Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan

dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal

kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan

jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa

golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering

menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama

adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan

dengan meningkatnya usia manusia.


Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya

dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna

mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot

dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau

menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai

sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan

suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom, dan golongan penyakit yang

menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun

semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para

ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau

tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem

muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta

adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan

gangguan gerak. (Soenarto, 2009). Reumatik dapat terjadi pada semua umur
dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia

lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur.

B. Tujuan
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan pasien

lansia dapat mengenal dan mengetahui tentang rematik.

C. Konsep Dasar Medis


1. Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara

usia 65-75 tahun. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,

dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).


2. Pengertian Reumatoid Arthritis
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang

bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta

jaringan ikat sendi secara simetris. Reumatoid arthritis adalah gangguan

autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi.

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak

sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya

umur.
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang

tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi

dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi

dan deformitas lebih lanjut .


3. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada

beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,

antara lain;
a) Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor

penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa

osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi

pada penuaan berbeda dengan perubahan pada osteoartritis.


b) Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi.

Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan

tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi

psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi

diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih

banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran

hormonal pada patogenesis osteoartritis.


c) Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masing-masing

suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup

maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan

pertumbuhan tulang.

d) Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk

kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4

dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 :

1 untuk menderita penyakit ini.


e) Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan

meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita

maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan

oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga

dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh

karena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena


meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)

yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.


f) Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang

terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis

tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang

berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.


g) Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan

dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.


h) Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan

resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang

lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang

diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi

lebih mudah robek.


4. Jenis Reumatoid Arthritis

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

a) Reumatik Sendi (Artikuler)


Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik

sendi (reumatik artikuler).


b) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan

menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi

dan berbagai organ di luar persendian.


c) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan

penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan

biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama. Proses penyakitnya

berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai

seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul


dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian

(periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan

yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam

pada permukaan sendi.


d) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat

darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang

pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga

dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal

monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini

menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik

gout akut.
e) Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan

lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga

reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism).


5. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-

lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang

dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,

krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi

terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.


Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri

tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,

antara lain: nyeri send, hambatan gerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

pembesaran sendi (deformitas) dan perubahan gaya berjalan.

6. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang

berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular

kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,

atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan

gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.


Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan

sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.

Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.


Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang, ditandai

dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara

ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak

terserang lagi. Yang lain, terutama yang mempunyai faktor rhematoid

(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang

progresif.
7. Pemeriksaan penunjang
a) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada

jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang

berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,

memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang

terjadi secara bersamaan.


b) Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi


d) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar

dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon

inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan

lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).


e) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.
8. Penatalaksanaan
a) Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya

bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja

hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu

menghentikan proses patologis.

b) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada

sendi yang sakit.


c) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e) Dukungan psikososial
f) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan

yang tepat.
g) Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya

keluhan.
h) Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat

nyeri.
i) Konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin.
j) Diet rendah purin: tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi

pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu

gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal.


9. Komplikasi
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.


b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d) Terjadi splenomegali.
X. Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah


1 DS : Proses menua Nyeri
1. Ny. JW mengatakan
sudah satu tahun merasa
kesemutan dan linu pada
kakinya Perubahan
2. Ny. JW mengatakan rasa
kesemutan dan linu
bertambah jika terkena dingin hormonal
dan berkurang setelah
minum obat. Permukaan
DO :
1. TD : 110/80 mmHg
2. Nadi : 86 x/menit tulang dan sendi tidak
3. Suhu : 36 C lagi licin
4. Respirasi : 24 x/menit
Ny. JW tampak memegangi Tulang
kakinya

mengalami gesekan

Nyeri
2 DS : Proses menua Kurang
Ny. JW mengatakan tidak pengetahuan
mengerti tentang penyakit tentang reumatik
rematik, makanan pantangan
dan cara pengobatan untuk Penurunan daya
rematik
DO :
Ny. JW tampak bertanya
tentang rematik, makanan ingat
pantangan dan cara
pengobatan rematik Kurang terpapar
informasi

Kurang pengetahuan
tentang rematik

XI. Prioritas Masalah

1. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki berhubungan dengan

kesemutan dan rasa ngilu pada persendian.


2. Kurang pengetahuan tentang reumatik berhubungan dengan

keterbatasan kognitif.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

NAMA KLIEN : NY.JW JENIS KELAMIN : PEREMPUAN


UMUR : 60 TAHUN WISMA : SEULANGA

NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1 Nyeri akut akibat proses Setelah dilakukan o Menganjurkan klien o Membantu dalam
inflamasi pada daerah kaki intervensi hasil yang untuk mandi air menentukan kebutuhan
berhubungan dengan diharapkan: hangat, kompres manajemen nyeri dan
kesemutan dan rasa ngilu pada o Ny. JW melaporkan rasa sendi- sendi yang keefektifan program.
persendian. kesemutan dan ngilu sakit dengan o Panas meningkatkan
berkurang. kompres hangat. relaksasi otot dan
DS : o Ny. JW dapat beraktifitas o Memberikan mobilitas, menurunkan
1. Ny. JW mengatakan sudah tanpa rasa ngilu dan masase yang rasa sakit.
satu tahun merasa kesemutan kesemutan. lembut. o Meningkatkan relaksasi/
dan linu pada kakinya. o kaji keluhan yang o Mengajarkan teknik mengurangi tegangan
2. Ny. JW mengatakan rasa dirasakan klien, catat relaksasi dan otot.
kesemutan dan linu bertambah faktor yang distraksi. o Meningkatkan relaksasi,
jika terkena dingin dan mempercepat dan memberikan rasa
berkurang setelah minum obat. tanda-tanda rasa sakit kontrol dan mungkin
non verbal. meningkatkan
DO : kemampuan koping.
1. TD :110/80 mmHg o Memudahkan untuk ikut
2. Nadi : 86 x/menit serta dalam terapi dan
3. Suhu : 36,0 C mengurangi tegangan
4. Respirasi : 24 x/menit otot / spasme.
Ny. JW tampak memegangi
kakinya.
o Kaji tingkat o Menambah pengetahuan
2 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan pengetahuan pasien tentang
rematik berhubungan dengan intervensi diharapkan: klien. penyakit yang
keterbatasan kognitif. o Berikan pendidikan dideritanya.
DS : Ny. JW mengatakan kesehatan o Mengetahui sejauh mana
Ny. JW mengatakan tidak paham mengenai tentang cara klien memahami
mengerti tentang penyakit penyakitnya. mencegah dan tentang penyakit yang
rematik, makanan pantangan mengatasi dideritanya.
dan cara pengobatan untuk rematik.
rematik. o Evaluasi tingkat
DO :
pengetahuan
Ny. JW tampak bertanya
klien.
tentang rematik, makanan
o Memudahkan
pantangan dan cara pengobatan
dalam
tradisional untuk rematik.
menentukan
intervensi
selajutnya.
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA KLIEN : NY.JW JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
UMUR : 60 TAHUN WISMA : SEULANGA

Tanggal No. Implementasi Evaluasi Paraf


DX
24/04/15 1 o Mengajarkan klien untuk o Klien hanya tahu posisi tidur yang
mengubah posisi tidur. seenaknya.
o Mengajarkan penggunaan o Klien tahu bagaimana cara
tehnik manajemen nyeri. mengendalikan nyeri yang di
o Memberikan posisi yang deritanya.
nyaman sendi yang nyeri o Klien mengatakan akan mencoba
diistirahatkan dan diberi memberikan bantalan pada kakinya.
bantalan.
S : Klien mengatakan nyeri pada kaki
sudah berkurang.
O: Klien dapat mengendalikan rasa
nyeri pada kakinya dengan
menggunakan bantal.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.

25/04/15 o Klien sudah tahu tentang penyakitnya.


2. o Mengkaji tingkatan
o Klien sudah paham tentang
pengetahuan klien.
pendidikan tentang cara mencegah
o Memberikan pendidikan
dan mengatasi rematik.
kesehatan tentang cara
mencegah dan mengatasi
rematik. S : Klien mengatakan tau tentang
penyakitnya.
O: Klien mengatakan sudah sedikit
lancar dalam beraktifitas.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang

bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta

jaringan ikat sendi secara simetris. Reumatoid arthritis adalah gangguan

autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi. Reumatik

dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.

Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur.

B. Saran
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan lagi

dalam hal memberikan pendidikan kesehatan (PENKES) khususnya kepada

lansia, dengan harapan segala persolan yang mereka hadapi setidaknya bisa

dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Soenarto (2009) Asuhan Keperawatan Lansia Reumatik, Terdapat dalam :


psilviamaharani.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-lansia-
reumatik.html [Diakses tanggal : 27 April 2015].
Nugroho (2008) Askep Gerontik Reumatik Terdapat dalam :
alukma.blogspot.com/2014/07/askep-gerontik-reumatik.html[Diakses
tanggal : 27 April 2015].

Vous aimerez peut-être aussi