Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Semester 4
Radiasi elektromagnetik
Gelombang cahaya dapat direpresentasikan sebagai osilasi tegak lurus listrik dan
medan magnetik. Osilasi yang terjadi berbentuk sinusoidal. Panjang gelombang, ,
didefinisikan sebagai jarak antara puncak-ke-puncak dua maxima berurutan. Unit
standar SI panjang gelombang yang umum digunakan merupakan unit panjang,
dapat berupa m (meter), cm (sentimeter), mikrometer, dan nanometer. Amplitudo
gelombang didefinisikan sebagai maksimum vektor dari titik asal ke titik
perpindahan pada proses osilasi. Ilustrasi mengenai panjang gelombang diberikan
pada gambar di bawah.
tersebut terdiri lebih dari 2 panjang gelombang, maka disebut cahaya polikromatik.
Cahaya putih merupakan contoh dari cahaya polikromatik.
Pada keadaan vakum, kecepatan cahaya pada kondisi maksimum dan tidak
bergantung pada panjang gelombang. Frekuensi cahaya ditentukan oleh sumber dan
cahaya dan tidak bervariasi. Saat cahaya melewati material selain vakum, kecepatan
cahaya berkurang. Dikarenakan frekuensi cahaya tidak berubah, maka panjang
gelombang harus berkurang. Jika dihitung kecepatan cahaya di udara, hanya berbeda
sedikit dengan kecepatan cahaya dalam keadaan vakum. Pada umumnya, digunakan
3,00 x 108 m/s sebagai kecepatan cahaya di udara ataupun keadaan vakum.
Dalam beberapa kasus, cahaya dapat berperan sebagai partikel. Partikel cahaya
disebut sebagai foton. Foton dikarakterisasi oleh energinya. Energi foton
berhubungan dengan frekuensi cahaya, berdasarkan persamaan berikut:
E = h
Dimana,
E adalah energi (Joule)
h adalah konstanta Planck (6,626 x 10-34 Js)
adalah frekuensi (Hz)
Pada gambar di atas, tampak bahwa cahaya tampak, merupakan bagian dari
spektrum elektromagnetik di gelombang tersebut dapat dilihat oleh mata manusia,
yang merupakan bagian kecil dari semua energi cahaya/sinar. Pada tabel di bawah
diberikan unit dan simbol yang umum digunakan pada berbagai jenis radiasi
elektromagnetik:
Unit Simbol Panjang (m) Tipe radiasi
Angstrom A 10-10 X-ray
Nanometer Nm 10-9 UV-Vis
Micrometer m 10-6 IR
Milimeter mm 10-3 IR
Sentimeter cm 10-2 Microwave
Meter M 1 Radio
di dalam molekulnya sendiri, yaitu rotasi, vibrasi, dan translasi (perpindahan dari 1
titik ke titik lainnya di dalam molekul). Interaksi dengan energi cahaya dapat
mempengaruhi pergerakan molekul. Molekul dapat menyerap (absorp) radiasi
vibrasi IR dengan amplitude yang lebih besar; interaksi dengan sinar UV/Vis dapat
memindahkan ikatan elektron menjadi energi yang lebih besar di dalam suatu
molekul. Perubahan energi ini disebut transisi; yang kemungkinan terjadi dari
transisi vibrasi, transisi rotasi, dan transisi elektron di dalam molekul. Atom dan ion
dapat bergerak dalam pergerakan yang sama di dalam suatu molekul, tetapi atom
dan ion monoatomik tidak dapat bervibrasi dan berotasi. Sifat materi kimia
(komposisi), keadaan fisik, serta susunan atom atau molekul pada keadaan fisik
saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain yang mana terdapat interaksi
antara materinya dengan radiasi elektromagnetik. Pada tabel di bawah diberikan
beberapa contoh jenis transisi yang dipelajari pada ilmu spektroskopi.
Tipe transisi Metode spektroskopi Rentang panjang gelombang
Spin inti atom di dalam medan NMR 0,5-10 m
magnet
Rotasi dan vibrasi molekul Raman dan IR 0,8-300 m
Bonding electron energy, valence UV/Vis 180-800 nm
electron energy
Core electron energy X-ray 0,1-100 A
Saat cahaya bertubrukan dengan materi, cahaya dapat diserap oleh sampel,
ditransmisikan melalui sampel, dipantulkan oleh sampel, atau dipecah oleh sampel.
Sampel dapat juga memancarkan cahaya setelah menyerap incident light, proses ini
disebut luminescence. Luminescence dibagi atas flouroscene atau phosphorescence,
tergantung pada peristiwa spesifik yang terjadi.
Interaksi radiasi elektromagnetik dan materi sesuai dengan hukum mekanika
kuantum. Atom, ion, dan molekul hanya hadir di diskrit tertentu dengan energi
spesifik. Hukum mekanika kuantum yang sama juga menyatakan bahwa keadaan
membutuhkan absorpsi atau emisi energi, E, setara dengan perbedaan energi
antara keadaan awal dan akhir. Diasumsikan bahwa energi terkuantisasi. Perubahan
kondisi energi diekspresikan sebagai berikut;
E = Efinal Eawal = h, dengan c = , maka
E = h =
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa materi/zat dapat menyerap atau
mengemisi radiasi saat transisi antara 2 kejadian, tetapi proses absorpsi atau emisi
terjadi hanya pada frekuensi atau panjang gelombang spesifik yang
berkorespondensi pada perbedaan energi antara 2 keadaan dimana materi tersebut
ada. Radiasi absorpsi meningkatkan energi absorpsi/serapan spesies (Efinal > Eawal).
Emisi radiasi mengurangi energi emisi spesies (Efinal < Eawal). Sehingga jumlah E
dapat bernilai negatif atau positif tergantung pada proses absorpsi/emisi yang
terjadi, namun di dalam penghitungan panjang gelombang atau frekuensi radiasi
menggunakan nilai absolut E. Panjang gelombang, frekuensi, dan kecepatan cahaya
selalu dalam bernilai positif.
Molekul spesifik, misalnya heksana, atau atom spesifik, seperti raksa, dapat
mengabsorpsi atau mengemisi radiasi pada frekuensi tertentu. Semua molekul
Keadaan energi terendah suatu molekul atau atom disebut ground state. Keadaan
energi tertinggi disebut excited states. Pada umumnya, pada suhu ruang, molekul
dan atom berada pada keadaan energi terendah/ground state.
Absorpsi sinar tampak oleh gelas terjadi karena adanya eksitasi ikatan elektron pada
molekul atau, dengan kata lain, adanya transisi elektron. Transisi elektron
membutuhkan energi yang lebih besar daripada rotasi atau vibrasi. Pada suatu
molekul, urutan energi berdasarkan besarnya energi yang terjadi pada atom tersebut
adalah energi rotasi < energi vibrasi < energi elektronik. Contoh ilustrasi diagram-
level energi pada molekul pada umumnya adalah:
Pada keadaan elektron En, terdapat banyak asosiasi sublevel rotasi dan vibrasi. Tiap
sublevel hanya mempunyai perbedaan yang sangat kecil, dengan hasil transisi dari
dari satu level energi En ke level energi yang lebih besar namun perbedaan ini
sangatlah kecil karena elektron dapat berakhir pada banyak sublevel. Alasan inilah
yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa absorpsi sinar oleh molekul pada
rentang panjang gelombang tertentu, bukan pada panjang gelombang diskrit tunggal.
Keadaan eksitasi pada dasarnya tidak disukai secara energi; molekul atau atom akan
mencari cara untuk kembali ke keadaan ground/dasar dengan mengeluarkan energi,
seringkali dengan memancarkan cahaya. Karena kondisi eksitasi tidak disukai,
kondisi ini biasanya terjadi hanya pada waktu yang singkat, sekitar 10-9 hingga 10-6
detik. Emisi cahaya terjadi dengan sangat cepat diikuti dengan eksitasi. Pengecualian
pada proses ini adalah proses phosphorescence, proses ini terjadi pada keadaan
eksitasi dapat berlangsung pada waktu yang lebih lama, selama 10 detik.
Spektrum serapan terjadi pada molekul atau atom menyerap energi radiasi yang
memenuhi persamaan E = hv = hc/. Spektrum penyerapan zat menunjukkan
energi (frekuensi atau panjang gelombang) cahaya diserap serta beberapa banyak
cahaya diserap pada tiap frekuensi atau panjang gelombang. Sifat molekul atau atom
menentukan jumlah cahaya yang diserap pada energi yang diberikan. Jumlah
spektrum zat merupakan gabungan dari energi yang diserap dan sesuai dengan
intensitas cahaya yang diserap. Grafik intensitas perubahan amplitudo cahaya
dibangun pada sumbu-y versus frekuensi atau panjang gelombang pada sumbu-x.
grafik yang terbentuk berupa intensitas versus energi yang disebut spektrum.
Spektrum emisi diperoleh ketika sebuah atom atau molekul dalam keadaan
tereksitasi kembali ke keadaan ground dengan memancarkan energi radiasi.
Spektrum emisi dapat diperoleh dengan berbagai cara terjadinya keadaan
tereksitasi. Atom atau molekul dapat tereksitasi tidak hanya dari proses
absorpsi/penyerapan radiasi elektromagnetik, tetapi juga oleh transfer energi akibat
tabrakan antara atom dan molekul, dengan penambahan energi termal. Dan juga
tambahan energi dari muatan listrik. Metoda eksitasi yang berbeda digunakan dalam
beberapa jenis spektroskopi emisi dan akan dibahas kemudian. Sebuah istilah
khusus digunakan untuk emisi radiasi elektromagnetik baik pada atom atau molekul
berikut eksitasi oleh penyerapan radiasi elektromagnetik: emisi seperti disebut
luminescence. Dengan kata lain, jika cahaya yang digunakan sebagai sumber energi
eksitasi, emisi cahaya disebut luminescence (pendaran); jika sumber eksitasi lain
digunakan, emisi cahaya disebut hanya emisi.
1. Prinsip Aufbau
2. Larangan Pauli
3. Hukum Hund
Contohnya:
Konfigurasi elektron dasar pada Na(11)
Na (21) : 1s2 2s2 2p6 3s1
K (19) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1
V (23) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3
Jika energi diberikan pada suatu atom pada magnitude yang sesuai, energi tersebut
dapat terserap oleh atom dan elektron terluar (valensi) dari atom terlepas dari
keadaan dasarnya (dari orbital) ke orbital energi yang lebih tinggi. Kondisi ini
disebut sebagai atom tereksitasi dan berada pada keadaan yang tidak stabil. Oleh
karena itu, elektron akan kembali secara spontan ke keadaan dasarnya. Saat kembali
ke keadaan dasarnya ini, atom akan memancarkan/mengemisi energi; energi ini
akan setara besarnya dari perbedaan antara level energi eksitasi dan level energi
dasar (dan setara dengan energi yang diserap di awal). Proses ini ditunjukkan pada
gambar di bawah:
Setiap unsur memiliki tingkat energi yang khas karena struktur elektronnya yang
khas. Panjang gelombang cahaya diserap atau dipancarkan oleh atom berdasarkan
dari karakteristik unsur. Penyerapan radiasi energi oleh atom merupakan dasar dari
ilmu spektroskopi serapan atom (Atomic absorption spectrometry, AAS). Penyerapan
energi dan emisi radiasi energi berikutnya oleh atom tereksitasi merupakan basis
dari ilmu spektroskopi emisi atom (Atomic Emission Spectroscopy, AES) dan atomic
fluorescence spectroscopy.
Dalam prakteknya, diagram tingkat energi atom berasal dari spektrum emisi atom
tereksitasi. Sebagai contoh, pada gambar di bawah diberikan diagram tingkat energi
pada atom Hg (raksa).
Pada gambar di atas, tidak ada sublevel rotasi ataupun vibrasi pada atom Hg. Hal ini
dikarenakan tidak adanya energi rotasi ataupun vibrasi pada atom. Fasa gas bebas
tidak mempunyai energi rotasi dan vibrasi yang berkaitan. Saat elektron tereksitasi
ke level energi yang lebih besar, perubahan energi yang terjadi dapat didefinisikan
dengan baik, termasuk panjang gelombang diserap (atau dipancarkan) pada proses
kembali ke keadaan dasar disebut sebagai proses monokromatik. Panjang gelombang
cahaya yang terlibat dalam transisi elektron valensi atom yang terlihat pada panjang
gelombang UV dan visible/tampak disebut sebagai daerah panjang gelombang
UV/Vis. Saat ini, diagram tingkat energi semua unsur telah ditentukan (terlampir
pada Lampiran 6A, Undergraduate Instrumental Analysis).
Mengetahui apa yang diserap atau dipancarkan oleh panjaang gelombang cahaya
pada sampel memungkinkan untuk melakukan identifikasi unsur secara kualitatif.
Pengukuran intensitas cahaya yang diserap atau dipancarkan pada panjang
gelombang tertentu memberikan informasi mengenai jumlah unsur yang hadir pada
sampel (analisis kuantitatif unsur). Semua metode spektroskopi atom-absorpsi
(serapan), fluorescence, dan emisi-bersifat sangat sensitif. Jumlah sampel yang
dibutuhkan sangat kecil, 10-12 hingga 10-15 gram unsur dapat dideteksi menggunakan
spektroskopi atom.
Hal ini juga memungkinkan atom untuk menyerap radiasi energi yang lebih tinggi, di
wilayah X-ray; misalnya penyerapan elektron di kulit inti (inner shell, core) yang
tereksitasi, diikuti dengan emisi radiasi sinar-X. Proses ini merupakan dasar
terbentuknya ilmu kualitatif dan kuantitatif analisis unsur oleh spektroskopi X-ray
(X-ray fluorescence, XRF), serta teknik X-ray lainnya.
menggunakan radiasi dari daerah gelombang radio ke wilayah UV. Metode yang
digunakan dapat memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang molekul,
termasuk informasi rinci tentang struktur molekul.
Setiap vibrasi memiliki energi karakteristik tersendiri. Keadaan energi vibrasi yang
terkait dengan vibrasi yang terkuantisasi. Perubahan energi vibrasi dari molekul
berkaitan dengan penyerapan energi radiasi di rentang spketrum IR. Saat
penyerapan radiasi IR menyebabkan perubahan penyerapan vibrasi molekul,
peningkatan energi vibrasi biasanya juga disertai dengan peningkatan rotasi
molekul. Perlu diingat, bahwa tingkat energi rotasi adalah sublevel dari tingkat
energi vibrasi. Oleh karena itu, di dalam prakteknya, penyerapan radiasi IR sesuai
dengan kombinasi perubahan rotasi dan energi getaran dalam molekul. Karena
molekul dengan jumlah atom lebih dari dua memiliki banyak kemungkinan keadaan
vibrasi, sehingga serapan spektrum IR lebih kompleks, yang terdiri dari beberapa
berkas penyerapan. Penyerapan radiasi IR oleh molekul adalah salah satu teknik
yang terdiri dari beberapa berkas penyerapan. Penyerapan radiasi IR adalah salah
satu teknik yang paling penting dalam spektroskopi. Melalui spektroskopi serapan
IR, struktur molekul dalam diketahui, dan identifikasi molekul secara kualitatif serta
kuantitatif dari komposisi molekul sampel.
Dalam kondisi temperatur dan tekanan normal, elektron berada dalam molekul
konfigurasi keadaan dasar, mengisi orbital molekul energi terendah yang tersedia.
Penyerapan energi radiasi yang tepat dapat menyebabkan elektron terluar
tereksitasi ke energi yang lebih tinggi (ke keadaan tereksitasi). Sama halnya dengan
atom, energi radiasi yang diperlukan untuk menyebabkan transisi elektronik dalam
molekul terletak di daerah tampak (visible) dan UV. Dan seperti atom, keadaan
tereksitasi molekul kurang stabil dibandingkan keadaan dasar/ground. Molekul
secara spontan akan kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan energi radiasi
UV/Vis.
Perlu diingat, tidak seperti atom, keadaan energi dalam molekul memiliki sublevel
rotasi dan vibrasi, jadi ketika elektron molekul tereksitasi, sering kali ada perubahan
simultan pada level energi vibrasi dan rotasi. Perubahan energi total adalah jumlah
dari perubahan energi elektron, rotasi, dan vibrasi. Dikarenakan molekul
mempunyai banyak kemungkinan keadaan rotasi dan vibrasi, absorpsi radiasi
UV/Vis pada molekul besar, masing-masing keadaan hanya berbeda kecil pada
keadaan rotasi dan vibrasi, menghasilkan penyerapan pada berbagai panjang
gelombang yang disebut pita serapan. Spektrum serapan molekul pada UV/Vis
biasanya memiliki serapan yang kecil di sepanjang pita serapan, dan biasanya sangat
sederhana dibandingkan spektrum IR. Spektroskopi serapan dan emisi molekul
dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif senyawa kimia. Teknik ini dijadikan
salah satu metode utama untuk penentuan struktur molekul organik, namun telah
dignati dengan teknik yang termutakhir seperti NMR, spektroskopi IR, spektrometri
massa (mass spectrometry, MS). Spektroskopi serapan UV/Vis paling sering
digunakan untuk analisis kuantitatif komposisi molekul sampel. Spektroskopi
fluoresensi molekul mempunyai sensitivitas yang paling tinggi, dengan kemampuan
mendeteksi molekul tunggal.
Hukum Serapan
Kekuatan radiasi P dari cahaya didefinisikan sebagai energi dari sinar per detik per
unit luas. Intensitas I, kekuatan radiasi per unit sudut. Baik kekuatan radiasi dan
intensitas berkaitan dengan kuadrat amplitude gelombang cahaya, dan hukum
penyerapan dapat ditulis dalam bentuk kekuatan radiasi atau intensitas. Pada tulisan
ini, digunakan istilah intensitas, walaupun di banyak literatur menggunakan istilah
kekuatan intensitas.
Saat cahaya melewati sampel terserap, intensitas cahaya yang muncul dari sampel
menurun. Diasumsikan intensitas sinar monokromatik (yaitu, panjang gelombang
tunggal), I0. Balok dilewatkan melalui sampel yang dapat menyerap radiasi dari
panjang gelombang ini seperti ditunjukkan pada gambar di bawah:
Sinar yang muncul memiliki intensitas sama dengan I, dimana I0 I. Jika tidak ada
radiasi yang diserap oleh sampel, I = I0. Jika setiap jumlah radiasi yang diserap, I < I0.
Transmitansi T didefinisikan sebagai rasio I untuk I0:
Transmitansi adalah sebagian kecil dari cahaya asli yang melewati sampel. Oleh
karena itu, rentang nilai yang diperbolehkan untuk T adalah dari 0 sampai 1. Rasio
I/I0 tetap relatif konstan bahkan jika I0 perubahan; maka T independen/tidak
tergantung dari I0 intensitas yang sebenarnya. Untuk mempelajari kuantitatif
penyerapan radiasi oleh sampel, maka diperlukan mendefinisikan kuantitas lainnya,
absorbansi A, dimana:
( ) ( )
Saat tidak ada cahaya yang diserap, I = I0 dan A = 0. Dua data kuantitas yang terkait
juga digunakan dalam spektroskopi, yaitu persen transmitansi, %T, yang setara
dengan T x 100, dan persen absorbansi, %A, yang merupakan setara dengan 100-
%T.
Misalkan kita memiliki sampel larutan zat yang menyerap senyawa di dalam kaca
persegi panjang (biasanya disebut kuvet) dengan panjang 1,0 cm, seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah:
Kuvet atau sel sampel, mempunyai panjang sel yang disebut path length b. Cahaya
memiliki intensitas, I0, setara dengan intensitas 100 unit. Jika 50% dari sinar yang
melewati sampel yang diserap, maka 50% dari cahaya yang ditransmisikan. Sinar
yang muncul memiliki intensitas yang ditulis sebagai I1 = 50 unit intensitas. Jadi pada
%T = 50, maka
Jika digunakan sel/kuvet yang sama dengan larutan yang sama ditempatkan pada
jalur blok I1, 50% dari radiasi, I1, akan diserap, dan akan muncul beam baru, I2.
Intensitas I1 adalah 40 unit intensitas, dan oleh karena itu, I2 harus sebesar 25 unit
intensitas. Sehingga transmitansi pada sel kedua adalah:
Sekarang anggaplah kita menempatkan dua sel kembali seperti percobaan di atas,
dan mengukur absorbansi keduanya. Dianggap panjang sel/kuvet 2,0 cm. Sinar
dilewatkan dengan intensitas I0, dengan unit I0 = 100 intensitas. Seperti percobaan
sebelumnya, sinar yang muncul memiliki intensitas I = 25 unit intensitas. Pada
panjang kuvet 2,0 cm diperoleh T = 25/100 atau 0,25 dan A = - log 0,25 = 0,60. Jika
ditempatkan 3 kuvet serupa (panjang kuvet = 3,0 cm, sinar yang muncul memiliki I =
12,5 T = 0,125, dengan absorbansi A = 0,90. Selanjutnya, dilewatkan pada 4 kuvet
(panjang total = 4 cm), diperoleh I = 6,25, diperoleh T = 0,063, dan A = 1,20. Jiak
diplot intensitas I terhadap jumlah sel (yaitu, panjang kuvet, cm) seperti ditunjukkan
pada gambar di bawah:
Jika dilakukan percobaan serupa dengan panjang kuvet yang konstan dan hanya
menggunakan 1 kuvet, tapi dengan mengubah konsentrasi sampel yang diserap,
maka akan dperoleh hubungan antara I, A, perubahan konsentrasi terhadap sampel.
Diperoleh hubungan yang dilinear antara absorbansi A dan konsentrasi C sampel
yang diserap. Dikarenakan A sebanding dengan panjang kuvet b, dan konsentrasi C,
maka ditulis persamaan baru;
A=abc
Dimana a = suatu konstanta absorptivitas. Absorptivitas adalah ukuran dari
kemampuan senyawa menyerap zat dalam sampel untuk menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu yang digunakan.
Absorptivitas adalah konstanta untuk zat kimia tertentu pada panjang gelombang
tertentu. Jika konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (mol/L atau M), maka
absorptivitas disebut absorptivitas molar, . Unit yang biasa digunakan untuk
menyatakan panjang kuvet adalah cm. Jadi, jika konsentrasi dinyatakan dengan M,
unit molar absorptiviitas adalah M-1cm-1. Unit absorptivitas ketika konsentrasi
dinyatakan dalam unit lain selain molaritas (misalnya ppm dan mg/100 mL), maka
unit absorptivitas akan berubah. Oleh karena itu, absorptiviitas perlu dinyatakan
dalam bentuk dimensionless. Konstanta dimensionless a ditemukan oleh Beer yang
menemukan hubungan proporsional antara konsentrasi dan absorbansi pada tahun
1852.
A = a b c, karena A = - log T, maka
( )
( )
= 10abc
kuantitatif dari jumlah radiasi yang diserap. Pengukuran kuantitatif intensitas radiasi
disebut spektrometri. Hukum Beer digunakan dalam semua penyerapan optik
spektrometri serapan-spektrometri serapan IR, AAS, spektrometri serapan UV/Vis,
dan sebagainya.
Metode Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses pembentukan hubungan antara sinyal yang kita ukur
(misalnya absorbansi) dengan konsentrasi analit yang telah diketahui.
Daftar Rujukan
1. James W. Robinson, Eileen M. Skelly Frame, and George M. Frame II,
Undergraduate Instrumental Analysis, 7th edition, CRC Press, USA, 2014