Vous êtes sur la page 1sur 6

Gen yang menyebabkan supresi mutasi pada gen lain disebut gen supresor, gen ini

mengubah pembacaan RNA-d. Tiap gen supresor dapat menekan efek hanya dari satu mutasi
nonsense , misens atau mutasi penggantian kerangka. Supresor yang paling banyak dikenal adalah
supresor mutasi nonsen yang meliputi AUG, UAA, dan UGA.
Mutasi kromosom dapat terjadi karena perubahan struktur kromosom (delesi, duplikasi,
inversi, translokasi) atau perubahan jumlah kromosom (fusi sentrik, fisi sentrik, aneuploidi,
monoploidi ataupun poliploidi).
Macam mutasi lainnya meliputi mutasi spontan dan mutasi terinduksi, mutasi morfologi,
mutasi biokomia, mutasi letal, mutasi kondisional, demikian pula mutasi yang mempengaruhi pola
perilaku dan mempengaruhi pola regulasi gen.
Mutasi acak dinyatakan sebagai kejadian yang bersifat kebetulan, tidak terarah serta acak.
Salah satu cara untuk membuktikan bahwa mutasi itu tejadi begitu saja dan tidak terarah adalah
penerapan teknik replica plating.
BAB 3
LAJU MUTASI DAN DETEKSI MUTASI
Laju Mutasi
Parameter untuk mengukur mutasi adalah laju mutasi (mutation rate) dan frekuensi mutasi
(mutation frequency). Laju mutasi menggambarkan peluang suatu mutasi tertentu sebagai suatu
fungsi dari wakt, sedangkan frekuensi mutasi adalah jumlah kejadian suatu mutasi mutasi tertentu
pada suatu macam populasi sel atau populasi individu (Rassel, 1992).
Mutasi spontan jarang terjadi , sekalipun frekuensi yang teramati berbeda dari suatu gen ke
gen lain maupun dari suatu makhluk hidup ke mekhluk hidup lain. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa laju mutasi yang teramati rendah serta mutasi spontan yang jarang terjadi
didasarkan pada mutasi yang dampaknya teramati; dan sama sekali tidak termasuk mutasi yang
dampaknya tidak teramati, apalagi mutasi yang sudah sempat diperbaiki.
Pengukuran laju mutasi spontan pada bakteri dan fag relatif mudah karena kromosomnya
tergolong monopliod serta pengukuran laboratorium dapat dilakukan atas sejumlah besar populasi.
Pada kelompok makhluk hidup yang lebih tinggi pengukuran laju mutasi memang lebih sulit karena
kromosomnya diploid sehingga mutan resesif tidak terdeteksi jika berada dalam kondisi heterozigot.
Disamping itu pemerisaan laboratorium tidak dapat dilakukan dalam jumlah populasi yang besar.
Untuk mengetahui laju mutasi pada Drosophila, Muller (1927) merakit kromosom kelamin
X yang disebut kromosom X Muller-5. Dalam hal ini, kromosom X-Muller-5 diberi penanda mutan
Bar (B) yang semidominan dan mutan apricot (w0) yang resesif. Kromosom tersebut diupayakan
mengalami inversi untuk menekan peristiwa pindah silang.
Pada percobaan ini, induk betina yang memiliki kromosom Muller-5 heterozigot disilangkan
dengan induk jantan wild-type. Induk jantan inilah yang akan dideteksi mutan letalnya yang resesif
dan yang terpaut kromosom kelamin X. Turunan I yang dihasilkan adalah individu betina
heterozigot , sedangkan individu jantan pada turunan I ini merupakan pejantan Muller-5. Turunan I
selanjutnya disilangkan dengan sesamanya untuk memunculkan turunan II. Hasil yang didapat dari
percobaan ini adalah dari 6346 individu turunan I yang disilangkandengan pejantan Muller-5,
diantaranya mengandung mutan letal resesif terpaut kromosom kelamin X yang beru terbentuk.
Atas dasar data itu dinyatakan bahwa laju suatu mutasi spontan per kromosom adalah sebesar
0,13%. Kajian lebih lanjut selanjutnya menunjukkan bahwa laju mutasi spontan letal yang terpaut
kromosom kelamin X antar strain berkisar antara 0.008% hingga lebih dari 1%.
Melalui teknik ini dapat diketahui pengaruh dosis sinar X yang berbanding lurus dengan
frekuensi mutasi. Selama perang dunia II sudah dapat
dibuktikan jika gas mustard dalam dosis subletal dapat
menyebabkan mutasi letal pada kromosom X Drosophila
jantan dalam frekuensi 7,3%. Dewasa ini uji Muller-5
digunakan untuk mendeteksi polutan lingkungan yang
mungkin bersifat mutagenik
Deteksi Mutasi
Deteksi Mutasi pada Bakteri dan Jamur
Deteksi mutasi bergantung pada sistem seleksi yang mudah memisahkan sel-sel mutan dari
yang bukan mutan. Pada Neurospora crassa deteksi mutan
dilakukan saat fase vegetatif.
Snustad, 2012
Sumber: Klug and Cummings, 2012
Deteksi Mutasi pada Drosophila
Teknik deterksi mutasi pada Drosophila yang disebut juga teknik CIB, C adalah adalah
inversi yang menekan peristiwa pindah silang, I adalah suatu alela letal resesif , sedangkan B adalah
duplikasi gen dominan yang memunclkan mata Bar. Selain CIB deteksi mutan pada Drosophila juga
dapat dilakukan dengan teknik kromosom X berlekatan atau attached-X procedur. Pada teknik ini,
kromosom X berlekatan, digunakan individu betina yang memiliki kromosom X berlekatan. Teknik
ini dimanfaatkan untuk mendeteksi mutasi morfologi yang resesif bahkan lebih sederhana karena
hanya satu generasi yang dibutuhkan. Proses pengujiannya adalah: secara operasional sususnan
kromosom kelamin individu bentina adalah 2 kromosom X yang berlekatan pada sentromer, dan
sebuah kromosom Y, susunan tiap pasang otosom normal. Jika individu betina seperti ini
disilangkan dengan dengan individu jantan berkrimosom normal (XY) maka akan dihasilkan 4 tipe
keturunan, yaitu individu bentina dengan 3 kromosom X (mati), individu betina berkromosom
kelamin XXY (kromosom X berlekatan, hidup), serta individu jantan berkromosom kelamin YY
(mati) dan individu jantan berkromosom kelamin XY (yang mewarisi kromosom X dari induk
jantan, sedangkan kromosom Y dari induk betina, hidup).
Deteksi Mutasi pada Tumbuhan Tingkat Tinggi
Deteksi mutasi pada tumbuhan tingkat tinggi dapat dilakukan dengan cara pengamatan
visual, melalui analisis komposisi biokomiawi (analisis komposisi asam amino pada strain baru
tanaman berbiji), kultur jaringan pada medium tetentu.
Deteksi Mutasi pada Manusia
Deteksi mutasi pada manusia dapat dilakukan dengan upaya pelacakan analisis silsilah
sejauh mungkin. Serta melalui analisis in vitro. Analisis in vitro dilakukan dengan analisis aktivasi
enzim , migrasi protein pada medan elektroforensik, serta pengurutan langsung protein maupun
DNA.
Uji Ames
Uji Ames dikembangkan oleh Bruce
Ames pada awal tahun 1970-an dengan
memanfaatkan 2 strain bakteri Salmonella
typhimurium auksotrofik untuk histidin.
Dari kedua strain ini pada salah satu strain
mutan his dapat dikembalikan menjadi his
oleh suatu mutasi penggantian basa,
sesdangkan strain lain mutasi his dapat
dikembalikan menjadi his oleh mutasi
pengubahan rangka. Kedua strain ini juga
memiliki mutan-mutan lain yang
memungkinkan semakin tepat digunakan
untuk memanipulasi eksperimental.

Pada uji Ames dilakukan sentrifugasi terhadap hati tikus Snustad, 2012 yang
sebelumnya sudah dihancurkan agar pecahan-pecahan sel mengendap.
Selanjutnya enzim dari hati tikus tersebut diambil dari super muatan yang ditambahkan pada suatu
kultur cair S. typhimurium yang tergolong auksotrofik bersama-sama dengan senyawa kimia yang
sedang diuji. Dalam hubungan ini dirancang pula suatu eksperimen control yang tidak melibatkan
senyawa kimia yang sedang diuji.

Berkaitan dengan enzim yang terdapat pada hati tikus tersebut, uji Ames berdasarkan
padakenyataan bahwa makhluk hidup, misalnya pada manusia, enzim hati berkemampuan untuk
mengurangi daya toksisitas, serta pada kasus-kasus tertentu sebenarnya berkemampuan menambah
daya toksisitas berbagai senyawa kimia termasuk banyak mutagen potensial. Dalm hal ini
penggunaan enzim itu memungkinkan orang untuk menetapkan apakah sesuatu senyawa kimia itu
sebenarnya tidak bersifat mutagen jika diproses di dalam hati.
Revertan-revertan strain S. typhimurium yang diberikan dapat berupa his+. Revertan his+ ini
memang dapat diketahui karena dapat memebantu memebentuk koloni medium yang tidak
mengandung histidin. Dalam hubungan ini jika revertan his+ ditemukan pada cawan yang berisi
campuran senyawa kimia yang diuji dibanding pada cawan control, maka senyawa-senyawa
tersebut adalah suatu agen mutasi (mutagenic). Dalam hal ini jumlah kalori yang tumbuh pada
cawan control menunjukkan laju reverse spontan pada bakteri yang diuji. Lebih lanjut jika lebih
banyak kalori ditemukan pada cawan-cawan eksperimental, hal itu menunjukkan bahwa senyawa
kimia itu menginduksi mutasi. Akan tetapi apakah semyawa itu merupakan suatu karsinigenik atau
bukan, hal itu tidak dapat dipastikan melalui uji Ames. Pada saat ini uji Ames sudah berhasil
mengidentifikasi sejumlah agen besar mutasi dari antara berbagai swenyawa kimia di lingkungan
kita, seperti zat aditif pewarna rambut, kloroda vinil, pewarna makanan tertentu, dan berbagai
senyawa alami.

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Bagaimanakah makna pada setiap mutasi?


Jawaban:
a. Mutasi adalah kejadian kebetulan karena merupakan pengecualian yang
jarang terhadap keteraturan proses replikasi DNA
b. Mutasi adalah kegiatan kebetulan atau acak, karena tidak ada cara
untuk mengetahui suatu gen akan mengalami mutasi pada suatu sel
tertentu atau suatu generasi tertentu.
c. Mutasi adalah kejadian kebetulan, tidak terarah atau acak karena tidak
diarahkan untuk kepentinga adaptasi.
2. Mengapa teknik Muller dapat digunakan untuk mendeteksi agen mutasi di
lingkungan?
Jawaban:
Teknik Muller dikembangkan sebagai prosedur pendetaksi agen mutasi di
alam karena adanya pembuktian senyawa kimia pertama sebagai mutagen.
Selama Perang Dunia II telah dibuktikan bahwa perlakuan gas mustard
terhadap Drosophila jantan mengakibatkan terjadinya mutasi letal
kromosom X dalam frekuensi tinggi. Selain itu teknik Muller ini juga telah
mengidentifikasi bahwa dosis penyinaran sinar X akan berbanding lurus
dengan frekuensi mutasi.
3. Mengapa laju mutasi yang diketahui selalu rendah dan mutasi spontan
jarang terjadi?
Jawaban:
Laju mutasi yang rendah dan mutasi spontan yang jarang terjadi
diakibatkan karena hanya didasari pada mutasi yang dampaknya terlihat.
Mutasi ada yang memprlihatkan fenotipnya, ada yang tidak
memperlihatkan fenotipnya, dan ada yang sempat diperbaiki sebelum
menampakkan fenotipnya. Hanya kejadian mutasi yang tampak saja yang
dipertimbangkan dalam penentuan laju mutasi dan mutasi spontan,
sehingga hasil yang diperoleh adalah sedikit. Bila seluruh kejadian mutasi di
dalam seluruh kromosom dalam satu populasi individu maka laju mutasi
yang diperoleh akan tinggi, sedangkan mutasi spontan merupakan kejadian
yang umum.

Vous aimerez peut-être aussi