Vous êtes sur la page 1sur 77

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. K (35 Thn) DENGAN LYMPADENITIS TB


DI RUANG RAJAWALI 6B RSUP. DR. KARIADI, SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Medikal Bedah


Pembimbing : Ns. Henni Kusuma, M.Kep., Sp. Kep.M.B.

Disusun oleh:
Beny Bakhtiar 22020116210014
Nurul Taqwa 22020116210009
Putri Apriyati 22020116210030

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXVIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkolusis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri Mycobacterium tubercolusis yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru-paru (Kemenkes, 2015). TB juga
merupakan penyakit yang sangat mudah untuk ditularkan karena proses
penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (droplet). Proses
penularan penyakit ini biasa disebut dengan droplet nuklei yaitu proses
terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman TB yang
hidup dan kemudian terhirup oleh orang yang sehat (Hidayat, 2008 dan
Muttaqin, 2009).
Sampai saat ini WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta
kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) di antaranya
adalah pasien dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada
di Afrika, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang
menderita TB MDR dan 170.000 di antaranya meninggal dunia
(Infodatin, 2016). Di Indonesia sendiri TB masih menjadi masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi. Data WHO tahun 2015
menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-2 setara dengan
China dengan jumlah kasus TB terbesar di dunia setelah India, yang
menyumbangkan 10% jumlah kasus TB di dunia (WHO, 2015). Angka
notifikasi kasus menggambarkan cakupan penemuan kasus TB. Secara
umum angka notofikasi kasus BTA positif baru dan semua kasus dari
tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Angka notifikasi
kasus (case notifivication rate/ CNR) pada tahun 2015 untuk semua kasus
sebesar 117 per 100.000 pensusuk (Infodatin, 2016).
Dinegara negara dimana angka kesakitan Tuberculosa masih tinggi
dan merupakan penyakit rakyat. Dalam penyebarannya tuberculosis dapat dibagi
menjadi 2 bagian, diantaranya adalah TB paru dan TB diluar paru. Limfadenitis
TB atau TB kelenjar getah bening termasuk salah satu penyakit di luar
paru (TB-ekstraparu). Pentingnya diperhatikan Tuberculosa

2
diluar paru khususnya Lymphadenitis Tuberculosa. Lymphadenitis
Tuberculosa ini sering terjadi pada daerah leher dan rongga dada adalah
yang paling sering terkena. Dikatakan wanita lebih banyak daripada laki
laki (1,5x) dan frekwensi tertinggi didapatkan pada golongan umur antara
20-29 tahun.
Sekitar 43 persen dari semua limfadenopati perifer di negara
berkembang disebabkanoleh karena TB, manifestasi ini juga tidak hanya
terlihat di negara berkembang, di negara maju juga sering terdapat
manifestasi ini. Angka kejadian di Amerika Serikat, sekitar 20 persen
menimbulkan TB luar paru, dan sekitar 30 persen dari kasus-kasus ini hadir
denganlimfadenitis. Prevalensi limfadenitis tuberkulosis pada anak-anak
sampai 14 tahun di pedesaan India adalah sekitar 4,4 kasus per 1000
(Sharma, 2004).
Diagnosa limfadenitis TB mudah ditegakkan apabila gambaran-
gambaran khas tersebut diatas ditemukan pada sediaan aspirasi. Tetapi
apabila gambaran ini tidak dijumpai, sulitmembedakan antara limfadenitis
akut supuratif atau limfadenitis TB supuratif, dalam studidiagnostik
menemukan adanya gambaran lain dari limfadenitis TB, yaitu adanya
bercak- bercak gelap (dark specks) pada latar belakang material nekrotik
granular eosinofilik dari aspirat limfadenopati. Dan ternyata apabila
sediaan ini dikultur dengan teknik Kudoh,ternyata 83% kasus memberikan
kultur positif. (Herchlien, 2011). Oleh karena itu, mahasiswa mengambil kasus
limfadenitis TB ini sebagai kasus kelolaan untuk mengetahui lebih lanjut
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan limfadenitis TB dan juga
peranan perawat dalam penanganan kasus limfadenitis TB di RSUP dr.
Kariadi Semarang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

3
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Tuberkolusis khususnya TB-Lympadenitis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
pengkajian primer sekunder, pemeriksaan penunjang, diagnosa
yang mungkin muncul, serta intervensi keperawatan yang bisa
dilakukan pada kasus TB-Lympadenitis
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus
TB-Lympadenitis
c. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pemeriksaan penunjang pada
klien dengan kasus TB-Lympadenitis
d. Mahasiswa mengetahui terapi yang diberikan pada klien dengan
kasus TB-Lympadenitis
e. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai
hasil pengkajian yang sudah dilakukan
f. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi keperawatan dan
mengimplementasikannya
g. Mampu berpikir kritis dalam membandingkan teori dengan
kenyataan di lapangan
h. Mahasiswa mampu melakukan universal precaution dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan TB-
Lympadenitis
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi tambahan
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa mengenai penatalaksanaan TB-
Lympadenitis dan penerapan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien dengan TB-Lympadenitis.

2. Bagi Pasien
Pasien akan mendapatkan pelayanan dan pemantauan yang lebih dari
mahasiswa keperawatan FK UNDIP selama dirawat di Ruang
Rajawali 6B RSUP dr.Kariadi Semarang.

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru paru (Kemenkes, 2016). Menurut (Imran
Somantri, 2007) tuberkulosis paru paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain
seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Menurut (Elizabeth J
Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran
napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan
membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat
masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang
tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui lesi kulit.
Tuberculosis (TB) dapat diklasifikasikan berdasarkan organ yang
diserang yaitu TB Pulmoner dan TB ekstrapulmoner. TB pulmoner yaitu
tuberculosis yang menyerang jaringan paru (Kemenkes RI, 2014). TB
pulmoner terbagi menjadi 2 yaitu TB primer dimana Kuman tuberkulosis
yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru, dimana
ia akan membentuk suatu sarang pneumonik. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening
di hilus (limfadenitis regional) (PDPI, 2015).
Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada orang yang
sudah memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer.
Adanya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB lebih cepat
daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa).
Sama seperti pada TB primer, basil TB pada TB post-primer dapat

6
menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke
semua organ (Datta, 2004). Sedangkan TB ekstrapulmoner Adalah TB
yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe,
abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis
TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan
berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra
paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai
pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang
terberat (Kemenkes RI, 2014). Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan
peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh
basil tuberkulosis (Ioachim, 2009). Berdasarkan epidemiologi TB
ekstrapulmoner merupakan 15-20% dari semua kasus TB pada pasien
HIV-negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak (35%
dari semua TB ekstrapulmoner). Sedangkan pada pasien dengan HIV-
positif TB ekstrapulmoner adalah lebih dari 50% kasus TB, dimana
limfadenitis tetap yang terbanyak yaitu 35% dari TB ekstrapulmoner
(Sharma, 2004).

B. Etiologi
Limfadenitis tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacteria tergolong dalam famili Mycobactericeae dan
ordo Actinomyceales. Spesies patogen yang termasuk dalam
Mycobacterium kompleks, yang merupakan agen penyebab penyakit yang
tersering dan terpenting adalah Mycobacterium tuberculosis. Yang
tergolong dalam Mycobacterium tuberculosae complex adalah : 1. M.
tuberculosae, 2. M. bovis, 3. M. caprae, 4. M. africanum, 5. M. Microti, 6.
M. Pinnipedii, 7. M.canettii Pembagian tersebut berdasarkan perbedaan
epidemiologi (Raviglione, 2010). Basil TB adalah bakteri aerobik obligat
berbentuk batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 m dan tidak
berspora. Pada media buatan berbentuk kokoid dan filamentous tampak
bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Mycobacteria termasuk

7
M.tuberculosis tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram dan hanya
dapat diwarnai dengan pewarnaan khusus serta sangat kuat mengikat zat
warna tersebut sehingga tidak dapat dilunturkan walaupun menggunakan
asam alkohol, sehingga dijuluki bakteri tahan asam (Raviglione, 2010;
Jawetz, 2004). M.tuberculosis mudah mengikat pewarna ZiehlNeelsen
atau karbol fuksin (Kumar, 2004). Dinding bakteri Mikobakterium kaya
akan lipid yang terdiri dari asam mikolat, lilin, dan fosfat. Muramil
dipeptida yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat
menyebabkan pembentukan granuloma. Lipid inilah yang bertanggung
jawab pada sifat tahan asam bakteri Mikobakterium. Penghilangan lipid
dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam
bakteri ini (Brooks, 2004). Bakteri ini mendapatkan energi dari oks idasi
banyak komponen karbon sederhana. Penambahan CO2 meningkatkan
pertumbuhan. Aktivitas biokimia tidak khas dan laju pertumbuhannya
lebih lambat daripada kebanyakan bakteri. Waktu replikasi basil
tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih
cepat, berproliferasi dengan baik pada temperatur 22-23C, dan tidak
terlalu bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya
(Brooks, 2004).

C. Manifestasi Klinis
1. Demam : subfebris, febris (40-41 derajat celcius) hilang timbul. Febris
berarti demam atau disertai demam.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi
untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan
sputum).
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4. Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, napsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.

8
6. Sianosis, sesak nafas, dan kolaps ini harusnya masuk ke tanda gejala
merupakan gejala atelektasis (pengerutan paru akibat penyempitan
saluran nafas). Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas
dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi
yang sakit tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

D. Patofisiologi/ Pathway
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi
TB pulmoner dan TB ekstrapulmoner. TB pulmoner dapat diklasifikasikan
menjadi TB pulmoner primer dan TB pulmoner post-primer (sekunder).
TB primer sering terjadi pada anak anak sehingga sering disebut child-type
tuberculosis, sedangkan TB post-primer (sekunder) disebut juga adult-type
tuberculosis karena sering terjadi pada orang dewasa, walaupun faktanya
TB primer dapat juga terjadi pada orang dewasa (Raviglione, 2010). Basil
tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut
sebagai TB ekstrapulmoner. Menurut Raviglione (2010), organ
ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah
kelenjar getah bening, pleura, saluran kemih, tulang, meningens,
peritoneum, dan perikardium. TB primer terjadi pada saat seseorang
pertama kali terpapar terhadap basil tuberkulosis (Raviglione, 2010).
Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet. Sampai di
paru, basil TB ini akan difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua
kemungkinan. Pertama, basil TB akan mati difagosit oleh makrofag.
Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam
makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar secara limfogen,
perkontinuitatum, bronkogen, bahkan hematogen. Penyebaran basil TB ini
pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional di hilus,
dimana penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi
di sepanjang saluran limfe (limfangitis) dan kelenjar limfe regional
(limfadenitis). Pada orang yang mempunyai imunitas baik, 3 4 minggu
setelah infeksi akan terbentuk imunitas seluler. Imunitas seluler ini akan
membatasi penyebaran basil TB dengan cara menginaktivasi basil TB

9
dalam makrofag membentuk suatu fokus primer yang disebut fokus Ghon.
Fokus Ghon bersama-sama dengan limfangitis dan limfadenitis regional
disebut dengan kompleks Ghon. Terbentuknya fokus Ghon
mengimplikasikan dua hal penting. Pertama, fokus Ghon berarti dalam
tubuh seseorang sudah terdapat imunitas seluler yang spesifik terhadap
basil TB. Kedua, fokus Ghon merupakan suatu lesi penyembuhan yang
didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten yang dapat bertahan hidup
dalam beberapa tahun dan bisa tereaktivasi kembali menimbulkan
penyakit (Datta, 2004). Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada
orang yang sudah memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB
post-primer. Adanya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB
lebih cepat daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan keju
(kaseosa). Sama seperti pada TB primer, basil TB pada TB post-primer
dapat menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu
ke semua organ (Datta, 2004).
Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan
tempat penyebaran pertama dari infeksi TB pada parenkim paru
(Mohapatra, 2009). Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa
terlebih dahulu menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa
orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa
orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil,
selanjutnya akan dibawa ke kelenjar limfe di leher (Datta, 2004)

10
11
E. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, Poncets
Arthopathy.
2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas SOFT (Sindron Obstruksi
Pasca
Tuberculosis), kerusakan parenkim berat SOPT atau fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB Milier dan kavitas TB.

F. Pengkajian
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah,
jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat
tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta
tempat kelenjar yang lainnya seperti amandel atau adanya infeksi gigi
dan gusi, dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-
sembuh?
a. Pernah berobat tapi tidak sembuh?
b. Pernah berobat tapi tidak teratur?
c. Riwayat kontak dengan penderita TBC.
d. Daya tahan yang menurun.
e. Riwayat imunisasi/vaksinasi.
f. Riwayat pengobatan.

5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.

12
a. Aspek psikososial: merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri.
b. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu: masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak, tidak bersemangat dan putus
harapan.
c. Lingkungan: Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah
anggota keluarga yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
b. Pola nutrisi-metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, berat badan turun, turgor
kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan, turgor kulit jelek.
c. Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas
dan splenomegali.
d. Pola aktifitas-latihan.
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas
(nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat: iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam
hari.
f. Pola kognitif-perseptual.
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum,
takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
g. Pola persepsi diri: tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
h. Pola peran-hubungan: menjadi ketergantungan terhadap orang
lain / tidak mandiri.

13
i. Pola seksualitas/reproduktif
j. Pola koping-toleransi stres: menarik diri, pasif.

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap fisik pasien yang berkaitan
dengan penyakit yang diderita oleh pasien untuk melakukan
pengambilan data-data kesehatan pasien serta untuk mengambil
langkah yang tepat dalam pemberian terapi lebih lanjut.
a. Demam: suhu 40-410C hilang timbul.
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
d. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura.
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
f. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
g. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
h. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
i. Adanya Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
j. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula.
k. Kadang terjadi abses

G. Pemeriksaan Penunjang
1 Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M.
tuberculosis pada stadium aktif. Tes sputum culture adalah untuk

14
mendeteksi dan mengidentifikasikan bakteri atau jamur apa yang
menginfeksi paru atau saluran nafas. Sputum adalah cairan kental
yang yang diproduksi di paru atau saluran nafas. Jika tidak ada bakteri
atau jamur yang tumbuh, hasil kultur negative. Jika organisme yang
dapat menimbulkan infeksi tumbuh, hasil kultur positif. Pemeriksaan
identifikasi M.Tuberculosis dapat dilakukan dengan cara biakan (pada
egg base media, yaitu Lowestein-Jensen,Ogawa, dan Kudoh; pada
agar base media yaitu Middle Brook, Mycobacterium growth
indicator tube test, BASTEC). Sputum kultur dapat memakan waktu 1
sampai 8 minggu untuk menunjukan hasil.
Guna sputum kultur :
a Mengidentifikasi bakteri atau jamur yg menimbulkan infeksi
(mis tuberkulosis dan pneumonia). Tanda infeksi paru termasuk
sesak nafas, sakit saat nafas, batuk yg mengandung darah atau
sputum hijau kecoklatan
b Mengidentifikasi antibiotik terbaik untuk mengatasi infeksi
c Memonitor pengobatan infeksi
Prossedur :
Jangan gunakan mouthwash sebelum mengambil sputum, karena
itu dapat mengandung antibakteri yang dapat mempengaruhi hasil.
Sputum diambil pada pagi hari sebelum pasien makan atau
minum apapun. Pada TB, sputum diambil selama 3 hari atau lebih,
jika dibutuhkan. Jika pasien menggunakan gigi palsu, copot dahulu
sebelum melakukan prosedur.
Lalu minta klien berkumur dengan air bersih, ambil nafas dalam,
dan batuk secara dalam untuk mengeluarkan sputum. Lakukan
fisioterapi dada jika sputum sulit dikeluarkan.
Fisioterapi dada, mencakup tiga teknik : drainase postural,
perkusi dada, dan vibrasi. Pada drainase postural, klien dibaringkan
dalam berbagai posisi spesifik untuk memudahkan drainase mukus
dan sekresi dari bidang paru. Gaya gravitasi digunakan untuk
meningkatkan drainase sekresi. Perkusi dilakukan dengan kedua
telapak tangan yang membentuk setengah bulan dengan jari-jari
tangan rapat. Secara bergantian tepukan telapak tangan tersebut diatas

15
dada pasien. Instrusikan pasien untuk membatukkan dan
mengeluarkan sekresi. Teknik vibresi dilakukan dengan meletakkan
telapak tangan dalam posisi rata diatas dada klien menggetarkannya.
Prosedur dilakukan selama 15 menit. Jika masih sulit dikeluarkan, beri
klien aerosol atau uap obat khusus yang diresepkan dokter.

2 Ziehl neelsen (Acid fast Saind applied to smear of body fluid): positif
untuk BTA.
Tata cara dengan Pemeriksaan Ziehl Neelsen :
Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan
sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap
tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan
kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna
dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan.
Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol)
dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan
air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan
methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan,
dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.
Pembacaan pada pemeriksaan Ziehl Neelsen :
Kaca objek diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran
1000 kali (menggunakan minyak emersi). Paling sedikit diperiksa 100
LP (Lapang Pandang). Pembacaan harus sistematis dan sesuai
prosedur, yaitu mulai dari tepi kiri ke kanan. Bila BTA tidak
ditemukan dalam 100 LP, maka pencarian yang lebih seksama harus
dilakukan lagi pada 100 LP mulai kanan ke kiri pada tempat yang lain.
Kuman Tuberculosis tampak seperti batang merah yang halus sedikit
melengkung, tersendiri atau berpasangan atau berkelompok dengan
latar belakang biru
3 Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen

16
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibody,
tetapi tidak mengidentifikasikan penyakit sedang aktif.
Tuberculin Skin Test (Mantoux tuberculin test). Bertujuan untuk
mengetahui apakah pasien pernah terpapar TB. Tes dilakukan dengan
menginjeksi sejumlah kecil TB protein (antigen) melalui intrakutan di
lengan bawah bagian dalam. Jika pasien telah terpapar bakteri TB,
kulit pasien akan bereaksi dengan antigen dengan membentuk bejolan
merah keras pada tempat yang diinjeksi dalam 2 hari.
Tuberculin skin test dilakukan untuk mencari orang yang memiliki
tuberculosis, meliputi:
a Orang yang telah kontak langsung dengan orang yang diketahui
menderita TB
b Petugas kesehatan yang terekspos TB
c Orang dengan gejala TB, seperti batuk terus menerus, keringat
di malam hari, dan berat badan turun tanpa sebab
d Orang yang memiliki X-ray dada tidak normal
e Orang yang baru menerima transplantasi organ atau memiliki
sistem imun tidak normal, seperti HIV

Tuberculin skin test tidak boleh dilakukan pada orang dengan :

a Telah diketahui terinfeksi TB


b Sebelumnya mempunyai reaksi parah terhadap TB antigen
c Mempunyai ruam kulit yang menyulitkan untuk membaca
skin test

4 Chest X ray, dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di


bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengidentifikasikan TB yang
lebih berat dapat mencangkup area berlubang dan fibrosa.
Chest X ray biasanya dilakukan pada pasien dengan :
a Tuberculin skin test positif (juga disebut TB skin test, PPD test,
atau Mantoux test)

17
b Tanda TB aktif, seperti batuk menetap, kelelahan, demam, atau
keringat di malam hari.
c Reaksi tidak pasti dari Tuberculin skin test karena kelemahan
sistem imun, atau sebelumnya menjalani vaksin bacille Calmette-
Guerin (BCG).

5 Bakteriologi
a Tuberkulosis paru BTA positif, yaitu apabila :Minimal satu dari
sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukan
hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality
externall assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan
dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.
b Tuberkulosis Paru BTA negatif, apabila : hasil pemeriksaan dahak
negatif tetapi kultur positif. Setidaknya dua kali pemeriksaan dahak
BTA negatif pada laboratorium yang memeniuhi syarat EQA.
Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA
negatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah prevalen
HIV > 1% atau pasien TB dengan kehamilan lebih dari atau
samadengan 5% atau Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara
laboratorium sesuai HIV, atau Jika HIV negatif (atau status HIV tidak
diketahui atau prevalens HIV rendah), tidak menunjukan perbaikan
setelah pemberian antibiotik spektrum luas (kecuali antibiotik yang
mempunyai efek anti TB seperti flurokuinolon dan aminoglikosida)
Bahan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah
dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavag/BAL), urine,
feses dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
Pemeriksaan mikroskopis biasa menggunakan pewarnaan Ziehl-
Nielsen dan mikroskopis menggunakan pewarnaan auramin-rhodamin.
Berdasarkan rekomendasi WHO, interpretasi pemeriksaan
mikroskopis dibaca dengan skala International Union Against
Tuberculosis dan Lung Disease (IUATLD), antara lain:

18
a Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan
b Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan
c Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +1
d Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2
e Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3
6 Needle biopsy of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-
sel besar yang mengindikasikan nikrosis.
Lung needle biopsy adalah metode untuk mengambil sepotong
jaringan paru untuk diperiksa. Jika itu dilakukan melalui dinsing dada
pasien, disebut transthoracic lung biopsy. Chest x-ray atau CT scan
dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk biopsi.
Prosedur dilakukan biasanya selama 30-60 menit. Analisis laboratnya
biasanya membutuhkan beberapa hari. Tes ini menunjukan
granulomatous inflamation.
7 Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya
infeksi, misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru- paru kronis lanjut.
8 ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru- paru.
9 Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkus atau kerusakan paru-paru karena TB. Ini aku ngga nemu
10 Darah: lekositosis, LED meningkat.
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator spesifik
untuk TB. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat
digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal
tidak menyingkirkan TB. Limfosit juga kurang spesifik.15,18
11 Test fungsi paru-paru: VC menurun, dead space meningkat ( ruang di
dalam saluran napas yang berisi udara yang tidak berkontak dengan
alveoli, sehingga udara tersebut tidak ikut serta dalam proses
pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru. Volume ruang rugi

19
adalah volume udara yang diekspirasikan sejak puncak inspirasi
sampai dengan pertengahan fase II ekspirasi, yaitu sebesar 150 ml),
TLC meningkat, dan menurunnya saturasi O 2 yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis/ infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit
pleura.
Pemeriksaan fungsi pulmonal: penurunan kapasitas vital normal
brapa( volume udara maksimal yang bisa dihembuskan atau
dikeluarkan seseorang setelah menghirup udara maksimum),
peningkatan ruang rugi / dead space, peningkatan rasio udara residual
terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim.
12 Rapid Sputum test: tes ini digunakan saat tes lain menunjukan bahwa
pasien kemungkinan menderita TB. Rapid sputum tes juga disebut
Nucleic Acid Amplification Test. Rapid sputum tests dapat
menunjukan apakah pasien menderita TB atau tidak dalam waktu 24
jam. Tes dapat dilakukan saat :
a Seseorang diduga menderita TB, namun konfirmasi dibutuhkan
sebelum hasil sputum kultur siap
b Seseorrang mungkin terinfeksi oleh bakteri selain bakteri TB
c Seseorang yang mungkin mempunyai TB telah dekat dengan
orang lain yang mungkin membutuhkan perawatan jika mereka
telah terekspos.
13 Pemeriksaan Radiologi pemeriksaan standar yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi
yaitu fot lateral, top-lordotik, oblik, atau CT-scan. Gambaran radiologi
yang dicurigai sebagai lesi Tb aktif adalah:
a Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah
b Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
c Bayangan bercak milier
d Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologi yang dicurigaisebagai lesi TB inaktif:
a Fibrotik
b Kalsifikasi

20
Schwarte atau penebalan paru

H. Penatalaksanaan
1 Penyuluhan
2 Pencegahan
3 Pemberian obat- obatan :
a OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
1 Isoniazid (INH)
Dosis: 5 mg/Kg BB, PO
Efek samping: peripheral neuritis, hepatitis, dan
hipersensitivitas
2 Ethambutol Hydrocloride (EMB)
Dosis: dewasa 15 mg/Kg BB PO, untuk pengobatan ulang
mulai dengan 25 mg/Kg BB/ hari selama 60 hari, kemudian
diturunkan sampai 15 mg/Kg BB/hari.
Anak 6- 12 tahun: 10-15 mg/Kg BB/hari
Efek samping: optic neuritis (dapat sampai buta) dan skin rash.
3 Rifampin/ Rifampicin (RFP)
Dosis: 10 mg/Kg BB/ hari PO
Efek samping: hepatitis, reaksi demam, purpura, nausea, dan
vomiting
4 Pyrazinamide (PZA)
Dosis: 15- 30 mg/Kg BB PO
Efek samping: hiperurikemia, hepatotoksisitas, skin rash,
artralgia, dan distress gastrointestinal.
b Bronkodilator
c Ekspektoran
d OBH (Obat Batuk Hitam)
e Vitamin
4 Fisioterapi dan rehabilitasi
5 Konsultasi secara teratur

21
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. K (35 Thn) DENGAN TB Lympadenitis
DI RUANG RAJAWALI 6B RSUP. DR. KARIADI, SEMARANG

PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 18 Februari 2017 Jam :01.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2017 Jam : 09.00 WIB

A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn. K
b. Tanggal lahir/umur : 23 Mei 1982/ 35 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Libangan RT 07/02, Ulujami, Pemalang
g. Diagnosa Medis : TB Lympadenitis
h. No. Rekam Medik : C624452
i. Sumber Pembiayaan : JKN.PBI
j. Penanggung jawab : .Ny.I
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny.I
b. Hubungan dg. Klien : Istri klien
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat : Libangan RT 07/02, Ulujami, Pemalang
f. No. Telepon : 085966xxxxxx

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri pada benjolan di leher dan dan di aksila.
P : klien mengatakan nyeri ketika tanggannya di gerakan dan ketika sesak
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas.
R : nyeri pada benjolan menjalar hingga kepala
S : Nyeri skala 6
T : Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul.

22
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
2 bulan terakhir ini klien sudah pernah dirawat di RS Pekalongan
dengan keluhan terdapat benjolan pada leher sisi kanan dan di aksila.
Benjolan terasa nyeri jika ditekan dan saat klien dalam kondisi tidak
tenang. Di RS Pekalongan klien mendapatkan tindakan biopsy dengan
hasil Limfadenitis TB. Kemudian klien dirujuk ke RSUP dr. kariadi.
Pada tanggal 18 Februari 2017 jam 21.00 WIB klien dibawa ke
IGD RSUP dr. Kariadi dengan keluhan terdapat benjolan pada leher sisi
dextra dan di aksila dextra. Benjolan semakin lama semakin membesar.
Benjolan terasa nyeri bila ditekan dan akan semakin nyeri saat klien sedang
tidak tenang. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas. Nyeri muncul hilang
dan timbul. Setiap kali sesak nafas nyeri akan semakin bertambah. Klien
batuk berdahak warna putih, mual, muntah, selera makan menurun, dan
klien merasa lemas. Hasil pengkajian tanda-tanda vital menujukkan
Tekanan darah 130/100 mmHg, nadi 82x/menit, RR 28x/menit, dan suhu
370C. Di IGD RSUP dr. Kariadi klien mendapatkan tindakan infus RL
dengan tetesan 20 tpm, pemasangan O2 nasal kanul 3 LPM, dank lien
mendapatkan injeksi asetil sistein 200 gr, methilprednisolon 125 gr, dan
ranitidine 50 gr. Klien minum obat oral yang dibawa pasien sendiri yaitu
OAT (Obat Anti Tuberculosis) terdiri dari ethambutol 100 mg, rifampisin
450 mg, dan Pirozinamide 1500 mg.
Pada pukul 22.30 WIB klien dipindahkan ke ruang rajawali 6b.
saat dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, klien mempunyai riwayat TB
paru pengobatan selama 6 bulan. Klien mengatakan rutin minum dan
kontrol di Pemalang. Hasil pengukuran tanda-tanda vital yaitu tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 86x/menit, Rr 28x/menit dan suhu 36,50C.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan tahun 2016 klien terdiagnosa TB Paru kemudian klien
menjalani pengobatan selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh. Kemudian
pada akhir November 2016 tiba-tiba muncul benjolan dileher kanan klien.
Semakin lama benjolan semakin besar kemudian diikuti muncul benjolan

23
lagi di aksila dextra. Klien melakukan rawat jalan di RS Pekalongan dan
rajin minum obat. Namun semakin lama kondisi klien semakin lemah,
sesak nafas, dan nyeri dibenjolan sehingga pada bulan desember 2016
klien di sarankan untuk opname di RS Pekalongan.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan dikeluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Dikeluarga hanya klien
yang mengidap penyakit TB paru selain itu didalam keluarga tidak ada
yang memiliki penyakit menular seperti HIV, hepatitis, atau TB.
Genogram

Keterangan Genogram :
: laki-laki meninggal : Klien

: perempuan meninggal : garis keturunan

: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : tinggal satu rumah

Keterangan :
Tn. K 35 tahun sudah menikah dengan Ny.I 34 tahun dan dikaruniai 2
orang anak yang berusia 14 tahun dan 8 tahun. Tn. K mengatakan tidak ada
keluarga yang sakit seperti Tn. K.

D. PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)


Keadaan Umum :
Klien terlihat lemah, tampak benjolan dileher bagian dextra dan aksila dextra,
edema pada ekstremitas atas dextra.
Kesadaran :

24
Kesadaran komposmentis E4M6V5
Vital Sign :
a. Tekanan Darah : 120/70mmHg
b. Nadi : 96 x/m
c. RR : 26x/m
d. Suhu : 36,70C
a. Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam rata, kulit kepala tidak
ada lesi.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan.
b. Telinga
Inspeksi :
Telinga bersih, antara kanan dan kiri letaknya simetris, tidak ada benjolan
dan lesi.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan

c. Mata
Inspeksi :
Respon pupil (+), isokor (+), konjungtiva anemis (+), ikterik (-), simetris
antara kiri dan kanan, juling (-).
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan.

d. Mulut dan Gigi


Inspeksi :
Bibir pucat (-) kering (-) gigi masih utuh belum ada yang tanggal, bau
mulut (-) stomatitis sekret (-)
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan

e. Hidung
Inspeksi :
Terpasang O2 nasal 3 lpm, polip (-) sekret (-) perdarahan (-) cuping
hidung (-)
Palpasi :

25
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan

26
f. Leher :
Inspeksi :
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, terdapat benjolan sebesar bola
kasti pada leher bagian kanan, benjolan tampak sedikit kemerah-merahan
dan terdapat luka bekas insisi sepanjang 7 cm tidak ada benang bekas
jahitan, luka tampak kering, tidak ada pus.
Palpasi :
Ada benjolan, nadi karotis teraba, terdapat nyeri tekan pada leher sebelah
kanan.

g. Dada dan Paru


Inspeksi :
Retraksi dada tidak ada (-) jejas (-) pergerakan dada kanan dan kiri
asimetris, terpasang drainase pada midaksila dextra ICS ke V
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan, pergerakan dada kanan dan kiri tidak sama
saat inspirasi dan ekspirasi (dada kiri > kanan), taktil fremitus dada kiri
lebih terasa.
Perkusi :
Terdengar bunyi pekak pada pulmo dextra lobus posterior/basal
Auskultasi :
Suara napas ronchi basah pada kedua lapang paru, suara terdengar
semakin menurun pada dada kanan.

h. Jantung
Inspeksi :
Ictus kordis tidak nampak
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan (-) ictus kordis teraba pada
IC 5 mid klavikula sinistra

Perkusi :
Tidak ada pembesaran jantung,batas kanan atas SIC II Linea Para
Sternalis Dextra, Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra, Kiri
atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra, dan Kiri bawah: SIC IV Linea
Medio Clavicularis Sinistra.

Auskultasi :

27
Terdengar bunyi jantung Lup Dup (S1 dan S2) tidak terdapat bunyi
jantung tambahan

i. Abdomen
Inspeksi :
Tidak terdapat jejas, distensi abdomen (-), jaringan parut (-), pengeluaran
cairan umbilicus (-).
Auskultasi :
Bising usus 25 x/m
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan
Perkusi :
Terdengar bunyi timpani
j. Genetalia
Inspeksi : bersih, terpasang DC (+)

k. Ekstremitas
1 Ekstremitas Atas
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR< 3 detik, sianosis (-) akral dingin
(-) terpasang infus RL 20 tpm, flebitis (-) kekuatan otot 4 edema (+)
derajat 2, clupping finger(-)
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering (-), CR< 3 detik, sianosis (-), akral
dingin (-), flebitis (-), kekuatan otot 5, edema (-), clubbing finger(-)

2 Ekstremitas Bawah
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering (-), CR< 3 detik, sianosis (-), akral
dingin (-), flebitis (-), kekuatan otot 5, edema (-), clubbing finger(-)
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CR< 3 detik, sianosis (-), akral
dingin (-), flebitis (-), kekuatan otot 5, edema (-), clubbing finger(-)

E. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


a. Kebutuhan Oksigenasi
Airway : terdengar suara ronchi pada basal paru
Breathing : sesak nafas, pernapasan klien cepat dan dangkal, batuk,
tidak ada nafas cuping hidung, menggunakan alat bantu
pernafasan nasal kanul 3 lpm.

28
Cirlulation : tidak ada sianosis, CRT < 3 detik. terdapat edema derajat 2
pada ekstremitas atas kanan.
Tanggal pengkajian 27-02-2017
Pernafasan
- Frekuensi/ RR 26 x/menit
- Irama Normal
- Kedalaman dangkal
- Sesak nafas ada
- Cuping hidung tidak ada
- Batuk ada
- Sekret ada
Pulsasi
- Irama 96 x/menit
- Tegangan Kuat
- Distensi vena Tidak ada
Tanda vital TD: 120/60 mmHg, Nadi: 96 x/m,
CRT< 3 detik
Suhu 36,70C
Saturasi oksigen 95-100 %
Ekstremitas
- Akral Hangat
- Capillary refill < 3 detik
- Sianosis Tidak ada

b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Nutrisi
Saat Pengkajian
A (Antropometri) Sebelum sakit :
BB : 65 Kg, TB 163 cm, IMT 24,5 ( normal)

Saat sakit :
BB: 60 Kg, TB: 163 cm, IMT: 22,6 (normal)
B (Biokimia) -Hb: (12) Albumin: (-)
C (Clinic) lemas (+), sianosis (-), turgor kulit elastis (+), kulit kering
(-)
D (Diet) Klien makan 3 kali sehari, menu makanan nasi, lauk pauk
dan sayur satu porsi habis.

Cairan
Input Output
Infus : 1500cc BAK : 900 cc
Minum : 1000 cc BAB : 100 cc

29
Makan : 50 cc IWL : 262 cc
Jumlah : 2600 cc WSD : 500
Jumlah: 1762cc
*BC: Input Output
: 2600-1762= +838 cc

Keterangan:
Saat sebelum sakit klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
kebutuhan nutrisi dan cairan. Klien terpasang drainage WSD pada
midaksila dextra ICS ke 5, karakteristik WSD satu kali pasang (kapasitas 2
L), klien terpasang WSD sejak 23 februari 2017
c. Kebutuhan Eliminasi
BAK
Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian
- Frekuensi 3-5 kali/hari
- Warna Kuning pekat seperti teh
- Bau amoniak
- Konsistensi Cair

BAB
Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian
- Frekuensi Belum BAB
- Warna Kuning kecoklatan
- Bau Khas
- Konsistensi Lembek

d. Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum masuk RS:
Klien mengatakan sebelum dirawat di RS tidak pernah mengalami demam
Saat pengkajian:
T: 36,70C akral hangat (-)

30
e. Kebutuhan Aktifitas Latihan/Mobilisasi
Sebelum masuk RS:
Keterangan 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Makan dan Minum
Mobilisasi
Ambulasi
Saat pengkajian:
Keterangan 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Makan dan Minum
Mobilisasi
Ambulasi
Keterangan : 1 : mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Perlu bantuan orang lain
4 : Perlu bantuan orang lain dan
alat
Keterangan:
Sebelum sakit klien mampu melakukan ADL secara mandiri tanpa
menggunakan alat dan bantuan orang lain, namun saat sakit klien dibantu
oleh istri. Berdasarkan data diatas klien masuk dalam kategori
ketergantungan partial.

f. Kebutuhan Seksualitas
Klien seorang laki laki sudah menikah dan memiliki 2 anak.

g. Kebutuhan Psikososial (Stress, Koping, dan Konsep Diri)


Saat pengkajian klien mengatakan sedih harus di rawat di RS dan
meninggalkan anaknya di rumah, namun klien tetap bersemangat untuk
sembuh, keluarga klien juga selalu mendampingi klien dan memberikan
semangat.

31
h. Kebutuhan Aman dan Nyaman
Sebelum masuk RS:
Klien mengatakan sebelun dirawat di RS klien tidak sesak nafas, batuk (+)
namun sudah mengkonsumsi obat.
Saat pengkajian:
Klien mengatakan merasa nyeri pada benjolannya.
P : klien mengatakan nyeri ketika tanggannya di gerakan dan ketika sesak
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas.
R : nyeri pada benjolan menjalar hingga kepala
S : Nyeri skala 6
T : Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul.

i. Kebutuhan Spiritual:
Klien mengatakan pasrah dan ikhlas dengan sakitnya, klien berdoa untuk
kesembuhannya. (kaji dengan instrument?)

j. Kebutuhan Higiene
Keterangan Sebelum masuk RS Saat Pengkajian
Mandi/ sibin - 2x/hari
Ganti Pakaian - 1x/hari
Mencuci rambut - -
Menggosok gigi - 2x sehari

Keterangan:
Sebelum sakit klien mampu melakukan kegiatan memenuhi kebutuhan
hygiene secara mandiri, namun saat sakit klien mandi dan ganti pakaian
dibantu oleh istrinya.

k. Kebutuhan Istirahat Tidur


Sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit biasanya tidur siang jam 14.00-15.00
WIB dan tidur malam jam 22.00-05.00 WIB.
Saat pengkajian:
Kategori Saat Pengkajian
Frekuensi Klien mengatakan saat sakit tidur malam pukul 21.00 dan bangun
pukul 05.00, namun jarang untuk tidur siang.
Pola Tidur Klien mengatakan tidur kadang bangun 2-3 kali
Kualitas Klien mengatakan tidur kurang nyenyak karena mersa badannya
lemas dan nyeri pada benjolan.
Kebiasaan -

32
l. Kebutuhan Komunikasi dan Informasi
klien mengatakan mendapat informasi hanya dari perawat dan Dokter
mengenai penyakitnya. Klien setiap harinya berkomunikasi dengan
istrinya yang selalu mendampinginya.
m. Kebutuhan Rekreasi
Klien mengatakan dengan adanya istri yang selalu menemani klien sudah
senang dan itu sebagai hiburan tersendiri.

33
Tabel 1. Skala HARS
No Item Pengkajian Skor
.
Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
1. 2
sendiri, mudah tersinggung
Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah
2. 1
terganggu, dan lesu
Ketakutan : takut tehadap gelap, terhadap orang asing,
3. 0
bila tinggal sendiri, dan takut pada binatang besar
Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada
4. 2
malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk
Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah
5. 0
lupa dan sulit konsentrasi
Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya
6. kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak 1
menyenangkan sepanjang hari
Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan
7. 1
gigi, suara tidak stabil, dan kedutan otot
Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan
8. 2
kabur, muka merah, dan pucat serta merasa lemah
Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri pada dada,
9. 0
denyut nadi mengeras, dan detak jantung hilang sekejap
Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan
10. tercekik, sering menarik nafas panjang, dan merasa 2
nafas pendek
Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat
11. badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung 1
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut
Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan
12. 2
kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi
Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat,
13. 1
muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala
Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
14. mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot 1
meningkat, nafas pendek dan cepat
TOTAL : 16 (kecemasan sedang)
Hasil : Penilaian:
a. Skor < 6 = tidak ada kecemasan
Nilai 0: tidak ada gejala (keluhan
b. Skor 7 14 = kecemasan ringan
c. Skor 15 27 = kecemasan sedang Nilai 1: gejala ringan
d. Skor > 27 = kecemasan berat Nilai 2: gejala sedang
Nilai 3: gejala berat
Nilai 4: gejala berat sekali

34
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Radiologi
Tanggal Pemeriksaan : 19 Februari 2017
Klinis : multiple limfadenopati colli dan axilla kanan, suspek massa
mediastinum.
Tampak ground glass opacity region colli kanan setinggi corpus vertebra
cervical 3 thoracal 1 disertai deviasi trachea ke kiri.
COR : batas kanan jantung tertutup perselubungan homogeny,
konfigurasi jantung bergeser ke kiri
PULMO : corakan vaskuler paru kiri tampak normal. Tak tampak
bercak maupun nodul pada lapangan paru kiri.
Tampak perselubungan homogen pada hampir seluruh hemithorak kanan
disertai deviasi trachea dan pergeseran mediastinum ke kiri.
Hemidiafragma kanan tertutup perselubungan homogen sinus costotrenikus
kanan tertutup perselubungan homogeny, sinus costrotrenikus posterior kiri
tumpul.
Tak tampak lesi litik, sklerotik maupun destruktif pada os costae, os
davicula, os scapulae yang tervisualisasi.
KESAN :
- Batas kanan jantung tertutup perselubungan homogeny, konfigurasi
jantung bergeser ke kiri
- Pulmo kiri tak tampak infiltrate maupun nodul
- Efusi pleura kanan massif, kemungkinan adanya massa belum dapat
disingkirkan
- Suspek efusi pleura kiri
- Soft tissue mass region colli kanan setinggi corpus vertebra servical
3 thoracal1 disertai deviasi trachea ke kiri.

b Laboratorium
Jenis Nilai
Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.00-16.00 g/dL 12.0 L
Hematokrit 40-54 % 42.8
Eritrosit 4.4-5.9 10^6/uL 4.8
MCH 27.00-32.00 pg 28.0
MCV 76-96 fL 95.0

35
MCHC 29.00-36.00 g/dL 30.9
Leukosit 3.8-10.6 10^3/uL 13.6 H
Trombosit 150-400 10^3/uL 218
RDW 11.60-14.80 % 12.9
MPV 4.00-11.00 fL 10.5
Tanggal Pemeriksaan : 24-02-2017

36
Tanggal Pemeriksaan : 22-2- 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Kimia klinik
SEKRESI-EKSKREASI
Phisis
Warna Kuning muda
Kekeruhan Jernih
Test Rivalta +/POS
Kadar protein 3.25 Gr/dl 1.5- 4.5
Sel lekosit
MN 288 /mmk
PMN 2313 /mmk 2-7
Glukosa 105 Mg/ dl
CATATAN : SAMPEL
CAIRAN PLEURA
75 /mmk
JUMLAH SEL
ERITROSIT

Kimia Klinik 948 U/L 120-246


LDH

37
c TERAPI
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi dan Cara Kerja Kontraindikasi Efek Samping
Ceftriaxone 2 gr/ 24 jam IV Mengobati dan mencegah - Harap berhati-hati jika - Lelah
infeksi yang disebabkan oleh
menderita gangguan hati, - Sariawan
bakteri
Cara Kerja: ginjal, serta gangguan - Nyeri tenggorokan
pencernaan seperti kolitis. - Diare
Harap waspada bagi
pasien yang sedang
menjalani diet rendah
Asetilsistein 200 gr/ 8 IV Obat yang berfungsi untuk - Bagi wanita hamil dan - Mengantuk.
jam mengencerkan dahak yang menyusui, - Mual.
menghalangi saluran - Tanyakanlah dosis - Muntah.
acetylcysteine untuk anak- - Sariawan.
pernapasan. Karena itu, obat ini
anak kepada dokter. - Hidung beringus.
tidak cocok diberikan untuk
- Harap berhati-hati jika - Demam.
pengidap batuk kering. Dahak menderita asma serta diab
kental yang menempel dan etes.
menghambat saluran
pernapasan biasanya muncul
akibat penyakit pada paru-paru
yang meliputi bronkitis,
tuberkulosis, pneumonia,
serta fibrosis sistik. Penggunaan
obat pengencer dahak akan

38
membantu Anda agar bisa lebih
mudah bernapas.
Rifampisin 450 mg/24 P.O Rifampisina adalah antibiotika - Hipersensitifitas Efek pada lambung-usus,
jam oral yang mempunyai aktivitas terhadap Rifampisin fungsi hati abnormal, sakit
bakterisida terhadap - Penderita yang pernah kuning, reaksi demam dengan
Mycobacterium tuberculosis diketahui menderita gejala-gejala seperti flu.
dan Mycobacterium leprae. hepatitis akibat Perubahan pada fungsi ginjal
Mekanisme kerja rifampisina Rifampisin dan gagal ginjal (akibat
dengan jalan menghambat kerja - Wanita hamil hipersensitifitas).
enzim DNA-dependent RNA Reaksi kulit, eosinofilia,
polymerase yang leukopenia, trombositopenia,
mengakibatkan sintesa RNA purpura, hemolisis, syok.
mikroorganisme dihambat. Urin, dahak, air mata
Untuk mempercepat berwarna kemerah-merahan,
penyembuhan dan mencegah pengotoran lensa kontak.
resistensi kuman selama
pengobatan, rifampisina
sebaiknya dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain
seperti INH atau Etambutol.
Dengan antibiotika lain
rifampisina tidak menunjukkan

39
resistensi silang
MST 10 gr/12 jam P.O Penanganan nyeri kronis pada penyakit hati akut, ileus Hipoventilasi, mual, muntah,
paralitik,
pasien yang membutuhkan konstipasi (susah buang air
analgesik opiat besar), ketagihan tidur,
kebingungan, halusinasi,
keadaan emosi yang gembira
berlebihan.
Ethambutol 1000mg/24 P.O Antituberkulosa. Hipersensitiv terhadap Toksisitas pada mata
jam Penggunaan bukan sebagai obat ethambutol
tunggal, tetapi dikombinasi
dengan paling sedikit satu
macam obat antituberkulosa.
Misalnya Rifampisin dan INH.
RL 20 tpm I.V Mengembalikan keseimbangan Hypernatremia, kelainan Panas, infeksi, flebitis
eektrolit pada dehidrasi ginjal, kerusakan sel hati,
laktat asidosis
Pirazinamid 500mg/24 P.O Pengobatan TB yang diberikan Hipersensitivitas, gangguan Anoreksia, nausea, dysuria,
jam bersama anti TB lainnya fungsi hati an ginjal, asam malaise dan demam
urat, DM, hipoglikemia
ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
Nama Klien : Tn. K
No. Rekam Medik : C624452

40
Ruang Rawat : Rajawali 6B
No Tgl/jam Data Masalah Etiologi Paraf
.
1 27/2/201 DS : klien mengatakan Ketidakefektifan hiperventilasi BNP
7 napasnya sesak pola napas

DO : -
-klien tampak sesak
-napas dangkal
-RR 26x/m
-N : 96x/m
-TD : 120/80 mmHg
-Cuping hidung (-)
-Retraksi interkosta (-)
-Pengembangan dinding dada
kiri > kanan
-Taktil fremitus kiri > kanan
2 27/2/201 DS : Bersihan jalan Akumulasi BNP
7 -klien mengatakan sesekali napas tidak efektif secret
dahaknya dapat keluar

DO :
-klien tampak batuk
-secret berwarna putih kental
-terdengar suara ronchi pada
kedua basal paru
-hasil pemeriksaan rongent
kesan terdapat efusi pleura
kanan massif
3 27/2/201 DS : Nyeri akut Agen cidera BNP
7 P : klien mengatakan nyeri fisik
ketika tangannya di gerakan (limfadenopati)

41
dan ketika sesak
Q : klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan
panas.
R : nyeri pada benjolan
menjalar hingga kepala
S : Nyeri skala 6
T : Klien mengatakan nyeri
tiba-tiba hilang dan timbul.

DO :
-klien tampak meringis
-N : 96x/ menit
-Klien tampak memegangi
melokalisir nyeri
4 27/2/201 DS : - Kelebihan volume Gangguan BNP
7 DO : cairan mekanisme
-Terdapat edema pada regulasi
ekstermitas kanan (derajat
2)
-Balance cairan (+838cc)
-Kekuatan otot ekstermitas
kanan 4
-Hb : 12 g/dl
-Hasil pemeriksaan radiologi
terdapat efusi pleura kanan
massif
5 27/2/201 DS : Ansietas Stressor BNP
7 -Klien mengatakan khawatir (penyakit
dengan penyakitnya, karena limfadenopati)
tidak kunjung dilakukan
pembedahan

42
DO :
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak tegang
-Hasil pengkajian dengan skala
hars menunjukan nilai 16
(sedang).

43
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. K
No. Rekam Medik : C624452
Ruang Rawat : Rajawali 6B

No
Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi Paraf
.
1 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d 27-02-2017 2-03-2017 BNP
akumulasi secret
2 Ketidakefektifan pola napas b.d 27-02-2017 - BNP
hiperventilasi
3 Kelebihan volume cairan b.d 27-02-2017 - BNP
gangguan mekanisme regulasi
4 Nyeri akut b.d agen cidera fisik 27-02-2017 - BNP
(limfadenopati)
5 Ansietas b.d Stressor (penyakit 27-02-2017 3-03-2017 BNP
limfadenopati)

44
45
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. K
No. Rekam Medik : C568071
Ruang Rawat : Rajawali 6A

No
No Tujuan dan Kriteria Hasil
. Rencana Tindakan (NIC?kode, label)
. (NOC?kode, label, skor)
Dx
1 1 Respiratory Status : Airway management (3140)
Ventilation - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
Respiratory Status : Airway
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Patency (0410)
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
keperawatan selama 3x24
tambahan
jam, pasien menunjukkan
- Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
keefektifan jalan nafas
- Monitor TTV
dibuktikan dengan kriteria
Cough Enhancement (3250)
hasil :
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Klien dapat
mengeluarkan dahak
- Klien dapat batuk
efektif
- Suara napas
vesikuler

46
2 2 Respiratory Status : Respiratory monitoring (3350)
Ventilation - Monitor suara napas
Respiratory Status : Airway
- Memposisikan klien semifowler
Patency (0410)
- Kolaborasi pemberian alat bantu napas nasal kanul
Setelah dilakukan tindakan
- Monitor status oksigenasi
keperawatan selama 4x24
- Monitor status pernapasan
jam, pasien menunjukkan
pola napas yang efektif
dibuktikan dengan kriteria
hasil :
- RR 22x/menit
- Klien melaporkan
sesak berkurang atau
hilang
3 3 Fluid Balance (0601) Fluid Monitoring (4130)
Setelah dilakukan intervensi - Observasi status cairan (timbang berat badan
keperawatan selama 5x24 harian, keseimbangan intake output, turgor kulit
jam diharapkan klien tidak edema, tekanan darah).
mengalami kelebihan Fluid Management (4120)
volume cairan dengan - Batasi masukan cairan
kriteria hasil: - Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang
- Nilai blance cairan pembatasan intake cairan.
normal - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
- Tidak ada edema Diuretik ( furosemide)

47
4 4 Paint Level (2120) Pain Level (2102)
Paint Control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Setelah dilakukan intervensi termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan selama 3x24 kualitas dan faktor presipitasi
jam diharapkan nyeri klien - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
berkurang dengan kriteria - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
hasil: mengetahui pengalaman nyeri pasien menemukan
- Nyeri klien berkurang dukungan
dari 7 menjadi 4 Pain Control (1605)
- Klien dapat melakukan - Ajarkan tentang teknik non farmakologi (nafas
teknik relaksasi dalam, relaksasi)
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

Pain Management (1400)


- Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
5 5 Anxiety Control (1402) Anxiety Reduction (5820)
Kopping - Gunakan pendekatan yang menenangkan
Setelah dilakukan asuhan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
selama 5x24 jam, masalah pasien
kecemasan teratasi dgn - Jelaskan semua prosedur dan apa yang

48
kriteria hasil: dirasakan selama prosedur
- Klien - Temani pasien untuk memberikan keamanan
mampu mengidentifikasi dan mengurangi takut
dan mengungkapkan - Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
gejala cemas - Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
- Mengidenti tehnik relaksasi
fikasi, mengungkapkan - Dengarkan dengan penuh perhatian
dan menunjukkan tehnik - Identifikasi tingkat kecemasan
untuk mengontol cemas - Bantu pasien mengenal situasi yang
- Vital sign menimbulkan kecemasan
dalam batas normal - Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi

49
IMPLEMENTASI
TGL NDx JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL PARAF
27/2/2017 1 08.0 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Putri
0 S:-
O : TD: 120/80 mmHg S: 36,7O C HR: 96x/m RR: 26x/m

1 Mengkaji jalan napas klien Putri


08.0 S: Klien mengatakan terkadang batuk dan terdapat lendir berwarna putih
5 O: Klien tampak batuk
Putri
2 Mengkaji pola napas klien
S: Klien mengatakan sesak napas
08.0 O: RR: 26x/m
7
2 Memberikan posisi semi fowler Putri
S:
O:Klien tampak posisi semifowler 30O
08.1
4 0 Mengkaji keluhan Mengobservasi respon nyeri klien Putri
S : Klien mengatakan nyeri daerah leher sebelah kanan dan daerah ketiak
dengan skala nyeri 6 dari 10, nyeri seperti di tusuk-tusuk benda tajam dan hilang timbul
O : Klien tampak meringis
08.1
4 5 Mengajarkan teknik distraksi dengan bercerita untuk mengurangi nyeri Putri
S : Klien mengatakan nyeri ketika berubah posisi
O : Klien tampak gelisah dan tampak melokalisasi nyeri

3 Monitor volume cairan Putri


08.2 S:-
0 O : Memberikan cairan infus RL (500 cc)

3 Monitor intake cairan Putri


S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi makanan, minum air putih dan the sebanyak 1 gelas belimbing
08.4 O: intake cairan makanan 15 cc dan minuman 300 cc
0
5 Mengkaji tingkat kecemasan pasien Putri
S: Klien mengatakan khawatir dengan penyakitnya, karena tidak kunjung dilakukan pembedahan
O: Klien tampak gelisah dan tegang
12.0 Hasil pengkajian dengan skala HARS menunjukan nilai 16 (sedang).
0
1 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Beny
S:-
O : TD: 110/80 mmHg S: 37O C HR: 95x/m RR: 27x/m
13.0
2 0 Memonitoring O2 Nasal Kanul Beny
S:
O: Klien terpasang O2 nasal kanul 3Lpm

3 Memberikan cairan infus Beny


14.3 S:-
0 O : terganti cairan infus RL (500 cc)

3 Monitor intake cairan Beny


S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 300 cc
14.3 O: Menghitung intake cairan makanan 20 cc dan minuman 300 cc
0
1 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Nurul
S:-
O : TD: 110/80 mmHg S: 37O C HR: 95x/m RR: 27x/m
15.3 Nurul
28/2/2017 3 0 Memberikan cairan infus
S:-
O : terganti cairan infus RL (500 cc)
Nurul
3 18.0 Monitor intake cairan
0 S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 400 cc dari semalam
O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 400 cc Nurul

3 Mengitung balance cairan


21.3 S:
0 O:
Intake:
Infus : 1500cc
Minum : 1000 cc
01.0 Makan : 50 cc
0 Jumlah : 2600 cc

Output:
BAK : 900 cc
06.0 BAB : 100 cc
0 IWL : 262 cc
WSD : 500
Jumlah: 1762cc
*BC: Input Output
06.1 : 2600-1762= +838 cc
5
28/2/2017 1 08.0 Monitor tanda tanda vital Putri
0 S: -
O: TD : 120/80 mmHg, RR : 24x/m, HR : 90x/m, S : 36,7oC

1 Auskultasi suara napas Putri


08.0 S: klien mengatakan semalam tidurnya kurang nyenyak
5 O: Terdengar suara ronchi pada lapang paru

2 Monitor pola napas Putri


S: klien mengatakan semalam sesak napas sehingga susah tidur
08.1 O: - klien tampak sesak
0 - RR : 24x/m

2 Memposisikan klien semifowler Putri


S: klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi setengah duduk dibandingkan tiduran
O: klien tampak lebih tenang
08.1
3 5 Monitor intake dan output cairan Putri
S: klien berkata saya minumnya banyak mas, pagi ini aja sudah minum seperempat botol besar itu
habis (350cc)
O: jumlah cairan pada WSD sebanyak 250cc
08.2
4 0 Melakukan ganti balut pada luka bekas pembedahan dan luka drainage Putri
S: -
O: klien tampak meringis ketika lukanya dibersihkan

5 Mendegarkan dengan penuh perhatian keluhan klien Putri


08.2 S: klien berkata mas, saya kok tidak lekar di operasi ya, nanti bisa semakin besar benjolannya
5 bagaimana ya mas?
O: klien tampak khawatir

3 Memberikan cairan infus Putri


09.0 S:-
0 O : terganti cairan infus RL (500 cc)

3 Monitor intake cairan Putri


S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih dan teh
O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 300 cc
10.0
1 0 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Beny
S:-
O : TD: 110/70 mmHg S: 36,6O C HR: 94x/m RR: 24x/m
3 12.0 Beny
0 Memberikan cairan infus
S:-
O : terganti cairan infus RL (500 cc)
4 Beny
14.1 Mengevaluasi nyeri dan mengajarkan teknik nafas dalam
5 S: Klien mengatakan iya mas masih nyeri tapi ya hilang timbul
O: Klien tampak rileks
2 Beny
Melakukan fisioterapi dada
15.0 S: Klien mengatakan dahak nya kemarin keluar mas, tapi batuk masih ada
0 O:Klien tampak rileks
3 Nurul
Monitor intake cairan
S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 200 cc
15.0 O: Menghitung intake cairan makanan 20 cc dan minuman 200 cc
1 1 Nurul
Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan menanyakan keluhan pasien
S : Klien mengatakan saat batuk dahaknya sudah dapat keluar dengan mudah
O : TD: 110/70 mmHg S: 36,6O C HR: 94x/m RR: 24x/m
4 17.0 Nurul
0 Mengevaluasi Nyeri yang dirasakan dan mengajarkan teknik nafas dalam ketika nyeri timbul
S : Klien mengatakan nyeri masih sering timbul, tadi tidak seperti sebelumnya, dengan skala masih 6
O : Klien tampak menahan nyeri dan masih bisa berbicara dengan lancar
3 Nurul
1/3/2017 18.0 Memberikan cairan infus
0 S:-
O : terganti cairan infus RL (500 cc)
2 Nurul
Memberikan fisioterapi dada
21.1 S: Klien mengatakan badan terasa lebih segar ya mas
5 O:Klien tampak rileks
3 Nurul
Monitor intake cairan
S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 300 cc dari semalam
21.3 O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 300 cc
0 Nurul
5 Mendengarkan dengan seksama harapan klien
S: klien mengatakan ingin segera dioperasi dan pulang
O: klien tampak gelisah
02.0
3 0 Mengitung balance cairan
S:
O:
Intake:
05.0 Infus : 1400cc
0 Minum : 800 cc
Makan : 50 cc
Jumlah : 2250 cc

06.0 Output:
0 BAK : 800 cc
BAB : 0 cc
IWL : 262 cc
WSD : 400
Jumlah: 1462 cc
06.3 *BC: Input Output
0 : 2250-1462= +788 cc

07.0
0
1/3/2017 1 14.1 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Putri
5 S:-
O : TD: 120/80 mmHg S: 37,2O C HR: 94x/m RR: 23x/m

3 Memberikan cairan infus Putri


15.0 S:-
0 O : terganti cairan infus RL (500 cc)

4 Mengevaluasi nyeri dan evaluasi teknik nafas dalam Putri


S: Klien mengatakan iya mbak masih nyeri tapi ya hilang timbul, ya saya sering menggunakan nafas
15.0 dalam ketika nyeri
1 O: Klien tampak rileks

2 Melakukan fisioterapi dada Putri


S: Klien mengatakan dahak nya kemarin keluar mbak, tapi batuk masih ada
O:Klien tampak rileks
17.0
3 0 Monitor intake cairan Putri
S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 200 cc
O: Menghitung intake cairan makanan 20 cc dan minuman 200 cc

1 18.0 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan menanyakan keluhan pasien Beny
0 S : Klien mengatakan saat batuk dahaknya sudah dapat keluar dengan mudah
O : TD: 110/70 mmHg S: 36,6O C HR: 94x/m RR: 24x/m

4 Mengevaluasi Nyeri yang dirasakan dan mengajarkan teknik nafas dalam ketika nyeri timbul Beny
21.1 S : Klien mengatakan nyeri masih sering timbul, tadi tidak seperti sebelumnya, dengan skala masih 6
5 O : Klien tampak menahan nyeri dan masih bisa berbicara dengan lancar

5 Memberikan cairan infus Beny


S:-
21.3 O : terganti cairan infus RL (500 cc)
2/3/2017 0
3 Memberikan fisioterapi dada Beny
S: Klien mengatakan badan terasa lebih segar ya mas
O:Klien tampak rileks
02.0
2 0 Monitor intake cairan
S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 300 cc dari semalam Beny
O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 300 cc

3 05.0 Mengitung balance cairan Beny


0 S:
O:
Intake:
3 Infus : 1000cc
06.0 Minum : 500 cc
0 Makan : 35 cc
Jumlah : 1535 cc

Output:
07.0 BAK : 600 cc
0 BAB : 0 cc
IWL : 185 cc
WSD : 150 cc
Jumlah: 935 cc
*BC: Input Output
: 1535-935= +600 cc
2/3/2017 1 14.1 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital Putri
5 S:-
O : TD: 120/80 mmHg S: 37O C HR: 80x/m RR: 21x/m

3 Memberikan cairan infus Putri


15.0 S:-
0 O : terganti cairan infus RL (500 cc)

5 Menganjurkan klien untuk bersabar dan menjalani proses perawatan dengan ikhlas Putri
S: klien mengatakan akan bersabar untuk menunggu jadwal operasi
15.3 O: klien tampak lebih tenang
0
4 Mengevaluasi nyeri dan evaluasi teknik nafas dalam
S: Klien mengatakan iya mbak masih nyeri tapi ya hilang timbul, ya saya sering menggunakan nafas Putri
dalam ketika nyeri
16.0 O: Klien tampak rileks
0
2 Melakukan fisioterapi dada Putri
S: Klien mengatakan alhamdulillah batuknya suda berkurang mbak
O:Klien tampak rileks

3 17.0 Monitor intake cairan Beny


0 S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 200 cc
O: Menghitung intake cairan makanan 20 cc dan minuman 200 cc

1 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan menanyakan keluhan pasien Beny
18.0 S : Klien mengatakan saat batuk dahaknya sudah dapat keluar dengan mudah
0 O : TD: 110/80 mmHg S: 36,8O C HR: 85x/m RR: 20x/m

3/3/2017 4 Mengevaluasi Nyeri yang dirasakan dan mengajarkan teknik nafas dalam ketika nyeri timbul Beny
S : Klien mengatakan nyeri masih sering timbul, tadi tidak seperti sebelumnya, dengan skala masih 6
21.1 O : Klien tampak menahan nyeri dan masih bisa berbicara dengan lancar
5
3 Memberikan cairan infus Beny
S:-
O : terganti cairan infus RL (500 cc)
21.3
2 0 Memberikan fisioterapi dada Beny
S: Klien mengatakan badan terasa lebih segar ya mas
O:Klien tampak rileks

3 02.0 Monitor intake cairan Beny


0 S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 300 cc dari semalam
O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 300 cc

3 Mengitung balance cairan


05.0 S:
0 O:
Intake:
Infus : 1000cc
Minum : 500 cc
06.0 Makan : 35 cc
0 Jumlah : 1535 cc

Output:
BAK : 600 cc
07.0 BAB : 0 cc
0 IWL : 185 cc
WSD : 200 cc
Jumlah: 985 cc
*BC: Input Output
: 1535-985= +595 cc
3/3/2017 1 21.1 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan menanyakan keluhan pasien Beny
5 S : Klien mengatakan batuknya sudah jarang
O : TD: 120/80 mmHg S: 36,7O C HR: 88x/m RR: 22x/m

4 Mengevaluasi Nyeri yang dirasakan dan mengajarkan teknik nafas dalam ketika nyeri timbul Beny
21.3 S : Klien mengatakan nyeri saat ini skala 5
0 O : Klien tampak menahan nyeri dan masih bisa berbicara dengan lancar
3 Memberikan cairan infus Beny
S:-
02.0 O : terganti cairan infus RL (500 cc)
0
2 Memberikan fisioterapi dada Beny
S: Klien mengatakan badan terasa lebih segar ya mas
O:Klien tampak rileks
05.0
3 0 Monitor intake cairan Beny
S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih 100 cc dari semalam
O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 100 cc

1 06.0 Monitor tanda tanda vital Nurul


0 S: -
O: TD : 120/80 mmHg, RR : 20x/m, HR : 88x/m, S : 36,8oC

2 Auskultasi suara napas Nurul


08.0 S: klien mengatakan semalam tidurnya nyenyak
0 O: Terdengar suara ronchi pada lapang paru

2 Monitor pola napas Nurul


S: klien mengatakan semalam dapat tidur
08.0 O: - klien tampak sesak
5 - RR : 22x/m

2 Memposisikan klien semifowler Nurul


S: klien mengatakan sudah dapat duduk tapi tidak lama
08.1 O: klien tampak lebih tenang
0
3 Monitor intake dan output cairan
S: klien mengatakan saya minum setengah botol mas Nurul
O: jumlah cairan pada WSD sebanyak 250cc, air putih 300 cc
3,4 08.1 Melakukan ganti balut pada luka bekas pembedahan dan luka drainage Nurul
5 S: Klien mengatakan skala nyeri 4
O: klien tampak tenang saat di ganti balut

5 Memberikan motivasi Nurul


08.2 S: klien berkata makasih ya mbak, iya saya yakin saya sembuh
0 O: klien tampak tenang dan tersenyum

3 Memberikan cairan infus Nurul


S:-
08.2 O : terganti cairan infus RL (500 cc)
5
3 Monitor intake cairan Nurul
S: Klien mengatakan makan habis 1 porsi dan minum air putih dan teh
O: Menghitung intake cairan makanan 15 cc dan minuman 300 cc
09.0
3 0 Mengitung balance cairan Nurul
S:
O:
Intake:
10.0 Infus : 1000cc
0 Minum : 700 cc
Makan : 35 cc
Jumlah : 1735 cc

12.0 Output:
0 BAK : 800 cc
BAB : 100 cc
IWL : 185 cc
WSD : 250 cc
14.0 Jumlah: 1335 cc
0 *BC: Input Output
: 1735-1335= +400 cc

EVALUASI
Tgl NDx Jam Evaluasi Sumatif Paraf
27/2/2017 1 21.00 S : klien mengatakan sesekali batuk dan keluar lender berwarna putih BNP
O:
- TD: 120/80 mmHg S: 36,7O C HR: 96x/m RR: 26x/m
- klien tampak batuk
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor tanda tanda vital
- auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

2 S:-
O:
- klien tampak berkeringat
- klien tampak sesak
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- berikan posisi semifowler untuk meningkatkan ventilasi
3
S : klien mengatakan akan membatasi minumnya
O:
- klien minum sebanyak 300 ml
- terdapat edema pada ekstermitas bawah klien
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian obat diuretik

4 S : klien mengatakan ketika ngobrol dengan perawat dapat meringankan rasa nyeri
O:
- klien dapat melakukan teknik distraksi
- klien bercerita mengenai keluarganya dirumah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda tanda vital
- Lakukan perawatan luka
5
S : klien mengatakan khawatir dengan penyakit yang dideritanya saat ini
O:
- nilai skala hars klien 16 (nyeri sedang)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Dengarkan dengan sepenuh hati keluhuan klien
28/3/2017 1 14.00 S:-
O:
- terdengar suara ronchi pada kedua basal paru klien
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
- ajarkan klien batuk efektif

S:-
2 O:
- klien tampak nyaman tidur dengan posisi semifowler
- RR klien 24x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- pertahankan posisi semifowler untuk meningkatkan ventilasi
- monitor pola napas

S:-
3 O:
- klien minum sebanyak 350 ml
- jumlah cairan pada WSD sebanyak 250 ml
- balance cairan +788ml
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian obat diuretic
- Membatasi asupan cairan klien
4
S:-
O:
- klien tampak meringis ketika dilakukan ganti balutan pada luka
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda tanda vital
5
S : klien berkata mas, saya kok tidak lekar di operasi ya, nanti bisa semakin besar
benjolannya bagaimana ya mas?
O:
- klien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi dan memberi semangat
1/3/2017 1 21.00 S : klien mengatakan batuknya sudah bisa mengeluarkan dahak
O:
- dahak dapat keluar
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- kolaborasi pemberian obat nebulizer

S : klien mengatakan masih sesak


2
O:
- klien tampak rileks
- RR 24x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- lakukan fisioterapi dada
- monitor pola napas

3 S : klien mengatakan hanya minum air putih 1 gelas belimbing sedikit demi sedikit
O:
- klien minum sebanyak 300 ml sejak semalam
- balance cairan +600ml
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor balance cairan
4
S : klien mengartakan nyerinya masih sama yang dirasakan
O:
- skala nyeri 6
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda tanda vital
- Pantau respon nonverbal dari ketidaknyamanan

S: klien mengatakan ingin segera dioperasi dan pulang


O: klien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi dan memberi semangat
2/3/2017 1 07.00 S : klien mengatakan batuknya berkurang
O : TD :120/80mmHg, N : 80x/m, S:37oC, RR : 21x/m
- klien tampak lebih tenang
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Auskultasi suara napas catat adanya suara napas abnormal

2
S : klien mengatakan tadi malam bisa tidur dengan nyenyak dan sesaknya berkurang
O:
- klien tampak rileks
- RR 21x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Berikan fisioterapi dada
- monitor pola napas
3
S : klien mengatakan hanya minum air putih 1/2 gelas belimbing
O:
- klien minum sebanyak 200 ml dan cairan dari makanan makan sebanyak 20cc
- Balance cairan +595
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor balance cairan
- monitor turgor kulit dan derajat edema

4 S:-
O:
- klien tampak menahan nyeri ketika merubah posisinya
- TD :120/80mmHg, N : 80x/m, S:37oC, RR : 21x/m
Klien tampak mellokalisir nyeri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda tanda vital
- Pantau respon nonverbal dari ketidaknyamanan
5 S: klien mengatakan akan bersabar untuk menunggu jadwal operasi
O: klien tampak lebih tenang
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Berikan motivasi dan semangat
3/3/2017 1 07.00 S : klien mengatakan batuknya jarang
O : TD :120/80mmHg, N : 88x/m, S:36,7oC, RR : 22x/m
- klien tampak lebih tenang
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Auskultasi suara napas catat adanya suara napas abnormal

2
S : klien mengatakan napasnya masih sesak sedikit
O:
- nafas klien lebih teratur
- klien tampak lebih bugar
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Berikan fisioterapi dada
- monitor pola napas

S : klien mengatakan hari ini minum setenah botol air mineral sedang
3
O:
- klien minum sebanyak 300 ml dan cairan
- jumlah cairan pada WSD sebanyak 250 ml
- Balance cairan +400
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- monitor balance cairan
- monitor turgor kulit dan derajat edema
4 S : klien mengatakan nyeri berkurang skalanya menjadi 4
O:
- klien tampak meringis ketika dibersihkan lukanya
- klien tidak melokalisir nyeri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor respon non verbal dari ketidaknyamanan

5 S: klien mengatakan saya akan saba menunggu mas


O: klien tampak lebih bersemangat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Berikan motivasi dan semangat
PEMBAHASAN
Limfadenitis tuberculosis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberculosis
(loachim, 2009). Infeksi mycobacterium tuberculosis pada kulit disebabkan oleh perluasan langsung tuberculosis ke kulit dari struktur dasar
atau terpajan melalui kontak dengan tuberculosis (Dorland, 1998). Ciri-ciri limfadenitis TB yaitu sesak nafas, muculmya nemjolan dijalur getah
bening.
Hasil pengkajian yang dilakukan kepada klien menunjukkan bahwa klien mengeluh sesak nafas, nafas klien dangkal , RR 26x/menit N : 96x/m,
TD : 120/80 mmHg, dan Pengembangan dinding dada kiri > kanan serta Taktil fremitus kiri > kanan. Berdasarkan beberapa data hasil pengkajian
tersebut dapat ditegakkan diagnose ketidakefektifan pola nafas.
Selama 3x 24 jam dilakukan asuhan keperawatan dengan melakukan beberapa intervensi diantaranya yaitu lakukan fisioterapi dada jika
perlu, Keluarkan sekret dengan batuk atau suction, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, Kolaborasi pemberian obat
bronkodilator, dan posisikan pasien semifowler untuk mempertahankan jalan nafas.
Klien diposisikan semi fowler dengan sudut kemiringan 30-450. Klien merasa nyaman dengan posisi tersebut. Hal ini berhubungan dengan
penelitian Majampoh et al, 2013 dalam penelitiannya menyatakan bahwa Dari hasil analisis pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap
kestabilan pola napas, bahwa pasien yang sebelum diberikan intervensi posisi semi fowler memiliki rata rata skor dyspnea lebih tinggi yaitu
27,68. Frekuensi pernapasan sebelum diberikan posisi semi fowler termasuk frekuensi sesak napas sedang sampai berat yaitu sebanyak 36 orang
(90,0%) dari 40 responden. Penumpukan sekret menyebabkan seseorang sulit bernapas karena menghambat aliran udara masuk atau keluar dari
paru paru, karena itu pasien dengan sesak napas akan cenderung melakukan pernapasan pada volume paru yang tinggi dan membutuhkan kerja
keras otot otot pernapasan, karena itu penting untuk diberikan latihan pernapasan pada posisi yang tepat.
Selain itu klien juga mengeluh batuk dan berdahak, dahak warna putih dan kental, hasil foto thorax menunjukkan klien terkena efusi pleira
dextra, dan terdengar bunyi nasal ronchi basar pada lapang paru. Beberapa hari 3x24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dengan memberikan beberapa intervensi seperti monitor status oksigenasi, monitor status pernapasan, Monitor suara napasa,
memposisikan klien semifowle, , serta ada mengajarkan cara batuk efektif dan postural drainage.
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk
membantu membersihkan saluran perna-pasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara sengaja maupun
tanpa disengaja.Batuk meru-pakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan yang digunakan untuk mem-bersihkan saluran udara
atas.Salah satunya un-tuk mengeluarkan sputum.Sputum adalah zat mucousy (terdiri dari sel-sel dan materi lainnya) yang disekresikan ke dalam
saluran udara dari saluran pernapasan. Sputum tidak sama de-ngan air liur, air liur merupakan suatu zat yang disekresi dalam mulut untuk
membantu pencer-naan. (Goldsobel, 2010). suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara mak-simal.
Untuk menyiapkan paru-paru dan sa-luran nafas sebelum melaksanakan tehnik batuk, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan
saluran nafas. Tehnik pelaksanaan batuk effektif adalah : (1) Mulai dengan ber-nafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhi-ri dengan
mengeluarkan nafas secara perlahan selama 3-4 detik. (2) Tarik nafas secara diaf-ragma, lakukan secara pelan dan nyaman, ja-ngan sampai
overventilasi paru-paru. (3) Se-telah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan
melakukan batuk huff secara efektif. (4) Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk mela-kukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3
kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka
dan mempermudah pengeluaran mu-cus. (5) Kontrol nafas, kemudian ambil nafas pelan 2 kali (Soemarno dan Putti, 2013).---analisis hasil
dengan yang diterapkan pada pasien?
Pengkajian yang lain menunjukkan klien mengeluh benjolannya sakit sampai menjalar ke kepala, benjolan seperti ditusuk-tusuk dan
terasa panas. Dari hasil tersebut menunjukkan klien mengalami nyeri akut. Setelah melakukan beberapa intervensi yang diperbolehkan seperti
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan, unakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien menemukan dukungan,
ajarkan tentang teknik non farmakologi (nafas dalam, relaksasi), berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Hal ini sejalan dengan pendapat Simpkin, Whalley & Keppler (2008) yang menyatakan bahwa relaksasi pernapasan adalah membebaskan
pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Selain Kemampuan untuk relakasasi secara disengaja
dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi ketidak nyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan (pasien nya?). Selain
itu juga terdapat keluhan klien seperti klien mengatakan merasa khawatir karena jadawal operasi, klien tampak gelisah, tegang dan skala HARS
hasilnya 16 (kecemasan sedang). ).---analisis hasil dengan yang diterapkan pada pasien?

Tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi masalah diatas diantaranya adalah memberikan informasi mengenai anemia meliputi
definisi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksaan penyembuhan hemofilia, yang bertujuan agar klien menyadari resiko yang akan dialami
klien apabila tidak melakukan perawatan diri secara optimal. Klien diberikan pendidikan kesehatan mengenai makanan gizi seimbang, konsumsi
tablet besi dan vitamin C. Kelelahan marupakan gejala yang dialami klien dengan anemia, hemoglobin merupakan pembawa oksigen ke seluruh
tubuh untuk metabolisme sel, membentuk energi untuk aktivitas. Guideline penatalaksanaan penderita guildine yang dibuat oleh WHF
menyebutkan bahwa olahraga ringan dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada dengan anemia,yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi
darah, sehingga mengurangi nyeri otot akibat metabolisme anaerob.
DAFTAR PUSTAKA
Almuddatsir. 2014. Efektivitas Pengeluaran Sekret dengan Teknik napas dalam dan Batuk Efekif di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : FK
UNSU.
Amin, Zulkifli dan Asril Bahar. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Edisi kelima Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia, 2009; h..2230-472.

Bassili, Amal et al. A Systematic Review of the Effectiveness of Hospital- and Ambulatory-Based Management of Multidrug-Resistant
Tuberculosis. Journal of Trop Med Hyg.2013; 89(2): 271-280.
Chang, Kwok Chiu et al. 2013. Management of difficult multidrug-resistant tuberculosis and extensively drug-resistant tuberculosis. J of the
Asian Pacific Society of Resp. 2013; 18:8-21.

Depkes RI. (2009). Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Pasien TB-MDR. Jakarta: Depkes RI
Djojodibroto. (2012). Respirologi. Jakarta: EGC
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Hidayat, A.A.Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

http://www.farmasiana.com/salbutamol/ventolin/ diakses tanggal 24 Mei 2016.

Kemenkes. 2015. Infodatin : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : PUSADATIN.
Kementrian Kesehatan RI Dirjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta: Kemenkes RI

Mejampoh, et al. 2013. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Kesetabilan Pola Napas Pada Pasien TB Paru Di IRINA C5 RSUP
Prof. dr. R.D. Kandao Manado. Vol 3 (1)
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nofizar, Dedi dkk. Identifikasi Faktor Resiko Tuberkolusis. Majalah Kedokt Indonesia.2010: 60(12); 537-546.
Nurarif, A.H. & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2011). Tuberkulosis Pedoman, Diagnosis, dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra
Grafika
Riyanto, B.S.W. (2006). Management of MDR-TB Current and Future dalam Buku Program dan Naskah Lengkap Konferensi Kerja Pertemuan
Ilmiah Berkala. Bandung: PERPARI
Sarwani, Dwi dkk. Faktor Resiko Multidrug Resistant Tubercolusis (MDR-TB) Jurnal Kesehatan Masyarakat UNES. 2012; 8(1). Diakses dari
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kemas/2260

Simkin, P., Whalley, J., Keppler, A. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Arcan. Jakarta
Soedarsono. (2010). Multidrug-Resistant (MDR)-TB. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Soemarno, Slamet., Putri, Herdiyani. 2013. Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk Efektif Pada Intervensi Nabulizer Terhadap
Penurunan Frekuensi Batuk Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi. Vol 3 (1)
Soepandi, P.Z. (2008). Diagnosis dan Faktro yang Memengaruhi Terjadinya TB-MDR. Jakarta: Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI

WHO. 2015. Global Tubercolusis Report 2015. France : WHO Publication.


Sharma, S., K., Mohan, A., 2004, Extrapulmonary Tuberculosis.Department of Medicine, All India Institute of Medical Sciences, New Delhi &
Department of Emergency Medicine, Sri Venkateswara Institute of Medical Sciences, Tirupati, India.Indian J Med Res 120: 316-353

Herchline, T., E., 2011. Tuberculosis. Available from:http://emedicine.medscape.com /article/230802 overview .[ accessed in 7 Maret 2017].

Yilmaz, Sema et al. The effect of Salbutamol in an Experimental Model with ARDS. Journal of Acute Disease. 2012. 94-99.
LAMPIRAN
PATHWAY (masalah psikologis belum ada?)

Vous aimerez peut-être aussi