut. Dengan kata lain, program tax amnesty akan efektif apabila dilakukan
secara mendadak dan tidak dapat diantisipasi oleh wajib pajak. Sebagai ilustrasi,
jika program ini sudah diketahui misal 1 tahun sebelum diluncurkan, maka terdapat
kecenderungan dari wajib pajak untuk tidak patuh karena menunggu akan
pengampunan.
2. Kredibilitas dan reputasi administrasi perpajakan atas aspek penegakan hukum
pajak. Untuk mencapai tujuan jangka panjang, ada beberapa kondisi yang perlu
dipenuhi seperti teknologi yang lebih modern (termasuk peningkatan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kemampuan petugas
pajak untuk melakukan pemeriksaan pajak), kepemimpinan politik, serta kebijakan
dan peraturan pemerintah.

Selain itu, tax amnesty juga memiliki sisi negatif. Pertama, pengusaha yang
selama ini mengakali kekayaannya untuk menghindari pembayaran pajak riil maka akan
diuntungkan melalui program pengampunan ini untuk memutihkan kekayaannya
melalui skema ini. Kedua, regulasi ancaman penyanderaan bagi WP yang tidak taat
pajak menjadi tidak efektif sehingga menghilangkan sifat upaya memberikan efek jera
bagi pengemplang pajak. Ketiga, karena jumlah WP yang tidak taat pajak
(mengemplang) yang sangat besar maka wajar saja banyak pihak yang kemudian
mencurigai RUU ini penuh dengan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Sudah
tentu bila disahkannya RUU ini yang paling diuntungkan adalah WP yang selama ini
nakal tidak membayar pajak sebanyak 28 juta WP.
Tax Amnesty dari sudut pandang akuntansi, menurut IAPI (2015) kebijakan
yang memiliki tagline Ungkap, Tebus, Lega ini menjadi hal yang penting untuk
diterapkan di Indonesia, karena tingkat kepatuhan pajak di Indonesia hingga kini masih
sangat rendah, penerimaan pajak di Indonesia saat ini hanya ditopang oleh sebagian
kecil wajib pajak saja. Menurut Prof. John L. Hutagaol selaku Ketua Kompartemen
Akuntan Pajak Ikatan Akuntan Indonesia (KAPj IAI), (dalam IAPI, 2015) bahwa
kebijakan amnesti pajak ini merupakan salah satu cara yang diharapkan akan mampu
meningkatkan tax ratio Indonesia. Angka tax ratio Indonesia baru mencapai 12%, ini
masih dapat dikatakan rendah jika dibandingkan dengan negara lain, masih banyak WP
Indonesia yang belum patuh ujarnya. Rendahnya tax ratio memerlukan perhatian
khusus, mengingat pajak merupakan nyawa bagi APBN Indonesia, karena merupakan
penyumbang terbesar bagi penerimaan negara.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Indonesia


dapat mempertimbangkan untuk melakukan tax amnesty dalam berbagai bentuknya
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, namun dalam pengimplementasiannya
harus mempunyai payung hukum sebagai dasar serta tujuan yang jelas dalam
pelaksanaan tax amnesty. Tax amnesty juga memiliki sisi negatif seperti pengusaha
yang selama ini mengakali kekayaannya untuk menghindari pembayaran pajak riil maka
akan diuntungkan melalui program pengampunan ini untuk memutihkan kekayaannya
melalui skema ini. Selain itu salah satu kelemahan Tax amnesty bila diterapkan di
Indonesia adalah dapat mengakibatkan berbagai penyelewengan dan moral hazard
karena sarana dan prasarana, keterbukaan akses informasi serta pendukung lainnya
belum memadai sebagai prasyarat pemberlakuan tax amnesty tersebut.

Disisi lain tax amnesty akan berhasil jika terdapat justifikasi yang kuat kenapa
perlu adanya tax amnesty. Tax amnesty harus dipublikasikan secara pasif dengan pesan
agar para penggelap pajak untuk ikut karena setelah tax amnesty akan diberlakukan
sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak pulih. Terlepas dari adanya anggapan bahwa
pengampunan pajak atau tax amnesty lebih berpihak atau menguntungkan bagi
pengemplang pajak, hal yang harus diingat adalah bahwa pengampunan pajak atau tax
amnesty adalah merupakan hak dari wajib pajak untuk menyelesaikan kewajiban
perpajakan masa lalu yang tidak benar (baik yang dilakukan secara sengaja ataupun
tidak) tanpa ada konsekuensi sanksi administrasi dan sanksi pidana, sehingga adalah
merupakan hal yang wajar bagi seorang wajib pajak untuk memanfaatkan haknya
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dewantari, Desak Putu Ayu Diah., dan Gde Erni Sulindawati1Anantawikrama Tungga
Atmadja. 2017. Implikasi Dan Evaluasi Program Pengampunan Pajak (Tax
Amnesty) Pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Upaya Peningkatan
Penerimaan Pajak Pada Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Singaraja. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 (Vol.7 No.1 Tahun 2017).

Ngadiman, Daniel Huslin.2015. Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, Dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi/Volume XIX, No. 02
(225-241)

Ragimun. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Di Indonesia.

Safrina, Noor., Akhmad Soehartono., dan Muhamad Noer. 2016. Analisis Penerapan
Amnesty Pajak Terhadap Praktik Akuntansi Dalam Rangka Peningkatan
Penerimaan Negara. Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri
Banjarmasin. (234-248)

Setiadi, Agus. 2016. Menguji Sisi Keadilan Pengampun Pajak (Tax Amnesti). Vol 1. XII
No. 01 Tahun 2016 (95-110)

Kesuma, Agus Iwan.2016. Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai Upaya


Optimalisasi Fungsi Pajak. Jurnal Ekonomi Keuangan, dan Manajemen, Volume
12, (2), 2016 (270-280).

Vous aimerez peut-être aussi