Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Hakikat Pengetahuan
Hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana
memperoleh pengetahuan tersebut.
Ada 2 teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu yaitu :
a. Realisme, teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam pengetahuan,
ajaran realism percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara ada hal hal yang hanya
terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri serta yang hakikatnya tidak terpengaruh
oleh seseorang.
b. Idealisme, ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil, premis pokok yang diajukan
oleh idealism adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta,
idealism tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu gagasan yang
tidak jelas dan bukan hakikat.
b. Pancaindera (Empirisme)
Semua pancaindera seperti sentuhan, ciuman, penglihatan, pendengaran dan deria
rasa merupakan seumber pengetahuan yang utama dan amat berguna bagi manusia untuk
berinteraksi dengan alam sekelilingnya dengan mudah dan betul. Kelima-lima
pancaindera ini merupakan satu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui
beberapa percubaan dan pengalaman yang berulang-ulang. Bagaimanapun kebenaran
yang diperolehi tidak semestinya selalu betul dan tepat. Pancaindera kadangkala di dalam
keadaan tertentu gagal memberikan gambaran atau penglihatan umpamanya matahari
kelihatan kecil oleh mata sedangkan kenyataannya adalah sebaliknya.
c. Akal (Rasionalisme)
Akal merupakan sumber utama pengetahuan manusia, malah perbezaan antara
manusia dan haiwan adalah melalui hasil tamadun yang diusahakan oleh manusia
berpunca dari pemikiran akal manusia yang kreatif. Dengan akal manusia dapat
menimbang dan membezakan antara yang baik dan buruk, walaupun mungkin ianya tidak
bersifat kebenaran secara mutlak namun ianya memadai untuk mengatasi masalah
kehidupan seharian. Bagaimanapun Allah s.w.t menyuruh manusia menggunakan
semaksima mungkin kedua-dua daya akal dan pancaindera yang dianugerahkan
kepadanya agar dapat sampai kepada pengetahuan sahih dan kebenaran yang tidak
menyesatkan. Al-Quran banyak menyebut seruan serta galakan daripada Allah s.w.t agar
manusia dapat memerhatikan alam sekeliling mereka dengan akal dan pancaindera bagi
mencari kebenaran yang hakiki.
e. Hati (Fuad)
Kata fu`ad dan yang seakar kata dengannya tersebar dalam 16 ayat. Semuanya
dalam bentuk kata benda, yakni al-fu`ad dan al-af`idah. Mahmud Yunus mengartikannya
sebagai hati atau akal. Kedua kata ini seakar dengan f`idah (jamak: faw`id) artinya
faedah atau guna. Makna yang dapat ditarik dari penggunaan Al-Quran terhadap kata al-
fu`ad dan al-af`idah adalah bahwa al-fu`ad memiliki fungsi akal (memahami, mengerti),
sama dengan al-qalb. Dalam surat Yusuf/12: 120 disebutkan yang artinya
Dan semua kisah-kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar
dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu
(segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman.
Secara tekstual, Allah menceritakan, yang bermakna Nabi Saw mendengarkan
kisah-kisah Rasul terdahulu. Lalu dengan kisah-kisah itu menjadi kuat fu`ad (hati) Nabi.
Dengan al-fuad itu berarti Nabi mendapatkan makna atau hikmah sejarah.
Dalam ayat lain disebutkan yang artinya
Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh hampir saja dia menyatakan (rahasia
tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang
yang beriman (kepada janji Allah).
Makna al-fuad dalam ayat terakhir juga sama dengan makna al-fuad pada ayat
sebelumnya. Makna yang sama juga dinyatakan oleh Allah ketika menjelaskan bahwa
hati Nabi Saw tidak mendustakan apa yang ia lihat oleh beliau ketika Jibril mendekat
kepadanya untuk menyampaikan wahyu.(An-Najm/53: 1-19). Berdasarkan ayat-ayat di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa al-fu`ad merupakan sentral dan pengendali bagi
aktifitas al-aql dan al-qalb dalam menetapkan pengetahuan yang benar, baik dan
berguna bagi manusia.
Secara umum, bagi Al-Qur`an indera dalam dan luar manusia seperti al-aql, al-
qalb, al-fuad, al-sam, al-absaradalah alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dan
obyek pengetahuan adalah ayat-ayat Allah baik yang qauliyah/tanziliyah maupun
yang kauniyah. Berbeda sekali dengan perspektif Barat yang memandang bahwa akal dan
indera sebagai fakultas yang memberi manusia pengetahuan. Hemat penulis, Barat
berpandangan demikian karena hirarki pengetahuan mereka hanya berhenti pada tataran
empirikal. Asumsi-asumsi teologis-metafisik telah terputus dari epistemologi keilmuan
Barat, sejalan dengan pandangan humanis mereka yang sekular-ateistik