Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan seperti telah diterangkan, lamanya kehamilan yang normal adalah
280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kadang-kadang
kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang
normal.
Anak baru mungkin hidup di luar kandungan di dunia luar kalau beratnya
telah mencapai 1000 gr atau umur kehamilan 28 minggu. Ada juga yang
mengambil sebagai batas untuk abortus dengan berat anak kurang dari 500 gr.
Makin tinggi berat badan anak waktu lahir, maka makin besar kemungkinannya
untuk dapat hidup terus. Faktor-faktor penyebab sangat banyak. Pada bulan-bulan
pertama dari kehamilan yang mengalami abortus hampir selain didahului oleh
matinya fetus.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%, namun
demikian frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena
sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
wanita tidak dapat ke dokter atau rumah sakit. Oleh karena itu bidan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan ANC, dalam
memberikan penyuluhan mengenai tanda bahaya kehamilan secara dini. Dengan
begitu maka kehamilan ibu akan terpantau dan dapat segera ditangani jika ada
komplikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah asuhan kebidanan dengan abortus adalah
supaya bidan dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan
pasien abortus
1
2. Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus.
2. Menginterpretasi data ibu hamil dengan abortus.
3. Mengantisipasi masalah potensial ibu hamil dengan abortus.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera ibu hamil dengan abortus.
5. Merencanakan tindakan dan rasionalisasi ibu hamil dengan abortus.
6. Melakukan rencana tindakan ibu hamil dengan abortus.
7. Melaksanakan evaluasi ibu dengan abortus.
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswi, khususnya Mahasiswi Akademi
Kebidanan dalam memahami tentang abortus dan dapat melakukan asuhan
kebidanan kepada pasien preeklamsia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
1. Faktor Ovum
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa
hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti
kelainan kromosom (trisomi & polyploidy). Pada ovum abnormal 6% diantaranya
terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari
satu bulan. Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga
disebabkan oleh kelainan lingkungan atau exogen (virus, radiasi, zat kimia).
2. Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, misalnya :
a) Infeksi akut yang berat : peneumonia, types dan lain-lain, dapat menyebabkan
abortus atau partus prematurus. Janin dapat meninggal oleh toxin-toxin atau
karena penyemburan kuman-kuman sendiri.
b) Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
- Anomalia congenital (hipoplasia uteri, tumor uterus, uterus bikornis, dan
lain-lain)
- Kelainan letak dari uterus seperti retroflexi uteri fixate
3
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti esterogen atau
progesterone, endometritis, mioma submoka.
- Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mioma)
- Distosia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
c) Gangguan sirkulasi placenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit netritis, hipertensi, toxemia
gravidarum, anomalia placenta, dan endarteritis oleh karena lues.
d) Antagonis resus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui placenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetis yang berakibat meninggalnya fetus.
e) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnya : sangat
terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain, atau
dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
3. Faktor Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia, dekompensasi, kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, dll), sinar roentgen,
avitaminosis. (Mochtar, R., 2002 : 209)
4. Kekurangan hormon
Corpus luteum dan trophoblast menghasilkan progesteron untuk
mempertahankan decidua. Jika kadar progesteron kurang maka akan
mempengaruhi pemberian makanan kepada foetus dan menyebabkan kematian.
Hormon lain terutama hormon tiroid, kadang-kadang dapat menyebabkan abortus.
6. Trauma
4
Trauma psikis dan trauma fisik jarang menyebabkan abortus. Pada
umumnya trauma yang berat atau trauma yang langsung mengenai uterus
(misalnya terkena tembakan peluru atau trauma tumpul pada perut) dan operasi
abdominal yang besar dapat merangsang terjadinya abortus.
7. Penyakit Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun seperti SLE dan antipofolipid antibody. Kejadian abortus spontan
diantara pasien SLE sekitar 10% disbanding populasi umum.
8. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat paparan obat dan kimia
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap gas
buangan anastesi dan tembakau
3. Manifestasi Klinis
a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas sympisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum donglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
5
4. Penatalaksanaan
1. Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Terapi :
Hanya dengan pemberian uterotonika.
2. Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
Terapi :
Bila ada tanda-tanda syok atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi
darah, kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital
dan kuretase. Setelah itu diberi obat-obat uterotonika dan antibiotika.
3. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Terapi :
Sama seperti pada abortus inkompletus.
4. Abortus imminens (keguguran membakat)
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-
obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah
beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kandungan masih
baik atau tidak kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka
sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
5. Missed abortion
Terapi :
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat
dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi atau kuretase. Dapat juga
dilakukan histeretomi anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan
antibiotika.
6. Abortus habitualis (keguguran berulang)
Terapi :
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari pada sesudahnya. Merokok
atau minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks
incompetent terapinya adalah operatif, shirodkar atau medonald (cervikal
curelage).
7. Abortus infeksiousus dan abortus septik
Terapi :
6
a. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
b. Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembukaan
dan uji kepekaan obat), berikan suntikan penisillin satu juta satuan tiap 6
jam, berikan suntikan streptomisin 50 mg setiap 12 jam, atau antibiotika
sprektrum luas lainnya.
c. 24 atau 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat
bila terjadi perdarahan banyak, lakukan dilatasi atau kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
d. Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman.
f. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan,
dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
7
Langkah II (kedua): Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut
terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda
lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar
diagnosa tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
8
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana
bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya
bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
9
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau
tidak akan dilakukan oleh klien.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data Geografi
1. Peta Wilayah Daerah Binaan
Terlampir
2. Batas-batas wilayah
a. Utara : Berbatasan dengan selat malaka
b. Selatan : Berbatasan dengan Bugak mesjid/bugeng
c. Timur : Berbatasan dengan Alue Kuta/Ulee Cee
d. Barat : Berbatasan dengan Pulo Pineng/Mns Dua
3. Luas Wilayah : 375 Ha
4. Pembagain administrasi Daerah :
a. Jumlah desa : 1 Desa (Desa Punjot)
b. Jumlah dusun : 4 Dusun
- Kuuk Manok
- Maprang Abu
11
- Ie Rho
- Matang kruma
c. Jumlah RT :-
d. Jumlah RW :-
12
Sakit kepala berat/terus menerus : tidak ada
Penglihatan kabur : tidak ada
Rasa nyeri/panas waktu BAK : tidak ada
Oedema : tidak ada
13
Operasi : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
4 Riwayat social
4.1 Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan? Ya direncanakan
4.2 Jenis Kehamilan yang diharapkan : laki-laki dan perempuan sama saja
4.3 Status perkawinan : Sah
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : 1 tahun
C. Pemeriksaan
1. Kesadaran umum : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmhg Denyut nadi : 70 x /menit
Suhu tubuh : 37 0C Pernafasan : 24 x/menit
3. Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : Sebelum hamil 50 kg sedang hamil 59 Kg
Kenaikan berat badan selama hamil : 9 Kg
4. Pemeriksaan fisik
4.1 muka tida ada eloasma Kelopak mata : tidak oedema
Sclera : tidak ikterik
Konjungtiva : merah muda
14
4.2 Mulut dan gigi tidak stomatitis lidah dan geraham : mulut bersih, gigi
tidak berlubang, caries : (-)
4.3 Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
4.4 Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
4.5 Dada :
Jantung : tidak ada mur-mur
Paru :tidak ada wheezing
Payudara : Pembesaran : ada kiri dan kanan
Putting susu : menonjol
Simetris : ya
Benjolan/tumor : tidak ada
Pengeluaran : ada tapi sedikit
Rasa nyeri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
4.9 Ano-genital
4.9.1 Inpeksi :
Premium : luka Perut : tidak ada
15
Vulva vagina ; warna : Kemerahan luka : tidak ada
Fistula : tidak ada Varises : tidak ada
Pengeluaran pervaginam : tidak ada Warna : tidak ada
Konsistensi : tidak ada Jumlah : tidak ada
Kelenjar bartolini : Pembengkakan : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
Anus : normal
D. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah :- Hb : - gr% Golongan darah :-
Urine : Protein : Tidak ada Reduksi : Tidak ada
16
V. Perencanaan Tindakan
- Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
- Anjurkan makan yang bergizi dan protein
- Jelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan
- Anjurkan kepada ibu untuk jangan bekerja yang terlalu berat dan
anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup.
- Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan.
- Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang.
VII. Evaluasi
Tanggal 13-6-2012 pukul 16:00 WIB datang ke Klinik untuk
memeriksakan kehamilannya dan setelah diperiksa menunjukkan bahwa
kehamilan ibu dalam keadaan tidak normal dan ibu sudah mengerti
sebagaian dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan.
17
- Banyak makan sayuran
- Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
- Jelaskan tanda-tanda bahaya pada kehamilan pada ibu
- Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
I : - Bina hubungan baik dengan ibu
- Menganjurkan ibu makan makanan yang mengandung protein
- Menanyakan keluhan ibu
E : Tanggal 13-6-2012 pukul 16:00 WIB datang ke klinik untuk memeriksa
kehamilan dan setelah pemeriksaan menunjukkan bahwa kehamilan ibu
dalam keadaan tidak normal dan ibu sudah mengerti dengan penjelasan-
penjelasan yang diberikan bidan.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
A. Kesimpulan
Asuhan Kebidanan pada Klien dengan Abortus memerlukan waktu dan
proses perawatan yang cepat dan tepat sehingga setelah dilakukan Asuhan
Kebidanan pada kasus tersebut didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian merupakan tahap yang sangat penting dan mendasari
Asuhan Kebidanan pada klien dengan abortus sehingga untuk menggali
dan mengumpulkan data yang lengkap diperlukan komunikasi yang efektif
dari Petugas Kesehatan bidan. Selain itu faktor sikap, tingkah laku,
ketrampilan dan penguasaan ilmu secara teoritis dapat membantu
terlaksananya asuhan kebidanan yang baik.
2. Dari hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan terhadap klien abortus
dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui sebab yang pasti, maka
petugas kesehatan dapat melakukan tindakan yang cepat dan tepat,
sehingga kematian dapat terhindarkan.
3. Pada umumnya klien abortus s dapat terhindarkan dari kematian bila
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat secara administaratif dan
terlaporkan.
B. Saran
a. Bagi klien
Diharapkan melakukan control ulang/apabila sewaktu-waktu ada keluhan
dan melakukan semua anjuran atau nasehat yang diberikan oleh petugas
b. Bagi petugas
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang, dapat bekerja
sama dengan klien dan dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai
pelaksana kebidanan, lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan petugas
kesehatan yang lain, klien, dan keluarga
c. Bagi pendidikan
Agar dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik teori maupun
praktek sehingga mahasiswa dapat dengan mudah dan mandiri
20
mengimplementasikan denagn baik dan sesuai langkah-langkah yang telah
ditentukan
21
DAFTAR PUSTAKA
Mansjor, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapios
Tridarsa Printer. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP : Jakarta
22