Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pembimbing
Disusun oleh:
Astri Indah Hapsari, dr.
IDENTITAS PASIEN
Dikirim oleh :-
Tanggal dirawat : 13 Desember 2015
Tanggal pulang : 21 Desember 2015
ANAMNESA (Auto/Hetero)
ANAMNESA KHUSUS :
Sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluhkan adanya
bab berwarna kehitaman seperti aspal. Keluhan bab kehitaman terjadi lebih dari 5
kali perhari. Keluhan bab hitam ini berbentuk lengket dan berbau khas.
Keluhan juga disertai dengan adanya muntah darah berwarna merah segar
saat lima hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah darah terjadi sebanyak satu
kali dan sebanyak 2 sendok makan. Penderita juga mengeluhkan adanya lemas
berubah posisi dari tidur menjadi duduk atau dari duduk menjadi berdiri semenjak
Keluhan tidak disertai nyeri di daerah ulu hati yang berhubungan dengan
makanan yang timbul beberapa saat atau beberapa jam setelah makan. Keluhan
muntah darah tidak didahului nyeri dan perih pada ulu hati yang timbul pada
waktu lapar atau nyeri ulu hati pada saat tengah malam yang menyebabkan
penderita terbangun. Penderita tidak pernah mengkonsumsi obat rematik, obat anti
nyeri ataupun jamu-jamuan dan alkohol dalam jangka waktu yang lama. Keluhan
tidak didahului dengan muntah-muntah yang hebat. Keluhan muntah darah juga
tidak disertai dengan penurunan berat badan yang drastis selama 6 bulan terakhir.
Riwayat pernah menderita sakit kuning dan buang air kecil berwarna
Riwayat keluarga memiliki penyakit kuning atau keluhan yang sama juga
ANAMNESA TAMBAHAN
STATUS PRAESEN
I. KESAN UMUM :
a. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Watak : kooperatif
Kesan sakit : sakit sedang
Pergerakan : tidak terbatas
Tidur : terlentang dengan 1 bantal
Tinggi badan :-
Berat badan :-
Keadaan gizi
Gizi kulit : cukup
Gizi otot : cukup
Umur yang ditaksir : Sesuai
Kulit : Turgor kembali cepat, sianosis (-), anemis (+), ikterik (-)
b. Keadaan Sirkulasi
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72x/menit, regular, equal, isi cukup
Suhu : 36,2 C
Sianosis : tidak ada
Keringat dingin : tidak ada
c. Keadaan Pernafasan
Tipe : Torakoabdominal
Frekuensi : 20x/menit
Corak : normal
Hawa/bau napas : feotor hepatikum (-)
Bunyi nafas : tidak ada
II. PEMERIKSAAN KHUSUS :
a. Kepala
1.Tengkorak
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada kelainan
2.Muka
Inspeksi : simetris, anemis
Palpasi : tidak ada kelainan
3. Mata
Letak : simetris
Kelopak mata : tidak ada kelainan
Kornea : tidak ada kelainan
Refleks kornea : +/+
Pupil : bulat, isokor
Sklera : ikterik -/-
Konjungtiva : anemis +/+
Iris : tidak ada kelainan
Pergerakan : normal ke segala arah
Reaksi cahaya : direk +/+, indirek +/+
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada kelainan
Pendengaran : tidak ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : pernafasan cuping hidung tidak ada
Sumbatan : tidak ada
Ingus : tidak ada
6. Bibir
Sianosis : tidak ada
Kheilitis : tidak ada
Stomatitis angularis : tidak ada
Rhagaden : tidak ada
Perleche : tidak ada
7. Gigi dan gusi : tidak ada kelainan
8. Lidah : tidak ada kelainan
Besar : tidak ada kelainan
Pergerakan : tidak ada kelainan
Bentuk : tidak ada kelainan
Permukaan : tidak ada kelainan
9. Rongga mulut
Selaput lendir : tidak ada
Hiperemis : tidak ada
Lichen : tidak ada
Aphtea : tidak ada
Bercak : tidak ada
10. Rongga leher
Selaput lender : tidak ada kelainan
Dinding belakang pharynx : tidak ada kelainan
Tonsil : T1-T1 tenang
b. Leher
1. Inspeksi
c. ketiak
1.. Inspeksi
Rambut ketiak : tidak mudah dicabut
Tumor : tidak ada
2. Palpasi
Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
Tumor : Tidak ada
d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Bentuk umum : simetris kanan = kiri
frontal dan sagital : frontal < sagital
Sudut epigastrium : < 90
Sela iga : tidak ada pelebaran
Pergerakan : simetris kanan = kiri
Muskulatur : tidak ada kelainan
Kulit : tidak ada kelainan
Tumor : tidak ada
Ictus cordis : tidak terlihat
Pulsasi lain : tidak ada
Pelebaran vena : tidak ada
Spider nevi : tidak ada
Ginekomastia : tidak ada
2. Palpasi
Kulit : tidak ada kelainan
Muskulatur : tidak ada kelainan
Mammae : tidak ada kelainan
Sela iga : tidak ada pelebaran
Ginekomastia : tidak ada
Paru-paru kanan kiri
Pergerakan : simetris
Vocal fremitus : simetris kanan = kiri
Ictus cordis
Lokalisasi : ICS V linea midclavicularis kiri
Intensitas : tidak kuat angkat
Pelebaran : tidak ada
Thrill : tidak ada
3. Perkusi
Paru-paru kanan kiri
Suara perkusi : simetris kanan = kiri sonor
Batas paru hepar : ICS V linea midclavicularis dextra
Peranjakan : 1 sela iga (2 cm)
Jantung
Batas atas : ICS II linea sternalis kiri
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri
4. Auskultasi
Paru-paru kanan kiri
Suara pernafasan pokok: kanan = kiri VBS
Suara tambahan : rh -/- ; wheezing -/-
Vocal resonansi: simetris kanan = kiri
Jantung
Irama : regular
Bunyi jantung pokok : M1>M2, P1<P2
T1>T2, A1<A2, A2>P2
Bunyi jantung tambahan: tidak ada
Bising jantung : tidak ada
Bising gesek jantung : tidak ada
Thorax belakang
1. Inspeksi
Bentuk : simetris
Pergerakan : simetris kanan = kiri
Kulit : tidak ada kelainan
Muskulatur : tidak ada kelainan
2. Palpasi kanan kiri
Sela iga : tidak ada pelebaran
Muskulatur : tidak ada kelainan
Vocal fremitus : simetris kanan = kiri
3. Perkusi Kanan Kiri
Batas bawah : vert Th. X
Peranjakan :
4. Auskultasi Kanan Kiri
Suara pernapasan: vesikular kanna= kiri
Suara tambahan : rh -/- ; wheezing -/-
Vocal resonansi : simetris kanan = kiri
e. Abdomen
1. Inspeksi
Bentuk : cembung
Otot dinding perut : tidak ada kelainan
Kulit : tidak ada kelainan
Pergerakan waktu nafas : normal
Pergerakan usus : tidak terlihat
Pulsasi : tidak ada
Venektasi : tidak ada
Caput medusae : tidak ada
2. Palpasi
Dinding perut : lembut
Nyeri tekan lokal : ada a/r hipokondrium sinistra, murphy sign (-)
Nyeri tekan difus : tidak
Nyeri tekan lepas : tidak ada
Defence muscular : tidak ada
Hepar : tidak teraba
Lien : teraba,scufner 1. Ruang troube terisi
Konsistensi : lunak
Permukaan : datar
Insisura : teraba
Nyeri tekan : ada
3. Perkusi
Suara perkusi : dull
Ascites : ada
Pekak samping : tidak ada
Pekak pindah : ada
Fluid wave : ada
4. Auskultasi
Bising usus : sulit dinilai
Bruit : sulit dinilai
Lain-lain :-
f. CVA : nyeri ketok tidak ada
l. Sendi-sendi
1.Inspeksi
2.Palpasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSA KERJA
hematemesis melena e.c perdarahan saluran cerna bagian atas
TINDAKAN / PENGOBATAN
IVFD NacCl 0,9% 30 gtt/m
Cefotaxime 3 x 1 gr I.V
Pantoprazol 1 x 40 mg i.v
Puasa
Sucralfat 4 x 15 cc
Rencana transfusi
Follow up pasien
KIMIA KLINIK
SGOT 54 U/L <40
SGPT 35 U/L <41
Asam urat 4,7 mg/dl 3,5 7,2
URINE
Makroskopis
Warna Kuning muda Kuning muda
Kekeruhan Jernih Jernih
Kimiawi
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 0,1 mg/dl 0,1 0,9
Keton Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
PH 5,5 68
Berat jenis >1025 1.003 1.030
Blood Negatif
Lekosit +1
Sedimen
Lekosit 3 5 sel/LPB 03
Eritrosit 0 -1 01
Epitel 12
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Positif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Bab hitam atau melena dapat disebabkan karena adanya perdarahan pada saluran
cerna bagian atas. Keluhan BAB berwarna hitam juga menunjukan adanya
perdarahan pada SCBA, karena adanya percampuran antara darah dengan asam
lambung yang akan menghasilkan hematin yang berwarna hitam.
2. Diskusi anamnesis
Sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluhkan
adanya bab berwarna kehitaman seperti aspal. Keluhan bab kehitaman terjadi
lebih dari 5 kali perhari. Keluhan bab hitam ini berbentuk lengket dan berbau
khas
Penderita yang datang dengan adanya keluhan bab hitam harus diuraikan
frekuensi, kualitas, kuantitas yang penting untuk menentukan kemungkinan
benyaknya perdarahan
Keluhan tidak disertai nyeri di daerah ulu hati yang berhubungan dengan
makanan yang timbul beberapa saat atau beberapa jam setelah makan. Keluhan
muntah darah tidak didahului nyeri dan perih pada ulu hati yang timbul pada
waktu lapar atau nyeri ulu hati pada saat tengah malam yang menyebabkan
penderita terbangun. Penderita tidak pernah mengkonsumsi obat rematik, obat
anti nyeri ataupun jamu-jamuan dan alkohol dalam jangka waktu yang lama.
Anamnesis ini bergunan untuk menyingkirkan diagnosis banding adanya
hematemesis et melana e.c. gastritis erosiva hemoragik, hematemesis et melena
e.c ulkus gaster hemoragik, ataupun hematemesis et melena e.c ulkus duodenum.
Penggunaan obat-obatan reumatik, analgetik, jamu-jamuan, dan alkohol
merupakan faktor resiko terjadinya gastritis erosiva.
Keluhan muntah darah juga tidak disertai dengan penurunan berat badan
yang drastis selama 6 bulan terakhir.
Keungkianan hematemesis dan melena bukan karena karsinoma gaster.
Riwayat pernah menderita sakit kuning dan buang air kecil berwarna
Riwayat keluarga memiliki penyakit kuning atau keluhan yang sama juga
Pernafasan : 20x/mnt
Kesan sakit bervariasi dari ringan, sedang sampai sakit berat dapat dilihat dari
tanda-tanda vital. Pada p asen ini tanda vital dalam batas normal
Kepala
Rambut rontok (-). Apabila terdapat rambut rontok hal ini disebabkan pada
Sirosis hati terjadi hiperestrinisme yang menyebabkan penurunan hormon
androgen, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan rambut.
Leher
Aksila
Bentuk dan gerak simetris, kulit tidak ikterik, spider nevi (-).
Paru-paru
Perlu dicari apakah ada effusi pleura. Pada pasen ini tidak ditemukan.
Jantung
Abdomen
dinding abdomen.
Hepar
Lien
Pada pasien ini lien terba scufner I dengan konsistensi yang lunak, dengan
permukaan yang datar dan insisura yang teraba
Pembesaran lien disebabkan kongestif pasif kronik akibat bendungan dan tekanan
darah yang meningkat pada vena lienalis
Ekstremitas
Pada penderita ini tidak terdapat pitting oedem pada daerah pretibial dan dorsum
pedis. Palmar eritem (-), liver nail (-)
4. Diskusi Pemeriksaan Laboratorium
Hb : pada penderita ini kadar Hb nya adalah 5,0 mg/dl menunjukan adanya
anemia.
Eritrosit : pada penderita ini terjadi penurunan nilai eritosit yaitu menjadi 2,0
juta/mm3 dari kadar normal nya yaitu 4,5 6,0, menunjukan juga
adanya anemia.
Gula darah sewaktu : pada hasil gds pasien menunjukan kadar normal yaitu 124
mg/dl
Ureum : terjadi peningkatan kadar ureum menjadi 110 mg/dl dimana kadar normal
ureum adalah 15 39 mg/dl, peningkatan ureum menunjukan adanya
gangguan faal ginjal. Gangguan faal ginjal pada pasien dengan
gangguan hepar dapat terjadi karena adanya hepato renal syndrome
Kretainin : terjadi peningkatan kadar kreatinin menjadi 2,75 mg/dl dimana kadar
normal kreatinin adalah 0,9 1,3. Peningkatan kreatinin juga
menunjukan adanya gangguan faal ginjal.
Sero imunologi
Hepatitis : pada pasien ini terdapat hasil HbsAg reaktif. HbsAg mulai timbul
pada akhir masa inkubasi, kira-kira 2-5 minggu sebelum ada gejala
klinik, dan titernya akan meningkat setelah tampak gejala-gejala
klinik dan akan menetap selama 1-5 bulan. Selanjutnya titer HbsAg
akan menurun dan hilang dengan berkurang nya gejala-gejala klinik.
Menetapnya HbsAG setelah 6 bulan menandakan proses akan menjadi
kronis.
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan
penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit
Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk
bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati
sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas.
Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati yang
datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in,
dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk
DEFENISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna
pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai
berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar
INSIDEN
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
KLASIFIKASI
1. Mikronodular
2. Makronodular
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada atadium kompensata ini belum
terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat
pemeriksaan screening.
ETIOLOGI
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana
adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia. Pada
penyakit ini empedu memenuhi hati karena saluran empedu tidak berfungsi
atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning (kulitkuning) setelah
berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan pembedahan untuk membentuk
untuk anak-anak yang menderita penyakit hati stadium akhir. Pada orang
empedu.
- Sindroma Budd-Chiari
- Payah jantung
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
Enchephalopathy)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan struktur
hati yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkym hati yang
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
j. eritema palmaris
k. atropi testis
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
Skor / parameter 1 2 3
Bilirubin (mg%) <2,0 2-<3 >3,0
Albumin (gr%) >3,5 2,8 - < 70 <2,8
Prothrombin time >70 40 - <70 <40
(quick %)
KOMPLIKASI
1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan
2. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum
5. Karsinoma hepatosellural
PENATALAKSANAAN
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
IFN seperti a) kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti
Astises
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita
harus dirawat.
- Diuretik : Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang
diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic,
maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis
rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan
dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan
furosemid.
Terapi lain :
parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus
Ternyata parasintesa dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak
dianjurkan pada Childs C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl,
trombosit < 40.000/mm3, creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
parasintese. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan
asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati
stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama
masa rawatan. Infeksi umumnya terjadi secara Blood Borne dan 90%
Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus menurun dan mikroba
(Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral.
intra seluler. Diuretik dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat
mencetuskan perdarahan dan shock. TIPS hasil jelek pada Childs C, dan dapat
adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.
Ensefalophaty hepatic
hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah
sampai ke pre koma dan koma. Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis
hati disebabkan adanya factor pencetus, antara lain : infeksi, perdarahan gastro
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosenack,J, Diagnosis and Therapy of Chronic Liver and Biliarry Diseases
Blackwell 1997
5. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI, Jakarta
1987
6. Anonymous http://alcoholism.about.com/library/blcirrosis.htm