Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN AAS

Dosen:
Yulisa Lestari, S.Si., M.T

Disusun Oleh:
Deborah Basa (31S14009)
Meva Gustina E. Sidauruk (31S14019)

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL

1
ANALISIS KANDUNGAN ASAM ASKORBAT DALAM MINUMAN
KEMASAN YANG MENGANDUNG VITAMIN C

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kandungan asam askorbat pada
minuman kemasan mengalami perubahan yang signifikan setelah dibiarkan terpapar di
bawah sinar matahari. Sampel yang digunakan adalah dua belas produk minuman kemasan
yang mengandung vitamin C. Dua belas minuman kemasan tersebut diukur konsentrasi asam
askorbatnya, kemudian dibiarkan terpapar dibawah sinar matahari selama satu jam, setelah
itu diukur kembali konsentrasi asam askorbatnya. Pengukuran tersebut dilakukan dengan
metode dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
265,5 nm. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan konsentrasi asam askorbat antara
minuman kemasan sebelum dan setelah perlakuan maka dilakukan uji statistik berupa Paired
Sample T-Test.

A. Prosedur
a) Penentuan panjang gelombang maksimal
1. Larutan induk asam askorbat dibuat dalam 1000 pm
2. Ukur absorbansinya untuk mengetahui panjang gelombang maksimal
dengan rentang 200-400 nm

b) Penentuan kurva kalibrasi


1. Larutan induk asam askorbat 1000 ppm diencerkan menjadi 12 ppm;
15 ppm; 18 ppm; 21 ppm; dan 24 ppm.
2. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditentukan
sebelumnya
3. Buat kurva standarnya

c) Penentuan kadar asam askorbat pada sampel minuman kemasan


1. Sampel vitamin C terdiri dari dua belas minuman kemasan yang
beredar di pasaran
2. Minuman-minuman kemasan tersebut disaring, dipipet 10 mL
kemudian diencerkan hingga 100 kali pengenceran
3. Bagi dengan dua kelompok: dua belas minuan kemasan kelompok
pertama adalah kelompok tanpa perlakuan atau langsung dilakukan
pengukuran absorbansi. Sedangkan dua belas kelompok kedua diberi
perlakuan dengan memanaskannya dibawah sinar matahari selama
satu jam.
4. Hitung konsentrasinya

2
B. Hasil

Konsentrasi asam askorbat ditentukan sesuai dengan hukum Lamber Beer yaitu
=
dengan A= absorbansi; = Absorptivitas; b= tebal kuvet; c= Konsentrasi.

Gambar 1. Grafik antara konsentrasi dengan Absorbansi

Berdasarkan kurva tersebut, diperoleh persamaan regresi linier untuk asam


askorbat adalah y = 0,0224x + 0,1126 dengan nilai R2 sebesar 09862. Setelah diukur dengan
spektrofotometer Uv-vis. Berdasarkan hasil pengukuran penulis, diperoleh konsentrasi asam
askorbat sebelum diberi perlakuan adalah berada pada rentang 618,57-3637,50 ppm dan
setelah dipanaskan di bawah sinar matahari, konsentrasinya mengalami penurunan menjadi
384,64-2396,43 ppm dan persentase penurunannya sebesar 1,97-58,79%.

Setelah itu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk yang
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,161 atau p>0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.

3
Selanjutnya untuk menguji hipotesis digunakan uji parametric berupa
paired sample t-test yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,001 atau p>0,05 yang
artinya bahwa konsentrasi asam askorbat sebelum dan setelah perlakuan berbeda signifikan.
Hasil analisis uji beda rata-rata menunjukkan bahwa pemanasan minuman kemasan dalam
satu jam di bawah sinar matahari dapat menurunkan kadar asam askorbat secara signifikan.

4
PEMERIKSAAN KADAR Fe DALAM HATI AYAM RAS DAN AYAM
BURAS SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar besi (Fe) dalam hati ayam ras
dan ayam buras serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar besi (Fe) dalam
hati ayam ras dan ayam buras. Analisis kadar besi dalam penelitian ini menggunakan
spektrofotometer serapan atom dengan nyala udara-asetilen karena metode tersebut dapat
menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi oleh keberadaan logam lain dan cocok untuk
pengukuran sampel dengan konsentrasi rendah. Hati ayam merupakan salah satu makanan
sumber Fe yang sangat dibutuhkan untuk mencegah anemia. Masyarakat mengenal dua jenis
ayam, yaitu ayam ras dan ayam buras. Ayam ras mendapatkan pakan konsentrat sedangkan
ayam buras mendapatkan pakan yang bervariasi yaitu dedak, jagung, kacang-kacangan, biji-
bijian, daun-daunan, dan makanan asal hewan misalnya bekicot. Ayam memperoleh besi
dari pakannya dan menyimpannya didalam tubuhnya. Tempat penyimpanan terbesar besi
didalam tubuh adalah hati sehingga dimungkinkan hati ayam ras dan ayam buras tersebut
mengandung besi dengan kadar yang berbeda.

PROSEDUR PENELITIAN:
Timbang 5 gram sampel yang telah diblender sampai homogen
Dimasukkan kedalam Erlenmeyer
Tambahkan 25 ml asam nitrat 65% v/v
Diamkan dalam temperatur ruangan selama 24 jam
Dipanaskan di atas hotplate pada temperatur sekitar 100C selama dua jam atau lebih
sampai terbentuk larutan kuning jernih dan uap nitronya hilang
Tambahkan 5 ml HNO3 1 N dan diimasukkan kedalam labu ukur 25 ml
Diencerkan dengan aquabidest sampai garis tanda lalu disaring menggunakan kertas
saring Whatman No.42 sebanyak dua kali dengan membuang 2 ml filtrat pertama.
Larutan ini dibuat untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dengan spektrofotometer
serapan atom (AOAC, 1990).
Analisis Kualtitatif dan Analisis Kuantitatif :
Analisis Kualitatif :
Menggunakan amonium tiosianat 0,1N terbentuk warna merah.
Analisis Kuantitatif :
Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan baku besi (1000 g/ml) dipipet sebanyak
10 ml
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
Kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 1 N
Ditepatkan dengan aquabidest hingga garis tanda (konsentrasi 100 g/ml)
Lalu dipipet 0,5 ml; 1,0 ml ; 2,0 ml; 3,0 ml; dan 4,0 ml masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
Kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 1 N
Ditepatkan dengan aquabidest hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 0,5 g/ml; 1,0 g/ml; 2,0 g/ml; 3,0 g/ml; dan 4,0 g/ml
Lalu diukur pada panjang gelombang 248,3 nm.

Penetapan Kadar Besi dalam Sampel :

5
Larutan sampel hasil dekstruksi diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometri serapan atom dengan nyala udara-asetilen pada panjang
gelombang 248,3 nm
Pengukuran dilakukan sebanyak 6 kali perulangan untuk setiap sampel yang
telah didestruksi
Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis
regresi dari kurva kalibrasi.
Kadar besi dalam sampel (mcg/g) dapat dihitung dengan rumus:

Penentuan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)


LOD dan LOQ dapat dihitung dengan rumus :

6
DATA YANG DIPEROLEH DAN CONTOH PERHITUNGAN
Analisa Kualitatif
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Fe.

Keterangan:
+ = Mengandung mineral
HAR = Hati Ayam Ras
HAB = Hati Ayam Buras

Analisis Kuantitatif
Kurva Kalibrasi Fe

Berdasarkan kurva kalibrasi di atas diperoleh hubungan antara konsentrasi mineral


dengan absorbansinya dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,9988. Harga r berada pada
rentang nilai antara -1 r 1. Nilai r 0,95 menunjukkan adanya korelasi linier yang
menyatakan adanya hubungan antara X dan Y (Shargel dan Andrew, 1999). Pemeriksaan
kadar besi dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang yang
memberikan absorbansi maksimum, yaitu 248,3 nm. Kadar besi diperoleh dari persamaan
garis regresi larutan standar masing-masing mineral tersebut.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa hati ayam ras mengandung besi dengan kadar lebih
rendah dibandingkan hati ayam buras. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh
nilai thitung melewati nilai ttabel sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan
signifikan kadar besi antara hati ayam ras dan ayam buras.

7
Uji Validasi Metode
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Berdasarkan data kurva kalibrasi diperoleh batas deteksi sebesar 0,1819 g/ml
sedangkan batas kuantitasi sebesar 0,6065 g/ml. Hasil pengukuran konsentrasi larutan
sampel menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut berada diatas batas deteksi dan batas
kuantitasi, dimana konsentrasi hasil pengukuran Fe yang terkecil adalah 0,9961 g/ml. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa databyang diperoleh dari hasil pengukuran memenuhi
kriteria cermat dan seksama.

Tabel 3 menunjukkan hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali memberikan
ketepatan pada pemeriksaan kadar mineral dalam sampel. Menurut (Ermer dan Miller,
2005), suatu metode memenuhi kriteria tepat jika nilai recovery-nya antara 80120%. Uji
perolehan kembali adalah salah satu dari uji validasi analisis untuk melihat kecermatan
analisis yang dilakukan. Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya (Harmita, 2004). Koefisien variasi (RSD)
juga memberikan ketelitian yang memuaskan. Pada Tabel 3 dapat dilihat RSD Fe pada hati
ayam ras dan ayam buras masingmasing sebesar 1,02 dan 0,15. Hasil ini telah memenuhi
kriteria seksama atau teliti. Pada kadar satu persejuta (ppm) suatu metode dikatakan
seksama atau teliti jika koefisien variasi 16 % (Harmita , 2004).

KESIMPULAN
Hasil analisis besi pada hati ayam ras dan ayam buras menunjukkan kadar besi pada
hati ayam ras (7,16 0,077) mg/100g; sedangkan pada hati ayam buras (24,94 0,039)
mg/100g. Hasil uji t dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan pada kandungan besi dalam hati ayam ras dan ayam buras.

Vous aimerez peut-être aussi