Vous êtes sur la page 1sur 3

Aritmia Supraventrikel

Adenosin merupakan obat pilihan untuk mengatasi takikardia supraventrikel paroksismal. Karena
masa kerjanya pendek sekali (waktu paruhnya hanya 8-10 detik, tapi lebih lama bila diberikan
bersama dipiridamol), kebanyakan efek sampingnya berlangsung singkat. Berbeda dengan
verapamil, adenosin dapat digunakan setelah beta-bloker. Pada asma, lebih dipilih verapamil
daripada adenosin.
Penggunaan pada anak. Adenosin tidak bersifat inotropik negatif sehingga tidak menyebabkan
hipotensi. Karena itu dapat digunakan pada anak dengan fungsi jantung yang terganggu atau
aritmia pasca operasi.
Glikosida jantung oral (misal digoksin 2.1.1) memperlambat respons ventrikel pada kasus fibrilasi
dan fluter atrium. Digoksin infus intravena jarang efektif untuk mengendalikan kecepatan ventrikel
secara cepat. Pemberian glikosida jantung dikontraindikasikan pada aritmia supraventrikular yang
berhubungan dengan sindrom Wolff-Parkinson-White.
Verapamil biasanya efektif untuk takikardia supraventrikel. Pemberian intravena awal dapat diikuti
dengan dosis oral; hipotensi dapat terjadi pada pemberian dosis yang lebih besar. Obat ini tidak
boleh digunakan untuk takiaritmia bila kompleks QRS lebar kecuali bila asal supraventrikelnya
sudah diketahui dengan pasti. Obat ini juga dikontraindikasikan pada fibrilasi atrium dengan
preeksitasi (misalnya sindrom Wolff-Parkinson-White). Obat ini tidak boleh digunakan pada anak
dengan aritmia, tanpa pertimbangan dokter spesialis jantung; beberapa aritmia supra-ventrikel pada
anak dapat dipacu oleh verapamil dengan akibat yang membahayakan.
Pemberian beta-bloker secara intravena seperti esmolol atau propanolol dengan cepat dapat
mengendalikan kecepatan ventrikular. Obat-obat yang termasuk golongan antiaritmia supraventrikel
dan ventrikel adalah amiodaron, beta-bloker, disopiramid, flekainid, prokain-amid, propafenon
dan kinidin.
Monografi:

ADENOSIN
Indikasi:
mengembalikan dengan cepat takikardia supraventrikel paroksismal ke ritme sinus, termasuk yang
berhubungan dengan jalur tambahan (mis. sindrom Wolff-Parkinson-White); membantu diagnosis
takikardia supraventrikel kompleks yang luas maupun yang sempit.
Peringatan:
fibrilasi atau fluter atrium dengan jalur tambahan (konduksi melalui jalur tambahan tersebut dapat
meningkat); transplantasi jantung;

Interaksi:
lihat lampiran 1 (adenosin).

Kontraindikasi:
blok AV derajat 2 atau 3 dan sindrom gangguan sinus (kecuali bila digunakan pacu jantung); asma.

Efek Samping:
muka merah (transient), nyeri dada, sesak napas, bronkospasme, rasa tercekik, mual, kepala terasa
ringan, bradikardia berat; gangguan ritme (transient) pada EKG.
Dosis:
injeksi intravena cepat ke dalam vena sentral atau vena perifer yang besar, 3 mg selama 2 detik
dengan pantauan jantung; bila perlu diikuti dengan 6 mg setelah 1-2 menit, dan kemudian 12 mg
setelah 1-2 menit lagi; penambahan dosis jangan dilakukan bila terjadi blok AV derajat 2 atau lebih.
Catatan. Dosis 3 mg tidak efektif pada sejumlah pasien, maka dosis awal yang lebih tinggi kadang-
kadang digunakan tapi pasien dengan transplantasi jantung sangat sensitif terhadap efek adenosin,
dan tidak boleh diberi dosis awal yang lebih tinggi. Juga bila perlu memberikan adenosin bersama
dipiridamol, dosis awal adenosin harus dikurangi menjadi 0,5-1 mg.

VERAPAMIL HIDROKLORIDA
Indikasi:
hipertensi.

Peringatan:
diketahui dengan pasti; hati-hati penggunaan pada penderita dengan penurunan transimisi
neuromuskuler. Hati-hati penggunaan pada Blok AV, hipotensi, bradikardi, penurunan fungsi hepar
berat, penyakit di mana transmisi neuromuskular terkena (miastenia gravis, sindroma Lambert-
Eaton, distropi otot Duchene lanjut). Efek verapamil pada konduksi nodus AV dan SA dapat
menyebabkan AV blok dan bradikardia sementara.
Interaksi:
Bila verapamil dikombinasikan dengan obat-obat kardiodepresan atau obat yang menghambat
nodus AV, misal beta bloker, kuinidin, maka dapat menyebabkan sinergisme; Pemberian bersamaan
dengan antihipertensi oral lainnya (seperti vasodilator, penghambat ACE, diuretika, beta bloker)
akan memperkuat efek penurunan tekanan darah; Penggunaan verapamil dapat meningkatkan
kadar plasma karbamazepin sehingga meningkatkan efek samping karbamazepin seperti diplopia,
sakit kepala , ataksia, atau pusing; Penggunaan dengan rifampisin maupun fenobarbital akan
meningkatkan eliminasi verapamil sehingga menurunkan ketersediaan hayati verapamil oral.

Kontraindikasi:
Penderita hipersensitivitas, syok kardiogenik, infark miokard akut dengan komplikasi, AV blok tingkat
II-III (kecuali pada pasien dengan pacu jantung), sindroma sick sinus (kecuali pada pasien dengan
pacu jantung), gagal jantung kongestif, fluter atau fibrilasi atrium dengan jalur by pass (misal
sindroma Wolf-Parkinson-White, sindroma Lown-Gonong-Levine).
Efek Samping:
efek samping yang umum terjadi adalah: konstipasi, pusing, mual, hipotensi, sakit kepala, edema,
edema paru, fatigue, dispnea, bradikardia, AV blok, rash.
Dosis:
hipertensi, 240-480 mg sehari dalam 2-3 dosis terbagi. Injeksi intravena lambat selama 2 menit (3
menit pada usia lanjut), 5-10 mg (sebaiknya dengan pemantauan ECG); pada takiaritmia paroksimal
jika perlu 5 mg lagi setelah 5-10 menit.

Angina, 80-120 mm 3 kali sehari; Hipertensi, 40 mg 3 kali sehari untuk penderita dengan respon
meingkat seperti pada penderita usia lanjut dan penurunan fungsi hati; Aritmia, penderita yang
mendapat digitalis: 240-320 mg dalam 3-4 dosis bagi; Penderita yang tidak mendapat digitalis: 240-
480 mg dalam 3-4 dosis bagi.

Vous aimerez peut-être aussi