Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan di tambah organ-organ
pencernaan tambahan. Fungsi utama system pencernaan adalah untuk
memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita
makan kedalam lingkungan internal tubuh.
Makanan sebagai sumber ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas
bergantung energi,misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi.
Makanan juga merupakan makanan sumber bahan untuk perbaikan, pembaruan,
dan penambahan jaringan tubuh
Sistem pencernaan tidak dapat melaksanakan fungsinya jika dalam keadaan
terganggu. Walaupun sistem pencernaan mempunyai manfaat yang sangat besar
dalam kehidupan kita , akan tetapi tidak jarang juga kelainan pada system ini juga
dapat mengakibatkan kematian .
Salah satunya adalah appendiksitis, penyakit ini merupakan penyakit bedah
mayor yang paling sering terjadi dan tindakan bedah segera mutlak diperlukan
pada appendiksitis akur untuk menghindari komplikasi yang umumnya
berbahaya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian appendiksitis ?
2. Penyebab appendiksitis ?
3. Patofisiologi appendiksitis ?
4. Manifestasi klinik appendiksitis ?
5. Komplikasi appendiksitis ?
6. Pemeriksaan penunjang appendiksitis ?
7. Penatalaksanaan appendiksitis?

1.3 TUJUAN PENULIS


Untuk mengetahui informasi-informasi tentang penyakit Appendiksitis
terutama appendiksitis akut dan kronik secara lebih dalam dan untuk
mendapaatkan gambaran yang jelas mengenai kasus appendiksitis terdebut agar
dapat ditangani dengan baik .

1.4 MANFAAT MENULIS


Agar setiap manusia yang mengalami penyakit appendiksitis akut dan kronik
dapat ditanggulangi secara tepat dan cepat sebelum keadaan semakin parah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 . PENGERTIAN

Apendiksitis adalah peradangan akibat infeks pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu
dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya
sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti
bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007).

Apendiksitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim,


Apendisitis, 2007)

Anatomi dan Fisiologi

Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi)
yang melekat sepertiga jari . Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di
bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum.
Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara
klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat
basa mengandung amilase dan musin.

Posisi apendiks Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal:


membelok ke arah dinding abdomen. Pelvis minor.

2
Klasifikasi apendiksitis terbagi atas 2 yakni :

a. Apendiksitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk nanah.

b. Apendiksitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

2.2 . PENYEBAB

Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia


Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan
sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang
memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema
dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai
oleh adanya nyeri epigastrium.

3
Penyebab Appendiksitis :

1. Infeksi bakteri ( E. Coli dan ste\ptococcus)


2. Penyumbatan (obstruksi) oleh timbunan feces yang keras
3. Hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid
4. Penyakit cacing, parasit
5. Benda asing dalam tubuh (biji cabe/biji jambu)
6. Tumor apendik.

Tanda dan Gejala Appendiksitis :

1. Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah


2. Anoreksia
3. Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih
besar).
4. Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
5. Nyeri lepas.
6. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
7. Konstipasi.
8. Diare.
9. Disuria.
10. Iritabilitas.
11. Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.

Pencegahan Appendiksitis :

1. Sebuah diet seimbang sangat penting untuk mencegah radang usus buntu
2. Makanan gandum seperti oatmeal, roti gandum utuh
3. Mengkonsumsi makanan yang kaya serat
4. Banyak minum jus buah dan sayur
5. Jangan makan makanan pedas.

2.3 . PATOFISIOLOGI

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau


tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen
atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam
kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

4
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur
karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya :
keganasan ( Karsinoma Karsinoid )

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung,


makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks
oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu
persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan
rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan
appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan
appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi
apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini
disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek
dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan
daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada
gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.Bila appendisitis
infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka
terjadi appendisitis kronis.

2.4 . MANIFESTASI KLINIK

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan
jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai
37,8-38,8 Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi
berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis,
2007).

5
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat
dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika
meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal

Yaitu di belakang sekum (terlindungoleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah
tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah
perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas
dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi otot-otot yang
menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis


Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-
ulang (diare).
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya
dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga
biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana
gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas, yaitu :

1. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi
muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala
ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 %
apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

6
3. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya


serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi),
radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia
kehamilan trimester I, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah,
dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini.
Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral,
sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal
kanan.

2.5 . KOMPLIKASI

Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi apendisitis mungkin didahului


oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa
pengobatan, usus buntu bisa pacah. Usus buntu yang pecah dapat menyebabkan :

Masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis yang bisa


berakibat fatal.
Terbentuknya abses.
Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan
penyumbata pada saluran yang dapat menyebabkan kemandulan.
Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikimea) yang bisa
berakibat fatal.

2.6 . PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan fisik

Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan


(swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada
perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut. Dengan tindakan tungkai kanan dan
paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin
parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal)
yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus
buntu.

7
2. Pemeriksaan Laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari
sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi
peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan radiologi.

Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini
jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG)
cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 97 %), terutama
untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah
dengan pemeriksaan CT scan (93 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas
gambaran apendiks.

2.7 . PATHWAY

Infeksi akibat virus,bakteri,jamur,feses yg mengeras,pola hidup,dan benda asing,


Inflamasi,
Edema,
Bakteri diusus meningkat,
Obstruksi usus,
Konstipasi,
Rangsang Nyeri Pelvis,
Diafragma Hati,
Jumlah leukosit meningkat,
Hipertermi.

2.8 . PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :


1. Sebelum operasi

Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

Rehidrasi

Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.

8
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.

Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2. Operasi

Apendiktomi.

Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen


dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin


mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif
sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

3. Pasca operasi

Observasi TTV.

Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.

Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.

Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan


sampai fungsi usus kembali normal.

Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30


ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.

9
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 230 menit.

Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

2.9 . MASA INKBASI

Gejala utamanya adalah sakit di bagian perut. Lokasi nyeri yang muncul
mungkin akan bervariasi, hal ini tergantung pada usia dan posisi usus buntu. Pada
anak kecil atau perempuan hamil, sakit yang muncul mungkin berada di tempat
berbeda. Kadang ketika perut sakit orang jarang yang berpikir itu usus buntu, tapi
lebih banyak menduga maag.

Appendicitis terjadi ketika appendix, telah meradang dan membuatnya rentan


pecah. Ini termasuk darurat medis serius. Operasi dilakukan untuk penyembuhan
radang usus yang membengkak, operasi ini membutuhkan perawatan terlebih dalu
kira-kira 3 bulan yang tentunya akan sangat memakan banyak biaya.

Bila terjadi gejala usus buntu dalam waktu tiga hari berturut-turut, penderita
harap segera menghubungi dokter atau datang ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan medis sehingga bisa langsung dioperasi. Jika gejala usus buntu dibiarkan
lebih dari satu minggu, maka perawatan medis serius sangat diperlukan untuk
meredakan radang usus yang terjadi sebelum penderita melakukan operasi
penyembuhan.

Appendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada
wanita dan laki-laki insidennya sama terjadi kecuali pada usia pubertas.Dan usia 25
tahun lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2.

2.10 . PROSES KEPERAWATAN KLIEN APPENDICITIS

1. PENGKAJIAN

a. Wawancara ,dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :

10
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.


kesehatan klien sekarang.

Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

Kebiasaan eliminasi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Sirkulasi : Takikardia.

Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

Aktivitas/istirahat : Malaise.

Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak


ada bising usus.

Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang


meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

Demam lebih dari 38oC.

Data psikologis klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

11
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.

Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

b. .Pemeriksaan Penunjang

Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan


mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan
udara di sekum atau ileum).

Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.

Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.

Pada enema barium apendiks tidak terisi.

Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya


muncul pada klien dengan appendicitis adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan/insisi bedah ;


Trauma jaringan ; Dstensi jaringan usus oleh inflamasi

2. Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah ;


Kehilangan volume cairan secara aktif ; Kegagalan mekanisme pengaturan ;
Pembatasan pasca operasi (puasa)

3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan Ingesti ; Digesti ; Absorbsi

4. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan ; Kemungkinan


dilakukannya operasi

12
5. Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan tubuh ;
Prosedur invasive (insisi bedah)

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi ;


Keterbatasan kognitif

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Mengurangi nyeri

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.

Observasi ketidaknyamanan non verbal

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi,
berikan perawatan yang tidak terburu-buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien


terhadap ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

2. Mempertahankan keseimbangan cairan

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

Monitor vital sign dan status hidrasi.

Monitor status nutrisi

Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.

Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

Atur kemungkinan transfusi darah.

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi

13
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana


memenuhinya.

Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

4. Mengurangi kecemasan

Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan


tindakan pembedahan

Brbincang dengan klien mengenai apa yang akan dikerjakan

Menggunakan pendekatan yang tenang untuk meyakinkan klien

Memotivasi keluarga untuk selalu menemani klien

5. Menghindari infeksi

Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic

Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi

Memberikan antibiotic sesuai indikasi

6. Memberikan pendidikan kesehatan

Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya

Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan


perkembangan kondisi klien.

4. EVALUASI

a. Melaporkan berkurangnya nyeri

14
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat

b. Cairan tubuh seimbang

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal.

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa


lembab.

Tidak ada rasa haus yang berlebihan

c. Nutrisi terpenuhi

Mempertahankan berat badan.

Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.

Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.

Turgor kulit baik.

d. Kecemasan berkurang

Klien tampak tenang

Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang


akan dilakukan

e. Menunjukan tidak ada tanda infeksi

Luka sembuh tanpa tanda infeksi

Cairan yang keluar dari luka tidak purulen

15
f. Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan

BAB III
PENUTUP

3.1 . Kesimpulan

16
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu Nend pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu
dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya
sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti
bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan Nender. (Anonim, Apendisitis, 2007).

3.2 . Saran

Untuk mencegah atau paling tidak memperlambat terjadi penyakit


Apendiksitis,sebaiknya kita membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS),dengan mencuci tangan sebelum ataupun sesudah melakukan sesuatu,makan
makanan yang bersih dan sehat, karena Lebih Baik Mencegah Daripada
Mengobati.

DAFTAR PUSTAKA

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.

17
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius

Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:


Mosby Yearbook,Inc.

Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.

Anderson Price Sylvia,dkk. 1991. Patofisiologi Edisi 2 Bagian 4. Penerbit EGC.


Jakarta

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?
module=detailberitaminggu&kid=24&id=50730

18

Vous aimerez peut-être aussi

  • NIHSS
    NIHSS
    Document2 pages
    NIHSS
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • Woc Gea
    Woc Gea
    Document1 page
    Woc Gea
    aditiya
    Pas encore d'évaluation
  • 7 Dops GDS
    7 Dops GDS
    Document3 pages
    7 Dops GDS
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • LP KDS
    LP KDS
    Document9 pages
    LP KDS
    RIZAL
    Pas encore d'évaluation
  • 7 Dops GDS
    7 Dops GDS
    Document3 pages
    7 Dops GDS
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • LP Thalasemia
    LP Thalasemia
    Document20 pages
    LP Thalasemia
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Falsafah Keperawatan
    Makalah Falsafah Keperawatan
    Document14 pages
    Makalah Falsafah Keperawatan
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • 5 Dops Nebu
    5 Dops Nebu
    Document4 pages
    5 Dops Nebu
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • Fistel Perianal 2
    Fistel Perianal 2
    Document18 pages
    Fistel Perianal 2
    Marlene Adriani Sutanto
    Pas encore d'évaluation
  • Elektrofisiologi Jantung
    Elektrofisiologi Jantung
    Document16 pages
    Elektrofisiologi Jantung
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • Dops Perawatan Jenazah
    Dops Perawatan Jenazah
    Document3 pages
    Dops Perawatan Jenazah
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Invaginasi
    Makalah Invaginasi
    Document15 pages
    Makalah Invaginasi
    Hwanblackhole
    Pas encore d'évaluation