JURNAL TUGAS AKHIR
STUDI PEMODELAN ALIRAN KONTAMINAN PENCEMAR KROMIUM (Cr)
PADA DEPOSIT TANAH PASIR DENGAN METODE UJI LAB MENGGUNAKAN
TANGKI PERMEABILITAS,
OLEH:
ST!
A JUSTITIA CHRISTINE
D12110251
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVE
SITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014STUDI PEMODELAN ALIRAN KONTAMINAN PENCEMAR KROMIUM (Cr)
PADA DEPOSIT TANAH PASIR DENGAN METODE UJI LAB MENGGUNAKAN
TANGKI PERMEABILITAS,
Tri Harianto ', Ardi Arsyad |, Stella J. Christine”
ABSTRAK. Kromium (Cr) yang merembes ke dalam air tanah akibat pencemaran limbah industri sangat
Hh itu Sendiri dan juga bagi Kesehatan manusia, Salah satu cara untuk meminimalisasi
pencemaran air tanah olch Kromium (Cr) adalah dengan mengetahui terlebih dahulu pola distribusi kontaminan
di dalam sistem air tanah untuk mendapatkan strategi penanganan pencemaran yang tepat. Air tanab itu senditi
adalah sumber daya alam yang memiliki sifat yang kompleks dan memuliki banyak Variabel schingga diperlukan
adanya pemodelan yang dapat memperlihatkan kejadian dalam sistem air tanah secara sederhana, Penelitian ini
memodetkan aliran transport kontaminan Kromium (Cr) melalui pasir sebagai media berpori menggunakan
tangki permeabilitas. Hasil yang didapatkan berupa garis equipotential pada beberapa titik yang berasal dari
pembacaan tckanan manometer pada tangki permeabilitas. Berdasarkan mekanisme adveksi-dispersi serta efek
retardasi yang terjadi saat pemodelan, didapatkan hasil kecepatan penjalaran wama kontaminan Kromium (Cr)
10 ppm adalah 0,00639 cms,
Kata kunci : Kromium (Cr), air nah, pencemaran air tanah, pemodelan aliran kontaminan, tangki permeabilitas
ABSTRACT. Chromium (Cr) which seeping into the groundwater due to industrial waste contamination is very
‘harmful to the groundwater itself and also for human health. One way to minimize the contamination of ground
water by Chromium (Cr) 1s to know first the distribution patterns of contaminants in groundwater system to get
the appropriate contamination management strategies. The Groundwater itself is a natural resource that has
complex characteristics and a lot of variables that needed modeling which can show the simple system occured
in groundwater. This research modeled the transport flow of Chromium (Cr) contaminant through sands as a
porous media using the permeability tank. The results showed equipotential lines at several poimts derived from
‘manometer pressure readings on the permeability tank. Based on the mechanism of advection-dispersion and
retardation effects occured when modeling, the results of propagation speed of contaminants color on
Chromium (Cr) 10 ppm is 0.00639 em /s
Key words : Chromium (Cr), ground water, ground water contamination, contaminant flow modelling,
permeability tank
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
‘Maluasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIAPENDAHULUAN
Air tanah adalah air yang bergerak
dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antara butir-butirtanah yang
membentuk itu dan didalam retak-retak
dari batuan, Yang terdahulu disebut air
lapisan dan yang terakhir disebut air celah
(fissure water) (Mori dkk., 1999 ;
iloputri dkk., 2004).
Air tanah dan air permukaan saling
berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dil) terhadap air
tanah akan memberikan reaksi terhadap air
permukaan, demikian sebaliknya. Lapisan
yang mudah dilalui oleh air tanah disebut
lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir dan kerikil, sedangkan
lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut
lapisan impermeable, seperti _lapisan
Jempung atau geluh
Suatu formasi geologi_ yang
‘mempunyai kemampuan untuk
menyimpan dan meloloskan air tanah
dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau
mata air-mata air disebut akuifer. Menurut
Kruseman dan Ridder (1970) bahwa
macam-macam akuifer adalah akuifer
bebas, akuifer tertekan, akuifer semi
tertekan, dan akuifer semi bebas.
Menurut Selintung (2011), air
dapat berasal dari air hujan maupun air
permukaan yang masuk ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah. Air tanah dapat
berupa mata air, air tanah dalam maupun
air tanah dangkal. Dalam rangka menjaga
kelestarian air tanah, maka perlu dijaga
keseimbangan antara_pengisian dan
pengambilannya serta keamanan daerah
tersebut dari Kontaminasi zat pencemar
Kualitas air tanah menjadi sangat
penting, karena sebagian besar pengguna
air tanah menggunakan air tersebut secara
langsung sehingga akan lebih baik jika
dijaga kualitasnya dibanding mencemari
kemudian memperbaikinya karena begitu
banyak dan beragamnya —kontaminan
dengan tingkat bahaya yang bervariasi
serta mahalnya biaya untuk memulihkan
kualitasnya, Pencemaran tanah dan air
tanah telah terjadi di berbagai tempat b
dalam skala kecil maupun besar_sebab
harus diakui bahwa sangat mudah untuk
menjadikan tanah sebagai tempat buangan
akhir bagi limbah. Pemenuhan dan
peningkatan tingkat kesehatan masyarakat
mengharuskan pengujian —laboratorium
untuk mengetahui kualitas air. Adapun
parameter wajib yang harus dipenuhi
dalam persyaratan kualitas air minum
menurut Permenkes No.492 Tahun 2010.
Menurut USCS (Unified Soil
Classification System), butiran dibedakan
3 fiaksi, yaitu pasir (4,75 ~ 0,074 mm),
lanau (0,074 — 0,01 mm) dan lempung (<
0,01 mm ). Tanah digolongkan berbutir
halus apabila lebih dari 50% dari berat
sampel lolos. ayakan no, 200, dan
sebaliknya jika lebih dari 50% tertahan
saringan no. 200 maka digolongkan tanah
berbutir kasar. Untuk butiran kasar (>
0,074 mm) digunakan analisa saringan
(sieve analysis), sedangkan untuk butiran
halus (< 0,074 mm) digunakan analisa
sedimentasi (/pdrometer analysis).
Tanah termasuk bahan yang,
permeable sehingga air dapat mengalir
melalui pori-pori tanah dan juga susunan
butiran padat dan pori-pori di dalam tanah
saling berhubungan satu sama lain
sehingga air dapat mengalir dari satu titik
yang memiliki energi yang lebih tinggi ke
titik- yang memiliki energi yang lebih
rendah, Derajat permeabilitas ditentukan
oleh ukuran ori, jenis tanah, dan
kepadatan tanah yang dinyatakan dalam k
(satuan kecepatan cm/s atau m/s), Ada dua
macam uji standar di laboratorium yang
digunakan untuk menentukkan —harga
koefisien permeabilitas suatu tanah, yaitu
Uji tinggi Konstan (Constant Head Test)
dan uji tinggi jatuh (Falling Head Test)
Koefisien permeabilitas tergantung
pada ukuran rata-rata_pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel,
bentuk partikel dan struktur tanah. Secara
garis besar, makin kecil ukuran partikel,
makin kecil pula ukuran pori dan maki
rendah permeabilitasnya (Craig, 1991).
Krom atau Kromium adalah
suatu logam eras berwarna abu-abuski dalam suhu
tinggi dengan berat atom 51,996.
Kromium berasal dari_pelapukan batuan
asli, buangan industri (seperti _pabrik
kertas, petrokimia, baja dan plating),
aktivitas manusia lainnya dan juga
digunakan oleh industri Metalurgi
Refractory (heat resistent
application). Kromium terdapat stabil
dalam 3° valensi. Berdasarkan urutan
toksisitasnya adalah Cr-O, Cr-HII, Cr-VI
(Notodarmojo, 2005).
Sebagian besar kromium di udara
pada akhirnya akan mengendap dan
berakhir di perairan atau tanah, Cr(IIl)
terdapat di alam secara alamiah dan
merupakan salah satu unsur nutrisi_ yang
penting bagi manusia. Cr(VI) umumnya
dihasilkan dari proses industri. Apabila
dilihat dari sifat toksisitasnya Cr(V1) lebih
bersifat toksik dari pada Cr(III). Cr(V1)
memiliki sifat larut dalam air, mudah
diserap oleh tubuh dan tidak stabil karena
cepat berubah menjadi Cr(II1) apabila
direduksi oleh bakteri, Dalam hal ini, Cr
(III) dapat teroksidasi_ menjadi Cr(VI)
apabila limbah cair yang mengalir dari
pipa pembuangan bermuara di sungai yang
kemudian mencemaritanah Karena
didalam tanah mengandung MnO dan
mikroba yang mampu mengoksidasi_ Cr
(IID) menjadi Cr(VI) yang bersifat toksik
(Indis, 2011), Apabila Cr(VI) masuk
kedalam tubuh melalui saluran pernafasan
atau terminum melalui perantara air dan
tanah maka akan menimbulkan dampak
buruk bagi Kesehatan manusia_ seperti
gangguan pernafasan, kerusakan ginjal dan
hati, kanker paru-paru dan kematian
(Heryando, 2004)
Dalam upaya memahami proses
transport kontaminan pencemar dalam
tanah, hal yang perlu diperhatikan, yaitu
proses atau fenomena yang terjadi saat
berlangsungnya proses tersebut. Fenomena
penting dalam proses transport antara lain
adveksi, dispersi_hidrodinamik dan
retardasi (Notodarmojo, 2005)
Flow net terditi atas garis aliran
(Flow Lines) dan garis_ ekipotensial
(Equipotential Lines). Garis aliran adalah
suatu. garis sepanjang mana butir-butir
akan bergerak dari bagian hulu ke bagian
hilir sungai melalui media tanah yang
tembus air (permeable). Garis ekipotensial
adalah suatu garis sepanjang mana tinggi
potensial di semua titik pada garis tersebut
adalah sama, Kombinasi dari beberapa
garis aliran dan garis ekipotensial
dinamakan jaringan aliran (flow ned)
(Harnas, 2010).
Untuk menganalisis pengaruh
karakteristik tanah jenuh air terhadap tanah
pasir, menyelidiki bentuk pemodelan
sebaran Kromium (Cr) pada pasir dan
menganalisis perubahan garis
equipotential yang terjadi, —dilakukan
pemodelan dengan menggunakan_tangki
permeabilitas
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data primer diperoleh_ melalui
suatu pengukuran atau pengujian langsung,
dengan skal laboratorium. Pengujian
tersebut berupa pengujian karakteristik
tanah, pengenceran larutan kontaminan
pencemar Kromium (Cr), pengujian
transport Kontaminan pencemar pada aliran
air tanah dengan menggunakan tangki
permeabilitas, serta pengujian kadar
konsentrasi kontaminan. Data sekunder
adalah data yang diperoleh untuk
mendukung data hasil pengujian berupa
literatur, laporan atau hasil-hasil penelitian
sebelumnya
yang berpori yang,
dibutuhkan dalam pemodelan_ transpor
kontaminan adalah media yang memiliki
karakter visual yang sesuai sehingga dalam
pemodelan kali ini digunakan pasir yang
berwarna putih agar memudahkan
pengamatan penyebaran larutan Kromium
(Cr) yang sudah diberi pewarna makanan
berwarna merah. Pasir dipadatkan terlet
dahulu didalam alat dengan menggunakanbeban seberat 1 kg hingga pemadatan yang
dilakukan merata pada permukaan pasir
Untuk pengujian dan pemeriksaan
karakteristik tanah akan dilakukan
beberapa pengujian di laboratorium,
seperti pengujian analisa__saringan,
pengujian berat jenis, pengujian kadar air
dan pengujianpermeabilitas dengan
metode constant head test.
Persiapan —selanjutnya adalah
dengan melakukan proses pengenceran
terhadap — Kromium (Cr) _ sebagai
kontaminan pencemar dan akan digunakan
sebagai dye dengan pengenceran sebesar
10 ppm. Pembuatan _konsentrasi
kontaminan logam Kromium (Cr) 10 ppm.
pada penelitian ini dilakukan berdasarkan
rumus pengenceran yaitu:
M1xV1=M2xv2
dimana: M; = jumlah konsentrasi_ yang
diketahui (ppm)
V; = jumlah volume yang
diketahui (ml)
M> = jumlah konsentrasi yang
dicari (ppm)
V2 = jumlah volume yang dicari
(ml)
Tahap Penelitian
Pemodelan transport kontaminan
pencemar, dalam hal ini kontaminan yang
digunakan adalah = Kromium (Cr),
dilakukan dengan menggunakan_ tangki
permeabilitas, Pengamatan —dilakukan
terhadap aliran air dan transport pencemar
pada media pasir yang ditaruh dalam
tangki kaca, Di tangki kaca bagian tengah
diletakkan pembatas berupa baffle plate
yang tidak tembus air (impermeable)
sehingga volume pasir di dalam kotak kaca
terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian
hulu dan hilir. Terdapat pipa pelimpah di
sisi kiri dan kanan alat — tangki
permeabilitas yang diatur ketinggiannya
untuk mendapatkan tinggi muka air sesuai
yang telah ditentukan, Pemasukkan air ke
dalam alat agar merembes ke tanah untuk
mendapatkan kondisi jenuh dilakukan
dengan cara memasukkan air melalui
selang ke dalam set alat dimulai dari hilir
hingga tinggi muka air sama dengan
ketinggian pipa pelimpah lalu dilanjutkan
dengan mengisi air di sebelah hulu hingga
tinggi muka air sama dengan ketinggian
pipa pelimpah, lalu air dibiarkan mengalir
melalui pasir dari kedua sisi tersebut dan
merembes pada pasir. Kondisi jenuh
didapatkan saat tinggi muka air div hulu
sama dengan tinggi muka air di_hilir.
Pemodelan dilakukan dengan mengamati
tinggi tekanan dari berbagai titik dalam
pasir yang terjadi akibat _peristiwa
rembesan.
Alat dan bahan yang digunakan
dalam pemodelan transport kontaminan
pada media pasir adalah sebagai berikut
1. Pasir putih
Air
Larutan kontaminan Kromium (Cr)
10 ppm yang telah dicampur
dengan pewarna——-makanan
berwarna merah
4 Satu set
permeabilitas
Baffle plate impermeable
Alat penumbuk dengan berat I kg
Plastisin
Gelas ukur 1000 ml
Spoit 120 ml, jarum sunti
selang
10, Lem pipa
11. Stopwatch
12, Penggaris
13, Spidol atau isolasi
peralatan — tangki
dan
Pemodelan kontaminan_pencemar
membutuhkan pengaturan tinggi muka air
hulu dan hilir yang lebih hati-hati, Karena
kegiatan pemodelan ini membutuhkan
injeksi_ kontaminan logam berat, maka
tinggi muka air di hulu menentukkan bisa
atau tidaknya pencemar masuk ke dalam
massa pasir, Dengan mempertimbangkan
hal tersebut maka ditentukkan tinggi muka
air hulu adalah 44 cm dan tinggi muka air
hilir adalah 32.5 cm
Tekanan hidraulik di 22 titik dalam
massa pasir dapat diketahui melaluipembacaan manometer yang dipasang
pada sisi alas dan dinding tangki
permeabilitas
Dalam proses _masuknya_larutan
dye ke dalam pasir pada kegiatan
pemodelan —menggunakan _tangki
permeabilitas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu tekanan fluida di ujung
alat suntik pencemar karena hal ini dapat
menentukan bisa atau tidaknya larutan dye
masuk ke dalam pasir dan jarak horizontal
alat suntik dari tepi kaca karena hal ini
menentukan terlihat atau —_tidaknya
perjalanan dye dalam = pasir yang
digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian fisis tanah dilakukan
untuk mengetahui karakteristik dan jenis
dari tanah yang digunakan. Hasil yang
idapatkan dari beberapa pengujian dapat
rat pada tabel |
Tabel 1. Hasil Pengujian Fisis Tanah
Gambar 1. Ukuran-ukuran pada tangki dan
letak manometer
Jarum yang dimasukkan untuk
pemasukkan dye ke pasir, dimasukkan 2
cm dari tepi kaca di penampang atas pasir
dengan kedalaman penetrasi sebesar 5 em
Jarum dimasukkan bukan di tepi kaca agar
larutan berwama benar-benar_mengalir
melalui massa pasir, Jika penempatan
jarum terlalu dekat dengan tepi tangki,
dikhawatirkan proses transport pencemar
justruterjadi melalui tepi_kaca. Meski
proses transport pencemar yang terjadi
melalui kaca membuat penjalaran lebih
mudah diamati, tetapi tidak dapat mewakili
peristiwa adveksi dan dispersi
No Jenis— Satu—-Hasil denis
Pengujian an Pemerik- Tanah
saan
1 Annalisa > - Pasir
Saringan
2 BeratJenis - 2,662__—Pasir
fale Kader) AiroL oma 2 OS
4 Permeabilit cm/s 0.05 Pa
as Kasar
Pengujian dan penelitian yang
sesuai dengan rancangan metode yang
telah dijelaskan sebelumnya, dilakukan
untuk memperoleh kegiatan pemodelan
fisik yang terukur dan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan
Gambar 2. Penjalaran Warna Kontaminan
Kromium (Cr) pada Tangki Permeabilitas
Waktu yang dibutuhkan
kontaminan pencemar untuk mencapai satu
garis aliran seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2 dipengaruhi oleh kecepatan
rembesannya. Dalam hal inilah kita bisa
iat proses adveksi yang terja
Perbedaan yang semakin besar antara
ketinggian muka air di hulu dan_hilir
menyebabkan semakin besar pula
kecepatan adveksi yang terjadi. Karenabesamnya tekanan dari hulu menyebabkan
rembesan aliran berjalan dengan lebih
cepat dibandingkan jika perbedaan tinggi
mula air antara hulu dan hilir rendah
Penggambaran garis aliran dan
kontur tekanan dibawah ini pada gambar 3
dan 4 adalah penggambaran garis kontur
pada kondisi awal yaitu I jam pertama dan
pada kondisi jenuh pada ketinggian muka
air di hulu adalah 44 cm dan ketinggian
muka air di hilir adalah 32,5 em.
arus dan garis equipotential
wal yaitu 1 jam pertama
Gambar 4. Pola arus dan garis
equipotemtial pada kondisi jenuh
Saat kondisi jenuh didapatkan,
maka dilakukan injeksi kontaminan pada
media pasir dalam tangki permeabilitas
dengan mengatur ketinggian muka air di
hulu 44 cm dan ketinggian muka air di
hilir 32,5 cm, Saat penelitian, dilakukan
pembacaan manometer pada 12 titik yang
telah ditentukan secara acak yaitu titik 0
hingga tik K yang dapat dilihat pada
gambar 2 sehingga penagambaran garis
kontur tekanan dan arus aliran dibuat
mulai dari titik 0 hingga titik K
Gambar 5. Garis aliran dan garis
equipotential pada titik 0
Gambar 6. Garis aliran dan garis,
equipotemtial pada titik A
Gambar 7. Garis aliran dan garis
equipotential pada titik BGaml
e
Gambar 12. Garis aliran dan garis
equipotential pada titik G
Gambar 9. Garis aliran dan garis,
‘equipotential pada ttik D
Gambar 13. Garis aliran dan garis
equipotential pada titik H
Gambar 10, Garis aliran dan garis
equipotential pada titik E
Gambar 14, Garis aliran dan garis
‘equipotential pada ttik |
Gambar 1, Garis aliran dan garis
equipotential pada titik F
Gambar 15. Garis aliran dan garis
cequipotential pada titik JGambar 16, Garis aliran dan garis,
equipotemtial pada titik K
Gambar 5-16
memperlihatkan pola arus dan garis
equipotential yang terjadi selma
pemodelan transport —_kontaminan
berlangsung dimulai dari titik 0 hingga
titik K. Air tanah bersama dengan
kontaminan yang berada —_dalamnya
bergerak ke arah dimana energinya lebih
rendah. Dari pembacaan tekanan terlihat
bahwa semakin lama penjalaran dye maka
pembacaan tekanan pada manometer
semakin kecil karena adanya energi dan
dorongan tekanan yang semakin lama
semakin berkurang Karena sumber tekanan
juga semakin berkurang, Dapat dilihat dari
data pembacaan tekanan pada manometer
bahwa kontaminan Kromium (Cr) yang di
injeksikan menyebar dan mengendap
dalam pasir karena sifat kontaminan yang
pada umumnya tidak larut dalam air dan
mengendap pada partikel tanah juga massa
jenisnya yang 6 kali lipat lebih besar dari
massa jenis air. Tabel 2 menunjukkan
bahwa jumlah konsentrasi_ kontaminan
hampir tidak ada pada outlet yang keluar
dari air di hilir dengan pengujian
menggunakan lat AAS — (Atomic
Absorption Spectrofotometer),
Tabel 2. Hasil pengukuran konsentrasi
larutan dye
No Kode Contoh Cr (ppm)
1 Ekstrak Awal 9.845
2 Ekstrak Akhir 0.096
(Hasil Penelitian di Laboratorium Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Maros-
Sulsel)
Pasir_memiliki kemampuan yang
kurang —efektif dalam mereduksi
kontaminan Kromium (Cr) pada saat
pemodelan walaupun terjadi_penurunan
kadar kontaminan sebesar 99,025%.
Karena Kromium (Cr) memiliki sifat yang
tak larut dalam air, mudah_mengendap
sehingga pada outlet, _konsentrasi
kontaminan hampir tidak ada karena
mengendap dan massa jenisnya 6 kali lel
besar sehingga cenderung mengalir_ke
bawah mengikuti gaya gravitasi dan tidak
mengikuti aliran air tanah, Hal ini juga
dipengaruhi dengan proses pengenceran
yang terjadi saat pemodelan
Nilai kecepatan penjalaran ujung,
warna larutan kontaminan yang didapatkan
dari hasil penelitian adalah 0,00639 cm/s.
Pada gambar 17 diperlihatkan
kecepatan penjalaran warna dye dimana
kecepatan gerak kontaminan yang awalnya
cepat menjadi lambat. Hal ini disebabkan
karena adanya reaksi antara tanah dengan
kontaminan pencemar Kromium (Cr)
sehingga terjadinya efek — penurunan
kecepatan pergerakan atau transport
kontaminan yang disebut efek retardasi
Tabel 3. Hasil pengamatan penjalaran
warna dye
Titik Sarak Waktu
‘Tempuh (cm) —‘Tempuh (s)
A 69 110
B uy 77
c 18,7 1617
D 243 2092
E 303 2491
F 345 2960
G 37 3289
H aT 6644
I a 10737
J 49.2 11427
K 50,9 12045= 60 .
e =e
° so00 10000
WAKTU TEMPUH (5)
Gambar 17. Hubungan jarak terhadap
wakiu
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut
1, Karakteristik tanah jenuh air pada
pasir didapatkan dalam waktu 10
jam
2. Dalam pemodelan yang telah
dilakukan dengan. menginjeksikan
kontaminan Kromium (Cr) 10 ppm
ke dalam tanah pasir, pola
penyebaran yang terjadi dapat
dilihat melalui pembacaan data
tekanan manometer.
3. Perubahan pada garis equipotential
yang terjadi dalam pasir akibat
aliran tekanan ditunjukkan melalui
penggambaran kontur berdasarkan
data tekanan manometer yang
diperoleh pada saat pemodelan
4, Pasir memiliki kemampuan yang
kurang efektif dalam mereduksi
kontaminan Kromium (Cr) pada
saat pemodelan walaupun terjadi
penurunan kadar —_kontaminan
sebesar 99,025%.
Saran yang diajukan _setelah
penelitian ini adalah
1, Perlu dilakukan _pengembangan
penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan simulasi numerik
2, Minimalisir kesalahan-kesalahan
yang dapat terjadi seperti kesalahan
dalam —pembacaan manometer,
kesalahan dalam menentukkan titik
ujung warna saat penjalaran dye,
1s
kesalahan dalam penentuan waktu
dan jarak tempuh agar data yang
diperoleh lebih akurat
3. Perlu dilakukan pengujian_tanah
yang berada di hulu dan hilir agar
bisa dilihat jumlah konsentrasi
kontaminan yang mengendap pada
pasit
4. Diharapkan pada _penelitian
selanjutnya, variabel _penelitian
lebih banyak seperti kandungan-
kandungan lain yang terkandung
pada tanah sebagai media dan
bagaimana kontaminan _tersebut
bereaksi dengan kandungan-
kandungan lain tersebut agar data
lebih akurat dan teliti
5. Pada penelitian selanjutnya, perlu
untuk menguji tingkat kepadatan
tanah yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Craig, RF. 1991, Mekanika Tanah (Budi
Susilo S., Penerjemah). Jakarta
Penerbit Erlangga
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2010, Peraturan
Menteri- Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492 tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum
Heryando, P. (2004), Limbah Logam Berat
Yang Mengandung — Kromium.
Jakarta: Kimia UL
Indis, N. A, (2011), Pengurangan Cr (V1)
Menggunakan Metode Gabungan
Amara Karbon Aktif dan Sistem
Lumpur Aktif, Surabaya: Kimia ITS
Kruseman, G. P., N. A. de Ridder. 1970.
Analysis and Evaluation — of
Pumping Test Data. Wagenigen
International Institute for Land
Reclamation and Improvement
Notodarmojo, Suprihanto. 2005.
Pencemaran Tanah dan Air Tanah.
Bandung Penerbit Institut
Teknologi Bandung
Harnas, Rahmat. 2010. Tugay Hidrologi
Air Tanah, Makassar FakultasTeknik Jurusan —Geologi
Universitas Hasanuddin
Selintung, Mary. 2011, Pengenalan Sistem
Penyediaan Air Minum. Makassar
Penerbit AS Publishing.
Susiloputri, Santi., Farida, Savitri Nur.
2004. Pemanfactan Air Tanah
Untuk Memenuhi: Air Irigasi- Di
Kabupaten Kudus Jawa Tengah,
Semarang, Fakultas Teknik
Jurusan—Sipil_ Universitas
Diponegoro