Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
Aisyah, S.Kep
NPM: 16149012220619
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
(Hj. Ruslinawati,Ns.,M.Kep)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas berkat karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Studi Kasus ini yang berjudul Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik
Dengan Diagnosa Hipertensi . Yang diajukan penulis untuk memenuhi syarat menempuhstase
keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik pada program profesi ners Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan laporan ini masih menemukan kesulitan,
tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat memperbaiki
dan melengkapi laporan ini hingga terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak M. Syafwani, SKp.,M.Kep.,Sp.Jiwa selaku direktur Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
2. Hj. Ruslinawati, Ns.,M.Kep.selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan.
3. Ibu Novia Heriani, Ns.,M.Kep selaku Pembimbing stase keperawatan Gerontik yang telah
meluangkan waktunya membimbing dan membagikan ilmu serta memberikan arahan pada
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan, namun penulis
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga laporan ini dapat
selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis dengan rendah hati menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi lebih baik diwaktu yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
BAB 1
PENDAHULUAN
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat diperkirakan
bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu penyakit degeneratif
yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi
pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan
penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia
dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan bertambahnya
usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit menurun sedangkan tekanan
sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko penyebab
kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 % dari seluruh
kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal
ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun
2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana
60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal ginjal.
Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 73% dari
seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh
darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah
hipertensi. (Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang
tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan
pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung
meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa
kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada
kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya
pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup.
(Bahrianwar, 2009)
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi
hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan
darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia
mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 /
89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015
dan menjadi 42 % pada tahun 2025. (Zamhir, 2006).
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi, pengenalan
berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu mendapatkan perhatian oleh
karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan secara keseluruhan. Dahulu hipertensi
pada lanjut usia dianggap tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk
diturunkan. Memang teori ini didukung oleh observasi yang menunjukkan turunnya
tekanan darah sering kali diikuti pada jangka pendeknya oleh perburukan serangan iskemik
yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir ini dari penyelidikan epidemiologi maupun trial
klinik obat-obat antihipertensi pada lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia
merupakan risiko yang paling penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan
penyakit ginjal. Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi
pada lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering ditemukan
pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas (Sri Rahayu : 2000 : 7 ).
Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan dan pengawasan yang
baik.Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah
jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi
makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta
merubah kebiasan hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi
seperti merokok, minum-minuman beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan
yang mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara mempertahankan berat badan
ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan alcohol. (Dr. Wendra Ali
1996 : 3, 20, 21).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi,
maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti :
1.1.1. Ketidak patuhan diit rendaah garam dan rendah lemak.
1.1.2. Potensial terjadinya komplikasi bagi penderita.
1.1.3. Sumber daya keluarga kurang.
1.1.4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung).
Untuk mencapai tujuan perawatan kesehataan lansia yang optimal, sangatlah penting peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Adapun peran perawat dalam membantu lansia yang menderita penyakit hipertensi antara
lain : mampu mengenal asuhan keperawatan pada lansia yang menderita penyakit
hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan lansia, sebagai koordinator
pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik kesehatan, sebagai penyuluh dan
konsultan dalam asuhan perawatan dasar pada lansia yang menderita penyakit hipertensi.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan lansia secara langsung dan komperhensif meliputi
aspekbiologis dan psikologis dengan pendekatan proses keperawatan lansia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Lansia.
1.2.2.2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Lansia.
1.2.2.3. Dapat menentukan rencana keperwatan pada Lansia.
1.2.2.4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
perencanaan pada Lansia.
1.2.2.5. Dapat melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada Lansia.
1.2.2.6. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan Keluarga yang telah
dilaksanakan pada Lansia.
1.3. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif
yang berbentuk studi kasus melalui :
1.3.1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan tekhnik
inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
1.3.2. Wawancara
Wawancara yaitu kegiatan aktif dengan menanyakan secara langsung tentang data
atau informasi kepada keluarga.
1.3.3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu upaya untuk mengambil data melalui pemeriksaan klien
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1.3.4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu memperjelas pada status klien dengan catatan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
1.3.5. Partisipasi aktif
Dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2008).
1.3.6. Studi Kepustakaan
Melalui studi literatur yang di peroleh dari buku sumber dan referensi hasil para
ahli yang ada kaitannya dengan studi kasus tersebut dan mencantumkannya sebagai
landasan lain.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu
hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur
panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-
masing individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi,
anak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan
umur diatas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu
persiapan untuk menyambutb hal tersebut agar nantinya tidak menimbulkan fisik,
mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000)
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana
tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan
disertai mulai menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel
dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara
perlahan-lahan yang biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua.
Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit.
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah
sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi
perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam, sistem
muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak
dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang
berkurang 10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah,
sehingga tidak ada regenerasi sel. Berkurangnya jumlah sel saraf (neuron) dan
kematian sel secara terus-menerus menyebabkan seseorang menjadi demensia
(Khalid Mujahidullah, 2012)
Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua
biologia antara lain, sebagai berikut:
a. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)
Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel
mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan
bertambahnya usia (Lueeckenote, 1996). Selain diatas, dikenal juga
istilah Jam Biologis Manusia diasumsikan sebagai waktu dimana
sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk
menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa
perubahan kondisi fisik pada manusia dipengaruhi oleh adanya
kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun
sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.
b. Teori kesalahan (Error Theory)
Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan
substansi pembangunan/pembentuk sel baru. Peningkatan usia
memengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih
besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
Konsep yang diajukan oleh ORGEL (1963) menyampaikan bahwa
kemungkinan terjadinya proses menua adalah akibat keslahan padaa
saat transkrip sel pada saat sintesa protein, yang berdampak pada
penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel
baru relatif sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses
transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim dan
rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi
secara tepat. Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi
sel berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi
yang akhirnya dapat mengubah komposisi yang berbeda dari sel awal
(Sonneborn,1979).
c. Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory )
Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana
kala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus.Teori ini
dikenalakn oleh Weisman (1891).Hayflick menyatakan bahwa
kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena
dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-
sel tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa proses menua
merupakan proses pra-program yaitu proses yang terjadi akibat
akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai
Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan
keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan.
(Matesson ,Mc.Connell,1988).
d. Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi
akibat kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi
oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Secara normal
radikal bebas ada pada setiap individu dan dapat digunakan untuk
memprediksi umur kronologis individu.Disebut sebagai radikal bebas
disini adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi,
merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan elektron yang
bebas tidak berpasangan.Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk
dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja metabolisme
tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk akibat;
1. Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan,ozon
dan pestisida.
2. Reaksi akibat paparan dengan radiasi.
3. Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.
Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen
seperti Alumunium, Seng, dan Magnesium. Dari konsep diatas, maka
implikasi keperawatan yang dapat diterapkan antara lain:
1. Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi
perawat untuk memperhatikan teori proses menua.
2. Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari
perilaku kehidupan normal yang tidak perlu dipatasi secara
berlebihan, tetapi lebih cenderung untuk memodifikasi perilaku
sebagai akibat perubahn fisik dari menula itu sendiri. Perilaku
hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap
dalam batas normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.
3. Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-
perubahan dasar biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi
makanan yang sehat, cukup gizi dan menhindari faktor-faktor
resiko pencetus stres fisik dan pembentuk radikal bebas
merupakan salah satu upaya untuk menurangi proses menua
secara biologis.
4. Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan
pemenuhan kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi
yang positifdalam peningkatn performen individu itu sendiri.
5. Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau
polutan yang tinggi merupakan langkah yang bisa ditempuh untuk
menghindari cepatnya proses menua secara biologis.
6. Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya
pemenuhan kebutuhan pasien akan sarana dari prasarana yang
menunjang pencapaian kebutuhan hidup serta meningkatkan
kualitas hidup melalui pengadaan alat-alat aktivitas yang
memadai, mengurangi resiko stres fisik berlebih serta terindar dari
polusi.
2.2.2.2. Teori Psikologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi
biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan
sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan
memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan
melalui banyak peristiwa.Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah
berupaya untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal
tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir
hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses penuaan yang sukses contoh dari
teori ini termasuk teori kepribadian.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur
dalam tahun-tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang
penelitian yang pantas dipertimbangkan.Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa
yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia
berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah
penting kesehatan. Didalam konsep intoritas dari Jung, separuh
kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memeiliki
tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
b. Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang
rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik
yang dikenal dalam bidang ini.Tugas perkembangan adalah aktivitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses.Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu
melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas. Pada kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko
untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat yang
terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan
perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan
pertama kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses
penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung
jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi
yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab
telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan
kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu
untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat
adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada
generasi muda.
Hipertensi, kenaikan tekanan darah diastolic dan sistolik, ditemukan dalam dua tipe
: hipertensi esensial (primer) yang paling sering terjadi, dan hipertensi sekunder,
yang disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain yang dapat di identifikasi
(kowalak et.al 2012).
2.2.2. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori:
2.2.2.1. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi
seperti berrtambahnya usia , faktor psikologis , dan keturunan. Sekitar
90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya.
2.2.2.2. Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis arteri
renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron,
pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi. Adapun factor
pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan,
lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi
Purwati, 2000 : 25 )
2.2.3. Patofisiologi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh
tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan tekanan
peririfer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan kardiak output dan tekanan perifer
menurun.
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh
darah otak (Sri Rahayu, 2000: 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD. dr
Soetomo,1997).
2.2.6. Penatalaksanaan
Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
2.2.6.1. Pengaturan diit (Nutrisi)
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya komplikasi.Sebelum pemberian
nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan pengetahuan tentang jumlah
kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (untuk orang
sehat rata-rata mengandung 2800 - 6000 mg per hari ). Sebagian besar
natrium berasal dari garam dapur.
Rencana tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien
hipertensi adalah:
2.3.3.1. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
cara pengaturan diet yang benar.
a. Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.
b. Kriteria hasil
1. Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan
diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
2. Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai
anjuran.
c. Rencana tindakan
1. Beri penjelasan kepada keluarga cara
pengaturan diet yang benar bagi penderita hipertensi.
2. Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga ,bagaiman caranya menyediakan makan-makanan rendah
garam bagi penderita hipertensi.
d. Rasional
1. Dengan diberikan penjelasan diharapkan
keluarga menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat
dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi
untuk klieh hiperetensi
2. Dengan diberikan penjelasan keluarga
mampu menyajikan makanan yang rendah garam.
a. Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman
obat keluarga.
b. Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat
membantu untuk pengobatan hipertensi.
c. Rencana tindakan
1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
2. Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis
tumbuhan/tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
3. Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha
memiliki tanaman obat keluarga.
d. Rasional
1. Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
2. Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
3. Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi
tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan.
2.3.4. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put) dan
penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian
input dan porses.
BAB III
A. Identitas
Nama : Ny.S
Umur : . tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Pandan Sari
Suku Bangsa : Banjar
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Sumber Informasi : Klien
Diagnosa Medis : Hipertensi
B. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri pada bagian belakang kepala
dan terasa kaku pada leher.
Klien mengatakan klien waktu berumur 45 tahun klien pernah mengalami mimisan..
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa
seperti klien .
Klien mengatakan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan hanya berdiam diri
dirumah dan seminggu sekali ke tempat yasinan.
G. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
keadaan umum klien baik, klien mampu bergerak secara perlahan, klien beraktifitas
denganmandiri dalam melakukan aktifitas sehari- hari.
Kesadaran: Kesadaran klien composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
N : 96 x/menit
T : 36,50 C
R : 24 x/menit
a) BAK
Frekuensi : tidak tentu kadang-kadang 5-7x/ Hari
Warna : normal, kuning jernih
Keluhan : klien mengatakan BAK lancar
b) BAB
Frekuensi : Tidak tentu kadang 2 hari sekali
Warna : kuning
Konsistensi: lembek dan tidak keras
Bau : bau khas BAB
Keluhan : tidak ada keluhan/ kesulitan dengan BAB
klien mengatakan bila ada masalah yang membuat klien tidak bisa diselesaikan
sendiri klien biasa selalu menceritakan masalahnya kepada anak-anaknya.
N
Data Problem Etiologi
O
1. DS: Nyeri akut agen injuri biologis
Klien mengatakan nyeri pada bagian
belakang kepala dan terasa kaku
pada leher
P: klien mengatakan nyeri pada
kepala
Q: nyeri seperti ditekan-tekan
R: nyeri pada kepala
S: skala 3 (ringan) (skala 1-10)
T: Kadang-kadang
DO:
TTV:
TD: 160/100 mmHg
N: 96 x/menit
T: 36,50 C
R: 24 x/menit
IV. INTERVENSI
N Diagnosa Perencanaan
O Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
injuri biologis keperawatan sebanyak8x pertemuan, 2. Kaji skala nyeri
diharapkan nyeri klien berkurang 3. Ajarkan teknik non
farmakologi (tehnik
atau hilang, skala nyeri=0.
relaksasi) untuk
Kriteria hasil: mengatasi nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
Hari/ Implementasi
No.
Tanggal/ Evaluasi
Dx
Jam
Kamis/ 1. Melakukan pengkajian TTV
Februari 2. Melakukan pengkajian skala S: - klien mengatakan kadang-kadang
2017/
13.00
wita
I nyeri
3. Mengajarkan teknik
masih merasa sakit kepala
non P: klien mengatakan nyeri pada
farmakologi (tehnik relaksasi) kepala
untuk mengatasi nyeri (napas Q: nyeri seperti ditekan-tekan
dalam) R: nyeri pada kepala
S: skala 3 (ringan) (skala 1-10)
T: Kadang-kadang
-
O: - TTV:
TD: 160/100 mmHg
N: 96 x/menit
T: 36,50 C
R: 24 x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
O: - TTV:
TD: 150/100 mmHg
N: 90 x/menit
T: 36,40 C
R: 22x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
O: - TTV:
TD: 150/90 mmHg
N: 88 x/menit
T: 36,20 C
R: 22x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
non O: - TTV:
farmakologi (tehnik relaksasi) TD: 140/90 mmHg
untuk mengatasi nyeri (napas N: 90 x/menit
dalam) T: 36,00 C
R: 22x/menit
P: Intervensi dihentikan.
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan