Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Definisi
Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon
tiroid dalam darah berkurang. Hormon tiroid dalam darah berkurang karena kurang
aktifnya kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid atau hormon tiroid yang
dihasilkan terlalu sedikit (Hipotiroidisme) pada orang dewasa. Krisis miksedema berarti
kekurangan/kekrisisan hormon tiroid dalam darah.
Koma Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme.
B. Etiologi
Banyak kasus koma miksidema dilatarbelakangi karena Hipotiroidisme berat,
pembedahan kelenjar tiroid, atau karena pengaruh radioaktif yodium pada pengobatan
gangguan tiroid.
Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar HormonTiroid (HT)
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH) dan
Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada
hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama pada
penderita hipotiroidisme, antara lain :
1
1. Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi.
3. Stroke.
4. Trauma.
5. Gagal Jantung.
6. Perdarahan saluran pencernaan.
7. Hypotermia
8. Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.
C. Patofisiologi
Kebanyakan pasien dengan koma myxedema memiliki riwayat hipotiroidisme.Sangat
jarang, masalah tidak disebabkan oleh ketidakmampuan kelenjar tiroid untuk membuat
hormon tiroid, tetapi lebih disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis atau hipotalamus
memberikan sinyal kepada kelenjar tiroid untuk melakukan fungsi normal. Dalam situasi
ini, kelenjar tiroid normal, tetapi tidak menerima sinyal dari kelenjar pituitari atau
hipothalamus untuk membuat hormon tiroid yang mampu memproduksi.
D. Manifestasi Klinis
Ketika pasien mengalami koma miksedema berikut adalah tanda-tanda yang
diperlihatkan:
1. Suhu tubuh biasanya rendah (hipotermi), suhu inti mungkin serendah 26,6o C
2. Gangguan mental yang parah termasuk halusinasi, disorientasi, kejang, dan akhirnya
koma.
3. Pembengkakan yang signifikan (edema) diseluruh tubuh dengan mata bengkak dan
penebalan lidah
4. Rambut jarang, kering, dan hilangnya pertiga bagian luar alis
5. Kesulitan bernafas
6. Penumpukan cairan di sekitar paru-paru dan jantung (efusi pleura dan efusi
pericardium)
7. Kerja jantung melambat dan terjadi gangguan pemompaan darah..
8. Saluran pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan kadang-kadang menjadi lumpuh,
sehingga mengharuskan operasi.
9. Peningkatan cairan dalam tubuh sebagai contoh penurunan kadar natrium karena
pengenceran yang disebabkan oleh tubuh mempertahankan air ekstra.
2
E. Penatalakasanaan
Perawatan mungkin termasuk dapat membantu pasien untuk bernapas dan pemanasan
mereka untuk menaikkan suhu tubuh normal. Sering kali, antibiotik dimulai sampai
dapat dipastikan bahwa infeksi tidak terjadi lagi.
Metode penggantian hormon tiroid pada pasien dengan koma miksedema adalah
kontroversial. Banyak pendekatan yang berbeda digunakan. Secara umum, penggantian
awal dilakukan dengan infus intravena, karena sistem usus mungkin tidak menyerap
baik.
Sementara gangguan tiroid ringan dapat dikelola oleh dokter perawatan primer,
miksedema koma umumnya dikelola oleh seorang spesialis tiroid (endokrinologi) karena
pengobatan dapat rumit dan kritis.
F. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot pernafasan.
2. Hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi kalor tubuh.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja peristaltik usus.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan energi.
5. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.
3
G. Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot pernafasan.
Tujuan : setelah 124 jam pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : RR= 24x/menit, tidak sesak nafas
Intervensi :
a. Berikan oksigen
Rasional : oksigen membantu untuk pemenuhan kebutuhan oksigen.
b. Berikan posisi semi fowler.
Rasional : posisi semifowler membantu dalam pengaliran oksigen.
c. Anjurkan pasien untuk bedrest.
Rasional : bedrest dianjurkan untuk meminimalkan penggunaan oksigen dalam
tubuh.
d. Pantau RR klien.
Rasional : pemantauan bertujuan untuk mengetahui perkembanagan nafas klien.
4
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas GI.
Tujuan : setelah 224 jam pasien tidak mengalami konstipasi.
Kriteria hasil : BAB lancar , konsistensi lunak.
Intervensi :
a. Kolaborasi pemberian obat laksatif.
Rasional : laksatif mempermudah BAB.
b. Berikan health education untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung air
dan lunak.
Rasional : menjaga pola diet pasien
c. Pantau gerakan peristaltic usus dan GI.
Rasional : mengetahui perkembangan GI pasien
5
Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif
dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang
tepat.
d. Evaluasi status kesadaran.
Rasional : untuk memantau tingkat kesadaran pasien.
Daftar pustaka
Emdin M, Pratali L, Iervasi G. Abolished vagal tone associated with thyrotoxicosis triggers
prinzmetal variant angina and paroxysmal atrial fibrillation. Ann Intern Med.
2000;132(8):679.