Vous êtes sur la page 1sur 11

Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No.

1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

Aspek Kriminologis Dalam Penanggulangan Kejahatan


Saleh Muliadi

Dosen Fakultas Hukum Universitas Tadulako, Palu

Abstrak
Suatu negara hukum (rechts staat), peranan hukum menempati kedudukan yang
utama apabila hukum tersebut dapat melaksanakan fungsi, sebagaimana yang
digariskan dalam konstitusi kita yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Tugas pemerintah yakni menciptakan instrumen
sosial untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dari berbagai tindakan yang
menimbulkan kerugian. Untuk menjelaskan fenomena kejahatan ada tiga aliran
pemikiran, yaitu kriminologi klasik bahwa kejahatan dan penjahat pada umumnya
dipandang dari sudut hukum artinya kejahatan adalah perbuatan yang dilarang
oleh undang-undang dan penjahat adalah orang yang melakukan kejahatan,
kriminologi positivis yaitu mengarahkan usaha untuk menganalisis sebab-sebab
prilaku kejahatan melalui studi ilmiah, dan kriminologi kritis yaitu tidak berusaha
menjawab persoalan-persoalan apakah prilaku manusia bebas ataukah
ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada proses-proses yang dilakukan
oleh manusia dalam membangunan dunianya dimana dia hidup. Penanggulangan
kejahatan tentu mencari faktor yang dapat menimbulkan kejahatan, sehingga
dengan penemuan faktor-faktor menimbulkan kejahatan dapat memberi bahan
untuk menyusun penanggulangan kejahatan.
Kata Kunci : Penanggulangan Kejahatan

I. Pendahuluan oleh pemegang kekuasaan


(pemerintah dan negara) dan
Sebagai suatu negara hukum (rechts yang datang dari luar yang
stat) peranan hukum menempati ditujukan terhadap fisik, jiwa,
kedudukan yang utama /tinggi kesehatan, nilai-nilai dan hak-hak
(supermacy of law) apabila hukum asasinya.
tersebut dapat melaksanakan fungsi 2. Keadilan, fungsi lain dari hukum
primernya yakni :1 adalah menjaga, melindungi, dan
memberikan keadilan bagi
1. Perlindungan, hukum mempunyai
seluruh rakyat, secara negatif
fungsi untuk melindungi
dapat dikatakan bahwa hukum
masyarakat dari ancaman bahaya
yang bersangkutan dipandang
dan tindakan-tindakan yang
melanggar nilai-nilai dan hak-hak
merugikan yang datang dari
yang kita percayai harus dijaga
sesamanya dan kelompok
dan dilindungi bagi semua orang.
masyarakat, termasuk dilakukan
3. Pembangunan, fungsi hukum
yang ketiga adalah pembangunan,
1
.I.S.Susanto, 1999, Paradigma Hukum dalam rangka mewujudkan
Yang Berdaulat Dalam Wacana Politik
kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Hukum dan Demokrasi Indonesia, Editor,
M.A.S.Hikam dan Mulyana W.Kusumah, Indonesia. Ini mengandung
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.125-126 makna bahwa pembangunan di

1
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

Indonesia sepenuhnya untuk Dalam forum Internasional


meningkatkan kesejahteraan khsusnya dalam perkembangan
rakyat disegala aspek klehidupan Kongres PBB mengurai The
ekonomi, politik, budaya, dan Prevention of Crime and The
spritual. Treatment of Offenders, Masalah
pencegaha/penanggulangan
Dengan demikian, hukum kejahatan lebih banyak dilihat dari
dipakai sebagai kendaraan dalam konteks kebijakan pembangunan /
menentukan arah, tujuan dan sosial global.
pelaksanaan pembangunan secara
adil. Artinya, hukum sekaligus Adapun strategi kebijakan
digunakan sebagai alat pembangunan penanggulangan / pencegahan
dan sebagai alat kontrol agar kejahatan menurut Kongres PBB
pembangunan dilaksanakan secara pada garis besarnya sebagai berikut:
adil.
a. Strategi dasar / pokok
Fungsi hukum ini dijalankan penanggulangan kejahatan, ialah
guna mencapai tujuan yang meniadakan faktor-faktor
digariskan dalam konstitusi kita penyebab / kondisi yang
yakni melindungi segenap bangsa menimbulkan terjadinya
Indonesia dan seluruh tumpah darah kejahatan.
Indonesia. Berdasarkan hal itu, tugas b. Pencegahan kejahatan dan
pemerintah yakni menciptakan peradilan pidana harus ditempuh
instrumen sosial untuk melindungi dengan kebijakan
segenap bangsa Indonesia dari integral/sistematik.3
berbagai tindakan yang
menimbulkan kerugian. Kejahatan sebagai masalah
sosial tampaknya tidak hanya
Implementasi persyararatan merupakan masalah bagi suatu
melalui instrumen sosial seperti masyarakat tertentu (nasional), tetapi
penciptaan norma-norma hukum juga menjadi masalah yang dihadapi
hendaknya memperhatikan oleh seluruh masyarakat di dunia, hal
perkembangan sosial dalam itu telah merupakan fenomena
masyarakat itu sendiri dengan Internasional atau menurut istilah
memberikan kepastian dan Sciichiro Ono merupakan universal
prediktabilitas terhadap perbuatan- phenomenon.4
perbuatan yang diperkirakan akan
menimbulkan permasalahan sosial Pemahaman kejahatan pada
yang serius, misalnya upaya masa lampau sering kali kehilangan
penanggulangan meluasnya maknanya karena melepaskan
kejahatan, yang oleh sebab itu dirinya dari konsep masyarakat
penanggulangan dan penciptaan sebagai suatu totalitas yakni dari
kebijakan (policy/kriminal) harus
diperhitungkan secara cermat dan
Dalam menanggulangi Kejahatan, Kencana
dilaksanakan secara konsisten.2 Pernada Media Group, Jakarta 2007, hal.81
3
.Barda Nawawi Arief, 2007, Ibid, hal.81
4
.Departement of Economic and Social
Affairs, Fourrth United Nations Congress on
2
.Barda Nawawi Arief, Masalah penegakan The Prevention of Crime , New York, 1971,
Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana hal.7

2
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

tempat kejadian dan pemahaman pengetahuan yang bertujuan


kejahatan itu, sedangkan kejahatan menyelidiki gejala kejahatan seluas-
sebagai gejala sosial selalu luasnya.6 Defenisi Bonger, membagi
merupakan kejahatan dalam kriminologi menjadi kriminologi
masyarakat yang merupakan murni yang mencakup antara lain;
keseluruhan proses-proses sosial, antropologi kriminil, sosiologi
budaya, politik, ekonomi, dan kriminil, psikologi kriminil, psiko-
struktur yang ada di dalamnya, dan neuropathologi kriminil, statistik
yang kesemuanya merupakan hasil kriminil dan poenologi. Bagian-
dari sejarah hubungan antar manusia. bagian kriminologi tersebut
mengandung rumusan sesuai dengan
Dengan demikian untuk dapat bidang obyeknya masing-masing
memahami masalah kejahatan di yaitu:
negara kita, perlu diperhatikan pula 1. Antropologi kriminil, ialah ilmu
keseluruhan proses-proses tersebut di pengetahuan tentang manusia
atas yang terjadi di masyarakat. Hal yang jahat (somatis), ilmu
ini mengingat pengertian kejahatan pengetahuan ini memberikan
yang relatif dan jauh dari pengertian jawaban atas pertanyaan tentang
yang absolut. orang jahat dalam tubuhnya
mempunyai tanda-tanda seperti
II. Pembahasan
apa, apakah ada hubungan antara
suku bangsa dengan kejahatan.
2.1. Pengertian Kriminologi dan
2. Sosiologi kriminil, adalah ilmu
Kejahatan pengetahuan tentang kejahatan
sebagai suatu gejala masyarakat.
Kriminologi merupakan ilmu
Pokok persoalan yang dijawab
pengetahuan yang mempelajari
oleh bidang ilmu ini adalah
tentang kejahatan. Secara etimologi
sampai dimana letak, sebab-sebab
kriminologi berasal dari kata
kejahatan dalam masyarakat
Crime yang bearti kejahatan dan
(etiologi sosial) dalam arti luas
logos yang berarti pengetahuan
juga termasuk penyelidikan
atau ilmu pengetahuan, sehingga
mengenai keadaan keliling
kriminologi adalah ilmu tentang
phisiknya (geografis, klimatologis
kejahatan atau penjahat. Istilah
dan meteorologis).
kriminologi itu sendiri untuk pertama
3. Psikologi kriminil, adalah ilmu
kali dipergunakan oleh seorang ahli
pengetahuan tentang penjahat
antropologi dari Perancis yaitu
yang dilihat dari sudut jiwanya.
P.Topinar. Sthepen Hurwitz,5
4. Psiko- dan neuropathologi
memandang kriminologi sebagai
kriminil, adalah ilmu tentang
bagian dari criminal scaince yang
penjahat yang sakit jiwa atau uraf
dengan penelitian empiris atau nyata
syarafnya.
berusaha memberikan gambaran
5. Poenologi ialah ilmu tentang
tentang faktor-faktor kriminalitas.
hukum dan berkembangnya
W.A.Bonger memberikan
hukuman arti dan faedahnya.
defenisi kriminologi sebagai ilmu

5 6
.Sthephan Hurwitz, 1982, Kriminologi, .R. Soesilo, 1985, Kriminologi
Disadur Oleh Ny.L.Moeljatno, Bina Aksara, (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab
Jakarta, hal9 Kejahatan), Politeia, Bogor, hal1

3
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

6. Statistik kriminil, ialah ilmu masyarakat dibentuk


pengumpulan, penghitungan, sebagaimana adanya sesuai
pengukuran dan pengolahan dengan pola yang
angka gejala-gejala dalam dikehendakinya. Ini berarti
kejahatan.7 bahwa manusia mengontrol
nasibnya sendiri, baik sebagai
Dalam kriminologi ada individu maupun masyarakat.
beberapa aliran-aliran pemikiran, dan Begitu pula kejahatan dan
yang dimaksud dengan aliran penjahat pada umumnya
pemikiran di sini adalah cara dipandang dari sudut hukum,
pandang (kerangka acuan, perspektif, artinya kejahatan adalah
paradigma) yang digunakan oleh perbuatan yang dilarang oleh
para kriminologi dalam melihat, undang-undang pidana,
menafsirkan, menanggapi dan sedangkan penjahat adalah orang
menjelaskan fenomena kejahatan. yang melakukan kejahatan.
Oleh karena pemahaman kita Kejahatan dipandang sebagai
terhadap dunia sosial terutama hasil pilihan bebas dari individu
dipengaruhi oleh cara kita yang menilai untung ruginya
menafsirkan peristiwa-peristiwa yang melakukan kejahatan. Dalam
kita alami/lihat, sehingga juga bagi hubungan ini, maka tugas
para ilmuwan cara pandang yang kriminologi adalah membuat pola
dianutnya akan mempengaruhi dan menguji sistem hukuman
wujud penjelasan maupun teori yang yang akan meminimalkan tindak
dihasilkannya. Dengan demikian kejahatan.
untuk dapat memahami dengan baik 2. Kriminologi positivis. Aliran
penjelasan dan teori-teori dalam pemikiran ini bertolak pada
kriminologi, perlu diketahui pandangan bahwa perilaku
perbedaan-perbedaan aliran manusia ditentukan oleh faktor-
pemikiran/paradigma dalam faktor di luar kontrolnya, baik
kriminologi. yang berupa faktor biologis
maupun kultural. Ini berarti
Kriminologi modern dikenal
bahwa manusia bukan makhluk
tiga aliran pemikiran untuk
yang bebas untuk berbuat
menjelaskan fenomena kejahatan,
menuruti dorongan kehendaknya
yaitu kriminologi klasik, positivis,
dan intelegensinya, akan tetapi
dan kritis;
makhluk yang dibatasi atau
1. Kriminologi klasik. Seperti ditentukan oleh situasi biologis
halnya dengan pemikiran klasik atau kulturalnya. Aliran
pada umumnya yang menyatakan pemikiran ini telah menghasilkan
bahwa intelegensi dan dua pandangan yang berbeda,
rasionalitas merupakan ciri-ciri yaitu determinis biologis dan
fundamental manusia dan determinis kultural. Aliran
menjadi dasar untuk memberikan positivis dalam kriminologi
penjelasan perilaku manusia, baik mengarahkan pada usaha untuk
yang bersifat perseorangan menganalisis sebab-sebab
maupun kelompok, maka perilaku kejahatan melalui studi
ilmiah ciri-ciri penjahat dari
7
aspek fisik, sosial, dan kultural.
.R. Soesilo, 1985, Ibid, hal.4

4
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

Oleh karena kriminologi sifat perbuatan tersebut, apabila


posotivis ini dalam hal-hal perbuatan itu merugikan masyarakat
tertentu menghadapi kesulitan atau perorangan baik secara materil,
untuk menggunakan batasan misalnya mencuri, membunuh,
undang-undang, akibatnya merampok, memperkosa dan lain-
mereka cenderung untuk lain.
memberikan batasan kejahatan
secara alamiah, yaitu lebih Adanya perbuatan yang dibenci
mengarahkan pada batasan dan mendapat reaksi dari masyarakat
terhadap ciri-ciri perilaku itu sebagai kejahatan. Tidak seorangpun
sendiri daripada perilaku yang menghendaki adanya kejahatan
didefenisikan oleh undang- terjadi dalam lingkungan
undang. masyarakatnya, karena adanya
3. Kriminologi kritis. Aliran kejahatan akan meresahkan dan
pemikiran ini mulai berkembang merugikan kehidupan masyarakat.
pada beberapa dasawarsa terakhir Oleh karena itu kejahatan harus
ini, khususnya setelah tahun diberantas dan ditanggulangi, salah
1960-an, yaitu sebagai pengaruh satu cara penanggulangan kejahatan
dari semakin populernya ini melalui penegakan hukum pidana.
perspektif labeling. Aliran
Sebagaimana pengertian yang
pemikiran ini tidak berusaha
diberikan oleh Paul Moedikdo
menjawab persoalan-persoalan
Moeliono, bahwa: Kejahatan adalah
apakah perilaku manusia itu
perbuatan pelanggaran norma hukum
bebas ataukah ditentukan, akan
yang ditafsirkan atau patut
tetapi lebih mengarahkan pada
ditafsirkan masyarakat sebagai
proses-proses yang dilakukan
perbuatan yang merugikan,
oleh manusia dalam membangun
menjengkelkan sehingga tidak boleh
dunianya di mana dia hidup.
dibiarkan.9
Dengan demikian akan
mempelajari proses-proses dan Perumusan tersebut di atas
kondisi-kondisi yang bahwa pengertian kejahatan meliputi
mempengaruhi pemberian semua perbuatan yang melanggar
batasan kejahatan kepada orang- ketentuan hukum, yang dalam hal ini
orang dan tindakan-tindakan adalah hukum pidana sebagai hukum
tertentu pada waktu dan tempat publik dimana perbuatan tersebut
tertentu. Pendekatan dalam aliran merugikan baik sikorban sebagai
pemikiran ini dapat dibedakan pihak yang menderita secara
antara pendekatan interaksionis langsung perbuatan tersebut maupun
dan pendekatan konflik.8 bagi masyarakat sebagai pihak yang
tidak secara langsung menderita
Jadi secara etimologis,
perbuatan tersebut karena
kejahatan diartikan sebagai
keamanannya terganggu.
perbuatan atau tindakan jahat, di
mana suatu perbuatan dianggap Melihat aspek sosiologis
sebagai kejahatan berdasarkan pada pengertian kejahatan dapat dilihat
dari pendapat R.Soesilo yang
8
. Susanto, 1991, Diktat Kriminologi,
9
Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 13- .Soedjono Dirdjosisworo, Doktrin-Doktrin
14 Kriminologi, Alumni, Bandung 1969, hal.13

5
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

mengatakan: kejahatan adalah 2. Dari sudut pandang masyarakat


meliputi segala tingkah laku manusia kejahatan adalah setiap perbuatan
walaupun tidak ditentukan oleh yang melanggar norma-norma
undang-undang, tetapi oleh warga yang masih hidup dalam
masyarakat dirasakan atau masyarakat.
ditafsirkan sebagai tingkah laku atau
perbuatan yang secara ekonomis atau Pendapat tersebut di atas
psykologis menyerang dan melukai dapat disimpulkan bahwa pada
perasaan susila dalam kehidupan perinsipnya kejahatan senantiasa
bersama.10 mendapat reaksi dari masyarakat
berupa sikap dari masyarakat
W. A. Bonger, bahwa: yang tidak menyukai atau tidak
Kejahatan adalah perbuatan yang membenarkan adanya tindakan
sangat anti sosial yang memperoleh tersebut hadir di tengah-tengah
tantangan dengan sadar dari negara mereka. Itulah sebabnya
yang berupa pemberian penderitaan dikatakan bahwa kejahatan
(hukuman atau tindakan).11 merupakan perbuatan yang anti
sosial baik perbuatan tersebut
Selanjutnya kejahatan menurut telah ditentukan oleh undang-
A.S Alam adalah: undang sebagai suatu tindakan
kejahatan maupun semua
1. Dari sudut pandang hukum
perbuatan yang oleh masyarakat
Kejahatan adalah tingkah laku
merupakan perbuatan yang patut
yang melanggar hukum pidana.
dicela, karena masyarakat merasa
Bagaimana jeleknya suatu
dirugikan, menyerahkan hal ini
perbuatan, sepanjang perbuatan
kepada negara agar menindak
itu tidak dilarang dalam
pelaku kejahatan tersebut dengan
perundang-undangan hukum
harapan agar kelak perbuatan
pidana, perbuatan itu tetap
tersebut tidak terulang lagi. Hal
dianggap sebagai perbuatan yang
ini diungkapkan oleh Van
bukan kejahatan. Contoh
Bemmelen sebagai berikut:
perbuatan seorang wanita yang
Kejahatan adalah suatu tindakan
melacurkan diri. Dilihat dari
anti sosial yang menimbulkan
defenisi kejahatan menurut
kerugian, ketidakpatutan dalam
hukum, perbuatan wanita itu
masyarakat sehingga dalam
bukan kejahatan, karena
masyarakat terdapat kegelisahan
perbuatan melacurkan diri tidak
dan untuk mententeramkan
dilarang dalam perundang-
masyarakat negara harus
undangan hukum pidana
menjatuhkan pidana pada
(KUHP), meskipun perbuatan itu
penjahat,12
sangat jelek bila dlihat dari sudut
pandang agama, adat istiadat dan
lain-lainnya.
2.2. Perkembangan Kejahatan

10
.R.Soesilo, Kriminologi Pengetahuan Saparinah Sadli, kejahatan atau
Tentang Sebab-Sebab Kejahatan, Politea, tindak kriminal merupakan salah satu
Bogor, 1985, hal.13
11
.R.A.Koesnoen, Pengantar Kriminologi,
12
Ghalia,. Indonesia 1977, hal.25 .Soedjono. D, Op.Cit, hal.25

6
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

bentuk dari perilaku menyimpang manusia yang jasmani rohani yang


yang selalu ada dan melekat pada memiliki organisme tubuh yang
tiap bentuk masyarakat, tidak ada dapat dipelajri melalui ilmu urai
masyarakat sepi dari kejahatan.13 tubuh (organisme) atau dengan
perilaku menyimpang itu merupakan memperhatikan acuan anatomi.
suatu ancaman terhadap norma- Dalam konteks ini bisa pula
norma sosial yang mendasari dikaitkan dengan action-theory (teori
kehidupan atau keteraturan sosial, aksi) yang diketengahkan oleh
dapat menimbulkan ketegangan Talcott Parsons (sosiologi Amerika
individual maupun ketegangan- kondang), yang intinya adalah, aksi
ketegangan sosial, dan merupakan atau prilaku manusia adalah suatu
ancaman riil atau potensil bagi sistem, sebagai sistem aksi
berlangsungnya ketertiban sosial. dipengaruhi oleh empat sub sistem
Dengan demikian kejahatan di organisme, sub-sistem identitas
samping masalah kemanusiaan ia (pribadi), sub-sistem sosial dan sub-
juga merupakan masalah sosial. sistem budaya. Inilah sistem prilaku
yang juga berlaku dalam kejahatan.15
Thomas Hobbes,14 masyarakat
dikiaskan sebagai manusia besar di Kejahatan sebagai masalah sosial
dalamnya manusia-manusia yang tampaknya tidak hanya merupakan
hidup bergaul berinteraksi dan masalah bagi suatu masyarakat
interelasi. Louis Pasteur pernah pula tertentu (nasional), tetapi juga
menempatkan manusia sebagai menjadi masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dan kejahatan sebagai seluruh masyarakat di dunia, hal itu
bakteri yang mengerogoti tubuh telah merupakan fenomena
manusia, maka pada masyarakat Internasional. Dikatakan sebagai
akan terjadi kejahatan apabila masalah Internasional tidak hanya
tubuh manusia itu lemah, jadi pada karena jumlahnya yang telah
masyarakat yang lemah meningkat tetapi juga karena
misalnya mengalami disorganisasi kualitasnya dipandang lebih serius
sosial, konflik-konflik budaya, dibanding dengan masa-masa yang
anomie, dan lain-lain, katakanlah di lalu. Hal ini terlihat dalam salah satu
masyarakat yang awut-awutan, pertimbangan Declarasi Kongres
maka akan merajalela kejahatan, PBB ke empat tahun 1970 mengenai
bagaikan bakteri atau virus yang pencegahan kejahatan dan
menyerang tubuh manusia dan pembinaan para pelaku yang
manusia itu akan sakit, menyatakan.16 Believing thet the
problem of crime in many countries
Banyak cara mempelajari kejahatan, in is new dimensions is far more
bisa juga diumpamakan sebagai serioes thet at any other time in the
long history of these Congresses.
13
.Saparinah Sadli, Persepsi Sosial
Mengenai Perilaku Menyimpang , Bulan Kongres ke empat ini yang
Bintang, Jakarta 1976, hal.56, merumuskan dibicarakan adalah masalah
perilaku Menyimpang sebagai tingkah
laku yaqng dinilai menyimpang dari aturan-
15
aturan normatif yang berlaku. Soedjono Dirdjosisworo, 1996, Ibid,
14
.Soedjono Dirdjosisworo, Anatomi hal.55
16
Kejahatan di Indonesia, Granesi, Bandung, .Soedjono Dirdjopsisworo, 1996, Ibid,
1996, hal.55 hal 55

7
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

kejahatan dan pembangunan .17 masyarakatnya, karena adanya


Philippe de Seynes, anatara lain kejahatan akan meresahkan dan akan
menyatakan kejahatan telah dianggap merugikan masyarakat, dan tidak
mempunyai ukuran-ukuran baru, hanya meresahkan ataupun
tidak lagi dipandang sebagai suatu merugikan harta benda, tetapi dapat
cacat kemasyarakatan (a cocial mengancam keselamatan jiwa
blemish). Sekarang kejahatan telah anggota masyarakat. Oleh karena itu
diakui sebagai suatu masalah socio kejahatan harus diberantas dan
politik, yang tidak hanya menuntut ditanggulangi dan salah satu cara
tindakan-tindakan yang bersifat penanggulangan kejahatan ini
teknis tetapi memerlukan tindakan melalui penegakan hukum.
luas yang disusun pada tingkatan
politik yang tertinggi. Usaha penanggulangan masalah
kejahatan telah banyak dilakukan
Akibat atau ancaman adanya dengan berbagai cara, namun
kejahatan yang semakin meningkat hasilnya belum memuaskan.
itu, oleh kongres PBB keenam Sebagaimana apa yang dikemukan
mengenai pencegahan kejahatan dan oleh Habib Ur-Rahman Khan dalam
pembinaan para pelaku pada tahun tulisannya yang berjudul Prevention
1980 di Caracas malahan dipandang of Crime-it is Society Which Needs
cukup membahayakan kualitas The Treatmen and Not The Criminal,
lingkungan hidup. Oleh kareena itu sebagai berikut; Salah satu usaha
tema sentral dari kongres ke enam ini penanggulangan kejahatan ialah
ialah mengenai crime prevention and menggunakan hukum pidana dengan
the quality of lefe. Dalam salah satu saksinya yang berupa pidana. Dan
bunyi pertimbangan Deklarasi tahun menurut Herbert L.Packer.18 usaha
1980, antara lain dinyatakan; pengendalian perbuatan anti sosial
menimbang bahwa fenomena dengan menggunakan pidana pada
kejahatan, melalui pengaruhnya seseorang yang bersalah melanggar
terhadap masyarakat, mengganggu peraturan pidana, merupakan suatu
seluruh pembangunan bangsa- problem sosial yang mempunyai
bangsa, merusak kesejahteraan dimensi hukum yang penting.
rakyat baik spritual maupun material,
Dalam usaha penanggulangan
membahayakan martabat
kejahatan dengan aspek
kemanusiaan dan menciptakan
kriminologisnya ( Crime Prevention)
suasana takut dan kekerasan yang
maka hasil-hasil penelitian
merongrong kualitas lingkungan
merupakan bahan-bahan bermanfaat
hidup.
sekali bagi penyusunan program
2.3. Aspek Kriminologis Dalam
pencegahan kejahatan oleh para
Penanggulangan Kejahatan
penegak hukum.
Tidak seorangpun menghendaki
Walter C. Reckless,19
adanya kejahatan dalam lingkungan
mengemukakan beberapa syarat yang

17 18
.Barda Nawawi Arief, Kebijakan .Herber L.Packer, 1968, The limits Of
Legislatief Dalam Penanggulangan Criminal, Standford university Press,
kejahatan Dengan Pidana Penjara, California, hal.3
19
Universitas Diponegoro, Semaramg 1994, .S oedjono Dirdjosisworo, 1984, Sosio-
hal, 2-3 Klriminologi (Amalan Ilmu-Ilmu Sosial

8
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

perlu diperhatikan oleh pemerintah 1. Cara yang khusus yang sasaran


agar menanggulangi kejahatan dapat penggarapannya terarah pada
lebih berhasil, syarat-syarat tersebut satu faktor tertentu yang telah
adalah: diteliti, bahwa faktor tersebut
sebagai faktor kriminogen. Cara
a. Sistem dan organisasi kepolisian ini dinamakan sistem
yang baik abolisionistik yaitu
b. Pelaksanaan peradilan yang penanggulangan kejahatan
efektif dengan menghilangkan faktor-
c. Hukum yang berwibawa faktor yang menjadi sebab -
d. Pengawasan dan pencegahan musebab kejahatan. Cara ini
kejahatan yang terkordinir sangat berhubungan dengan
e. Partisipasi masyarakat dalam perkembangan studi tentang
usaha penggolongan kejahatan. sebab-sebab kejahatan (etiologi
kriminal), yang memerlukan
Dari apa yang telah diuraikan tentang
pengembangan teori dan
uisaha menanggulangi kejahatan
penelitian-penelitian lapangan.
telah jelas bahwa usaha Crime
2. Cara yang umum, yang ditujukan
Prevention, ini meliputi dua segi
kepada anggota masyarakat
penggarapan yakni:
secara keseluruhan dengan tujuan
a. Mencari faktor-faktor yang dapat menebalkan iman dan kesadaran
menimbulkan kejahatan, yang untuk tidak berbuat kejahatan.
dimulai dengan penelitian Cara ini dinamakan sistem
kejahatan atau kenakalan dalam moralistik, yaitu penanggulangan
lingkungan remaja, dan tentunya kejahatan melalui penerangan-
dalam berbagai pola-pola penerangan keagamaan seperti,
kriminalitas khusus, sehingga khotbah-khotbah dawah dan
dengan penemuan faktor-faktor lain-lain.
tertentu yang dihubungkan
dengan berbagai faktor dapat b. Meningkatkan kemantapan
menimbulkan kejahatan dapat pembinaan hukum dan aparatur
memberi bahan untuk menyusun penegak hukum dalam rangka
program penanggulangan Law Enforcement, yakni suatu
kejahatan yang di antaranya upaya memelihara dan membina
diarahkan kepada penggarapan hukum yang berlaku dalam
faktor-faktor yang bersangkutan. masyarakat serta meningkatkan
kemanpuan dan kemantapan
Dalam pencegahan kejahatan yang aparatur penegak hukum, yang
ditujukan kepada faktor-faktor yang akan menegakkan hukum yang
memungkinkan timbulnya kejahatan, berlaku dalam masyarakat.
atau dengan kata lain yang ditujukan Dengan kata lain ditinjau dari
kepada obyek yang menjadi sasaran subyek yaitu penegak hukum.
penanggulangan terdapat dua cara
yakni: Menurut Baharuddin Lopa,20
mengutip pendapat Kaiser di dalam
20
.Baharuddin Lopa, 1996, Mencegah
Dalam Studi Kejahatan) Sinar baru , Kejahatan, Anatomi Kejahatan di
Bandung, hal.138 Indonesia, Editor Soedjono Dirdjosisworo,

9
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

buku Crime Prevention Strategies in pada masalah atau kondisi-kobdisi


Erope and North America yang sosial yang secara langsung atau
disusun John Graham, 1990, tidak langsung dapat menimbulkan
mengatakan bahwa strategi pokok atau menumbuhsuburkan kejahatan.
untuk mencegah kejahatan dapat
dibagi tiga kelompok, yaitu primary,
secondary dan tertiary prevention.
III. Kesimpulan
Yang dimaksud Kaisar,21 dengan
primary prevention ialah as Penanggulangan masalah
strategis which, through social, kejahatan telah banyak dilakukan
economic and other areas of public dengan berbagai cara. Dalam usaha
policy... Sedangkan Secondary penanggulangan kejahatan dengan
prevention ialah langkah-langkah menggunakan hukum pidana dengan
yang berkaitan dengan criminal sanksinya yang berupa pidana.
justice policy..... kemudian tertiar Dalam usaha penanggulangan
prevention merupakan langkah- kejahatan dengan aspek kriminologis
langkah kongkret yang diambil (Crime Prevention), maka penelitian
kepolisian untuk mencegah merupakan bahan-bahan bermanfaat
terjadinya kejahatan, termasuk yang sekali bagi penyusunan program
dilakukan para penjahat kambuhan. penanggulangan kejahatan. Usaha
penanggulangan ini meliputi yaitu
Selanjutnya, Baharuddin Lopa,22 mencari faktor-faktor yang dapat
mengatakan, bahwa dari ketiga menimbulkan kejahatan yang
kelompok pencegahan kejahatan ini, dimulai dengan penelitian kejahatan,
langkah primary prevention paling sehingga dengan penemuan faktor-
efektif. Karena tak dapat dimungkiri, faktor tertentu yang dihubungkan
sesungguhnya kalau kita ingin dengan berbagai faktor dapat
mencegah kejahatan akar menimbulkan kejahatan dapat
penyebabnyalah yang perlu memberi bahan untuk menyusun
dieliminasi terlebih dahulu. Masih program penanggulangan kejahatan
terlalu banyak bukti bahwa yang di antaranya diarahkan kepada
ketimpangan sosial ekonomi penggarapan faktor-faktor yang
merupakan salah satu penyebab bersangkutan.
terjadinya kejahatan.
Dengan upaya preventif Daftar Pustaka
menitikberatkan pada tindakan
sebelum tindak pidana terjadi. A.S.Alam, Kejahatan, Penjahat dan
Mengingat upaya penanggulangan Sistem Pemidanaan,
tindak pidana lewat upaya preventif Diktat,tth,Unhas, Makassar
lebih bersifat pencegahan sebelum
terjadinya kejahatan, maka sasaran Baharuddin Lopa, 1996, Mencegah
utamanya adalah menangani faktor- Kejahatan, Anatomi Kejahatan di
faktor kondusif antara lain berpusat Indonesia, Editor Soedjono
Dirdjosisworo, Granesia, Bandung

Granesia Bandung, hal.220. Lihat pula Barda Nawawi Arief, 1994,


Mencegah Kejahatan, Gatra, 1 Juni 1996 Kebijakan Legislatif Dalam
21
Ibid, hal.220
22
.ibid, hal.220

10
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186

Penanggulangan Kejahatan Dengan R. Soesilo, 1985 Kriminologi


Pidana Penjara, Undip, Semarang Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab
................................., 2007, Masalah Kejahatan, Politea, Bogor
Penegakan Hukum dan Kebijakan
Hukum Pidana Dalam Saparinah Sadli, 1976, Persepsi
Menanggulangi Kejahatan, Kencana Sosial Mengenai Perilaku
Pernada Media Group, Jakarta Menyimpang, Bulan Bintang, Jakarta
Soedjono Dirdjosisworo, 1969,
Herbert L.Packer, 1968, The Limits Doktrin-Doktrin Kriminologi,
Of Criminal Standford, University Alumni, Bandung
Press, California ......................................, ,1984,
Sosio-Kriminologi (Amalan Ilmu-
I.S.Susanto, 1999, Paradigma Ilmu Sosial Dalam Studi Kejahatan)
Hukum Yang Berdaulat Dalam Sinar Baru, Bandung
Wacana Politik Hukum dan Mulyana --------------------------------, 1996,
W.Kusumah, Pustaka Pelajar, Anatomi Kejahatan di Indonesia,
Yogyakarta Granesi, Bandung

---------------, 1991, Diktat Sthephan Hurwitz, 1982,


Kriminologi, Fakultas Hukum Kriminologi, Saduran
Universitas Diponegoro, Semarang Ny.L.Moeljatno, Bina Aksara,
Jakarta
R.A.Koesnoen, 1977 Pengantar
Kriminologi, Ghalia, Indonesia

11

Vous aimerez peut-être aussi