Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Agama-agama Dunia
DosenPengampu:
Hermawati, MA
DisusunOleh:
M.Khidzmatul Hadi (11150321000041)
Ikhwatun Muamalah (11150321000046)
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dengan menyebut nama Allah SWT kita akan membahas Peradaban dan Agama Mesir
Kuno. Dimulai dari Sejarah Asal, Bidang Politik, Bidang Ekonomi,
2. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Taqlid dan Tingkatan Muqallid
B. Pengertian dan Syarat-syarat Ijtihad
C. Macam-macam Tingkatan Mujtahid
D. Ijtihad dan Dinamisasi Hukum Islam
BAB 2
PEMBAHASAN
MASALAH TALFIQ
2. Seorang yang telah memilih salah satu madzhab boleh saja pindah
ke madzhab lain, walaupun dengan motivasi mencari kemudahan,
selama tidak terjadi dalam kasus hukum (dalam kesatuan qadliyah)
dimana imam yang pertama dan imam yang kedua atau imam yang
sekarang diikuti sama-sama menganggap batal. Pendapat kedua ini
membenarkan talfiq sekalipun dimaksudkan untuk mencari kemudahan,
dengan ketentuan tidak terjadi dalam kesatuan qadliyah yang menurut
imam pertama dan imam kedua sama-sama dianggap batal. Golongan ini
dipelopori olah al-Qarafi.
1. Tidak ada nash agama baik dari al-Qur'an maupun Sunnah yang
mewajibkan seseorang harus terikat dengan salah satu mazhab saja.
Yang ada adalah perintah untuk bertanya kepada ulama tanpa ditentukan
ulama yang mana dan siapa orangnya (QS. al-Nahl: 43).
2. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah disuruh
memilih sesuatu kecuali akan memilih yang paling mudah, selama tidak
membawa ke dosa.
a. Dalam Ibadat.
b. Masalah Kemasyarakatan
3. Status hukum syar'i yang dihasilkan oleh ijtihad adalah dhanni. Atas
dasar itu ada kekeliruan pendapat sementara pihak yang mengatakan
bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Pendapat yang nyeleneh
atau syadz ini dipelopori al-Jahidh, salah seorang tokoh mu'tazilah. Dia
mengatakan bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Pendapat ini
bukan saja menunjukkan inkonsistensi terhadap suatu disiplin ilmu
(ushul fiqh), tetapi juga akan membawa konsekuensi pembenaran
terhadap aqidah non Islam yang dlalal. Lantaran itulah Jumhur 'ulama'
telah bersepakat bahwa ijtihad hanya berlaku di bidang hukum
(hukum Islam) dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
2. Syarat-syarat Ijtihad
Seseorang yang ingin mendudukkan dirinya sebagai mujtahidharus
memenuhi beberapa persyaratan. Di antara sekian persyaratan itu
yang terpenting ialah:
istinbat (ushul fiqh) maupun dalam furu (fikih hasil ijtihad). Mereka
hukum fikig. Contohnya, para imam mujtahid yang empat orang, yaitu
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam SyafiI, dan Imam Ahmad bin
Hanbal.
namun tetap berpegang kepada Ushul Fiqh Abu Hanifah. Akan tetapi,
Menurut Ibn Abidin (w. 1252 H), seorang pakar fikih mashab Hanafi,
Abu Hanifah, seperti Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani dan Qadhi Abu
Yusuf. Dari kalangan Syafiiyah antara lain adalah al-Muzanni, dan dari
Fiqh dan furu bertaklid kepada imam mujahid tertentu. Mereka disebut
karkhi (260 H-340H), Abu jafar at Thahawi (230 -321 H) dan al-Hasan
bin Ziyad (w.204 H) dari kalangan hanafiyah, Muhammad bin Abdullah al-
Abhari (289 H-375 H) dari kalangan Malikiyah, dan Ibnu Abi Hamid al-
ada, dengan memakai metode tarjih yang telah dirumuskan oleh ulama-
keunggulannya.
BAB III
PENUTUP
Ijtihad dan taqlid menjadi bukti bahwa khazanah inteletual islam sangat luas beberapa
diantaranya, di singgungkan pada makalah ini. Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa
dalam menentukan suatu hukum kita harus melewati beberapa tahapan agar hukum yang digali
dapat dipertanggung jawabkan.
Hukum islam juga mengalami beberapa fase perkembangan, guna untuk memberi
pemahaman secara mendalam kepada umat islam tentang tantangan tantangan di setiap
zamannya. Agar umat islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tetap dalam koridor islam.
Sebenarnya dibuat oleh pembaca, penulis tidak akan memberikan kesimpulan karena kesimpulan
mempersempit makna
DAFTAR PUSTAKA
Jumantoro, Drs. Totok dan Drs. Samsul Munir Amin M.Ag. 2005. kamus ilmu
ushul fiqh.
Jakarta: AMZAH